Vienza dan keluarganya sedang dirumah sakit menunggui Zyan.
Zyan tidak terluka parah karena dia memakai baju pelindung.Tapi peluru itu cukup sedikit mengoyak kulit bahunya.Alvian menatap serius Zyan yang sedang makan disuapi oleh Zira. Sedangkan Zia dan Vienza duduk manis didekat brankar Zyan.Vienza merasa bersalah karena ini."Oh ya ayah apakah sudah mendapatkan kabar dari kerajaan Wieldburg?"Tanya Zyan mengingatkan Alvian. Tapi percakapan mereka terintruksi karena ponsel Vienza berbunyi.Vienza melihat nama Mahira disana dan dia langsung mengangkatnya."Ya halo, APA !?"Vienza sedikit berteriak dan berdiri dari duduknya tadi. Lalu setelah sambungan telpon terputus dia duduk kembali bagai patung yang jatuh.Zia memegang bahu Vienza dan Alvian mendekati putri nya itu."Ibunda Akhtar meninggal dunia siang ini."Vienza meneteskan airmatanya dan Zia memeluknya erat.Leo masuk kedalam ruangan itu membuat AZia dan Vienza bergegas masuk kedalam Istana. Dihalaman istana sudah ada kerenda ibu suri dan disebelah kerenda itu ada Akhtar dengan wajah sedihnya, ada Ghafur juga ayah mertuanya. Semua orang berdiri dan hormat saat peluru ditembakkan keudara.Saat itulah Vienza mendekati Akhtar, Akhtar yang awalnya tidak terlalu memperhatikan sekitarnya akhirnya melihat seseorang yang ikut berdiri disebelahnya dengan menggunkan cadar. Akhtar menatap wanita itu dan melihat bola matanya. "Vienza...... "Akhtar memastikan apa yang dia lihat benar, dan jawaban dari pertanyaan itu benar saat Vienza membuka cadarnya. Akhtar melihat ada bercak darah di cadar maupun pakaian Vienza. "Aku akan menceritakannya nanti, sebelum aku kembali ke Fortania."Vienza menatap kerenda ibu mertuanya dan mencium puncak kepala kerenda itu. "Maafkan semua kesalahan Vienza ibunda, dan terimakasih atas semuanya." Airmata Vienza mengalir mengingat kedekatan dan kemurahan hati
Suasana di Wieldburg sedang sangat tegang, semua akses masuk ataupun keluar Wieldburg ditutup, keluarga kerajaan tidak ada yang boleh keluar dari istana. Sudah dua minggu Akhtar mencari tahu semuanya, dan sudah dua harilah akses masuk dan keluar dari Wieldburg ditutup. Akhtar tidak ingin saat semua ini terbongkar para penjahat itu melarikan diri mereka harus bertanggung jawab atas semua ini. Thomas datang keruang kerja Akhtar dan memberikan semua kumpulan penyelidikan polisi tentang masalah ini dan hasilnya belum diketahui. Akhtar membuka lembar demi lembar apa yang tertulis dikertas dalam map itu. Dan Akhtar menutupnya. "Terimakasih Thomas, katakan juga kepada Shahid aku berterimakasih. Aku akan berbicara dengan pamanku sebentar lagi." "Baik baginda," Thomas menunduk memberi hormat. Tapi dia kembali bersuara, membuat Akhtar cemas. "Baginda, saya mendapatkan kabar kalau Ratu Vienza sedang sakit. Dan sudah dua hari beliau dirawat dirumah sakit di K
Ponselnya berdering dan dia melihat siapa yang menelponnya. Tertera nama Akhtar dilayar ponselnya, angkat tidak?? Angkat tidak..?? Dia bingung harus bagaimana, dia tidak ingin melunak dan kembali lagi. Tapi dia sangat merindukan pria yang menelponnya ini. Ponselnya kembali berdering. Angkat tidak?? Angkat tidak??? Vienza menghembuskan nafasnya dan mereject telpon Akhtar. Tidak dia tidak akan mau berbicara sekarang dengan Akhtar. Akhtar tidak menelponnya lagi ternyata dan Vienza memejamkan matanya, dia berniat tidur sebentar dan sebutir airmata keluar membasahi pipinya. Dia merindukan Akhtar, sekaligus membenci perlakuan Akhtar kepadanya. Pintu kamarnya terbuka dan Vienza melihat siapa yang masuk tanpa seijinnya itu. "Ini suami mu menelponmu ke ponselku kak, dia bilang kau mematikan telponnya." "Katakan saja aku tidak ingin berbicara, tidak untuk sekarang." Zia memutar bola matanya kesal dan menyampaikan pesan Vienza.
Vienza sudah siap dengan pakaian santainya saat ini. Dia dan Zia akan pergi ke Indonesia untuk jalan-jalan dan semua sudah disetujui oleh ayahnya juga ibundanya. Vienza juga sudah menyiapkan semua keperluannya selama satu bulan di Indonesia, nenek mereka sangat senang mendengar kalau Zia dan Vienza akan datang ke Indonesia.Saat Zia dan Vienza sudah siap dan berjalan kearah mobil, Zia dipanggil oleh pengawal untuk menghadap Ratu yang tak lain adalah ibundanya. Zia terpaksa harus kembali ke paviliun utama menemui ibundanya. Vienza melanjutkan langkahnya dan penjaga membukakan pintu mobil untuknya. Matanya terkesiap melihat isi didalam mobil itu. Seorang pelayan memberikan kertas dan Vienza membacanya. Happy birthday my love... Vienza tersenyum sedikit, dia tahu ini pasti Ghafur. Hanya Ghafur dan keluarganya yang mengetahui kalau dirinya menyukai bunga mawar putih. Vienza mengambil buket bunga yang beru
Vienza duduk bersama dengan Tania, sedangkan yang lainnya sibuk memancing di tepi pantai oaku Fortania. Liburan mereka ke Indonesia diundur karena Akhtar harus segera kembali ke Wieldburg, tidak memungkinkan untuk pergi ke Indonesia. Tapi Akhtar berjanji dia akan mengajak Vienza berlibur kesana. Pagi hari setelah moment romantis itu Vienza dan yang lainnya makan siang bersama di Fortania, setelah itu Alvian mengajak menantunya itu memancing di private pulau Oaku yang tak jauh dari istana. Dan disinilah mereka semua... Menikmati udara segar dari pulau Oaku, pulau oaku adalah satu-satunya pulau yang tidak dibuka untuk umum di Fortania, karena pulau Oaku hanya sebuah pulau kecil namun begitu indah. "Aku meminta maaf Vienza." Vienza melihat kearah Tania. "Aku yang meminta maaf, aku tahu kau mencintai Akhtar sudah sangat lama bukan." Tania tertawa dan membuat Vienza heran. "Cintaku tidak sedalam dirimu Vienza, aku itu em... Tidak terlalu mencintai Akht
Akhtar berjalan berdampingan dengan Vienza yang sangat cantik pagi ini. Hari ini Vienza, Akhtar, Mahira, Tania, dan juga Fasya akan kembali ke Wieldburg. Saat berpamitan dengan ibundanya Vienza menangis sambil memeluk Zira. "Do'a kan Vienza bisa sehebat dan sekuat ibunda ya..." Zira mencium kening Vienza dan tersenyum. "Kau harus menjadi dirimu sendiri sayang, dan kau harus selalu mendampingi Akhtar dalam keadaan apapun itu." Pesan Zira yang diingat baik-baik oleh Vienza. Rombongan Akhtar dan Vienza pergi dengan kawalan penuh menuju Bandara. Disana pesawat pribadi mereka sudah siap menunggu, Akhtar menggengam tangan Vienza selama mereka didalam pesawat membuat Fasya mengoloknya. Vienza menghabiskan waktu yang melelahkan itu dengan tidur. Empat jam perjalanan mereka berakhir dan di Wieldburg sudah sore. Para pengawal sudah siap mengawal mobil mereka hingga menuju istana. Akhtar mengantarkan Vienza ke kamarnya setelah b
Vienza bangun dari tidurnya dan dia melihat jam menunjukan pukul delapan pagi. Dia terlonjak karena bangun kesiangan, ini gara-gara semalam dia tidak bisa tidur karena kesal dengan Akhtar. Saat dia ingin menuju kamar mandi dilihatnya ada sebuah buket mawar putih terletak di sofa kamarnya. ImageVienza mengambil kartu ucapan didekat buket itu dan membacanya. Pagi sayang... Aku tahu aku salah. Maafkan aku, aku terlalu egois memang. Please maafkan aku, ajari aku caranya bersabar dan menahan rasa cemburu ku karena memiliki istri seperti bidadari. Kita akan diner malam ini, jadi bersiaplah. Shahid yang akan menjemputmu nanti malam. Aku pergi ke kota Yamun bersama Thomas. Jangan lupa sarapanmu.. I love you... Vienza tersenyum membaca itu semua, "Dasar menyebalkan," kata Vienza kepada dirinya sendiri. Tak lama Siti pelayannya masuk untuk membantunya mandi dan memakai pakaian. Setelah selesai membersihkan tubuh dan memakai bajunya
Vienza melihat Shahid pergi meninggalkannya ditepi jurang itu dia ingin mengejar dan bertanya apa maksudnya semua ini. Tapi dia dikejutkan karena tangan kanannya ditarik oleh Akhtar yang tiba-tiba muncul disampingnya. "Ih, kau ini kenapa membuatku terkejut seperti itu." Akhtar hanya tersenyum konyol membuat Vienza semakin geram. Suaminya itu terus menarik tangannya menuju kesuatu tempat. Mata Vienza membelalak tak percaya dimana tempat tujuan mereka."Kau suka cantik?" Vienza tidak tersenyum melainkan melotot tak suka. "Kau ingin diner disini?" "Ya kenapa? Kau tidak suka?" "Ck.. Pasti ada nyamuk disini. Dan kau tahu aku paling tidak suka digigit nyamuk." "Tenang saja, aku akan melempar setiap nyamuk yang ingin menggigit istriku. Karena hanya aku yang boleh menggigit istriku ini." Vienza ingin tertawa tapi dia tahan. Akhtar mengajaknya duduk ditempat yang sudah dia siapkan untuk mereka berdua. Sudah ada makanan yang tersedia dan Vienza m
Seluruh keluarga kerajaan tampak berkumpul di depan ruang persalinan rumah sakit Wieldburg Hospital, rumah sakit yang biasanya menangani keluarga kerajaan.Hari ini Vienza akan melahirkan penerus kedua tahta kerajaan Wieldburg, Vienza sedang ditemani Akhtar didalam ruang persalinan, karena Vienza melahirkan secara normal. Ratu Zira, dan Raja Alvian ada disana untuk menemani anak mereka, Putri Mahira, Pangeran Ghafur dan juga Pangeran Zyan ikut menantikan kelahiran anak Vienza dan Akhtar."Ibund, ayah, bagaimana ?" Suara seorang wanita membuat mereka semua menoleh." Zia, kenapa kamu kesini. Lihat perutmu itu." Kata Zira mengomeli Zia putrinya yang sedang hamil besar. Zia malah tersenyum dan langsung memeluk ayah dan ibunda nya."Maaf ibunda, saya sudah katakan kalau lebih baik menunggu telpon dari ibunda atau Zyan, tapi Zia bersih keras ingin pergi." Reikhan memperlihatkan wajah menyesalnya kepada keluarga Zia."Tidak apa Rei, putri ku yang satu ini memang suka me
Vienza menatap kearah depannya dimana pemandangan Akhtar dan putranya bermain-main. Vienza mengelus perutnya yang juga terdapat kehidupan baru disana, Vienza sedang mengandung lagi anak Akhtar. Usia kehamilannya sudah memasuki enam bulan, semuanya berjalan lancar. Setelah kejadian buruk dulu yang membuat Akhtar sangat memperketat penjagaan istana juga tidak lagi terlihat main-main kepada seorang penghianat. Bahkan untuk hukuman kepada Mentri yang tidak menjalankan sumpah nya sebagai dewan istana, Akhtar tidak segan untuk menghukum penggal mereka didepan masyarakat. Peraturan baru itu diharapkan akan membuat semua mentri benar-benar menjalankan tugas mereka dan melayani masyarakat Wieldburg dengan baik. Sebagai seorang Raja tanggung jawab untuk mensejahterakan rakyatnya ada padanya dan juga kemajuan kerajaan Wieldburg bergantung padanya, cara berpikir dan juga ketangkasannya sangat diperlukan untuk memimpin kerajaannya agar lebih baik lagi dari sebelumnya.Tapi dibalik sik
Akhtar menunggu didepan ruang operasi bersama yang lainnya. Sudah dua jam Vienza didalam sana, dan dia sudah sangat cemas. Lampu operasi belum juga mati hingga setengah jam kemudian lampu yang terus diperhatikan Akhtar mati. Akhtar berdiri membuat yang lain mengikuti apa yang dilakukan Akhtar. Lima belas menit terus berdiri Akhtar masih terus menunggu kehadiran Dokter yang mengatakan kalau Vienza baik-baik saja dan akhirnya dokter bedah yang menangani Vienza juga dokter Khanita menemui Akhtar yang memang menunggu mereka berdua. Dari wajah dokter itu saja Akhtar sudah tahu kalau ini bukan berita baik, Zyan ikut berdiri disampingnya. "Operasi berjalan lancar Yang Mulia, tapi kondisi Ratu Vienza sangat lemah. Dan saat ini sedang kritis," ucap dokter Khanita yang memberikan penjelasan. "Apa maksudnya?" tanya Akhtar nyaris tidak terdengar. "Kita akan menunggu tiga jam lagi. Jika memang tidak ada tanda-tanda kalau Ratu Vienza akan sadar dan detak jantungnya tidak naik maka
Suara brankar didorong dan langkah beberapa orang yang seperti berlari membuat suasana semakin terasa tegang. Vienza sudah dipasangkan oksigen dan juga infus dilengannya. Vienza masih sadar namun matannya seolah mengatakan kalau dia sudah tidak sanggup lagi. "Ah.......," jerit Vienza dan perawat tahu kalau itu adalah air ketuban Vienza. Tidak ingin terlalu lama salah satu dokter kandungan terbaik dirumah sakit itu yang ikut mendorong brankar Vienza mulai menyuruh para perawat menyiapkan ruang persalinan untuk Vienza. Setelah masuk kedalam ruang persalinan Dokter Khanita keluar lagi bersama Akhtar. "Yang Mulia Raja, karena air ketuban Ratu Vienza sudah pecah saya meminta anda untuk mengambil keputusan. Apakah diperbolehkan kalau kami melakukan persalinan normal.""Karena jika harus operasi saya takut keadaan Ratu tidak stabil, karena banyaknya darah yang sudah keluar saat ini." Akhtar tampak berpikir dan Zyan mengeluarkan suaranya. "Bukankah Vienza sedang tidak
"Thomas kita harus segera menuju perbatasan Alaska dan Wieldburg. Pangeran Zyan akan segera menuju kesana juga"Thomas mengangguk patuh dan berbicara kepada pilot helikopter itu. Kenapa perasaanya semakin tidak tenang seperti ini . "Berapa lama lagi kita akan segera sampai di perbatasan?" tanya Akhtar tak sabar. "Yang Mulia, jika kecepatan kita stabil terus seperti ini kita akan sampai sekitar empat puluh lima menit lagi." Akhtar mengangguk paham dengan apa yang dikatakan Thomas. Akhtar mengangkat ponselnya saat nama Zyan tampil dilayar ponselnya. "Ya Zyan ? Bagaimana?" "Aku dan Raja Pedro sudah sampai di perbatasan, tapi tidak ada speedboat atau apapun itu disini." "Apa kau yakin Vienza kearah perbatasan ini." Akhtar sekarang merasa ragu, benarkah Vienza kearah sana. Tapi dia tidak mungkin salah melihat. Atau apa mungkin cincin itu jatuh? Tapi jika jatuh pasti cincin itu tidak aktif. Karena cincin yang dipesan Akhtar khusus itu hanya a
Saat Akhtar memikirkan kemungkinan buruk terjadi pada istrinya , dia teringat meninggalkan sebuah cincin yang dipakai Vienza. Dengan cepat Akhtar membuka ponselnya dan mengecek cincin GPS yang dia berikan kepada Vienza. Omar dan Thomas melihat apa yang sedang dilakukan Akhtar,mereka bingung apa yang sedang Akhtar lakukan diponselnya.'Aktif' Akhtar bisa tahu cincin itu masih dipakai Vienza dan dia bersyukur Vienza masih berada di Wieldburg, tapi mata Akhtar memicingkan matanya saat dia tahu letak keberadaan Vienza. Istrinya itu menuju hutan rahasia yang Akhtar pernah beritahu, ada apa Vienza sampai kesana. Pasti sesuatu yang buruk tengah terjadi kepada Vienza."Thomas siapkan helikopter khusus untukku. Sekarang juga kita harus ke Fortania, beritahu Fasya segera aku akan kembali.""Tapi baginda, akses menuju Wieldburg sementara ditutup.""Jangan membantah Thomas, aku perintahkan kau secepat mungkin menyiapkan kepulanganku. Dan satu lagi, katakan kepada Fasya untuk
Vienza sedang duduk tersenyum di kursinya menyaksikan beberapa kata sambutan dari orang-orang penting di King Arthur Hospital di Yamun. Setelah Akhtar berangkat tak lama kemudian rombongan dirinya dan Mahira juga pergi menuju Yamun untuk menghadiri acara amal yang setiap tahunnya selalu digelar Rumah Sakit itu. Rumah Sakit King Arthur ini adalah salah satu rumah sakit besar modern yang dulunya dibangun pertama kali di Kerajaan Wieldburg, King Arthur kakek buyutnya Akhtar adalah Raja yang sangat peduli akan kesehatan rakyatnya.Dan dirumah sakit ini masyarakat kurang mampu bisa mendapatkan bantuan dari kerajaan untuk masalah biaya berobat mereka, dengan memenuhi semua persyaratan dari Kerajaan. Mahira disebelah Vienza terlihat serius mendengarkan pidato-pidato sedari tadi. Tak lama acara pun selesai setelah Vienza memberikan pidatonya juga serta beberapa bingkisan kepada para perawat dan juga dokter yang sudah dengan sepenuh hati menyembuhkan dan merawat para pasien. Beber
Pagi ini Vienza sedang senam kehamilan ditemani Akhtar di area taman pribadi milik Ratu. Usia kehamilan Vienza sudah menginjak tujuh bulan, dan selama itu juga Akhtar tidak pernah meninggalkannya. Dia menyerahkan urusan keluar negri kepada Ghafur sebagai wakilnya, dan Ghafur terpaksa menunda pekerjaannya sebagai penyanyi. Akhtar selalu menyiapkan penjaga serta pelayan yang berjumlah hampir sepuluh orang di Istana Ratu jika dia pergi menghadiri rapat Dewan atau urusan lainnya. Selama Vienza hamil dia juga selalu menuruti keinginan istrinya sesulit apapun itu. Yang terakhir yang membuatnya malu sendiri adalah Akhtar diminta Vienza untuk memakai jubah tidur seorang Ratu, tapi setelah Akhtar memakai nya Vienza malah menangis dan meminta maaf. Vienza adalah anugrah baginya, Vienza melengkapinya. Dia tidak tahu bagaimana jadinya dia jika Vienza meninggalkannya. Akhtar membersihkan keringat dikening Vienza. Dia berdiri tegap dan terus membantu Vienza melakukan gerakan. Ma
Vienza bangun dari tidurnya karena mencium aroma yang dia inginkan. Akhtar sudah bangun dan menyentuh wajah istrinya itu. "Pagi sayang." Akhtar ingin terawa melihat wajah penasaran dari Vienza. "Kau lapar? Aku sudah menyiapkan sarapanmu dan juga susu hamil mu." Akhtar membawakan nampan yang berada dibelakang dirinya lalu duduk disamping Vienza. Mata Vienza berbinar menatap bakso yang ada dinampan itu. Vienza langsung mengambil nampan yang ada dipangkuan Akhtar. Dia langsung bersiap memakan bakso itu, tanpa mengucapkan terimakasih kepada Akhtar yang sudah membawakan dirinya makanan itu. Tapi Akhtar tidak masalah karena sekarang dia melihat Vienza yang sangat bahagia memakannya, bagaimana bisa istrinya ini begitu semangat hanya memakan semangkuk bakso. "Sayang, kenapa bakso ini masih hangat. Apa kau menyuruh koki istana memanaskannya?" Tanya Vienza disela makannya. "Aku tidak mungkin memberikanmu makanan panasan seperti itu sayang. Kau hamil dan aka