Satu bulan kemudian ...Pinka sudah berhasil mewujudkan impiannya untuk menyewa sebuah ruko di tengah pusat kota. Sisa uang yang ada di kartu ATM itu ia ambil semua dan ia pertaruhkan untuk membuat usaha Toko Kue. Keputusan Pinka untuk mandiri sudah bulat, Reno sendiri tak bisa menghalangi keinginan mulia Pinka, bahkan dokter muda itu semakin kagum dan bangga denagn semua prestasi yang di torehkan oleh Pinka.Toko Kue Adzan, pemilik Muhammad Adzan Sanjaya, putra kandung dari Sean Sanjaya. Pinka bahagia akhirnya semua impiannya bisa terwujud walaupun toko kue ini belum besar, setidakanya ia bisa bersaing dan mendapatkan penghasilan untuk menyambung hidup membesarkan putra semata wayangnya.Pagi ini, Reno di undang oleh Pinka untuk pembukaan dan syukuran atas Toko Kuenya itu. Selama satu bulan ini, Pinka memang belum menggunakan rukonya untuk berjualan. Ia menjual semua kue dan roti di depan ruko untuk perkenalan. Setelah banyak pelanggan yang menyukai kue dan rotinya. Perlahan Pinka me
Pak Kyai masih tertawa terbahak -bahak hingga ia terbatuk -batuk karena secara tidak langsung mengejek Reno. Semasa masih di rumah sakit, Pak Kyai dan Reno sudah akrab den sangat dekat. Jadi, antara Pak Kyai dan Reno sudah tidak ada batasan lagi jika bercanda."Pak Kyai tampaknya senang melihat saya di tolak begini? Hancur hati saya, Pak Kyai," ucap Reno sendu.Seketika Pak Kyai pun langsung menghentikan tertawanya dan menyeruput kopi kekinian yang telah di sajikan oleh Pinka untuk teman bersantai."Ada satu hal yang kamu belum ketahui tentang Pinka, Reno. Gadis itu memang smepurna saat ini, mungkin kamu tidak mengenalnya saat ia berada di masa lampau. Lagi pula kamu harus mengurungkan niat kamu untuk mendapatkannya, dia bukan gadis sembarang. Ia gadis yang sudah menikah dan emmiliki suami, yang memiliki profesi sebagai aparat negara. Tapi, jalan hidup mereka untuk berumah tangga tidak semulus itu. Kalau kamu datang untuk meminangnya sudah tentu seratus persen bakal di tolak secara me
Beberapa bulan kemudian ...Usia Adzan pada hari ini genap satu tahun. Hari ini juga, Pinka mulai di sibukkan dengan membuat acara syukuran kecil -kecilan di toko kuenya yang semakin ramai dan memiliki banyak pelanggan. Pinka memilik lima orang karyawan, dua orang untuk membantunya membuat kue, dan tiga orang melayani konsumen yang datang.Toko kue dan roti milik Pinka itu semakin hari semakin banyak pengunjung. Mereka tidak hanya membeli kue dan roti manis itu saja tapi juga mereka memesan kue untuk acara besar mereka, seperti kue ulang tahun, kue bulan, kue ranjang, kue kering dan sebagainya."Umi ... Adzan mau main ke taman sama sus. Boleh ya, Umi?" pinta Adzan setelah selesai di mandikan oleh Pinka.Awalnya Pinka mendiamkan keinginan putra semata wayangnya itu. Sudah satu bulan ini setiap pagi dan sore, Adzan selalu meminta di temani berjalan -jalan di sekitar taman dekat rukonya. Memang tidak terlalu jauh, tapi sepertinya ada sesuatu yang membuat Adzan terus merengek ingin pergi
Bukan Sean Sanjaya jika tidak mencari tahu tentang siapa Muhammad Adzan Sanjaya sebenarnya. Ikatan batinnya begitu kuat sekali. Sean langsung berjalan pelan mengikuti Reno yang akhirnya menggendong Adzan, dan Eva, pengasuhnya membawa kado yang begitu besar.Jantung Sean terus berdegup keras dan makin terasa sangat cepat detaknya. Kakinya begitu kuat dan bersemangat mengikuti langkah pelan Reno, lelaki yang di panggil Adzan denagn sebutan Pak Dokter. Itu tandanya Reno bukanlah Abinya Adzan.Ditengah perjalanan Ibu Aisyah menelepon Sean. Sean merogoh ponsel yang ia simpan di kantong celananya yang etrus bergetar dan berbunyi. Sean fokus pada ponselnya ada beberaapa pesan singkat yang masuk namun Sean belum membukanya hingga Ibunya menelepon Sean karena keadaan semakin darurat.Pikiran Sean kembali bercabang, kedua matanya sesekali menatap ponsel dan tetap fokus mengikuti Reno dan Adzan yang berjarak tidak jauh dengannya. Sambungan telepon itu di angkat oleh Sean sambil berbicara, kakiny
Sampai malam, Pinka menunggu Reno dengan cemas. Jangankan batang hidungnya yang tak kunjung datang. Kabarnya pun tidak ada seperti hilang di telan bumi. Pinka bolak balik di atas balkon sambil menatap ke arah bawah, kalau saja mobil Reno tiba -tiba datang dan parkir tepat di depan rukonya.Satu jam ...Dua jam ...Tiga jam ...Akhirnya tepat pukul sepuluh malam, Pinka benar -benar mencemaskan keadaan Reno sebenarnya. Pesan yang ia kirimkan sejak tiga jam lalu tidak terkirim. Nomornya pun di telepon tapi tidak bisa dan selalu memanggil ulang. Ada apa sebenarnya ini? Apa yang terjadi dengan Reno sebenarnya.Ponsel Pinka terus emnghubungi Reno walau memang sejak tiga jam lalu sama sekali tak tersambung.Eva sedang menidurkan Adzan di kamar Adzan. Toko Kue dan Roti juga sudah tutup sejak pukul sembilan. Karyawan yang bekerja disitu tidur dalam satu ruangan di kamar yang telah di sediakan Pinka di dekat dapur kue. "Umi ... Umi gak apa -apa? Umi sepertinya sedang cemas?" tanya Eva yang iku
Pinka mendatangi TKP malam itu juga. Tempat dimana terjadinya kecelakaan maut itu. Pinka hanya bertanya di dalam hatinya, dari mana Reno sampai melewati jalan terjal seperti ini?Pinka turun dari mobilnya dan berjalan menghampiri pihak berwajib yang sedang bertugas disana. Pinka melihat proses evakuasi mobil Reno yang sedang di naikkan ke atas mobil derek dan mobil truck yang menjadi musuh dalam kejadian tabrakan itu."Permisi Pak. Saya Pina Kartika, sa -saudaranya Reno yang mengalami kecelakaan disini," ucap Pina pada salah satu pihak berwajib."Ohhh ... Nona Pina. Sini mari ikut kami Bu," titah Polisi itu pada Pinka.Pinka pun berjalan mengikuti arahan polisi itu mengikuti sampai ke mobol polisi. Polisi itu memberikan kepada Pinka sebuah jas dokter dan satu tas dokter dan satu tas kecil berisi barang -barang Reno yang ada di dalam mobil."Ini barang -barang Pak Reno. Mobil akan di bawa ke Kantor Polisi sebagai bukti," ucap Polisi itu pada Pinka.Pinka menerima barang -barang Reno ya
Semalaman Pinka duduk di kursi besi menunggu Reno yang tak kunjung sadar dari tidur panjangnya. Pinka sempat berbincang pada dokter yang memeriksa dan mengusrus Reno. Dokter tersebut menjelaskan bahwa luka yang di derita oleh dokter sangatlah parah dan begitu berat. Ada kemungkinan, dokter tidak akan selamat jika alat pendeteksi tubuh itu menunjukkan penurunan setiap hari.Pinka terus menatap nanar ke arah pintu ruang ICU itu. Tubuhnya mulai terasa lelah menunggu pasien di rumah sakit seperti ini."Pinka? Apa yang terjadi dengan Reno?" tanya Mama Reno yang telah datang ke Indonesia untuk menjenguk putra semata wayangnya.Pinka memeluk Mama Reno, kedua wanita itu sudah sangat saling mengenal sejak Pinka tinggal di rumah Reno dan bekerja sebagai asisten rumah tangganya.Pinka mengendurkan pelukannya dan menatap Mama Reno sendu."Maafkan Pinka, Ma. Pinka tidak tahu apa -apa. Pinka juga di hubungi Pihak kepolisisan bahwa Pak Reno kecelakaan, dan Pinka kesini. Tapi, dokter Reno belum juga
Melihat Sean yang begitu bersemangat menciumi Adzan, Pinka pun terharu melihatnya. Adzan tak akan lagi kesepian, ia akan bersama Abinya dan hidup bahagia. Pertemuan ini memang sudah di rencaankan Tuhan sebagai takdir mereka.Pertemuan, perpisahan, jodoh dan maut serta rejeki memang sudah di atur oleh Tuhan. Tuhan memberikan takdir kepada kita dan kita sebagai manusia hanya bisa menjalankan saja dengan baik sesuai dengan aturan syariat yang berlaku. Melakukan yang baik dan menjauhi larangannya.Sean mendekati Pinka dan memeluk pinggang Pinka dengan erat sambil menggendong Adzan."Kakak tidak mau berpisah lagi seperti kemarin Pinka. Kita harus tetap bersama, tidak ada lagi yang memisahkan kita," ucap Sean tegas.Pinka menatap Sean dan tersenyum bahagia di balik cadarnya. Kenapa hari ini benar -benar menjadi hari kejutan bagi Pinka. Sejenak Pinka lupa akan Reno, lelaki yang sedang bertarung dengan nyawanya untuk bertahan hidup dan sembuh lalu mewujudkan mimpinya untuk melamar Pinka."Ma
Itulah Adzan. Lelaki pemberani dan kuat yang tak akan menyerah dalam situasi apapun. Adzan adalah lelkai yang menjaga harga diri keluarganya. Baginya keluarga adalah prioritasnya. Barang siapa yang mengganggu keluarganya, maka akan berhadapan dan berurusan dengan dirinya.Adzan sudah mematika mesin motornya dan turun masuk ke dalam gedung tua. Disana terlihat Marko sedang bersantai dan minum -minuman keras bersama komplotannya."Marko!! Kamu apkan Ainul!!" ucap Adzan dengan suara yang begitu keras dan lantang. Adzan masuk ke dalam gedung sendirian. Reza dan teman -temannya bersembunyi di tempat lain sesuai arahan Adzan tadi.Marko meletakkan botol minumannya di atas meja dan bangkit berdiri untuk melihat siapa yang memanggil namanya dengan berani. Kedua matanay menyipit dan emnatap tajam ke arah Adzan."Kamu? Adzan bukan?" tanya Marko dengan suara tak kalah lantang.Sebagai pemimpin genk motor, Marko tak boleh terlihat lemah didepan anak buahnya. Apalagi yang datang adalah orang asing
"Umi kenapa sih, Kak?" tanya Ainul pada Adzan yang sambil mencuci piring. Adzan sedang mengelap meja makan dan menutup smeua sisa makanan denagn tudung saji."Umi cuma lelah aja. Cepat Ainul, kamu juga harus istirahat terus belajar. Besok hari terakhir ujian. Kmau harus semangat," titah Adzan lalu menyapu ruang makan dan menyeruknya dan membuang sampah."Iya Kak. Oh ya, Memang Kakak mau ke Mesir juga?" tanya Ainul lembut sambil mencuci tangannya setelah selesai mengerjakan tugasnya."Iya. Biar mimpimu kamu tidak terhenti," ucap Adzan kemudian lalu membuatkan susu untuk Ainul.Adzan memberikan susu itu pada AInul dan menyuruhnya cepat masuk ke dalam kamar. Adzan juga masuk ke dalam kamarnya dan belajar untuk hari terakhir ujian.***Pagi ini, suasana rumah sudah kembali seperti biasa. Pinka dan Sean hanay membeli makanan dari ujung gang rumahnya. Hari ini, Sean ingin memanjakan istrinya agar tidak memasak dan membiarkan membeli semuanya."Tumben makanannya begini," ucap Fatima menatap
Satu jam sudah Ainul bercerita tentang semuanya. Tak ada satu cerita pun yang di lewatkan oleh Ainul. Awal mula cerita tentang Marko dan ancaman Marko hingga Ainul bisa terjebak dalam kehidupan malam MArko.Adzan terdiam sesaat. Ia mencari solusi yang tepat dan cara untuk bicara denagn baik tanpa menimbulkan masalah baru bagi Ainul."Jadi benar itu anak Marko?" tanya Adzan pada AInul yang mengangguk pasrah sambil menunduk.Kedua mata Ainul sudah basah dan tak bisa lagi membendung air mata itu. Adzan memebrikan sapu tangannya kepaad Ainul."Ini ... Hapuslah air mata kamu. Jangan bersedih Ainul. Semua yang sudah terjadi itu adalah takdir. Sekarang bagaiaman kita menyikapi maslaah itu sebagai ujian dan pendewasaan. Ada Kakak, kita bisa cari solusi bersama. Kamu sekarang maunya gimana?" tanya Adzan pada Ainul.Ainul sedang menghapus air matanay dan cairan dari hidung yang keluar begitu saja. Lalu mengangkat wajahnya dan menatap Adzan dengan malu. Wajaah Ainul sudah memerah karena menahan
Adzan tetap setia menunggu Ainul didepan ruang BK. Setelah mencari tahu, ternyata Ainul sedang mengerjakan ujian kemarin yang memang tidak dikerjakan karena tidak masuk.Adzan sudah menyuruh beberapa teman- temannya di Panti untuk mencari tahu keberadaan Marko. Ada kabar berita yang cukup membuat Adzan terkejut.Satu jam kemudian Ainul keluar dari ruang BK dengan wajah lesu dan tubuh yang etrlihat lemas. Adzan menyodorkan susu kotak untuk IAnul setelah melihat Ainul keluar dari ruang BK."Minumlah biar tubuhmu gak lesu begitu. Kasiha janinmu," bisik Adzan pada Ainul.Ainul menatap Adzan yang tidak menatap Ainul dan hanya menyodorkan susu kotak tanpa harus menatap adiknya. Adzan tak tega melihat wajah Ainul yang begitu terlihat kelelahan."Makasih," jawab Ainul pasrah. Ia menerima susu kota itu dan menancapkan sedotan dilubang kotak itu dan menyeruput nikmat. Susu strawberry yang begitu dingin dan manis sungguh membuat kerongkongan Ainul kembali basah dan mEnghilangkan rasa dahaga yang
Ainul masuk ke dalam sekolah dengan perasaan marah terhadap Adzan. Kedua kakak adik itu biasanya selalu akur dan harmonis. Tapi, kini keduanya bagai kucing dan anjing yang siap menerkam satu sama lain.Adzan yang begitu sayang pada AInul terlalu posesif. Ainul yang sedang tertimpa masalah juga egois menyembunyikan masalahnya itu sendirian saja tanpa ingin diketahui oleh siapapun."Ainul? Kamu kenapa kemarin gak masuk? Dipanggil guru BK katanya ingin susulan kapan?" ucap teman Ainul yang memberikan informasi langsung dari gurunya."Oh oke. Makasih ya, Vin. Aku kesana sekarang," ucap Ainul yang merasa ada sesuatu yang tak beres. Dadanya bergemuruh dan perasaannya tiba -tiba menjadi tidak enak.Ainul mengetuk pintu ruangan BK dan dari dalam terdengar sahutan Bu Eri yang menyuruhnya segera masuk."Masuk!""Maaf Bu. Ibu panggil Ainul?" tanya Ainul kemudian."Ohh Ainul? Iya. Ibu cari kamu. Sini masuk. Kemarin kamu tidak masuk kenapa? Tidak ada permohonan ijin atau surat keterangan sakit dar
Keesokan paginya, Adzan tetap merencanakan semua apa yang telah ia rencanakan bersama anak panti untuk mengikuti Ainul kemana pun perginya seharian ini. Adzan sudah duduk manis disalah satu kursi makan sambil menikmati sarapan paginya. Pikiran Adzan jelas sedang bercabang sejak kemarin. Kenapa dihari penentuan nasibnya untuk lulus malah dihadapkan pada masalah besar seperti ini.Sean sudah masuk ke ruang makan untuk sarapan pagi bersama ketiga buah hatinya. Fatima menyusul dengan wajah serius dan Ainul belum nampak sama sekali batang hidungnya. Ada perasaan penasaran dihati Adzan dan ingin menghampiri Ainul ke kamar gadis itu. Tapi Adzan tetap berusaha tenang dan tidak tereburu -buru dengan segala egonya. Ia tidak ingin membuat Pinka, Uminya menjadi khawatir. Perempuan setengah baya itu terlalu peka untuk urusan kecil seperti ini."Mi ..," panggil Abi setelah menyeruput kopi hitam.Pinka pun masuk ke ruang makan sambil tergopoh -gopoh dan membawa telor dadar di piring besar."Iya Bi?
Hari ini pukul satu dini hari, Adzan terbangun dan bangkit dari tempat tidurnya lalu membuka kamarnya. Suasana dirumah itu begitu sunyi dan hening. Adzan berjalan menuju dapur untuk mengambil air dan cemilan di lemari es untuk mengisi perutnya yang mulai terasa lapar dan menemani ia belajar hingga pagi menjelang.Sesekali Adzan mendengar suara desahan dari kamar kedua orang tunya. Adzan hanya tersipu malu mendengarnya."Ainul? Kamu sedang apa?" tanya Adzan menatap Ainul yang sedang sibuk memasak air.Ainul menoleh ke arah belakang melihat Adzan yang berjalan pelan menghampirinya."Kak Adzan ngapain? Peduli amat?" ucap Ainul yang semakin ketus."Lho ... Kakak kan emang peduli sama kamu, Nul. Kamunya aja yang gak paham dan gak peka," ucap Adzan lembut.Adzan tahu Ainul ingin menikmati mie instant malam ini. Adzan mengambilkan beberapa bakso dan sosis yang kemudian direbus didalam air."Ainul gak mau pakai sosis sama bakso. Ainul mual, Kak," ucap Ainul langsung menutup hidungnya dengan
"Semua orang tua pasti akan memberikan yang terbaik untuk anak -anaknya. Mana ada orang tua yang membiarkan buah hatinya mearsakan, kesakitan, kesedihan, kegagalan. Makanya setiap orang tua akan selalu mendoakan anak -anaknya agar berhasil dan sukses menjadi orang hebat," ucap Umi Pinka begitu tulus."Umi ... Kalau ternyata Ainul gagal menjadi anak yang baik bagaimana?" tanya Ainul dengan raut wajah begitu sedih.Ainul merasa hidupnya semakin etrtekan jika membohongi dirinya sendiri dan keluarganya seperti ini.Pinka terus menatap Ainul yang menangis tanpa henti. "Sebenarnya ada apa? Kamu seperti menyembunyikan sesuatu dari Umi? Kamu dan Adzan bertingkah aneh hari ini. Memangnya ada masalah apa? Mungkin Umi bisa bantu?"tanya Pinka begitu pelan dan membuat hati Ainul semakin berdesir.Ainul kembali memeluk Uminya. Ia belum sanggup menceritakan semuanya. Ainul berjanji setidaknya sisa ujian akhir ini bisa ia kejar untuk mendapatkan nilai yang baik.Pinka membalas pelukan itu dengan penu
"Kakak tanya sama kamu, Nul!! Jawab pertanyaan Kakak!!" tanya Adzan mulai geram.Sejak tadi Ainul seperti menyembunyikan sesuatu membuat rasa penasaran Adzan semakin membuncah.Ainul melengos dan menatap ke arah atap kamarnya. Ia tak mau peduli dengan pertanyaan Adzan yang membuat dirinya mati kutu tak bisa menjawab.Semua ini adalah salahnya!! Memberkan celah untuk Marko. Lalu saat ini? Marko ternyata hanya mempermainkannya saja karena rasa penasaran."Cepat jawab!! Atau bukti ini Kakak berikan pada Umi dan Abi?" ucap Adzan mengancam sambil menunjukkan alat tespek tadi."Bawa sini Kak!! Itu milik orang lain, bukan aku," ucap Ainul membela diri.Ainul berusaha berdiri dan mengambil bungkusan itu dari tangan Adzan."Sini Kak!!" ucap Ainul dengan suara keras."Gak akan!! Ini adalah bukti. Satu lagi, kakak tidak percaya kalau ini punya orang lain. Kakak akan cari siapa lelaki yang telah menghamili kamu? Marko kah?" tuduh Adzan dengan tepat sekali.Ainul menggelengkan kepalanya cepat. "Bu