“Mas Lex … bisa pergi kalau mau pergi.” Ketika perasaan Elok sudah tenang, pun dengan tangis yang telah mereda, ia kembali meminta Lex untuk pergi. Sedari tadi, pria itu hanya duduk di hadapannya dengan tenang, tanpa melakukan apapun. Lex mengambil botol air mineral yang sudah dipesan Pras. Membukanya, lalu menyodorkannya di depan Elok. “Minumlah dulu.” Elok tidak menolak. Setelah menangis dalam waktu yang tidak singkat, tenggorokannya lumayan terasa kering. Sementar, minuman yang sempat Elok pesan adalah kopi yang pastinya sudah dingin dan tidak lagi enak. Elok meraih botol yang masih penuh di hadapan lalu minum dan hampir menghabiskan setengahnya. Elok meraih tutup botol yang tergeletak di meja, lalu menutupnya. “Makasih, Mas lex sudah bisa pergi.” Alih-alih pergi, Lex justru meraih sendok dan garpu yang ada di sisi piringnya. “Aku tahu makanannya pasti sudah dingin, tapi, nggak ada salahnya kalau kita makan dulu.” “Jangan buat—” “Makanlah dulu, El,” putus Lex. “Lupakan dulu
“Kenapa belum siap-siap?” Adi sudah menggandeng Kasih, yang malam ini tampak sangat cantik dengan rambut yang dikuncir kuda. Setelan kemeja denim dan rok tutu berwarna pink, membuat tampilan semi kasual Kasih tampak begitu manis untuk dilihat. Sedangkan Elok, masih memakai kaos sore tadi dan belum berdandan sama sekali. Padahal, malam ini keluarga Mahardika telah diundang ke kediaman keluarga Sagara untuk makan malam. “Aku lagi nggak enak badan,” jawab Elok yang membaringkan tubuh di sofa panjang dengan membawa selimut. Ia bosan berada di dalam kamar, karena itulah Elok membawa selimutnya dan berbaring di ruang keluarga sambil menonton televisi. “Papa, sama mama aja yang ke sana. Aku biar diwakili, Kasih. Ya, Sayang, ya?” kata Elok sembari mengulurkan tangan pada putrinya. Kasih melepas tangan Adi, lalu menghampiri sang mama dan duduk di sebelahnya. “Mama sakit apa?” Tangan Kasih reflek terulur menyentuh dahi Elok, sama seperti yang dilakukan sang mama ketika dirinya sedang sakit. T
“Pak Raja—”“Nggak usah formal, Lex,” putus Raja cepat sambil mengibaskan telapak tangan kirinya pada pria itu. “Kita lagi nyantai malam ini. Biasa aja.”Napas Lex terbuang pelan. Andai bukan Raja yang langsung menelepon dan menyuruhnya datang makan malam, Lex pasti sudah berada di Singapura untuk melihat sebuah apartemen yang sudah ditawarkan oleh marketing sebuah perusahaan properti.“Aku sudah nyantai, Om,” sahut Lex kemudian setelah menatap Pras dan Adi secara bergantian. “Betul-betul nyantai.”Lex tidak pernah menduga, Raja juga mengundang keluarga Mahardika untuk makan malam di kediaman pria itu. Awalnya, Lex mengira akan ada hal penting yang dibahas setelah makan malam selesai. Namun, setelah melihat Kasih menghampirinya untuk menyapa, di situlah kecurigaan Lex semakin menjadi-jadi.Makan malam kali ini, pasti ada hubungannya dengan Elok. Tampaknya, Raja juga ikut berkonspirasi dengan Pras, maupun Adi untuk menjodohkan dirinya dengan wanita itu?Akan tetapi, saat Lex tidak mend
Bingung.Hal tersebutlah yang dirasakan Elok saat sudah sampai di Bali. Entah ada angin apa, Kiya tahu-tahu sudah mengirimkan sebuah tiket elektronik di ponsel Elok, beserta nama hotel yang akan ditempatinya selama satu minggu ke depan. Gadis yang sudah menjadi asisten pribadi Gilang itu mengatakan, Adilah yang telah memerintahkan untuk melakukan itu semua. Tanpa Kasih, dan Elok benar-benar pergi hanya seorang diri.Adi beralasan, Elok butuh me time dengan suasana baru agar bisa melihat dunia dari perspektif berbeda.Sementara Kasih, nantinya akan menyusul pada saat liburan akhir minggu, agar bisa ikut bersenang-senang bersama Elok di Bali.Karena tidak punya tujuan dan agenda kerja, maka sore itu Elok hanya menghabiskan waktunya di pantai. Duduk diam di atas hamparan pasir, dan menanti matahari tenggelam seorang diri. Menikmati keindahan alam yang tercipta di ujung horizon, tanpa memikirkan semua masalah yang belakangan ini selalu menemani.Sesaat setelah matahari tidak lagi menampak
Elok memijat kepalanya saat mendengar penjelasan Adi yang terlampau santai. Pria itu berujar tanpa rasa bersalah sama sekali, dan terkesan lepas tangan atas rencana yang telah dibuatnya. Akan tetapi, Elok tidak mengatakan pada Adi, bahwa Restu juga berada di hotel yang sama dengannya agar tidak menambah beban pikiran sang papa.“Konsep me time itu nggak begini, Papaaa!” Elok ingin menjerit saja rasanya jika yang dihubunginya saat ini bukanlah sang papa. Sejak tadi, Elok hanya mondar mandir di sepanjang sisi samping tempat tidur karena kesal dengan perbuatan Adi. “El, Papa punya sedikit cerita tentang Lex,” kata Adi, kemudian memberitahu beberapa hal yang dibicarakannya dengan keluarga Sagara pada saat makan malam kala itu. “Jadi, kamu ngerti kenapa Lex selama ini benar-benar seperti triplek di depanmu?”“Dan itu bukan urusanku, Pa,” komentar Elok setelah terdiam beberapa saat memikirkan ucapan Adi. Bukannya tidak tersentuh dengan cerita Adi, tapi, biarlah hal tersebut menjadi jalan
“Bye, Sayang,” pamit Elok hendak menyudahi panggilan videonya dengan Kasih. Sejak beberapa menit yang lalu, Elok memang sudah melakukan panggilan video bersama Kasih sembari menikmati makan malam. Meskipun saat itu Elok sedang bersama Lex, tapi ia tidak memberitahukan hal tersebut pada Kasih. Jadi, sepanjang panggilan video tersebut, hanya ada percakapan antara Kasih dan Elok. Sementara Lex, hanya jadi pendengar, sekaligus penonton yang baik sambil menikmati makan malamnya. “Sweet dreams, emuah.”Lantas, panggilan tersebut Elok tutup dengan cium jauh, tanpa memedulikan orang di sekitarnya, termasuk Lex.“Sorry, ya, Mas,” ucap Elok setelah mengakhiri panggilannya dengan Kasih.“It’s oke.” Sejak tadi, kalimat Elok yang bertanya mengenai kebahagiaan, ternyata mampu mengusiknya. Sepanjang Elok berbincang dengan Kasih, Lex dapat melihat binar bahagia yang terpancar dari wajah wanita itu. Benar-benar kebahagiaan yang tulus, dengan tawa lepas yang sudah lama tidak Lex lakukan.Kapan?Lex kem
Lex sudah sering melihat Elok memijat pelipisnya, dengan memberi alasan sakit kepala. Namun, pagi ini justru Lexlah yang memijat kepala karena ulah Elok, yang “memaksanya” untuk menjadi sopir pribadi wanita itu. Andai Restu tidak berada di hotel yang sama, Lex yakin semua ini tidak akan terjadi.“Jadi, Mas,” Elok mulai berbicara ketika mereka berdua baru saja duduk untuk menikmati sarapan bersama. “Agenda hari ini itu … aku mau ke Tanah Lot dulu. Muter-muter aja di daerah sana. Lihat-lihat, beli-beli, terus jalan-jalan aja di sana. Sorenya pulang.”“Pagi ini?” tanya Lex memastikan, karena agenda Elok menurutnya benar-benar tidak diperhitungkan. “Bukannya di sana tempat yang bagus buat lihat sunset?”“Lihat sunset sama Mas Lex?” pancing Elok sambil memtong croisantnya jadi dua. Tatapannya tidak lepas tertuju pada Lex, yang tengah menusuk dimsum sayurannya dengan garpu.Lex menahan napas sebentar. Sejak semalam, Elok selalu saja memancing dan menjebaknya. Kenapa sikap Elok bisa berubah
“Kunci.”Mata Elok terbelalak. Menatap tangan besar yang sudah menengadah di depannya. Untuk menahan senyum, Elok segera menggigit pipi bagian dalamnya dengan kuat. Elok juga tidak mengerti, mengapa bibirnya seolah ingin tersenyum lebar saat melihat Lex ada di hadapan.Tadinya, Elok sudah tidak berharap apapun karena sampai di parkiran mobil pria itu tidak terlihat menyusulnya sama sekali. Elok bahkan sudah berencana check out dan menginap di hotel yang tidak jauh dari bandara, dan memutus semua hubungan dengan Lex setelahnya. Namun, kemunculan Lex yang tiba-tiba di depannya kali ini, akhirnya membuka sedikit celah dan petunjuk tentang perasaan pria itu.“Ada apa dengan kuncinya?” tanya Elok lalu bersandar pada pintu city car, yang disewanya selama satu minggu ke depan. Elok bersedekap, dan menyembunyikan kunci mobil di genggaman tangannya.“Jangan seperti anak kecil, El.”“Mas, tahu yang namanya bercanda, kan?” Elok berdecak lalu menyerahkan kuncinya di telapak tangan Lex. “Jangan te