Micko pergi hari itu juga tanpa memberitahukan kemana ia akan pergi. Nafa yang takut kenapa-kenapa dengan ibunya tak tahu harus berbuat apa, ia berusaha mencari tahu kemana Micko pergi tapi handphone nya juga tidak aktif, ia berkali-kali menghubungi Micko hasilnya tetap nihil. Ia hanya punya satu cara yaitu menghadapi Farah.
Ia keluar membawa mobilnya dan ia menuju apartemen Farah. Ia pernah suatu ketika mengikuti Micko dan mengetahui dimana apartemen Farah. Ia sampai di apartemen Farah. Para penghuni yang tahu bahwa Farah sudah kembali ke tempat ibunya merasa bingung dengan wanita tersebut bahkan penjaga keamanan juga tidak mengetahui siapa wanita namun ia tidak paham apa yang sebenarnya terjadi, karena penasaran penjaga keamanan itu mengikuti Nafa bahkan ia sendiri tak tahu siapa Nafa.
“Hei, kau mau apa?.”tanya penjaga keamanan itu.
“Dimana yang namanya Farah?.”tanyanya balik.
“Bu, jika ada orang yang bicara dengan ibu mohon pertanyaan saya dulu yang ibu jawab.”
“Dimana dia?.”
“Dia siapa?.”
“Farah!.”katanya ngotot.
“Mana saya tahu. Anda saja tidak sopan kepada saya.”
“Oh, bicara seenaknya saja. Cepat katakan dimana dia!.”katanya memaksa.
“Kau mencari siapa, nona?.”
“Farah!.”
“Dia tidak ada di sini. Kau lebih baik pergi saja. Jangan menganggu tetangga yang lainnya juga.”
“Dia pergi kemana?.”katanya yang berusaha mencari tahu keberadaan Farah.
“Dia sudah kembali ke tempat asalnya.”
“Kemana?.”
“Kau mau apakan dia?.”
“Hei, pak tua, bukan urusan’mu, aku yang ada urusan dengan dirinya.”
“Jangan seenaknya saja kau memanggil aku ‘pak tua’.”
“Bukan urusan’ku. Urus saja dirimu.”
“Pergi sebelum kau menganggu tetangga yang lain.”
“Aku pergi sekarang juga.”
Nafa pergi seketika itu juga untuk mencari keberadaan suaminya, Micko, namun ia tak mendapatkannya. Ia berusaha mencari dan mencari namun hasilnya nihil, ia akhirnya kembali ke rumah. Ia harus menelan rasa pahit yang dia terima. Rumah tangganya dalam kehancuran ia bahkan tak tahu harus bicara dengan siapa lagi. Micko menghilang entah kemana, walaupun ia berusaha untuk mendapatkan jawabannya namun tetap ia harus menghilangkan perasaannya.
*********
Micko berhasil menemui Farah walau dengan perjuangan yang harus ia lakukan. Ia bertemu muka dengan muka bahkan ia bisa bertatapan dengan ibunya. Ia tahu bahwa ia sedang masuk ke sarang singa,
“Apa yang kau lakukan di rumah’ku?.”tanya Vicka.
“Tante, aku mohon, aku mau bicara sebentar dengan Farah.”katanya yang memohon belas kasihan.
“Basi.”katanya marah.
“Maafin, aku tante, tapi saya sudah hilang rasa dengan istri saya. Saya hanya sayang sama Farah.”
“Kamu yakin sudah hilang rasa sama dia? Eh, dengar yaa…anak saya lagi hamil. Anak kamu pula.”katanya yang masih bertahan dengan pendiriannya.
“Saya tahu tante marah sama saya tapi saya mohon saya mau bicara sebentar. Saya akan urus semuanya.”
Vicka yang tak tahan mendengar ocehan Micko, ia pun memberitahukan salah satu pembantunya untuk membawa turun Farah. Farah yang sudah tidak pernah mendengar tentang dunia luar lagi hanya bisa menunggu dan menunggu bahkan ia tetap harus menunggu dengan kehadiran anak pertamanya. Ia ingin sekali melihat anaknya dengan Micko bahkan ia masih berharap bisa bertemu dengan Micko.
Farah yang mendengar suara ketukan di pintunya membuka pintu dan ternyata bibi rumah yang memanggilnya. Ia turun dan melihat takut-takutnya mamanya akan marah lagi. Vicka yang melihat bahwa Farah sudah turun menghampirinya, “Temui dia.”
“Siapa, ma?.”
“Calon ayah anak kamu.”
“Micko!?.”
“Siapa lagi kalau bukan dia.”
Vicka naik untuk beristirahat sedangkan Farah menemui Micko, ia tak tahu apakah Micko masih menyimpan perasaan yang sama atau tidak, ia ingin mendengarnya secara langsung dari mulut Micko walaupun sebenarnya ia hampir hilang rasa dengan Micko.
Farah yang melihat Micko dengan wajah seperti habis kena masalah, menghampirinya. Begitu pula dengan Micko ia rindu untuk memeluk dan membuai tubuh indah Farah, “Farah, kita mau bicara di sini atau di mana?.”tanyanya.
“Di sini saja. Ada apa kamu kemari?.”
“Aku mau tanggung jawab atas apa yang sudah aku perbuat sama kamu.”
“Kamu yakin?.”
“Iya.”
“Tolong jujur sama aku, kamu masih sayang sama aku apa tidak?.”
“Aku masih sayang banged sama kamu, Farah.”katanya yang menangis, “Aku sudah beneran jatuh cinta sama kamu, bahkan aku sendiri’pun hampir hilang rasa sama Nafa.”
Vicka yang sebenarnya belum naik masih menguping diam-diam percakapan mereka. Farah memang membutuhkan Micko bahkan di usia kehamilannya yang masih muda. Ia tahu perasaan tersebut, ia yang tak mau mendengar lagi akhirnya memutuskan untuk tidak mau ikut campur antara mereka berdua.
“Tolong, kasih aku kesempatan lagi.”
“Micko, aku tuh selalu terbuka sama kamu apalagi aku lagi hamil. Mana mungkin aku bisa hidup tanpa kamu walaupun jujur aku hampir hilang rasa sama kamu tapi masih positive thinking sama kamu, Micko.”
“Jadi, kita mau bagaimana?.”
“Jangan tinggalin aku lagi. Kamu mau kemana?.”katanya yang berusaha menerima segala permasalahan yang telah terjadi.
“Aku mau cari tempat tinggal. Aku nggak mau tinggal di situ lagi.”
“Ya sudah hati-hati.”katanya yang memberikan kata perpisahan.
Farah mengantar Micko hingga depan pintu, ia tahu bahwa ia tak kuasa untuk memeluk Micko. Ia akhirnya memeluk Micko di saat-saat terakhir dirinya akan berpisah.
Farah masih memeluk Micko dengan erat bahkan Micko membalas pelukannya. Masih teringat bagaimana ia jatuh cinta dengan Micko, begitu pula sebaliknya ia tak tahan lagi untuk mencium nya namun keadaannya tak memungkin untuk mereka bisa berciuman.“Apa rencana’mu?.”tanya Farah.“Akan lakukan yang terbaik.”“Aku akan terus menunggu’mu.”katanya yang masih berharap untuk bisa berduaan kembali dengan Micko. Micko yang tahu bahwa Farah mengandung anaknya, mengelus perut Farah, “Hai, sayang. Tunggu papa yaa.”katanya yang sembari berbicara kepada anak yang di kandung Farah, sedangkan Farah yang mendengar Micko mengatakan hal itu merasa senang bahwa dirinya masih di perhatikan oleh Micko.“Aku tidak akan pernah menggugurkan kandungan’ku. Karena kamu mau tanggung jawab atas perbuatan kamu.”“Jaga kandungan’mu.”“Sebelum kamu pergi, aku minta aktifin kem
Micko yang sudah pusing dengan urusan rumah tangganya, ia berusaha untuk menenangkan dirinya. Ternyata ia kembali lagi ke dunia malamnya, seperti biasa Felis ada di tempat itu. Ia yang belum leluasa untuk mendapatkan haknya menjadi suami dari Farah hanya bisa mencari kesempatan dalam kesempitan bersama dengan Felicia.Felicia yang melihat bahwa ada Micko, ia berusaha menampilkan yang lebih menarik. Bahkan ia menghampiri Micko. Pikirannya sudah mulai liar, ia membayangkan bagaimana supaya tante Vicka mau memberikan restu kepada dirinya.“Kau ada apa?.”katanya yang sudah ada di samping Micko.“Hai.”katanya yang mengecup bibir manis miliki Felicia“Ada masalah apa lagi? Perlu’kah aku melayani’mu?.”“Aku tak apa-apa.”“Jangan bohong aku tahu dirimu. Ayo.”katanya yang memegang bagian kejantanan Micko. Felicia yang masih menggunakan baju kerjanya keluar dari tempat itu dan men
Micko akhirnya mendapatkan kunci kamar itu ia berusaha tenang supaya tak ada yang mengetahui bahwa dirinya menginap di hotel, beberapa kali ia melihat sekelilingnya dan memastikan tidak ada orang yang mengikuti dirinya, ia paham jika ia salah sedikit saja ia akan kena imbasnya.Di satu sisi Farah mencemaskan Micko, di dalam kamarnya ia berusaha menduga apakah Micko sudah sampai di hotel atau belum ia ingin mengetahui kondisi kekasih hatinya itu. Ia hanya bolak balik di kasur tempat tidurnya, ia tidak bisa tidur sama sekali. Beberapa menit kemudian ia di kejutkan dengan bunyi pesan masuk, Micko. Micko memberitahukan kepada Farah bahwa ia sudah sampai di hotel yang akhirnya Farah tertidur ketika Micko sudah memberikan kabar terbarunya.Micko yang berada didalam hotel tidak berusaha sama sekali pun untuk memberitahukan kepada orang lain ia hanya berusaha menghindar dari orang kantor namun ia harus berfikir dengan keras bagaimana caranya ia menceraikan istrinya, Nafa. Ia a
Micko yang tahu ia harus bekerja bersiap-siap setelah pengacaranya menelepon. Ia terpaksa harus masuk untuk menghindari omongan yang tak ingin di dengar oleh kupingnya sendiri. Ia percaya bahwa semuanya akan dapat ia lakukan jika ia masuk ke kantor. Ia keluar dari kamar itu dan pergi meninggalkan Hotel Clarinton.Micko akhirnya sampai di kantor, kehadirannya di kantor mulai sedikit ada yang membicarakannya termasuk beberapa orang yang di sekelilingnya. Ia terkenal akan istrinya yang suka membuat masalah, bahkan menghindar jika dia hendak berbicara serius dengan dirinya.Sekretaris Micko yang bernama Angela tahu jika Micko sedang memiliki banyak masalah pastinya ia akan menjadi liar seperti biasanya. Micko sebenarnya lebih pandai menyembunyikan hasratnya di dalam kantor namun entah mengapa ia tak puas dengan kejadian yang menimpa Felicia. Ia berusaha mencari tahu apa yang terjadi melalui Angela.“Angela, cari tahu tentang yang terjadi belakangan ini.”
Keahlian seseorang tidak akan pernah terjadi jika orang tersebut tidak melakukan hal yang benar. Dalam sebuah istilah yang biasanya di sebut dengan air susu di balas dengan air tuba menggambarkan bahwa sebuah kebaikan seseorang di balas dengan kejahatan. Hal inilah yang terjadi oleh Nafa.== Lima Belas Tahun yang Lalu==Nafa yang waktu itu baru pertama kali datang ke Jakarta tak tahu harus bekerja dimana berusaha mencari pekerjaan. Ia rela untuk melakukan pekerjaan apapun yang penting ia memiliki hasil yang lebih baik.Beberapa hari ia mencari pekerjaan namun tidak ia dapatkan. Nafa hanyalah seorang gadis yang awalnya tidak berpendidikan, ia berusaha bekerja supaya tidak memberatkan orang tuanya. Ia tahu bahwa ayahnya tidak suka akan dirinya yang suka di sebut sebagai biang onar. Ia mendapatkan pekerjaan, ia menerima pekerjaan dari seorang ibu yang sedang mencari baby sitter. Ia menawarkan dirinya untuk bekerja kepada Rachel. Rachel adalah seorang pebis
Angela seorang gadis yang masih berusia dua puluhan wajahnya cantik, ia memiliki tubuh yang seksi. Ia baru saja selesai mandi, ia memiliki kebiasaan yang tak pernah di ketahui oleh anak kantor lainnya. Ia sedikit punya nafsu yang tinggi terhadap seks terakhir ia ketahuan oleh Micko sedang melakukan masturbasi di gudang belakang kantor semenjak itulah ia menjadi sekretaris pribadinya.Ia bersiap-siap untuk pergi ke kantor. Ia ingat bahwa Micko memintanya untuk menggunakan rok. Ia tahu berarti sudah waktunya untuk menunjukkan sisi wanitanya. Ia pergi dengan menggunakan baju terbaiknya yang pernah ia gunakan, ia bahkan menyimpan beberapa barang yang harusnya tak ia simpan, ia berusaha datang tepat waktu sebelum Micko sampai.Ternyata benar, Angela datang terlebih dahulu. Ia hanya mengenakan baju luaran tanpa menggunakan dalamannya sama sekali. Ia berusaha untuk bekerja semaksimal mungkin sebelum bosnya sampai ke kantor. Micko datang beberapa menit setelah Angela sampai,
Micko yang puas dengan Angela pulang ke hotel. Ia berusaha membaca detail demi detail yang akan menjadi surat perceraian antara istrinya dengan dirinya. Di beberapa halaman ia melihat sticky notes yang di tempelkan Angela. Ia memberikan tanda tangannya di tempat tersebut, ia berusaha untuk membaca lebih detail tentang isi perceraian itu. Ia melihat butir-butir perjanjian yang di kerjakan oleh Jarvis pengacaranya itu, ia sedikit ragu-ragu akan surat cerai ini. Ia menghubungi Jarvis,“Halo?.”kata Jarvis.“Jarv, apa bisa dengan surat cerai ini ia tidak akan berkutik?.”tanyanya.“Bisa lah, bos. Memangnya ada apa, bos?.”“Aku takutnya dia hanya akan mengatakan bahwa aku hanya mengertaknya saja dan tidak akan serius. Itu yang aku fikirkan.”“Kalau orang sudah serius, pasti harusny dia bisa mikir dulu donk sebelum bicara. Apalagi dia menganggap bahwa dirinya yang paling benar.”“Mema
Micko masih berupaya untuk melanjutkan pembicaraan itu. Ia baru bisa bertemu kembali dengan Farah setelah beberapa bulan tidak bertemu dengan dirinya lagi. Ia percaya bahwa mereka sudah di takdirkan untuk bersama. Micko yang masih di restaurant berusaha untuk mempertemukan Farah dengan pengacaranya bukan hanya demi anak yang di kandung oleh Farah namun untuk perahlian harta. “Oh, iya hampir aku lupa.”kata Micko, “Tolong siapin semuanya, Jarvis.”“Siapin apaan?.”“Aku mau surat-surat yang berhubungan dengan harta benda di ganti ahli menjadi nama Farah.”kata Micko. Farah yang jelas banged mendengarnya hampir-hampir tersedak makanan. Micko memberikan minuman kepada Farah. Farah meminumnya hingga habis.“Kenapa aku?.”tanyanya.“Kau yang aku cintai bukan dia, jadi otomatis semua warisanku punya kamu juga.”“Te..Termasuk Villa, bos?.”kata Jarvis yang terkejut.&ldq
“Kau bisa bertindak gila juga,” ledek Anneta yang berjalan beriringan dengan Louis.“Terkadang orang-orang yang seperti itu harus kita gertak. Aah, karena aku lupaan tolong beritahu aku untuk mengingatkan pemungutan suara. Aku sudah meyakinkan beberapa pihak luar untuk tetap memilih Vicka,” kata Louis yang memberitahu Anneta akan rencananya.Mendengar pengakuan Lousi wajah Anneta seakan penuh kemenangan. “Kau tak bisa di tebak,” aku Anneta terhadap Louis.“Kau baru melihat pertama kalinya, namun aku pastikan kalian akan menang. Kau tidak tahu bagaimana aku bekerja, tapi di luar sana orang-orang mengatai aku si ‘raja negosiator’,” akunya kepada Anneta.Anneta tertawa mendengar banyolan Louis. “Pantas saja, dia langsung bertekuk lutut,” kekeh Anneta.“Setidaknya untuk sementara kita lakukan hal itu,” timpal Louis.“Apa mereka bisa melakukan tindakan yang aneh lagi?” tanya Anneta yang sembari berjalan.“Seharusnya tidak. Biasanya jika di luar mereka yang aku ancam akan terus mengingatnya
Kedua mata Micko dan Farah saling mengerjap sama-sama terkejut bukan main bahwa Louis kembali untuk membayar kesalahannya di masa lalu. “Ha…hawai?” Micko terkejut mengetahui bahwa Louis memberikan dua ticket secara cuman-cuma kepada mereka berdua.“Sepertinya dia yakin akan menebusnya,” celoteh Farah. Farah sedikit tersenyum melihat punggung ayahnya sendiri yang sudah menjauh.“Sepertinya,” balas Micko. Micko memasukkan dua ticket tersebut ke dalam sarung jaketnya dan melenggang bersama Farah masuk ke dalam ruang kamar make-up.Anneta melihat kedatangan pasangan baru tersebut. “Bagaimana? Apakah dia menerimanya? Lalu, apa yang kalian lakukan?” berondong Anneta dengan banyak pertanyaan kepada kedua pasangan yang belum lama mengikat janji.“Semua berjalan dengan lancar, bahkan di luar dugaan kami.” Micko mengeluarkan dua buah ticket dari sakunya, “Dia memberikan kami ini, supaya kami bisa berbulan madu,” imbuh Micko.Anneta memegang kedua ticket tersebut, wajahnya juga ikut terperanjat
Beberapa pengunjung mulai merasa rishi dengan keributan yang hampir terjadi. Farah duduk untuk tidak memancing orang-orang mendekat ke lokasi mereka. “Tolong, jelaskan kepada kami!” sindir Farah. Micko juga akhirnya ikut duduk untuk mendengar penjelasan yang akan dikatakan Louis.“Maaf, jika sudah terlalu lama, aku juga awalnya tidak ingin ini terjadi namun mungkin kau sudah tahu banyak tentang kejadian yang menimpa hubungan antara Ibumu. Memang benar akulah pelakunya,” aku Louis pada akhirnya. Farah menutup matanya, ia sudah tahu bahwa Louis akan mengatakan hal tersebut. “Kenapa kau melakukan hal itu?” celetuk Farah dengan kesal.“Aku sangat menyukai Ibumu, hingga akhirnya malam itu aku hilang akal. Aku meminta Bobby untuk berpura-pura menggantikan aku sementara aku menjalani pengobatan.”Mendengar hal tersebut wajah Farah dan Micko yang sedari tadi sudah kesal melemaskan pundak mereka, seakan mereka harus mendengar penjelasan mengapa ia harus menghilang setelah sekian lama.Louis
Setelah pernikahan mereka berjalan dengan lancar, Anneta kembali bersama dengan Farah. Anneta membantunya melepas gaun pengantin yang dikenakan oleh Farah sementara Vicka sedang berdiskusi dengan para pegawai yang berada di tempat tersebut.Suasana hati Anneta sangat senang, ia bisa melihat Micko untuk menikah dengan wanita yang tepat apalagi setelah melihat bahwa ayah kandung Farah merupakan orang yang terpandang juga. “Sepertinya rencana kita berjalan dengan lancar,” ungkap Anneta senang.Farah yang mendengarnya menghembuskan nafasnya dengan berat. “Tapi, ada yang tak senang, seseorang yang mengatakan aku ‘pelakor’,” komen Farah.“Kata siapa kau seorang pelakor?” sebut Anneta.“Alice Dianora dan Nafa,” sebut Farah dengan nada sinis. “Mereka benar-benar merendahkan diri ‘ku, seakan mereka tidak puas dengan perbuatan yang sudah mereka lakukan,” sentak Farah yang masih ingat bagaimana diam-diam Nafa memanggilnya.“Yang mana? Alice atau Nafa?” tanya Anneta penasaran.“Nafa.” Suara Farah
Hari yang di tunggu-tunggu akhirnya datang, mereka semua sudah mulai sibuk dengan pernikahan yang mereka gadang-gadangkan sebagai sebuah strategi termuktahir dari segalanya. Rencana Anneta dan Vicka berhasil, beberapa tamu sudah mulai hadir terutama dari kalangan atas.Terutama para petinggi di tempat Vicka bekerja juga ikut datang. Adelard yang di tunjuk oleh Anneta untuk yang meneguhkan acara pernikahan tersebut juga sudah datang, ia mengenakan jas abu-abu dengan dalaman kemeja putih terlihat membuat dirinya lebih wibawa.Di samping Adelard berdiri istrinya, Rachel. “Sepertinya aku kenal dengan wanita itu,” batin Vicka.Vicka melenggang menghampiri Rachel namun hal itu di hadang oleh Anneta. “Mau kemana?” tanya Anneta.“Aku kenal dengan wanita itu,” gumamnya sementara jari telunjuknya menunjuk pada Rachel kakak iparnya.Mata Anneta melotot lebar. “Bagaimana kau bisa mengenal kakak iparku?” tanyanya yang terkejut.“Ka..kakak iparmu!” seru Vicka.“Kita memang berjodoh,” seloroh Anneta
Anneta dan Micko keluar dari took tersebut, kaki mereka melangkah menuju restaurant cepat saji. Anneta ingat bahwa terakhir kalinya ia keluar membeli makanan beberapa tahun yang lalu. Dia juga masih ingat restaurant yang sama pula dengan yang pernah ia mampir.Anneta memesankan makanan yang akan di makan di tempat, ia juga memesankan beberapa makanan yang hendak di bawa pulang oleh Micko. “Bu, tambahkan McFlurry untuk Villa,” celetuknya.“Ibu, kangen Villa,” imbuhnya yang teringat akan Villa. “Tolong pesankan satu McFlurry Oreo,” sambungnya.“Baik,” jawab petugas itu. Petugas itu memesankan pesanan tersebut untuk di bawa pulang. Mereka menunggu pesanan yang di peruntukkan untuk Villa sementara mereka menunggu pesanan tersebut Anneta melihat kepada anaknya tersebut.Micko canggung akan perasaannya itu tiba-tiba saja, ia menerima telepon dari Farah. “Kamu dimana?” gerung Farah yang menahan kesakita
Kaki Anneta melangkah keluar dari kantor Vicka, ia dengan Micko menuju tempat pernikahan. Anneta yang sudah membuat janji harus menepatinya, ia bukan orang yang tidak menepati janjinya.“Kita mau kemana, bu?” tanya Micko.“Mengatur pernikahanmu,” jawabnya sembari tersenyum.Micko memberitahu Ibunya bahwa ia sudah melakukan pembyaran untuk di awal-awal, ia juga sedikit menyinggung akan melakukan pernikahan di sekitar indoor. “Kau booking dimana?” tanya Anneta.“Kenapa, bu?” tanya Micko.“Ibu, akan mengaturnya menjadi outdoor,” imbuhnya, “Dengan cara itu kita bisa mengetahui seberapa banyak orang yang akan melihat pernikahan dirimu. Beberapa orang adalah para pemegang saham dari orang Vicka,” sambungnya.Micko tercengang mendengarnya. “Wah, Ibu, memang yang terbaik,” jawabnya sembari mengacungkan jempolnya kepada Ibunya sendiri.“Jadi, sisanya Ibu
Mobil yang di bawa kabur oleh Alice berhenti tiba-tiba, ia hampir saja menabrak seseorang yang tepat berada di depannya. “Apa aku tak salah dengar?” tanya Alice kepada dirinya sendiri.Saking senangnya, ia tidak menyadari bahwa James tepat berada di belakang mobilnya. Dengan segera ia membayar taksi tersebut dan naik ke dalam mobilnya, ia memaksa Alice untuk membukanya. “Kau gila atau apa!” pekiknya marah.James masuk ke dalam mobilnya, ia meninggalkan Alice di tepi jalan. Namun, saking senangnya Alice dia tertawa sendiri saking mengetahui bahwa Vicka Sudelard telah menyerahkan kekuasaannya.Taksi yang di tumpangi oleh James sendiri juga belum pergi, ia berniat untuk kembali ke kantor Vicka. Hatinya yang senang itu tidak melihat ke depan bahwa seseorang tengah terburu-buru. Pengemudi itu berteriak kea rah Alice. “Kau mau mati!”Alice terkejut mendengarnya. “Siapa juga yang mau mati!” makinya balik kepada pen
Wanita itu tersenyum kepadanya kehadirannya membuat Micko juga merasa tidak nyaman. “Untuk apa kau ke rumah?” serang Micko.Nafa tersenyum melihat Micko yang berbicara, Micko berdiri di hadapan Farah untuk tidak membiarkannya menyentuh Nafa sekecil apapun itu ia juga tidak akan segan-segan meminta petugas keamanan untuk mengusir dari rumah Farah.“Kenapa kita tidak bicara di dalam?” ajaknya. Nafa sudah menebak bahwa mungkin saja mereka menolak ajakan dirinya yang sudah datang ke rumah Farah. “Biarkan aku masuk,” pintanya.Micko melangkah satu langkah ke depan menahan Nafa yang hendak masuk ke dalam rumah Farah. “Bicara di luar!” teriaknya kasar.Nafa menghela nafasnya berat, ia tahu hal itu akan terjadi cepat atau pun lambat. “Aku sudah mendengarnya bahwa kalian akan menikah,” terkanya.“Lalu, maumu apa? Toh aku juga tidak akan memberikan dirimu undangan,” sindir Micko.