Nathan telah masuk lebih dulu kedalam ruangannya, terlihat disana sudah ada Mr.Paul yang tengah menunggunya. Ayunda memilih pergi ke Pantry terlebih dahulu, untuk menyiapkan beberapa cemilan ringan dan kopi untuk Nathan dan Mr Paul.
Tok tok tok
Ayunda mengetuk pintu rungan Nathan dan membukanya perlahan,
“Excusme,“ sapa Ayunda dengan sopan, tangan kirinya memapah nampan yang berisikan Kopi dan Cemilan.
Mr Paul dan Nathan menoleh dan mengangguk, mempersilahkan Ayunda untuk masuk.
“Good morning, Mr Paul, Good morning, Mr Nathan.” sapa Ayunda kembali sembari berjalan mendekati Nathan dan Mr Paul yang tengah berbincang mengenai kerja sama bisnis mereka kedepannya.
“Good morning, Ms Ayunda. How are you today?“ sapa Mr Paul dengan nada gembiranya.
Ayunda meletakkan kopi dan cemilan di meja dekat sofa tempat Nathan dan Mr Paul duduk.
“I’m excellent, Mr Paul, I Apologize for making you waiting so long. But this coffee and this snack will make you better! Please enjoy.“ ucap Ayunda tersenyum lalu menunduk hormat.
“Hahaha no worries pretty, it’s okay. You always do the best for your, Bos right? Mr Nathan, was so lucky to having you as his, Secretary.” ucap Mr. Paul memuji Ayunda.
Ayunda tersenyum manis dan mengangguk, mengekspresikan rasa terimakasihnya kepada Mr Paul, Ayunda masih berdiri sembari memegang nampan yang sebelumnya ia gunakan untuk membawa kopi dan cemilan.
“Yeah you right, Mr Paul, i’m the lucky one to having her as my, Secretary. She is so smart and skillful.” ucap Nathan membuka suaranya setelah sebelumnya hanya terdiam dan menyeruput kopi.
“We’re know that all. Ms Ayunda’s very famous in Bussiness world but one more thing that you forget, Mr Nathan, Ms Ayunda is so pretty right? Hahaha she can be your moodbooster everyday. “ ucap Mr Paul sembari tertawa girang.
Nathan tersenyum tipis sembari menyeruput kopinnya, sedangkan ayunda tersenyum manis kepada Mr Paul.
“Your praise are too much, Mr Paul but thank you for your compliments. Well please continue your discussion, i will be back to continue my work.” ucap Ayunda lalu menundukkan badannya, memberi hormat kepada Nathan dan rekan bisnisnya.
“Thank you, Ms Ayunda, uhmm i just want you to remember this. If one day you feel bored working with Abraham’company, just call me i will give you a good position in my Company.” ucap Mr Paul penuh harap.
Mata Nathan melebar terkejut atas ucapan Mr Paul yang begitu berani.
“Wahh berani sekali, Pak tua ini.” batin Nathan mendengus kesal.Ayunda tersenyum “ Thank you, Mr Paul, i’ll never forget that!“ seru Ayunda.
Ayunda pun segera pergi meninggalkan ruangan Nathan setelah Ayunda meminta izin kembali, Ayunda membiarkan Nathan berbincang dengan Mr Paul. Ayunda mulai duduk di kursi kebesarannya, meja yang letaknya persis didepan ruangan Nathan. Ia menyalakan komputernya dan mengecek file-file, email dan segala sesuatu yang menjadi tugasnya.
Ayunda Gita Maheswari memang seorang sekertaris yang handal dan cekatan, Ayunda juga selalu mendapat penghargaan sebagai Sekertaris terbaik sepanjang tahun dalam acara Bussiness Award yang diadakan setiap tahun. Karena itulah banyak perusahaan yang menawarkan Ayunda gaji tinggi dan posisi yang tinggi pula. Namun Ayunda dengan sopan menolaknya, Ayunda memilih untuk mengabdikan dirinya menjadi sekertaris Nathan. Jika bukan karena ajaran-ajaran dari Nathan, Ayunda takkan bisa menjadi sekertaris yang hebat seperti sekarang. Begitulah pikir Ayunda.
*****Setelah Mr Paul sudah selesai berbincang dengan Nathan, ia pun bergegas pergi ke Bandara untuk kembali ke UK. Mr Paul tak lupa berpamitan dengan Ayunda, ia memberikan kartu namanya untuk Ayunda. Mr Paul sangat berharap jika Ayunda menerima tawarannya.
Ayunda menerima kartu nama itu dengan senyum ramahnya, tak lupa ia berterimakasih kepada Mr Paul dan akan menghubungi Mr Paul kembali jika Ayunda berminat.
Bunyi telepon disamping komputer Ayunda berdering, Ayunda segera mengangkatnya namun matanya masih fokus pada layar computer didepannya.
“Ayunda’s speaking ma-“ ucap Ayunda terpotong.
“Masuklah keruanganku dan bacakan agenda hari ini.“ ucap Nathan lewat sambungan telepon..
Mata Ayunda langsung menoleh ruangan yang tepat berada di didepan mejanya, kaca besar ruangan Nathan yang sengaja tidak ditutupi tirai saat jam kerja membuat Ayunda mampu menatap Nathan dengan jelas. Terlihat Nathan yang tengah duduk di kursi kebesarannya sembari tangan kirinya memegang telepon dan matanya menatap Ayunda, tangan kanan Nathan bergerak menunjuk matanya dan berdalih menunjuk mata Ayunda.
Ayunda tersenyum kecut,
“Baik, Pak," ucap Ayunda lalu menutup telepon.
Ayunda segera mengambil tab disamping komputernya lalu berdiri dan berjalan menuju ruangan Nathan
Tok tok tok
Ayunda mengetuk pintu ruangan Nathan.
“Masuk.“ suara tegas Nathan terdengar.
Ayunda segera membuka pintu dengan perlahan, Ayunda masuk kedalam ruangan Nathan dan tak lupa menutup pintu ruangan Nathan kembali.
Ayunda segera berjalan mendekati Nathan yang tengah duduk di kursi kebesarannya sembari menatap serius komputer didepannya.
“Selamat pagi, Pak Nathan,” ucap Ayunda menyapa.
Nathan mengangguk,
“Hmm, bacakan agenda hari ini.” ucap Nathan acuh.Ayunda mengangguk dan segera membacakan Agenda kerja Nathan hari ini dengan teliti.
Agenda hari ini tidak terlalu padat, Ayunda sudah membayangkan bisa pulang lebih cepat dan tertidur karena matanya masih benar-benar mengantuk.
“Apa yang diberikan si tua itu padamu tadi? “ tanya Nathan ketika Ayunda telah selesai membacakan agenda kerjanya.
“Hanya sebuah kartu nama,” saut Ayunda dengan tenangnya.
Nathan mengangguk, dan tak ingin bertanya lebih banyak meski ada rasa ingin tau yang besar dalam hatinya namun ia terlalu gengsi untuk bertanya lebih jauh.
“Makan siang hari ini aku ingin seafood, kamu bisa booking lebih dulu di Restaurant biasa,“ ucap Nathan.
Ayunda mengangguk,
“Baik, Pak, apa bapak akan bertemu dengan seseorang diluar? Agar saya lebih mudah mereservasi tempat untuk berapa orang?” tanya Ayunda.“Tidak ada pertemuan siang ini, reservasi untuk dua orang. Saya ingin makan siang bersama dengan kamu,“ ucap Nathan.
Ayunda memincingkan matanya kepada Nathan, menelisik bantuan apa yang Nathan perlukan hingga tiba-tiba ia ingin mentraktir Ayunda makan siang.
Melihat pandangan curiga Ayunda membuat Nathan mendengus kesal. “Jangan curiga yang aneh-aneh, saya hanya ingin mengajakmu makan siang dan saya tidak meminta imbalan apapun.”Ayunda menghela nafasnya.
“Baiklah, kalau begitu saya kembali ke meja kerja. Saya akan saya booking kan tablenya sekarang.”Nathan mengangguk.
"Ya.” ucapnya singkat.“Permisi,” ucap Ayunda lalu melenggangkan kakinya untuk keluar ruangan Nathan.
Bukannya berburuk sangka, namun 6 tahun bahkan akan memasuki tahun ke-7 mengenal seorang Nathan, Ayunda tentu sudah tau persis bagaimana Nathan. Meski sering makan siang bersama, namun biasanya mereka akan menghabiskan waktu makan siang bersama di ruangan Nathan dengan bekal yang Ayunda bawa atau memesan dari luar.
Jam menunjukan pukul 12.00 siang artinya, aktivitas kerja dipending sementara dan dipergunakan untuk mengisi perut ataupun beristirahat.Nathan membuka pintu ruangannya dan berjalan menuju meja kerja Ayunda,“Ayo makan Siang!“ ajak Nathan.Ayunda mengangguk lalu mengambil tasnya yang berisikan ponsel, dompet, dan semua alat-alat makeup wanita. Mereka berdua berjalan beriringan, karyawan yang berlalu lalang hendak ke kantin ataupun makan diluar kantin menyapa Nathan dan Ayunda. Memberi mereka berdua hormat dengan membungkukkan setengah badannya.Ayunda menganggukan kepalanya dan tersenyum kepada karyawan yang menyapanya, sedangkan Nathan memilih acuh dan berjalan mantap tanpa memperdulikan sekitarnya.Nathan dan Ayunda sudah berada di depan dilobby, mobil mereka masih terparkir dengan baik didepan lobby. Ayunda hendak masuk kedalam kursi kemudi tiba-tiba dicekat oleh Nathan .“Aku yang akan mengemudi, kamu duduklah dikursi p
Dentingan ponsel Ayunda berbunyi, membuat fokusnya didepan komputer teralihkan. Ayunda sudah melanjutkan pekerjaannya setelah makan siang bersama Nathan tadi. Saat karyawan lain sudah pulang dan beristirahat, Ayunda masih sibuk berkutat dengan komputer didepannya dan menunggu bosnya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Ayunda mengecek ponselnya, ternyata ia mendapat pesan dari Mama Dewi.Mama Dewi mengirim beberapa foto rumah yang telah rampung, rumah yang Ayunda bangun dari hasil jerih payahnya sendiri. Rumah besar dengan 3 lantai itu sangat indah, lengkap dengan garase dan terdapat 3 mobil didalamnya. Mobil-mobil itu juga merupakan jeri payah Ayunda selama merantau di Jakarta. 6 tahun bekerja sebagai Sekertaris di perusahaan besar dengan gajih yang cukup fantastic, bahkan bonus-bonus yang diberikan Nathan untuk Ayunda juga sangatlah besar. Tak heran jika gajih Ayunda perbulan bisa mencapai 8 digit.Ayunda menitihkan air matanya, perjuangannya membuahkan hasil.&l
06.00 PagiDering alarm pada ponsel Ayunda berbunyi dengan sangat nyaring membuat Ayunda seketika bangun dari tidurnya. Setelah kejadian malam kemarin, Ayunda langsung membersihkan dirinya dan tertidur. Tak ada acara makan malam yang di rencanakan Nathan sebelumnya, karena Nathan sendiri juga tak turun dari kamarnya.Ayunda mengerjapkan pandangannya, lalu berdalih mengambil ponselnya dan mematikan alarm pada ponselnya. Ayunda meregangkan badannya, dan seketika ia tersadar jika tengah berada di kamar tamu keluarga Abraham. Ayunda kembali mengingat kejadian kemarin malam, saat dirinya dan Nathan didalam mobil kejadian yang hampir saja membuat dirinya dan Nathan berdosa. Wajah Ayunda memerah , ia sangat malu dengan dirinya sendiri.Ayunda menggelengkan kepalanya seraya menepuk pipinya dengan sangat keras,“Ahh tidak-tidak. Bagaimana bisa aku memikirkan kejadian kemarin malam?” gumam Ayunda pada dirinya
"Selamat pagi, Nyonya dan Tuan Abraham.“ sapa Ayunda yang sudah berdiri di meja makan keluarga Abraham.Ayunda menarikkan satu kursi untuk Alson,“Terimakasih, Ma!“ ucap Alson tersenyum.Ayunda mengangguk tersenyum dan membelai lembut rambut putranya.“Selamat pagi, Ayunda, bergabunglah sarapan bersama kami.“ ajak ibu Sisilia.Ayunda terdiam.“Duduklah, Nak. Bergabunglah bersama kami untuk sarapan.“ sambung papa Haris.Ayunda tersenyum canggung, ia tak berani mengiyakan permintaan Tuan, dan Nyonya Abraham ini.“Duduklah, kita sarapan bersama.” suara bariton Nathan terdengar, ia baru saja turun dari lantai 2.Ayunda yang awalnya ragu untuk sarapan bersama keluarga Abraham pun setuju untuk sarapan bersama, ia memang tak berani mengiyakan sebelum Nathan memberi izin. Ayunda duduk disamping Sisilia, dan Alson. Alson sangat senang melihat Ayunda yang ikut bergabung untuk s
Jam sudah menunjukan pukul 1 siang, didalam ruangan Nathan masih fokus dengan beberapa dokumen yang harus ia kerjakan. Diluar ruangan pun sama Ayunda tengah sibuk dengan komputer didepannya. Ponsel Ayunda berdering nyaring, hingga mau tak mau Ayunda harus mengangkatnya. Ayunda langsung mengangkat begitu saja tanpa melihat siapa yang tengah menghubunginya.“Hallo, selamat siang. “ ucap Ayunda sopan, ponselnya ia loadspeaker agar ia bisa menelpon sembari bekerja.“Hallo, Yun, ini saya. Saya sudah dikantor, saya tunggu kamu dibasemant ya. Saya malas naik keatas.” ucap Sisilia.Ayunda membulatkan matanya, ia langsung melihat kontak nama panggilan yang tengah menelponnya.“Oh, Tuhan. Hampir saja lupa!” batin Ayunda terkejut.“Iya, Nyonya, saya akan segera turun kebawah. Maaf lama menunggu, Nyonya.“ ucap Ayunda sopan, ia merasa tak enak hati kepada Sisilia.“Tak apa,
Setelah mendapatkan obat maag milik Nathan didalam tasnya, Ayunda segera berlari menuju ruangan Nathan dan segera membuka ruang rahasia yang berada dibalik tembok meja kerja Nathan. Tembok besar itu bisa berputar jika didorong dan akan terlihat kamar pribadi Nathan, yang sering Nathan tiduri jika ia lelah dan lembur.“Pak Nathan!” pekik Ayunda dengan wajah khawatirnya ketika melihat Nathan yang terbaring seraya meringis memegangi perutnya.Ayunda segera mendekati Nathan,“Dimana sakit, Pak?“ tanya Ayunda dengan kecemasan dihatinya.“Perut saya sangat perih, Yun. “ ringis Nathan seraya memegang perutnya.Ayunda segera duduk di tempat tidur king size itu dan membawa kepala Nathan untuk berbaring dipaha Ayunda,“Apa kau tidak makan siang, Pak?” tanya Ayunda khawatir sembari mengelus perut Nathan dengan lembut.“Kau yang meninggalkan saya.” ucap Nathan meringis namun dibalik itu
Dentingan piano yang indah terdengar nyaring, meski sesekali masih ada kesalahan dimainkan oleh Alson Ksatria Abraham. Ayunda dan Alson tengah belajar bermain piano, Alson mencoba kunci lagu yang diberikan Ayunda. Ditonton oleh Tuan Haris, Nyonya Sisilia dan tentunya Nathan yang menyaksikan kedekatan Ayunda dan Alson yang selalu membuat mereka bahagia.“Aku masih belum bisa, Mah, maaf membuatmu kecewa.“ ucap Alson bersedih. Alson menghentikan gerakan tangannya diatas piano. Menyadari dirinya terus-terusan salah menekan kunci piano membuat Alson kecewa pada dirinya sendiri.Ayunda tersenyum dan membelai lembut rambut Alson,“Kau sudah sangat hebat, Son. Alson kan baru saja belajar 3 kali tapi ini sudah luar biasa sekali. Kamu harus berusaha lebih giat lagi, Mama, benar-benar ingin berduet denganmu.“Alson tersenyum dan mengangguk senang mendengar ucapan Ayunda yang selalu memberinya semangat,“Tentu,
Mobil Nathan berhenti tepat di Apartement Ayunda, Ayunda melepas seatbelt mobilnya.“Terimakasih, Pak Nathan, jangan lupa untuk bangun pagi besok.“ ucap Ayunda mengingatkan Nathan.“Sudah tenang saja, kau cepatlah masuk kedalam dan beristirahat.” saut Nathan seraya mendorong pelan tubuh Ayunda agar segera keluar dari dalam mobil.“Baiklah, saya pergi.” ucap Ayunda lalu segera membuka pintu mobil dan keluar dari dalam mobilnya.Nathan segera memutar mobilnya dan dengan kencang mobilnya keluar dari komplek Apartement Ayunda. Ayunda memincingkan matanya melihat Nathan yang tidak seperti biasanya, malam ini Nathan terlihat tergesa-gesa apalagi tidakada dokumen atau kerjaan apapun lagi. Jarak antara komplek apartement Ayunda dengan jalan raya hanya beberapa meter saja hingga Ayunda mampu melihat aktivitas di jalan raya.Ayunda terbahak-bahak ketika melihat dari depan Apartement nya mobil yang di kendarai Nathan berhen
The Power Of Love (28) Sinar surya terbit menghangatkan seluruh makhluk hidup di bumi. Ayunda dan Nathan telah terbangun pukul 07.00 pagi waktu jam Australia. Ayunda terbangun lebih dahulu karena ia ingin membantu para pelayan di Mansion untuk menyiapkan makanan dan beberapa cemilan yang akan ia bawa untuk piknik bersama si Kembar. Kini mereka telah bersiap dikamar mereka masing-masing, meski matahari begitu terik, namun udara masih terasa dingin. Ayunda mengenakan pakaian casual dipadukan dengan jacket tebal agar ia tak kedinginan. Begitu pula Nathan, ia mengenakan sweater tebal dan celana panjang. Ayunda masih harus memoleskan bibirnya dengan pewarna agar ia terlihat cerah dan cantik seperti biasanya. “Sempurna!” seru Ayunda, melihat bagaimana dirinya dari pantulan cermin membuat dirinya senang. Ayunda segera bergegas untuk keluar dari kamarnya dan menemui Nathan untuk segera bersiap ke Sydney Park.
30 Menit Perjalanan. Mobil mewah milik Kevin dan Gina telah sampai di sebuah Mansion besar dan mewah milik Kevin dan Gina. Selama perjalanan, Zoe dan Zia tak henti-hentinya berebut untuk berpangku di pangkuan Ayunda. Nathan yang menyaksikan itu semua hanya menyembunyikan rasa senangnya. Nathan sangat bahagia, Ayunda tak hanya mampu menaklukan hati Alson saja, namun ia juga mampu menaklukan hati keponakannya, Zia dan Zoe. “Yun, kamarmu seperti biasa bersebelahan dengan kamar Nathan. Aku sudah meminta staff disini untuk membersihkannya kemarin. Bersihkanlah dirimu dulu, jika kau merasa lelah beristirahatlah tapi akan lebih baik kita bisa makan malam bersama. Aku sudah siapkan masakan kesukaanmu.” ucap Gina kepada Ayunda yang tengah berdiri di ambang pintu kamar tamu. Ayunda tersenyum senang, rasa hangat keluarga selalu ia rasakan didalam keluarga Abraham. Tak hanya Haris dan Sisilia, Gina dan Kevin juga ikut memp
Ayunda membulatkan matanya, ia sangat terkejut. Ayunda bergegas hendak bangun dari pangkuan Nathan, namun Nathan dengan kuat mencekalnya. Nathan mengeratkan kedua tangannya memeluk pinggang Ayunda. “Biarkan seperti ini, sebentar saja.” ucap Nathan. Ayunda melemah, ia tak memberontak lagi. Ayunda membiarkan Nathan memeluk dirinya hangat. “Apa kau memiliki masalah?” tanya Ayunda dengan lembutnya. Nathan mendongakkan kepalanya menatap Ayunda. Nathan tersenyum dan mengangguk. Melihat wajah Nathan yang menatap dirinya serius membuat Ayunda penasaran. Masalah apa yang di miliki Nathan sehingga Ayunda harus menjadi tameng penghangat Nathan. “Apa masalahmu, ceritakan padaku. Aku yakin, aku bisa membantumu.” ucap Ayunda dengan antusias. “Masalahku itu kamu.” sahut Nathan seraya menatap manik mata hitam lelat milik Ayunda. Ayunda memincingkan matanya, “Apa kau masih memikirkan kepergianku sebagai Sekertaris? Apa kau seham
Hari berganti dengan begitu cepatnya. Tak terasa ini adalah hari yang ditunggy oleh Nathan. Membawa Ayunda ke Australia untuk berlibur selama 10 hari kedepan. Ayunda sebelumnya telah mengajukan permohonan pengunduran diri kepada HRD Abraham’company. Dan itu mengejutkan seluruh karyawan Abraham’Company. Haris dan Sisilia juga sangat terkejut atas berita ini, namun dengan tenang Nathan mengatakan jika semua akan baik-baik saja. Meski hati Haris dan Sisilia tidak menerima jika Ayunda harus pergi, namun ia tak bisa memaksa kehendak Ayunda. Haris dan Sisilia menyerahkan semua kepada Nathan.Bandara Udara International Soekarno Hatta. Haris dan Sisilia ikut adil mengantarkan Nathan dan Ayunda untuk bertolak ke Australia. Alson tak ikut, ia terpaksa tidak diikut sertakan untuk mengantar Ayunda dan Nathan. Karena jika tidak, Alson pasti akan merengek dan ingin ikut.“Kalian jangan lupa kaba
Sebulan berlalu telah berlalu dengan cepat. Project jam tangan Abraham’company juga telah berhasil launching tanpa hambatan. Bahkan, jam tangan tersebut berhasil menjadi trending topic dan laku keras dalam kurun waktu seminggu.Kini mereka ada disini, di ruang meeting. Dengan wajah gembira dan suka cita. Selama sebulan bekerja penuh dengan tekanan, hasilnya berbuah dengan sangat manis.“Saya sampaikan kepada seluruh team. Saya ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya. Terutama untuk Sekertaris Ayunda. Karena telah sigap menangani kasus pada project ini dengan sigap. Karena itu, project ini menjadi berhasil dan menguntungkan banyak pihak. Kita lihat disini, penjualan semakin meningkat setiap detiknya. Akan saya minta pada Bagian Devisi Sales dan Marketing untuk menguatkan promosinya.” ucap Nathan yang memimpin rapat sembari menunjukkan presentasi penjualan di depan layar Lcd.Seluruh team yang mengikuti meeting pagi ini terlihat sangat senang d
CklekPintu ruang rawat Ayunda terbuka, terlihat Haris, Sisilia, dan si kecil Alson yang berlari menuju brankar tempat Ayunda berbaring.Ayunda sedikit terkejut, karena kehadiran Tuan dan Nyonya Abraham untuk mengunjungi dirinya.“Mama!” isak Alson berlari menuju Ayunda dan memeluk Ayunda erat.“Hey, Son!” sapa Ayunda seraya mengelus rambut Alson.“Mama, dimana yang sakit? Mengapa, Mama, bisa sakit? Apa Alson nakal sehingga mama kelelahan?” tanya Alson beruntun, pria kecil itu sangat mengkhawatirkan Ayunda. Mendengar Ayunda masuk Rumah Sakit, si kecil Alson langsung mendesak Sisilia untuk mengantarkan dirinya bertemu dengan Mamanya.“Hey, Mama, baik-baik saja, Sayang. Bahkan, sebentar lagi, Mama, sudah boleh pulang.” jelas Ayunda menenangkan Alson.Alson mengangguk seraya melepas pelukannya kepada Ayunda. Bocah kecil itu mengelap ingusnya, membuat Ayunda s
Nathan melumat lembut bibir Ayunda, Ayunda hanya terdiam dan meremas kasar baju Nathan.PLAKAyunda memukul kasar dada Nathan dan membuat Nathan tersadar.Nathan membuka matanya, ia melepas ciuman di bibir Ayunda. Ayunda segera menjauh dari Nathan. Ayunda mencoba duduk perlahan di dalam lift tersebut agar tak menimbulkan guncangan.Sementara itu, Nathan terdiam dan merutuki kebodohannya.“Harusnya kita tidak begini.” ucap Ayunda membuka suaranya. Ada rasa tak enak di hatinya. Ini adalah kedua kalinya mereka berciuman tanpa status yang pasti.“Maafkan saya, Ayunda.” sahut Nathan.“Saya tak bermaksud, tapi itu semua murni atas kesadaran diri saya.” sambung Nathan seraya menghela nafas panjangnya.“Menikahlah denganku, Yun.” ucap Nathan lagi lalu memandang Ayunda yang tengah terduduk.Ayunda mendongakkan kepalanya, matanya menatap m
Pukul 8 petang, Nathan dan Ayunda masih berkutat sibuk dengan pekerjaan mereka. Keadaan kantor juga sudah semakin sepi hanya ada beberapa orang yang sedang lembur bekerja. Nathan merenggangkan badannya, ia melirik Ayunda yang tengah serius pada layar komputernya. Ucapan Devandra siang tadi begitu membekas di otaknya. “Benar yang di ucapkan, Devan. Aku akan merubah sikapku ini, aku akan membuat, Ayunda, terpesona padaku hingga ia benar-benar tak ingin pergi.” batin Nathan. Nathan bertekad menjerat Ayunda dengan pesona yang ia miliki hingga Ayunda tak mampu pergi untuk meninggalkan dirinya. Nathan segera mematikan laptopnya, merapikan meja kerjanya yang penuh dengan berkas. Terkahir, Nathan menutup curtain jendela kantornya menggunakan remote. Ayunda yang melihat keadaan kantor Nathan yang mulai gelap pun segera berberes juga untuk pulang. Cklek Pintu ruangan Nathan terbuka, Nat
“Selamat siang, Tuan muda Mahes.” sapa Nathan saat ia baru saja membuka pintu ruang kerjanya. Devandra yang sebelumnya terduduk langsung berdiri dan tersenyum kepada Nathan. “Selamat siang, Tuan muda Abraham.” ucap Devan seraya menjabat tangan Nathan yang sudah berdiri di depannya. “Maaf membuat anda menunggu terlalu lama. Silahkan kembali duduk.” pinta Nathan kepada Devandra. “Terimakasih, Pak Nathan. Maaf mengganggu waktu anda, Pak Nathan. Saya tidak membuat janji sebelumnya untuk menemui anda.” ucap Devan yang merasa tak enak hati. Nathan duduk di sofa dan berhadapan dengan Devan. “Tak masalah, suatu kehormatan untuk saya mendapatkan tamu dari CEO Muda dari keluarga Mahes.” ucap Nathan seraya bercanda ringan. Devan terkekeh pelan. “Anda terlalu berlebihan menilai saya, Pak Nathan.” ucap Devan tersenyum. Nathan terkekeh. “Ada apa, Devan? Apa ada masalah dengan kerja sama kita? Sehingga k