Jam tepat pukul 05:00 Micko baru sampai di rumah. Micko yang baru selesai memarkir’kan mobilnya dan pergi menjauh dari lokasi parkir itu. Masuk ke rumah anaknya yang kecil melihat ayahnya pulang sedangkan Nafa menunggunya di dalam kamarnya. Ia masuk ke dalam kamarnya dan melihat Nafa dengan muka jijik.
“Kau baru pulang?.”tanya Nafa.
“Bukan urusanmu.”
“Hari apa ini?.”
“Bukan urusanmu.”
“Pergi kerja.”katanya ketus.
Micko mengganti pakaiannya dan mendekati Nafa. Nafa tidak tahu Micko habis dari mana ketika Micko mendekat ia tahu bahwa Micko baru pulang minum-minum, “Kau minum-minum lagi?.”katanya dengan nada yang tinggi.
“Kenapa? Kenapa? Kenapa kau selalu mengatur’ku seakan aku ini bonekamu?.”katanya sembari memegang leher istrinya itu.
“Mi..Mi..Micko lepaskan.”katanya yang menggenggam tangan suaminya itu.
“Apa aku tak dengar?.”
“Le..Lepaskan aku.”
“Oh, kau minta di lepaskan?.”
“Kalau kau minta di lepaskan, jangan berani-beraninya memerintah aku.”
Nafa yang ketakutan meninggalkan suaminya seorang diri di kamar, sedangkan ia keluar dari kamar. Di luar kamar ia menghubungi keluarganya, ia memberitahukan bahwa Micko mencekiknya karena masalah sepele, ia tak memberitahu’kan bahwa ia yang memerintah Micko untuk pergi bekerja.
Micko yang masih tidur tidak menghiraukan panggilan telepon tersebut, ia masih tidur dengan pulas. Ia bangun tepat pukul 10:00, namun ia melihat bahwa ada beberapa panggilan tak terjawab, ia melihat siapa yang meneleponnya itu. Baru saja bangun ia melihat mama nafa yang meneleponnya. Ia mengangkat telepon tersebut,
“Brengsek kamu yaa..”teriak tante Reva. Otomatis Micko yang mendengarnya menjauhkan teleponnya.
“Siapa yang brengsek, ma?.”tanya Micko.
“Kamu ‘lah. Siapa lagi kalau bukan kamu.”katanya marah.
“Ma, masalahnya dimana?.”tanya Micko
“Apa-apaan kamu cekik anak saya? Hah!!.”
“Ma, aku baru pulang tadi pagi. Capek. Siapa yang nggak marah sama istri sendiri baru pulang sudah di suruh kerja.”katanya yang menjelaskan kepada mama mertuanya.
“Tapi yaa nggak perlu cekik leher segala macam.”
“Mama, ngapain ikut campur?? mama saja tidak tahu kelakukan anaknya sendiri ngatur-ngatur rumah tangga saja.”katanya nyolot dan mematikan handphonenya. Micko yang lelah baru bangun dan di semprot oleh mertuanya membuat ia semakin emosi dengan Nafa. Ia bangun dan membasuh tubuhnya. Ia keluar dan merapihkan pakaiannya. Ia berusaha mencari Nafa namun dirinya tak melihat Nafa ada di dalam rumah, bahkan ia bertanya kepada pembantunya siapa yang melihat namun tak ada yang berani mengatakan dimana Nafa berada.
Micko menunggu Nafa kembali di depan teras, takut-takutnya wanita itu berulah kembali. Selang menunggu hampir dua jam, Nafa kembali dengan muka tanpa bersalah. Ia keluar dari mobilnya dan membawa beberapa barang belanjaan. Micko yang melihatnya geram menghampiri istrinya yang baru saja menghabur-habur’kan uangnya,
“Darimana?.”katanya marah.
“Aku belanja dengan uangmu.”
“Bangga kau belanja dengan uang’ku?!.”
“Itu’kan tugas suami menafkahi aku.”katanya dengan tertawa.
Plak! Micko mendaratkan tamparan ke pipi Nafa. Ia yang sudah kesal menarik tangan Nafa masuk ke dalam rumah hingga ia menjatuhkan tas belanjaannya. Ia kaget bukan kepalang apa yang merasuki Micko. Ia di bawa ke dalam kamar mereka,
“Hei, apa yang kau katakan kepada ibumu?.”kata Micko geram.
“Aku hanya bilang aku di cekik.”
Micko yang sudah marah mengambil handphonenya dan menelepon mertuanya. Ia mendengar suara Reva, “Eh, kamu lihat ya baik-baik.”kata Micko dengan nada yang sudah seperempat naik.
“Ma..Maaf, Micko.”
“Sekarang baru minta maaf?.”
“Ma..Maaf.”
“Tahu kenapa aku cekik kamu?.”
“Tahu.”
“Apa? Ngomong!.”
“Kamu baru pulang tapi aku maksa buat kamu ke kantor.”
“Denger, ma.”katanya yang memberitahukan kepada mertuanya.
Reva yang tahu kondisi rumah tangga mereka seperti itu mulai berfikir bahwa ia tak bisa ikut terus campur tangan. Ia harus mengetahui apa yang terjadi antara anaknya, Nafa dengan Micko. Nafa yang tak tahu harus berkata apa, hanya terduduk lemas di hadapan suaminya. Seluruh barang belanjaannya di ambil oleh Micko, ia hanya berusaha minta maaf atas perbuatan yang tak menyenangkan kepada Micko.
Mereka berdua bertengkar hebat sepanjang hari itu. Satu sisi Micko yang masih berharap bahwa bisa bertemu dengan Farah tak di izinkan oleh Nafa, ia juga harus memutuskan tali persahabatannya dengan teman-temannya sendiri.
“Awas saja kamu yaa kalau kamu berani hubungin Farah lagi!.”katanya yang mencegat Micko untuk pergi dari rumah. Micko sudah siap pergi dengan membawa beberapa pakaian yang sudah ia masuk’kan ke dalam kopernya.
“Bukan urusan kamu.”
“Mau kemana kamu?.”
“Pulang ke rumah. Di banding aku harus tinggal di sini sama wanita yang tidak tahu terima kasih.”
“Eh, jangan seenaknya kamu bicara!.”sentak Nafa.
“Seenaknya bicara bukannya kamu yang duluan selingkuh di belakang aku?.”katanya yang berusaha mencari tahu.
Nafa diam seribu bahasa, ia ketahuan bahwa ia sudah main belakang Micko. Nafa tahu bahwa ia telah melakukan kesalahan yang fatal. Ia ingat bahwa jika salah satu sudah main api, ia harus siap di ceraikan.
“Aku mau cerai. Sesuai perjanjian.”kata Micko.
“Micko, tolong jangan.”kata Nafa yang berusaha mencegahnya.
“Masa Bodoh.”
“Micko, tolong. Kasih aku kesempatan lagi.”
“Tidak! Aku lebih baik milih Farah. Dia lagi hamil anak aku.”katanya yang menjelaskannya.
Micko pergi meninggalkan Farah seorang diri di teras. Ia melihat kepergian Micko entah berapa lama ia tidak akan melihat suaminya kembali ke rumah. Ia hanya pasrah rumah tangganya hancur berantakan karena dirinya sendiri.
Micko pergi hari itu juga tanpa memberitahukan kemana ia akan pergi. Nafa yang takut kenapa-kenapa dengan ibunya tak tahu harus berbuat apa, ia berusaha mencari tahu kemana Micko pergi tapi handphone nya juga tidak aktif, ia berkali-kali menghubungi Micko hasilnya tetap nihil. Ia hanya punya satu cara yaitu menghadapi Farah.Ia keluar membawa mobilnya dan ia menuju apartemen Farah. Ia pernah suatu ketika mengikuti Micko dan mengetahui dimana apartemen Farah. Ia sampai di apartemen Farah. Para penghuni yang tahu bahwa Farah sudah kembali ke tempat ibunya merasa bingung dengan wanita tersebut bahkan penjaga keamanan juga tidak mengetahui siapa wanita namun ia tidak paham apa yang sebenarnya terjadi, karena penasaran penjaga keamanan itu mengikuti Nafa bahkan ia sendiri tak tahu siapa Nafa.“Hei, kau mau apa?.”tanya penjaga keamanan itu.“Dimana yang namanya Farah?.”tanyanya balik.“Bu, jika ada orang yang bicara dengan ibu moho
Farah masih memeluk Micko dengan erat bahkan Micko membalas pelukannya. Masih teringat bagaimana ia jatuh cinta dengan Micko, begitu pula sebaliknya ia tak tahan lagi untuk mencium nya namun keadaannya tak memungkin untuk mereka bisa berciuman.“Apa rencana’mu?.”tanya Farah.“Akan lakukan yang terbaik.”“Aku akan terus menunggu’mu.”katanya yang masih berharap untuk bisa berduaan kembali dengan Micko. Micko yang tahu bahwa Farah mengandung anaknya, mengelus perut Farah, “Hai, sayang. Tunggu papa yaa.”katanya yang sembari berbicara kepada anak yang di kandung Farah, sedangkan Farah yang mendengar Micko mengatakan hal itu merasa senang bahwa dirinya masih di perhatikan oleh Micko.“Aku tidak akan pernah menggugurkan kandungan’ku. Karena kamu mau tanggung jawab atas perbuatan kamu.”“Jaga kandungan’mu.”“Sebelum kamu pergi, aku minta aktifin kem
Micko yang sudah pusing dengan urusan rumah tangganya, ia berusaha untuk menenangkan dirinya. Ternyata ia kembali lagi ke dunia malamnya, seperti biasa Felis ada di tempat itu. Ia yang belum leluasa untuk mendapatkan haknya menjadi suami dari Farah hanya bisa mencari kesempatan dalam kesempitan bersama dengan Felicia.Felicia yang melihat bahwa ada Micko, ia berusaha menampilkan yang lebih menarik. Bahkan ia menghampiri Micko. Pikirannya sudah mulai liar, ia membayangkan bagaimana supaya tante Vicka mau memberikan restu kepada dirinya.“Kau ada apa?.”katanya yang sudah ada di samping Micko.“Hai.”katanya yang mengecup bibir manis miliki Felicia“Ada masalah apa lagi? Perlu’kah aku melayani’mu?.”“Aku tak apa-apa.”“Jangan bohong aku tahu dirimu. Ayo.”katanya yang memegang bagian kejantanan Micko. Felicia yang masih menggunakan baju kerjanya keluar dari tempat itu dan men
Micko akhirnya mendapatkan kunci kamar itu ia berusaha tenang supaya tak ada yang mengetahui bahwa dirinya menginap di hotel, beberapa kali ia melihat sekelilingnya dan memastikan tidak ada orang yang mengikuti dirinya, ia paham jika ia salah sedikit saja ia akan kena imbasnya.Di satu sisi Farah mencemaskan Micko, di dalam kamarnya ia berusaha menduga apakah Micko sudah sampai di hotel atau belum ia ingin mengetahui kondisi kekasih hatinya itu. Ia hanya bolak balik di kasur tempat tidurnya, ia tidak bisa tidur sama sekali. Beberapa menit kemudian ia di kejutkan dengan bunyi pesan masuk, Micko. Micko memberitahukan kepada Farah bahwa ia sudah sampai di hotel yang akhirnya Farah tertidur ketika Micko sudah memberikan kabar terbarunya.Micko yang berada didalam hotel tidak berusaha sama sekali pun untuk memberitahukan kepada orang lain ia hanya berusaha menghindar dari orang kantor namun ia harus berfikir dengan keras bagaimana caranya ia menceraikan istrinya, Nafa. Ia a
Micko yang tahu ia harus bekerja bersiap-siap setelah pengacaranya menelepon. Ia terpaksa harus masuk untuk menghindari omongan yang tak ingin di dengar oleh kupingnya sendiri. Ia percaya bahwa semuanya akan dapat ia lakukan jika ia masuk ke kantor. Ia keluar dari kamar itu dan pergi meninggalkan Hotel Clarinton.Micko akhirnya sampai di kantor, kehadirannya di kantor mulai sedikit ada yang membicarakannya termasuk beberapa orang yang di sekelilingnya. Ia terkenal akan istrinya yang suka membuat masalah, bahkan menghindar jika dia hendak berbicara serius dengan dirinya.Sekretaris Micko yang bernama Angela tahu jika Micko sedang memiliki banyak masalah pastinya ia akan menjadi liar seperti biasanya. Micko sebenarnya lebih pandai menyembunyikan hasratnya di dalam kantor namun entah mengapa ia tak puas dengan kejadian yang menimpa Felicia. Ia berusaha mencari tahu apa yang terjadi melalui Angela.“Angela, cari tahu tentang yang terjadi belakangan ini.”
Keahlian seseorang tidak akan pernah terjadi jika orang tersebut tidak melakukan hal yang benar. Dalam sebuah istilah yang biasanya di sebut dengan air susu di balas dengan air tuba menggambarkan bahwa sebuah kebaikan seseorang di balas dengan kejahatan. Hal inilah yang terjadi oleh Nafa.== Lima Belas Tahun yang Lalu==Nafa yang waktu itu baru pertama kali datang ke Jakarta tak tahu harus bekerja dimana berusaha mencari pekerjaan. Ia rela untuk melakukan pekerjaan apapun yang penting ia memiliki hasil yang lebih baik.Beberapa hari ia mencari pekerjaan namun tidak ia dapatkan. Nafa hanyalah seorang gadis yang awalnya tidak berpendidikan, ia berusaha bekerja supaya tidak memberatkan orang tuanya. Ia tahu bahwa ayahnya tidak suka akan dirinya yang suka di sebut sebagai biang onar. Ia mendapatkan pekerjaan, ia menerima pekerjaan dari seorang ibu yang sedang mencari baby sitter. Ia menawarkan dirinya untuk bekerja kepada Rachel. Rachel adalah seorang pebis
Angela seorang gadis yang masih berusia dua puluhan wajahnya cantik, ia memiliki tubuh yang seksi. Ia baru saja selesai mandi, ia memiliki kebiasaan yang tak pernah di ketahui oleh anak kantor lainnya. Ia sedikit punya nafsu yang tinggi terhadap seks terakhir ia ketahuan oleh Micko sedang melakukan masturbasi di gudang belakang kantor semenjak itulah ia menjadi sekretaris pribadinya.Ia bersiap-siap untuk pergi ke kantor. Ia ingat bahwa Micko memintanya untuk menggunakan rok. Ia tahu berarti sudah waktunya untuk menunjukkan sisi wanitanya. Ia pergi dengan menggunakan baju terbaiknya yang pernah ia gunakan, ia bahkan menyimpan beberapa barang yang harusnya tak ia simpan, ia berusaha datang tepat waktu sebelum Micko sampai.Ternyata benar, Angela datang terlebih dahulu. Ia hanya mengenakan baju luaran tanpa menggunakan dalamannya sama sekali. Ia berusaha untuk bekerja semaksimal mungkin sebelum bosnya sampai ke kantor. Micko datang beberapa menit setelah Angela sampai,
Micko yang puas dengan Angela pulang ke hotel. Ia berusaha membaca detail demi detail yang akan menjadi surat perceraian antara istrinya dengan dirinya. Di beberapa halaman ia melihat sticky notes yang di tempelkan Angela. Ia memberikan tanda tangannya di tempat tersebut, ia berusaha untuk membaca lebih detail tentang isi perceraian itu. Ia melihat butir-butir perjanjian yang di kerjakan oleh Jarvis pengacaranya itu, ia sedikit ragu-ragu akan surat cerai ini. Ia menghubungi Jarvis,“Halo?.”kata Jarvis.“Jarv, apa bisa dengan surat cerai ini ia tidak akan berkutik?.”tanyanya.“Bisa lah, bos. Memangnya ada apa, bos?.”“Aku takutnya dia hanya akan mengatakan bahwa aku hanya mengertaknya saja dan tidak akan serius. Itu yang aku fikirkan.”“Kalau orang sudah serius, pasti harusny dia bisa mikir dulu donk sebelum bicara. Apalagi dia menganggap bahwa dirinya yang paling benar.”“Mema
“Kau bisa bertindak gila juga,” ledek Anneta yang berjalan beriringan dengan Louis.“Terkadang orang-orang yang seperti itu harus kita gertak. Aah, karena aku lupaan tolong beritahu aku untuk mengingatkan pemungutan suara. Aku sudah meyakinkan beberapa pihak luar untuk tetap memilih Vicka,” kata Louis yang memberitahu Anneta akan rencananya.Mendengar pengakuan Lousi wajah Anneta seakan penuh kemenangan. “Kau tak bisa di tebak,” aku Anneta terhadap Louis.“Kau baru melihat pertama kalinya, namun aku pastikan kalian akan menang. Kau tidak tahu bagaimana aku bekerja, tapi di luar sana orang-orang mengatai aku si ‘raja negosiator’,” akunya kepada Anneta.Anneta tertawa mendengar banyolan Louis. “Pantas saja, dia langsung bertekuk lutut,” kekeh Anneta.“Setidaknya untuk sementara kita lakukan hal itu,” timpal Louis.“Apa mereka bisa melakukan tindakan yang aneh lagi?” tanya Anneta yang sembari berjalan.“Seharusnya tidak. Biasanya jika di luar mereka yang aku ancam akan terus mengingatnya
Kedua mata Micko dan Farah saling mengerjap sama-sama terkejut bukan main bahwa Louis kembali untuk membayar kesalahannya di masa lalu. “Ha…hawai?” Micko terkejut mengetahui bahwa Louis memberikan dua ticket secara cuman-cuma kepada mereka berdua.“Sepertinya dia yakin akan menebusnya,” celoteh Farah. Farah sedikit tersenyum melihat punggung ayahnya sendiri yang sudah menjauh.“Sepertinya,” balas Micko. Micko memasukkan dua ticket tersebut ke dalam sarung jaketnya dan melenggang bersama Farah masuk ke dalam ruang kamar make-up.Anneta melihat kedatangan pasangan baru tersebut. “Bagaimana? Apakah dia menerimanya? Lalu, apa yang kalian lakukan?” berondong Anneta dengan banyak pertanyaan kepada kedua pasangan yang belum lama mengikat janji.“Semua berjalan dengan lancar, bahkan di luar dugaan kami.” Micko mengeluarkan dua buah ticket dari sakunya, “Dia memberikan kami ini, supaya kami bisa berbulan madu,” imbuh Micko.Anneta memegang kedua ticket tersebut, wajahnya juga ikut terperanjat
Beberapa pengunjung mulai merasa rishi dengan keributan yang hampir terjadi. Farah duduk untuk tidak memancing orang-orang mendekat ke lokasi mereka. “Tolong, jelaskan kepada kami!” sindir Farah. Micko juga akhirnya ikut duduk untuk mendengar penjelasan yang akan dikatakan Louis.“Maaf, jika sudah terlalu lama, aku juga awalnya tidak ingin ini terjadi namun mungkin kau sudah tahu banyak tentang kejadian yang menimpa hubungan antara Ibumu. Memang benar akulah pelakunya,” aku Louis pada akhirnya. Farah menutup matanya, ia sudah tahu bahwa Louis akan mengatakan hal tersebut. “Kenapa kau melakukan hal itu?” celetuk Farah dengan kesal.“Aku sangat menyukai Ibumu, hingga akhirnya malam itu aku hilang akal. Aku meminta Bobby untuk berpura-pura menggantikan aku sementara aku menjalani pengobatan.”Mendengar hal tersebut wajah Farah dan Micko yang sedari tadi sudah kesal melemaskan pundak mereka, seakan mereka harus mendengar penjelasan mengapa ia harus menghilang setelah sekian lama.Louis
Setelah pernikahan mereka berjalan dengan lancar, Anneta kembali bersama dengan Farah. Anneta membantunya melepas gaun pengantin yang dikenakan oleh Farah sementara Vicka sedang berdiskusi dengan para pegawai yang berada di tempat tersebut.Suasana hati Anneta sangat senang, ia bisa melihat Micko untuk menikah dengan wanita yang tepat apalagi setelah melihat bahwa ayah kandung Farah merupakan orang yang terpandang juga. “Sepertinya rencana kita berjalan dengan lancar,” ungkap Anneta senang.Farah yang mendengarnya menghembuskan nafasnya dengan berat. “Tapi, ada yang tak senang, seseorang yang mengatakan aku ‘pelakor’,” komen Farah.“Kata siapa kau seorang pelakor?” sebut Anneta.“Alice Dianora dan Nafa,” sebut Farah dengan nada sinis. “Mereka benar-benar merendahkan diri ‘ku, seakan mereka tidak puas dengan perbuatan yang sudah mereka lakukan,” sentak Farah yang masih ingat bagaimana diam-diam Nafa memanggilnya.“Yang mana? Alice atau Nafa?” tanya Anneta penasaran.“Nafa.” Suara Farah
Hari yang di tunggu-tunggu akhirnya datang, mereka semua sudah mulai sibuk dengan pernikahan yang mereka gadang-gadangkan sebagai sebuah strategi termuktahir dari segalanya. Rencana Anneta dan Vicka berhasil, beberapa tamu sudah mulai hadir terutama dari kalangan atas.Terutama para petinggi di tempat Vicka bekerja juga ikut datang. Adelard yang di tunjuk oleh Anneta untuk yang meneguhkan acara pernikahan tersebut juga sudah datang, ia mengenakan jas abu-abu dengan dalaman kemeja putih terlihat membuat dirinya lebih wibawa.Di samping Adelard berdiri istrinya, Rachel. “Sepertinya aku kenal dengan wanita itu,” batin Vicka.Vicka melenggang menghampiri Rachel namun hal itu di hadang oleh Anneta. “Mau kemana?” tanya Anneta.“Aku kenal dengan wanita itu,” gumamnya sementara jari telunjuknya menunjuk pada Rachel kakak iparnya.Mata Anneta melotot lebar. “Bagaimana kau bisa mengenal kakak iparku?” tanyanya yang terkejut.“Ka..kakak iparmu!” seru Vicka.“Kita memang berjodoh,” seloroh Anneta
Anneta dan Micko keluar dari took tersebut, kaki mereka melangkah menuju restaurant cepat saji. Anneta ingat bahwa terakhir kalinya ia keluar membeli makanan beberapa tahun yang lalu. Dia juga masih ingat restaurant yang sama pula dengan yang pernah ia mampir.Anneta memesankan makanan yang akan di makan di tempat, ia juga memesankan beberapa makanan yang hendak di bawa pulang oleh Micko. “Bu, tambahkan McFlurry untuk Villa,” celetuknya.“Ibu, kangen Villa,” imbuhnya yang teringat akan Villa. “Tolong pesankan satu McFlurry Oreo,” sambungnya.“Baik,” jawab petugas itu. Petugas itu memesankan pesanan tersebut untuk di bawa pulang. Mereka menunggu pesanan yang di peruntukkan untuk Villa sementara mereka menunggu pesanan tersebut Anneta melihat kepada anaknya tersebut.Micko canggung akan perasaannya itu tiba-tiba saja, ia menerima telepon dari Farah. “Kamu dimana?” gerung Farah yang menahan kesakita
Kaki Anneta melangkah keluar dari kantor Vicka, ia dengan Micko menuju tempat pernikahan. Anneta yang sudah membuat janji harus menepatinya, ia bukan orang yang tidak menepati janjinya.“Kita mau kemana, bu?” tanya Micko.“Mengatur pernikahanmu,” jawabnya sembari tersenyum.Micko memberitahu Ibunya bahwa ia sudah melakukan pembyaran untuk di awal-awal, ia juga sedikit menyinggung akan melakukan pernikahan di sekitar indoor. “Kau booking dimana?” tanya Anneta.“Kenapa, bu?” tanya Micko.“Ibu, akan mengaturnya menjadi outdoor,” imbuhnya, “Dengan cara itu kita bisa mengetahui seberapa banyak orang yang akan melihat pernikahan dirimu. Beberapa orang adalah para pemegang saham dari orang Vicka,” sambungnya.Micko tercengang mendengarnya. “Wah, Ibu, memang yang terbaik,” jawabnya sembari mengacungkan jempolnya kepada Ibunya sendiri.“Jadi, sisanya Ibu
Mobil yang di bawa kabur oleh Alice berhenti tiba-tiba, ia hampir saja menabrak seseorang yang tepat berada di depannya. “Apa aku tak salah dengar?” tanya Alice kepada dirinya sendiri.Saking senangnya, ia tidak menyadari bahwa James tepat berada di belakang mobilnya. Dengan segera ia membayar taksi tersebut dan naik ke dalam mobilnya, ia memaksa Alice untuk membukanya. “Kau gila atau apa!” pekiknya marah.James masuk ke dalam mobilnya, ia meninggalkan Alice di tepi jalan. Namun, saking senangnya Alice dia tertawa sendiri saking mengetahui bahwa Vicka Sudelard telah menyerahkan kekuasaannya.Taksi yang di tumpangi oleh James sendiri juga belum pergi, ia berniat untuk kembali ke kantor Vicka. Hatinya yang senang itu tidak melihat ke depan bahwa seseorang tengah terburu-buru. Pengemudi itu berteriak kea rah Alice. “Kau mau mati!”Alice terkejut mendengarnya. “Siapa juga yang mau mati!” makinya balik kepada pen
Wanita itu tersenyum kepadanya kehadirannya membuat Micko juga merasa tidak nyaman. “Untuk apa kau ke rumah?” serang Micko.Nafa tersenyum melihat Micko yang berbicara, Micko berdiri di hadapan Farah untuk tidak membiarkannya menyentuh Nafa sekecil apapun itu ia juga tidak akan segan-segan meminta petugas keamanan untuk mengusir dari rumah Farah.“Kenapa kita tidak bicara di dalam?” ajaknya. Nafa sudah menebak bahwa mungkin saja mereka menolak ajakan dirinya yang sudah datang ke rumah Farah. “Biarkan aku masuk,” pintanya.Micko melangkah satu langkah ke depan menahan Nafa yang hendak masuk ke dalam rumah Farah. “Bicara di luar!” teriaknya kasar.Nafa menghela nafasnya berat, ia tahu hal itu akan terjadi cepat atau pun lambat. “Aku sudah mendengarnya bahwa kalian akan menikah,” terkanya.“Lalu, maumu apa? Toh aku juga tidak akan memberikan dirimu undangan,” sindir Micko.