Beranda / Fantasi / The Second Season / Cerita Pohon Kehidupan

Share

Cerita Pohon Kehidupan

Penulis: ZooPisha
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-22 00:35:41
Tiara yang baru berdiri merasakan seperti menginjak sesuatu. Melihat ke bawah, ia menemukan dompet yang dikanalinya. “Eh, inikan punya Sisca.” Tiara memberiunjuk pada Ilham setelah memungutnya.

“Loh, lo nemu di mana? Bahaya banget dompet yang ketinggalan.”

“Gue nemu di bawah.”

“Hm ... apa mungkin jatuh pas gue ngambil tas dia?”

Tiara mengangkat bahunya. “Telepon Sisca gih, bilang dompetnya ketinggalan.”

“Iya gue hubungin dulu, ayok sambil jalan. Ramai banget di sini.”

Tiara dan Ilham pergi ke parkiran untuk sekalian pulang. Lebih tepatnya mereka harus ke kantor T&J Publishing lebih dulu, untuk bekerja sebagai penulis dan manager.

“Gimana? Apa kata Sisca?” tanya Tiara setelah melihat Ilham selesai berbicara di telepon.

“Dia juga baru sadar dompetnya nggak ada. Bisa-bisanya dia ceroboh, tidak seperti dirinya. Gue jadi khawatir habis lihat dia bengong kayak tadi.”

“Iya, kan? Kok gue deja vu ya?”

“Maksud lo?”

Tiara tidak bisa mengatakan pemikirannya lebih lanjut. Karena itu tida
ZooPisha

Zoo nggak janji lagi bisa update kapan. Maaf jika updatenya lama, karena setiap karya dan penulis memiliki kesulitannya sendiri. Terima kasih sudah membaca novel ini dan dukungan semuanya Jaga kesehatan dan selalu bahagia. Happy Reading~

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • The Second Season   Foto Dalam Dompet

    Hanya jalan kaki sampai kampus sekitar 15 menit. Estimasi keterlambatan 10 menit setiap mata kuliah, dan Tiara baru ingin berangkat 10 menit sebelum mata pelajaran dimulai, itu sebabnya gadis itu kebingungan sendiri memasukkan apa yang dibutuhkannya ke dalam tas. “Udah semua, ayo berangkat!” Baru memegang knop pintu Tiara teringat dengan dompet Sisca yang harus dibawanya. “Astaga ... untung ingat.” Ia balik lagi mencari tas yang kemarin dipakainya. Karena terburu-buru Tiara mengeluarkan semua isi tasnya. Dompet Sisca yang keluar pun sampai jatuh sembarang dengan terbuka. “Ini aja, kan? Apa lagi gue yang lupa ya?” Tuk~ Sebuah kertas keluar dari dompet Sisca. Karena buru-buru Tiara menyelipkannya asal di dompet dan berlari untuk berangkat kuliah. *** Di depan kelas Tiara mengatur napasnya dulu. Setelah itu, ia masuk dan duduk di paling belakang karena memang dekat dengan pintu masuk dan juga bagian depan sudah penuh. Dengan jarak yang jauh, untuk menjangkau layar presentasi Tiara me

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-23
  • The Second Season   Tidak Diberi Tahu

    “Gimana keadaan Sisca? Lo udah anterin dia dengan benar, kan?” Tiara yang begitu khawatir langsung menghampiri Ilham. Baru saja Ilham sampai setelah mengantar Sisca pulang. Saat Tiara mengantar Sisca ke klinik kampus, seperti tersadar atau terbangun, Sisca meminta untuk pulang dengan emosional. Tiba-tiba gadis itu menangis tanpa alasan yang jelas. “Kondisinya memang mengkhawatirkan, tapi seharusnya tidak apa-apa. Apa kamu mendengar sesuatu dari Sisca, Ham?” Bayu sampai berbicara cukup panjang karena merasa aneh juga. Karena dari yang ia tahu, hal seperti itu bisa terjadi jika ada trauma atau luka lama yang terungkit. Dan Tiara sudah cerita jika tidak ada apa-apa sebelum Sisca mengalami hal itu. Ilham melempar kunci mobil Bayu yang ia pinjam. “Tidak ada, dia dingin seperti biasanya. Gue sampai nggak percaya dia habis nangis.” “EH?” Tiara dan Bayu keheranan bersama. “Maksudnya gimana?” tanya Tiara. “Ya gitu, setelah naik mobil Sisca emang hanya diam. Tapi pas udah sampai dia menguc

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-27
  • The Second Season   Meminta Astro Pergi

    Ruangan kosong berwarna hijau toska polos, dihiasi meja dan kursi putih dengan satu buah laptop di atasnya. Itu adalah fasilitas yang Penulis Tiran dapatkan sebagai penulis eksklusif di T&J Publishing. Gadis yang tidak lain adalah Tiara, mondar-mandir memikirkan pola seperti apa cerita itu bisa ter-update. Bab 10 sampai bab 12 yang terkirim ke email editor berisikan cerita yang sedang ditulis oleh Tiara, dari apa yang Astro alami saat dipenjara di dalam kediamannya, sampai karakter Tiara bisa melihat Astro di dunia nyata. Benar, keseharian Tiara bersama Astro beberapa hari ini tertulis rinci begitu saja. “Lihat itu! Aku hanya menulis apa saja yang kamu ceritakan. Kenapa naskah yang tadi ... Kamu membacanya sendiri, itu bukan tulisanku.” Emosi meledak di dalam pikiran Tiara. Keputusasaan, tertekan, dan kebingungan. Sosok Astro ada di hadapannya saja sudah membuatnya gila, kini terlihat jelas jika Tiara menjadi karakter novelnya sendiri. Dan konyolnya, bagian karakter Tiara muncul,

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-27
  • The Second Season   Teori Bab Terbaru

    Ini aneh, Tiara merasa tatapan orang sekitar begitu tajam dari biasanya. Bahkan lebih dari kehebohan yang pernah ia buat karena mengungkapkan diri sebagai Penulis Tiran. Tidak, ini memang berbeda. Saat itu lebih seperti antusias. Setiap langkahnya, ada saja yang meminta tanda tangan Tiara sebagai Penulis Tiran. Tapi kali ini, rasanya berbeda. Saat menoleh, mereka pun yang memperhatikan Tiara langsung memalingkan pandangan. Bukan tatapan kagum, rasanya lebih tajam dan menusuk. Tanpa ambil pusing Tiara mencari tempat duduk paling belakang di kelas. Menurutnya, jadi pertahanan belakang itu bisa tidur saat pelajaran. “Good morning, Tiara!” Sisca yang mengambil duduk di samping Tiara, mengernyitkan keningnya. Seperti ada yang redup dalam diri Tiara. Mengelilingkan pandangan, Sisca sepertinya mengerti. “Ti, kalau nggak mau ikut kelas kita bolos yuk?” Tiara yang menidurkan dirinya di atas meja, menegakkan tubuhnya. “Pasti banyak yang memandang gue gila.” “Biasanya juga begitu.” Sring~ k

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-07
  • The Second Season   Prasangka Perasaan

    Seperti pulang dari tugas besar, Ilham melepas lelah lebih dulu di kost Tiara. Sidang yang diadakan Bayu dan Sisca kali ini tidak akan menjadi yang terakhir kalinya. Perubahan Tiara pasti semakin lama dirasakan yang lain juga. Ilham sendiri masih tidak mengerti apa yang Tiara pikirkan sampai saat ini. Satu hal yang pasti Ilham ketahui sebagai teman masa kecil Tiara, ini bukan pertama kalinya. Walau terbilang sudah sangat lama, rasanya Ilham dibuat kembali ke masa itu. “Lo mau nginep di sini, Ham?” Pertanyaan Tiara membuyarkan pikiran Ilham. Gadis itu sedang memakai masker wajah sambil menonton drama di laptopnya. “Nanti gue balik. Oh ya, gue jadi kepikiran tentang baju bola. Teori siapa yang benar? Sisca dan Bayu membuatnya dari genre dan cara berpikir yang berbeda, gue jadi penasaran.” Tiara menoleh, lalu mengernyit saat melihat ekspresi tegang Ilham. “Penasaran ya?” tanyanya dengan datar. “Teori Bayu yang benar.” “Sungguh? Bukan karena itu teori yang dibuat Bayu, kan? Kalau dil

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-07
  • The Second Season   Kedatangan Dewa

    “Ayahanda begitu luar biasa, kematiannya tidak meninggalkan jejak- tunggu!” Astro teringat dengan buku yang pertama kali Omili bawakan. Satu-satunya yang terdapat mantra menuju dunia Manusia. “Tuan! Salam Hormat Tuan!” Omili memasuki kamar Astro dengan tergesa-gesa. Menutup buku, saat memutar kepala Astro merasa kaku karena terlalu lama membaca buku tanpa mengibah posisinya dalam waktu yang lama. Ia sampai sulit hanya menoleh untuk menanggapi Omili yang begitu berisik. “Kamu sudah begitu nyaman keluar masuk kamarku, ya?” “Saya minta maaf Tuan, tapi tolong tunda dulu hukumannya. Ada kabar dari perbatasan.” Astro mengangkat sebelah alisnya. “Hm?” “Ada kabar kunjungan dari Dewa Agung Ammon. Utusan beliau meminta Tuan menyambut kedatangan Dewa Agung.” “Apa lagi yang ingin mereka lakukan? Merepotkan saja. Bawa potion putih di laboratoirumku, bilang kondisiku sedang tidak sehat jadi tidak bisa menyambut mereka.” Astro merebahkan diri dan mengacuhkan permintaan itu. Firasat Astro menja

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-18
  • The Second Season   Mimpi Buruk

    “Tidak, TIDAK! ASTRO, JANGAN!” Bayu yang terlelap di samping ranjang Tiara langsung terbangun. Ilham dan Madam Asri yang sedang berbincang di depan kamar mendengar teriakkan Tiara langsung membanting pintu untuk masuk. “Tiara, bangun ....” Bayu menjadi panik menepuk-nepuk pipi Tiara. “Tiara sudah sadar?” tanya Ilham. Madam Asri memahami situasi dan menahan diri agar tidak terbawa suasana. “Apa dia mimpi buruk? Kalian jaga Tiara, Madam panggil Dokter dulu.” Ilham dan Bayu terus memanggil nama Tiara. Namun, dalam tidur Tiara berekspresi ketakutan, keringat dingin yang bercucuran, dan rancauan yang menyakitkan hingga meneteskan air mata. “TIDAK, ASTRO! BODOH KAMU BISA CELAKA, PLEASE~” Ilham tidak sanggup melihatnya. Seakan bukan melihat orang yang sedang bermimpi, hatinya ikut merasakan sesak yang tidak bisa dijelaskan. “Bayu, apa ini wajar? Apa maksudnya Astro celaka?” Sedangkan Bayu jadi terdiam, ekspresi wajanya menatap Tiara penuh dengan tekanan. Ilham dapat melihatnya saat t

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-19
  • The Second Season   Hilang

    Di depan laptop tangan Tiara gemetar, ia tidak bisa menulis apapun yang ada dalam mimpinya. Tidak seperti sebelumnya, saat inspirasi muncul seharusnya Tiara akan menulis dengan lancar. “Bayu di mana, Ham?” Tiara pikir berdiskusi dengan Bayu bisa memperkuat ingatan pada mimpinya, karena hanya Bayu yang mengerti maksud ucapannya saat ini. “Ke supermarket, lo makan nasi goreng aja nggak apa-apa, kan?” Sesampaikan di kost Tiara, Ilham langsung mengambil alih dapur. Dari saat pingsan gadis itu belum makan apapun, sama sepertinya dan Bayu yang menunggu tidak sempat berpikir untuk makan. “Hm.” Tiara tidak ingn menangis, tapi isi kepalanya penuh dengan adegan Astro yang mendapat hukuman dari Dewa petinggi. Ia yang berada di dalam mimpi hanya menonton tanpa bisa ikut campur di dalamnya, detail fitnah itu membuatnya marah dan sedih. “Gue harus tolong Astro gimanapun caranya, please ... Kenapa gue nggak bisa nulis apapun dan hanya teringat adegan itu. Apa yang terjadi sebelum fitnah itu? Gima

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-28

Bab terbaru

  • The Second Season   Pelayan Astro

    Setelah membawa Tiara pergi dari perkenalan resmi, Astro memerintahkan Omili untuk melayani dan mengawasinya gadis itu. Astro yakin kerubutan tidak hanya pada Bangsawan Suku Iblis, Dewa Petinggi pun pasti tidak akan tinggal diam. Hingga situasinya saat ini Tiara menjadi tidak aman karena dianggap sebagai objek yang tidak biasa. “Hormat saya Tuan Astro.” Ograien datang ke kamar Astro, namun ia tidak sendiri. Sosok dengan energi Dewa ikut hadir. “Salam hormat kepada Dewa kami, Dewa Kematian.” “Golden?” Sosok yang sudah lama tidak Astro temui. Bukannya tidak sama sekali, dalam beberapa kesempatan Dewa Golden memang hadir saat lima Dewa Petinggi berkumpul, namun itu hanyalah bayangannya. Bayangan adalah salah satu kekuatan Dewa Golden yang dapat memecah diri dalam bentuk bayangan. Dan setiap bayangan dengan memiliki sekian persen dari kesadaran aslinya. Dewa Golden yang disapa santai oleh Astro tersenyum. “Saya pikir Anda tidak menyadarinya, terima kasih sudah mengenali saya.” Astro

  • The Second Season   Salam Resmi

    “Ini bukan pertemuan pertama kami dengan Sang Dewi. Salam hormat dan kemuliaan tertinggi untuk Dewi Pencipta Tiran. Saya Dewa Hati, Gefsi, salah satu Dewa Petinggi. Senang dapat memperkenalkan diri secara resmi kepada Dewi Pencipta Tiran dengan keadaan sehat.” Sebenarnya Tiara gugup dengan penghormatan seperti itu. Masih terasa tidak nyata, apa lagi dirinya menjadi orang yang tidak biasa menyandang peran Dewi Pencipta. “Okey, terima kasih Dewa Gefsi. Salam kenal.” Astro bernapas lega dengan Tiara yang tidak mengacau dan hanya menjawab seadanya saat diberikan salam penghormatan. Untuk penilaian awal, jawaban seperlunya menunjukkan dominasi dan harga diri dalam posisi yang tinggi. Walau Astro tahu jika Tiara menjawab seperti itu pun, karena tidak tahu harus menjawab seperti apa. Dan alasan itu tidak penting saat ini. Sedangkan Ammon, tubuhnya gemetar berusaha keras menahan tawa. Kegugupan Tiara sangat terlihat dari ekspresinya, ya ... tidak ada bawahan yang berani memandang ke atas,

  • The Second Season   Kesurupan Masal

    Ukh, Tiara benci pakaian formal dunia Suku Iblis. Harus seberapa terbuka lagi untuk mengekspos bagian tubuhnya? “Ini namanya pelecehan, bagaimana caranya gue minta pertanggung jawaban Astro sialan!” Tidak henti-hentinya Tiara menggerutu sebelum ada yang menjemput. Kerudung yang katanya sebagai penutup diri jika Tiara malu, tidak membantu sama sekali karena transparan. Kini gadis itu hanya memeluk dirinya sendiri berjaga-jaga siapapun yang masuk ke kamarnya nanti. Tolong jangan tanyakan kenapa Tiara mau saja menggunakan pakaian seperti itu, hal itu bisa terjadi jika memang ia bisa menolak. Apa lagi pakaiannya yang dari rumah sudah dibuang. “Tiara! Tidakkah ini keterlaluan jika membuat semua menunggu-“ “KYAAAA!” Tiara tidak merasakan kehadiran seseorang, kemunculan Astro yang tiba-tiba membuatnya terkejut. Apa lagi suara dalam Astro yang terdengar halus hingga pikiran horor tidak dapat dihindari. Mendengar teriakan Astro langsung bersiaga. “Ada masalah?” “Aish~” Tiara bangkit dar

  • The Second Season   Sesampai di Istana

    Ternyata tidak butuh berjalan lebih lama, Ograien dengan kereta kadal yang dibawanya datang sengaja menjemput Tiara. Banar, kadal bukan kuda sebagai kendaraan pengangkut barang. Terlihat seperti buaya dengan sisik yang tajam, tetapi sebesar Komodo. Apapun itu sekarang Tiara sudah berada di kamar Astro dan berguling-guling ria diawasi oleh Omili. Tiara disuruh istirahat dan itulah yang dilakukan, entah sudah berapa lama ia terjebak di lapang rumput tanpa batas itu hingga membuatnya begitu lelah. “Hormat Yang Mulia Raja Iblis Astro.” Salam Omili dengan suara kecil, agar Tiara tidak terbangun. Namun Tiara langsung duduk memperlihatkan dirinya sudah tidak tidur lagi. Ia melihat kedatangan Astro bersama Ograien di belakangnya membawa sesuatu. “Kamu tidak tidur?” tanya Astro yang mengira Tiara sedang tidur. “Aku sudah bangun.” Mungkin sudah terbiasa berbagi kamar dengan Astro sampai Tiara tidak memperdulikan penampilannya yang berantakan saat ini. “Aku akan memanggilkan pelayan untuk

  • The Second Season   Hukum Dewa

    Angin bertiup bagai badai bersama cahaya kehidupan yang menyoroti Tiara, dua kekuatan bertolak belakang yang saling berpadu tanpa perlawanan. Dua Dewa yang menjegal Tiara seketika menegang tak dapat berkutik pada tekanan intimidasi yang dahsyat dari kedua kekuatan besar tersebut. Senjata mereka jatuh, kaki mereka menjadi lemas, sampai bersujud tanpa mampu mengangkat kepala. Ammon yang merasa bertanggung jawab menghampiri Tiara lebih dulu untuk melihat bawahannya lebih dekat. Ia tidak percaya jika para Dewa bisa se-tidak sopan itu bahkan dalam menghakimi seseorang dengan kecurigaan semata. “Huaaa Ammon!” Tiara yang ketakutan menerjang sang Dewa Agung, memeluknya. Tangisannya pecah setelah merasa lega, akibat terguncang dengan apa yang dialaminya saat ini. Ammon mengerti lemahnya Dewi Pencipta Tiran sebagai manusia. Selain itu ia mengernyitkan kening, saat merasakan presensi besar dalam diri Tiara. Sesuatu yang tidak ia rasakan di pertemuan terakhir mereka. “Tidak apa Dewi, mereka b

  • The Second Season   Gerbang Perbatasan

    Tiara menganga melihat gerbang besar entah dari mana. Dua jam yang lalu, Tiara sudah putus asa berjalan tanpa ujung dan tidak menemukan apapun. Hanya hamparan rumput yang luas dan awan kelabu yang tinggi dengan kilat sesekali membelah langit. Perutnya sudah lapar, tidak tahu berapa lama ia berjalan tapi cahaya sekitar masih sama. Tidak lebih terang bertanda siang, ataupun lebih gelap waktunya malam. Dengan ingatan yang penuh Tiara tahu jika tidak memiliki makanan, tapi ia tetap merogoh saku berharap masih ada sesuatu yang bisa ia kunyah. Nyatanya tetap memang tidak ada, hanya sisa uang dari pemberian Ovid saja. Bisa dibilang kaki Tiara yang terus berjalan sudah mati rasa, karena rasa sakit telah ia abaikan. Pikirannya membayangkan jika berhenti sejenak mungkin tidak masalah, tapi Tiara takut. Kecemasan menyusup hatinya. Jika Tiara berhenti berjalan, maka semakin lama ia bertemu dengan Astro dan semakin lama untuknya pulang. Tiara ingin pulang. Keberadaanya di dunia asing itu, se

  • The Second Season   Terlepasnya Penghalang

    Seakan telah puas tertidur, Tiara bangun tanpa beban, tanpa mimpi. Banar bukan? Tidur tanpa mimpi itu adalah kualitas istirahat terbaik. Mengedarkan pandangannya, Tiara keheranan dengan alas rumput yang empuk dan hamparan hijau luas sejauh mata memandang. Di atas langit pun terlihat cerah dengan awan tebal, hingga keabu-abuan. Jika digambarkan, cuaca sama saat bumi akan hujan. “Bumi? Kayaknya ini bukan bumi. Gue ada di dunia novel, kan?” Secara langsung Tiara ingat perjalanannya, jika ia berada di dunia novel untuk mencari Astro. Entah kenapa secara bersamaan seperti ada yang terlupakan, pikirannya terasa kosong. Alasan Tiara tertidur ... Karena kelelahan? “Ini dunia Suku Dewa? Tunggu, gue urut satu-satu daerah mana aja yang sudah gue jelajahi.” Tiara mengeluarkan peta di saku jubahnya, peta yang didapatkan dari Ovid ... tapi bukan itu masalahnya. Antara ingatan, pikiran, dan kerja otaknya tidak singkron. Bukan lagi masalah hati dan pikiran, tapi satu fungsi yang sama kendalin

  • The Second Season   Berkat dengan Penuh

    Tiara kecil mendengar begitu banyak cerita yang seakan mengerti, ‘Dewa itu’ juga masih menggedongnya. Mengajak Tiara kecil berkeliling sambil memakan jajanan pasar. Tiba di sebuah ujung jurang dari sebuah bukit ‘Dewa itu’ menurunkan Tiara kecil, dengan kekuatan yang keluar dari ujung jarinya merubah wujud Tiara kembali ke semula. Kontrol kesadaran dan gerak tubuh Tiara pun berangsur pulih, yang sebelumnya bergerak dengan sendirinya. “Kamu kah Dewa? Tapi siapa? Aku tidak pernah menulis sosokmu di dalam novel?” Walau begitu Tiara tetap tidak bisa mengendalikan ucapannya (keceplosan), kali ini karena sifatnya yang impulsif. ‘Dewa itu’ tersenyum. “Sungguh? Sepertinya kamu menulis tentangku walau tidak banyak. Em, biar aku ingat perkataan Istriku mengenai ramalan itu.” “Ramalan?” Tiara bertanya seakan baru mendengarnya, padahal sepanjang ia bersama dengan ‘Dewa itu’ membicarakan banyak hal, termasuk ramalan. “Ah, di bab satu sebagai pembuka. Kamu mengisahkanku seperti seorang pahlawan

  • The Second Season   Penghalang Gurun

    Seperti bagian di dalamnya, Tiara bisa mencium aroma makanan yang sangat sedap, rasa yang menyenangkan dan tidak mengganggu sama sekali, suasana yang padat namun terasa damai. Bisa Tiara lihat orang-orang begitu ramah satu sama lain, menyambut dengan senyuman dan minim kejahatan, kecuali anak kecil yang jahil dan mencuri beberapa camilan di toko. Namun semua teratasi dengan baik oleh orang tua mereka yang akhirnya membayar, penjualnya pun berekspresi marah (bercanda) untuk anak-anak saja. Terasa hangat, kedekatan, dan toleransi yang kuat. Mengingatkan Tiara pada suasana kampung halaman, bangunan yang masih berbahan dasar kayu dan dihiasi kain warna-warni, aneka penerangan juga bagian dari karya yang kreatif. Saat matanya tanpa sadar berpapasan dengan yang lain, mereka akan tersenyum lebih dulu yang membuat Tiara sungkan dan menganggukkan kepalanya. Seperti berada di rumah. Orang-orang dengan kulit kecokelatannya berpenampilan manis dan sederhana. Tidak jarang banyak pendatang den

DMCA.com Protection Status