Share

The Playboy
The Playboy
Penulis: Park Jun Hye

Ego

Penulis: Park Jun Hye
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Sekarang kau lihat ‘kan apa jadinya jika kau tidak tidak berfikir dua kali. Tidur serampangan dengan laki-laki, begini jadinya.”kata seorang Ibu yang memarahi anaknya.

Sang anak hanya bisa menunduk lemas dan tak bisa berkata-kata. Gadis itu hanya bisa diam seribu bahasa hanya hujaman kata-kata makian dan cacian keluar dari mulut sang Ibu tercinta, “Kenapa kau hanya diam? Sekarang aku Tanya berapa bulan usia kandungan mu?.”

Sang gadis tetap saja diam tak bisa berkata apa-apa, dari ujung matanya terlihat sebuah air mata tergenang di pelupuk matanya. Seakan tak memungkin bahwa ia harus menjawabnya, “Jawab pertanyaanku. Berapa bulan kandunganmu? Sudah berapa lama kau melakukannya.”kata sang Ibu marah.

Dengan suara tercekat, sang Gadis pun menjawabnya, “Dua Bulan.”

            “Dua Bulan! Berapa kali kau berhubungan dengan pria itu? Siapa ayahnya?.”

            “Lebih dari satu kali.”

            “Kau sudah tahu jika kau berhubungan badan otomatis kau pasti akan hamil. Mengapa kau tak pakai pengaman?.”katanya dengan terus menghujami kata-kata pedas kepada putrinya.

            “Sudah puas memarahiku?.”kata sang gadis tersebut.

            “Jangan melawanku. Kau tak berhak melawan’ku.”

            “Aku tak melawanmu tapi aku ingin bicara.”katanya dengan sesegukan menahan kesedihan yang sudah ia pendam beberapa jam yang lalu.

            “Bicara coba!.”

            “Datangi saja ia. Ia di tempat lama ‘ku bekerja. Ia bapak dari anak’ku.”

            “Wah, hebat sekali kau. Kau menyuruh ku untuk mendatangi pria tersebut! Huh!!.”katanya dengan marah.

            “Sekarang mau bagaimana aku sudah begini. Aku tak tahu harus berkata apa. Aku bingung, stress.”katanya yang berusaha membela diri.

            “Kenapa kau baru sekarang bilang kalau kau bingung dan stress? Ini yang ku takutkan terjadi pada dirimu.”

            “Aku…aku…”

            “Aku apa?.”

            “Aku tak tahu harus bicara apa.”

            “Sekarang baru kau menyadarinya. Inikah ego mu yang kau simpan selama ini?!.”bentak ibunya.

Farah pun tersedu-sedu, ia tahu bahwa dirinya sangat-sangat egois hanya memikirkan dirinya sendiri tanpa mengetahui apa yang akan terjadi ke depannya. Farah pun terpaku, ia tak bisa membantah perkataan Ibunya.

Lima Bulan Yang Lalu,

Farah baru saja keluar dari pekerjaannya. Ia terlibat skandal yang cukup membuat dirinya merasa tak berdaya. Ia berusaha mencari pekerjaan baru lagi di satu sisi ia tak mau pisah dengan kekasih barunya tersebut.

Farah pun mendapatkan pekerjaan selang tak berapa lama ia keluar dari perusahaan tersebut. Diam-diam Farah masih berhubungan dengan Micko. Micko merupakan salah satu pemuda yang Farah sukai. Ia bahkan tahu bahwa Micko merupakan salah satu anak buah bos yang paling di percayai. Bukan hanya anak buah bos saja bahkan Micko pun sudah memiliki status sebagai suami.

            “Micko, kapan kita bisa ketemuan lagi?.”Tanya Farah yang menelepon Micko.

            “Kamu kerja dimana, aku kangen sama kamu.”

            “Micko, kamu beneran sayang banged sama aku?.”Tanya Farah.

            “Iya, Farah. Memangnya kenapa? Aku nggak mau yaa  kamu ninggalin aku. Inget itu, Farah. Mau ke mana pun kamu pergi, aku bakalan cari kamu.”

            “Yakin, Micko?.”

            “Iya aku yakin.”

            “Istri kamu gimana, aku nggak mau kamu masih sama dia.”

            “Aku bakalan ngomong sama dia tapi kamu harus janji yaa sama aku, Farah.”

            “Aku janji. Oohh, iya ada yang mau aku bicarain.”

            “Apa sayang?.”

            “Hmm…”kata Farah yang ingin bicara namun lidahnya bagaikan kelu tak bisa menjawabnya.

            “Bicara sayang. Kamu mau bilang apa?.”

            “Hmm…”katanya yang tak bisa meneruskan pembicaraan.

            “Kamu hamil?.”

Farah tak bisa menjawabnya, ia memang benar mengandung anak dari Micko, “Iya, aku hamil anakmu.”Micko yang mendengar hal tersebut tak bisa berkata apa-apa.

            “Dari kapan?.”

            “Dari kamu terakhir main di apartemen aku itu lho. Yang kamu habis pulang dari Banten.”

            “Ooh iya, aku inget.”

            “Kamu mau tanggung jawab, Micko?.”

            “Iya. Aku tanggung jawab.”

            “Terus kapan kamu nikahin aku, Micko?.”

            “Sabar. Masalah aku saja belum selesai sama dia, aku nggak bisa buat ambil keputusan sekarang ini setidaknya aku pasti bakalan tanggung jawab.”katanya sembari memfokuskan dirinya ke depan jalanan.

            “Yaa sudah kapan kita ketemuan, sayang? Aku kangen sama kamu.”

            “Iya, sayang, kita cari waktu pas yaa…”

            “Siap. Asal jangan deket sama kantor nanti jadi omongan.”

            “Iya, sayang.”

            “Yaa sudah kamu kerja dulu nanti sore kita call lagi.”

            “Sip. Aku tunggu kamu.”

Farah dan Micko pun mengakhiri percakapan mereka, ia ingat waktu pertama kali berhubungan intim dengan Micko di apartemennya. Farah memilih tinggal di apartemennya selama berpacaran dengan Micko supaya tak ada yang mengetahuinya. Namun, tiba-tiba Ibu Farah pun datang ke apartemennya,

            “Farah, ingat yaa..sampai kapan pun aku tak akan merestui hubungan kalian.”

            “Ma, ini hubungan ‘ku. Apa salahnya kalau aku berhubungan dengan dia?.”

            “Farah, kenapa kau selalu begini. Tak bisa kah kau tak egois?.”kata Vicka yang berusaha menyadarkan anaknya.

            “Ma, aku jatuh cinta dengan dia.”

            “Jatuh cinta!? Pikir dengan logikamu. Sekarang ku Tanya kau sudah dapat pekerjaan?.”

Farah tak bisa menjawabnya, ia diam seribu Bahasa, benar yang dikatakan oleh Ibunya bahwa ia belum mendapatkan pekerjaan. Vicka pun tahu bahwa anaknya belum mendapat pekerjaan, Vicka menarik nafas berusaha sabar akan kelakuan anaknya, “Kemasi barang-barangmu. Keluar sekarang dari apartemen. Kau bisa balik ke sini jika kau sudah mendapat pekerjaan.”katanya yang tahu bahwa anaknya belum mendapat pekerjaan kembali.

            “Aku tetap di sini.”katanya keukeh.

            “Bereskan barangmu.”

            “Aku tidak mau.”

            “BERESKAN BARANGMU!.”teriak Vicka marah.

Farah pun yang mendengar Ibunya berteriak kepada dirinya masuk kedalam kamarnya dan membereskan barang-barangnya. Ia tak mampu lagi membantah Ibunya, satu sisi ibunya juga benar ia tak akan mampu membiaya hidupnya jika ia tak punya pekerjaan hanya dengan Ibunya jika ia mau makan. Farah pergi meninggalkan apartemennya dengan Ibunya. Semenjak berhubungan dengan Micko, Vicka mulai bersitegang dengan Farah.

Lima Bulan Setelahnya,

“Lihat benar kan perkataan’ku. Sekarang kau hamil.”

“Sudah lah. Sekarang aku harus bagaimana? Jangan menyalahkan ku terus.”

“Aku Ibumu. Dan, aku tahu apa yang akan terjadi. Ini yang ku takutkan kepada dirimu saking egoisnya diri mu dan tak bisa mengontrol cara pacaranmu. Inilah yang terjadi, Farah. Mana mungkin seorang laki-laki beristri mau menikahimu.”

“Maaf, ma. Karena aku memang sayang dengan dia. Lalu, apa yang harus ku lakukan?.”

“Pastinya mama akan membelamu. Mama tidak mau kau seperti ini, itu kenapa mama bersikap seperti itu kepada dirimu, Farah.”

Bab terkait

  • The Playboy    Debat

    Vicka pun mulai menerima keadaan anaknya yang sudah terlanjur hamil terlebih dahulu, namun ia juga harus mencari tahu siapa yang bersalah sehingga tidak terjadi antara tuduh menuduh karena menurut Vicka tak baik untuk Farah maupun si jabang bayi bahkan tak baik pula kepada Micko. Sehingga Vicka mengambil jalan tengah dengan berbicara dari hati ke hati mengenai apa yang terjadi dengan dengan anaknya.Farah yang masih tak tahu apa yang sudah terjadi dengan dirinya tetap tak mau mengakhiri hubungannya dengan Micko. Mereka masih saja tetap ingin berhubungan walau nomor Farah sendiri sudah di blockir oleh Micko. “Micko, kemana kamu? Dasar brengsek.”katanya yang selalu meratapi hasil hubungannya dengan Micko.Tak berapa lama handphone Farah berbunyi dan ternyata yang menelepon bukanlah Micko melainkan teman dekatnya, Siska. Siska tahu apa yang baru saja di alami oleh Farah, tak mudah Farah

  • The Playboy    Selisih Paham

    ==Lima Bulan Lalu==Micko yang masih menjalankan tugas ke luar kota tiba-tiba datang ke apartemen Farah. Farah yang mendengar suara bel, membuka pintunya. Ia kaget bahwa yang datang adalah Micko,“Micko!.”kata Farah dengan memamerkan senyumnya.Micko pun mengecup pipi Farah, “Hai, sayang. Aku datang.”“Aku pikir kamu nggak bakalan datang ke sini.”katanya yang langsung cemberut.“Aku bakalan datang ‘kok, apalagi buat lihat kamu.”gombal Micko.Micko pun langsung menyosor bibir Farah yang merah merona. Farah membalas ciuman Micko yang penuh dengan nafsu. Tangan Micko dengan cepat membuka baju Farah, hingga Farah benar-benar polos tanpa sehelai busana begitu pun dengan Micko yang sudah setengah telanjang. Farah pun berusaha mencoba menghentikan aksi Micko, “Kamu mau nginep?.”tanya Farah di sela-sela aksi mereka.“Kalau boleh. Aku sudah lama sekali nggak seperti ini sama kamu.

  • The Playboy    Hitam di Atas Putih

    Mereka berdua pun tanpa sengaja salin bertukar pandang seakan tak percaya.“Wah, seperti di dalam sinetron.”sinis Vicka.“Ah, iya, tante.”sahut Danita.“Lebih aku pulang saja.”kata Filemon.“Siapa yang suruh kau pulang?.”tanya Siska.Filemon tahu apa yang akan terjadi jika ia pulang terlebih dahulu dan membiarkan mereka masih ada di dalam polemik tersebut. Dokumen Hitam di atas Putih tersebut merupakan sebuah tragedi yang tak akan pernah di lupakan oleh Micko seumur hidupnya.Sebuah konsekuensi yang akan ia hadapi jika membocorkan apa yang terjadi masa lalunya seperti apa dan bagaimana konsekuensi tersebut sehingga ia menjadi seorang pria yang di pertanyakan akan sebuah tanggung jawab di dalam keluarganya sendiri. Bahkan Micko sendiri pun sudah di anggap meninggal oleh orang tuanya. Kehidupan Micko benar-benar berubah drastis ketika ia mengenal siapa Nafa yang sebenarnya.Kunci kehidupan

  • The Playboy    Dunia Malam

    “Kemana ia pergi?.”tanya Vicka.“Tante, tak’kan suka mendengarnya.”jelas Siska.“Pastinya ini adalah surat perjanjian antara Micko dan Nafa.”jelas Vicka.“Betul, tante.”“Pertanyaan, tante, kemana si Micko pergi?.”“Dunia Malam.”kata Siska.Mereka semua tercengang mendengarnya, dunia malam. Tak ada yang bisa bicara sepatah kata pun juga tak ada yang keluar dari mulut mereka semua, mereka mematung.“Lebih baik kita pulang. Dan, Siska, kau boleh membuka tokomu kembali.”“Baik, tante.”kata Siska yang bisa bernafas lega sekarang.Mereka semua pun keluar dari Cafe sedangkan Siska dan Filemon membuka kembali Cafe tersebut.Micko yang tiba-tiba pergi entah kemana ternyata mencari sebuah hiburan. Ia pergi menuju klub Favoritenya. Hingar bingar musik dunia malam sudah biasa bagi Micko yang sering kali mencari hiburan di du

  • The Playboy    Pertengkaran Hebat

    Jam tepat pukul 05:00 Micko baru sampai di rumah. Micko yang baru selesai memarkir’kan mobilnya dan pergi menjauh dari lokasi parkir itu. Masuk ke rumah anaknya yang kecil melihat ayahnya pulang sedangkan Nafa menunggunya di dalam kamarnya. Ia masuk ke dalam kamarnya dan melihat Nafa dengan muka jijik.“Kau baru pulang?.”tanya Nafa.“Bukan urusanmu.”“Hari apa ini?.”“Bukan urusanmu.”“Pergi kerja.”katanya ketus.Micko mengganti pakaiannya dan mendekati Nafa. Nafa tidak tahu Micko habis dari mana ketika Micko mendekat ia tahu bahwa Micko baru pulang minum-minum, “Kau minum-minum lagi?.”katanya dengan nada yang tinggi.“Kenapa? Kenapa? Kenapa kau selalu mengatur’ku seakan aku ini bonekamu?.”katanya sembari memegang leher istrinya itu.“Mi..Mi..Micko lepaskan.”katanya yang menggenggam tangan suaminya itu.“Apa

  • The Playboy    Rasa yang Hilang

    Micko pergi hari itu juga tanpa memberitahukan kemana ia akan pergi. Nafa yang takut kenapa-kenapa dengan ibunya tak tahu harus berbuat apa, ia berusaha mencari tahu kemana Micko pergi tapi handphone nya juga tidak aktif, ia berkali-kali menghubungi Micko hasilnya tetap nihil. Ia hanya punya satu cara yaitu menghadapi Farah.Ia keluar membawa mobilnya dan ia menuju apartemen Farah. Ia pernah suatu ketika mengikuti Micko dan mengetahui dimana apartemen Farah. Ia sampai di apartemen Farah. Para penghuni yang tahu bahwa Farah sudah kembali ke tempat ibunya merasa bingung dengan wanita tersebut bahkan penjaga keamanan juga tidak mengetahui siapa wanita namun ia tidak paham apa yang sebenarnya terjadi, karena penasaran penjaga keamanan itu mengikuti Nafa bahkan ia sendiri tak tahu siapa Nafa.“Hei, kau mau apa?.”tanya penjaga keamanan itu.“Dimana yang namanya Farah?.”tanyanya balik.“Bu, jika ada orang yang bicara dengan ibu moho

  • The Playboy     Ambang Perceraian.

    Farah masih memeluk Micko dengan erat bahkan Micko membalas pelukannya. Masih teringat bagaimana ia jatuh cinta dengan Micko, begitu pula sebaliknya ia tak tahan lagi untuk mencium nya namun keadaannya tak memungkin untuk mereka bisa berciuman.“Apa rencana’mu?.”tanya Farah.“Akan lakukan yang terbaik.”“Aku akan terus menunggu’mu.”katanya yang masih berharap untuk bisa berduaan kembali dengan Micko. Micko yang tahu bahwa Farah mengandung anaknya, mengelus perut Farah, “Hai, sayang. Tunggu papa yaa.”katanya yang sembari berbicara kepada anak yang di kandung Farah, sedangkan Farah yang mendengar Micko mengatakan hal itu merasa senang bahwa dirinya masih di perhatikan oleh Micko.“Aku tidak akan pernah menggugurkan kandungan’ku. Karena kamu mau tanggung jawab atas perbuatan kamu.”“Jaga kandungan’mu.”“Sebelum kamu pergi, aku minta aktifin kem

  • The Playboy    Kecerobohan

    Micko yang sudah pusing dengan urusan rumah tangganya, ia berusaha untuk menenangkan dirinya. Ternyata ia kembali lagi ke dunia malamnya, seperti biasa Felis ada di tempat itu. Ia yang belum leluasa untuk mendapatkan haknya menjadi suami dari Farah hanya bisa mencari kesempatan dalam kesempitan bersama dengan Felicia.Felicia yang melihat bahwa ada Micko, ia berusaha menampilkan yang lebih menarik. Bahkan ia menghampiri Micko. Pikirannya sudah mulai liar, ia membayangkan bagaimana supaya tante Vicka mau memberikan restu kepada dirinya.“Kau ada apa?.”katanya yang sudah ada di samping Micko.“Hai.”katanya yang mengecup bibir manis miliki Felicia“Ada masalah apa lagi? Perlu’kah aku melayani’mu?.”“Aku tak apa-apa.”“Jangan bohong aku tahu dirimu. Ayo.”katanya yang memegang bagian kejantanan Micko. Felicia yang masih menggunakan baju kerjanya keluar dari tempat itu dan men

Bab terbaru

  • The Playboy    Pemungutan Suara

    “Kau bisa bertindak gila juga,” ledek Anneta yang berjalan beriringan dengan Louis.“Terkadang orang-orang yang seperti itu harus kita gertak. Aah, karena aku lupaan tolong beritahu aku untuk mengingatkan pemungutan suara. Aku sudah meyakinkan beberapa pihak luar untuk tetap memilih Vicka,” kata Louis yang memberitahu Anneta akan rencananya.Mendengar pengakuan Lousi wajah Anneta seakan penuh kemenangan. “Kau tak bisa di tebak,” aku Anneta terhadap Louis.“Kau baru melihat pertama kalinya, namun aku pastikan kalian akan menang. Kau tidak tahu bagaimana aku bekerja, tapi di luar sana orang-orang mengatai aku si ‘raja negosiator’,” akunya kepada Anneta.Anneta tertawa mendengar banyolan Louis. “Pantas saja, dia langsung bertekuk lutut,” kekeh Anneta.“Setidaknya untuk sementara kita lakukan hal itu,” timpal Louis.“Apa mereka bisa melakukan tindakan yang aneh lagi?” tanya Anneta yang sembari berjalan.“Seharusnya tidak. Biasanya jika di luar mereka yang aku ancam akan terus mengingatnya

  • The Playboy    Adu Pendapatan

    Kedua mata Micko dan Farah saling mengerjap sama-sama terkejut bukan main bahwa Louis kembali untuk membayar kesalahannya di masa lalu. “Ha…hawai?” Micko terkejut mengetahui bahwa Louis memberikan dua ticket secara cuman-cuma kepada mereka berdua.“Sepertinya dia yakin akan menebusnya,” celoteh Farah. Farah sedikit tersenyum melihat punggung ayahnya sendiri yang sudah menjauh.“Sepertinya,” balas Micko. Micko memasukkan dua ticket tersebut ke dalam sarung jaketnya dan melenggang bersama Farah masuk ke dalam ruang kamar make-up.Anneta melihat kedatangan pasangan baru tersebut. “Bagaimana? Apakah dia menerimanya? Lalu, apa yang kalian lakukan?” berondong Anneta dengan banyak pertanyaan kepada kedua pasangan yang belum lama mengikat janji.“Semua berjalan dengan lancar, bahkan di luar dugaan kami.” Micko mengeluarkan dua buah ticket dari sakunya, “Dia memberikan kami ini, supaya kami bisa berbulan madu,” imbuh Micko.Anneta memegang kedua ticket tersebut, wajahnya juga ikut terperanjat

  • The Playboy    Kesempatan Kedua

    Beberapa pengunjung mulai merasa rishi dengan keributan yang hampir terjadi. Farah duduk untuk tidak memancing orang-orang mendekat ke lokasi mereka. “Tolong, jelaskan kepada kami!” sindir Farah. Micko juga akhirnya ikut duduk untuk mendengar penjelasan yang akan dikatakan Louis.“Maaf, jika sudah terlalu lama, aku juga awalnya tidak ingin ini terjadi namun mungkin kau sudah tahu banyak tentang kejadian yang menimpa hubungan antara Ibumu. Memang benar akulah pelakunya,” aku Louis pada akhirnya. Farah menutup matanya, ia sudah tahu bahwa Louis akan mengatakan hal tersebut. “Kenapa kau melakukan hal itu?” celetuk Farah dengan kesal.“Aku sangat menyukai Ibumu, hingga akhirnya malam itu aku hilang akal. Aku meminta Bobby untuk berpura-pura menggantikan aku sementara aku menjalani pengobatan.”Mendengar hal tersebut wajah Farah dan Micko yang sedari tadi sudah kesal melemaskan pundak mereka, seakan mereka harus mendengar penjelasan mengapa ia harus menghilang setelah sekian lama.Louis

  • The Playboy    Penghinaan

    Setelah pernikahan mereka berjalan dengan lancar, Anneta kembali bersama dengan Farah. Anneta membantunya melepas gaun pengantin yang dikenakan oleh Farah sementara Vicka sedang berdiskusi dengan para pegawai yang berada di tempat tersebut.Suasana hati Anneta sangat senang, ia bisa melihat Micko untuk menikah dengan wanita yang tepat apalagi setelah melihat bahwa ayah kandung Farah merupakan orang yang terpandang juga. “Sepertinya rencana kita berjalan dengan lancar,” ungkap Anneta senang.Farah yang mendengarnya menghembuskan nafasnya dengan berat. “Tapi, ada yang tak senang, seseorang yang mengatakan aku ‘pelakor’,” komen Farah.“Kata siapa kau seorang pelakor?” sebut Anneta.“Alice Dianora dan Nafa,” sebut Farah dengan nada sinis. “Mereka benar-benar merendahkan diri ‘ku, seakan mereka tidak puas dengan perbuatan yang sudah mereka lakukan,” sentak Farah yang masih ingat bagaimana diam-diam Nafa memanggilnya.“Yang mana? Alice atau Nafa?” tanya Anneta penasaran.“Nafa.” Suara Farah

  • The Playboy    Pernikahan

    Hari yang di tunggu-tunggu akhirnya datang, mereka semua sudah mulai sibuk dengan pernikahan yang mereka gadang-gadangkan sebagai sebuah strategi termuktahir dari segalanya. Rencana Anneta dan Vicka berhasil, beberapa tamu sudah mulai hadir terutama dari kalangan atas.Terutama para petinggi di tempat Vicka bekerja juga ikut datang. Adelard yang di tunjuk oleh Anneta untuk yang meneguhkan acara pernikahan tersebut juga sudah datang, ia mengenakan jas abu-abu dengan dalaman kemeja putih terlihat membuat dirinya lebih wibawa.Di samping Adelard berdiri istrinya, Rachel. “Sepertinya aku kenal dengan wanita itu,” batin Vicka.Vicka melenggang menghampiri Rachel namun hal itu di hadang oleh Anneta. “Mau kemana?” tanya Anneta.“Aku kenal dengan wanita itu,” gumamnya sementara jari telunjuknya menunjuk pada Rachel kakak iparnya.Mata Anneta melotot lebar. “Bagaimana kau bisa mengenal kakak iparku?” tanyanya yang terkejut.“Ka..kakak iparmu!” seru Vicka.“Kita memang berjodoh,” seloroh Anneta

  • The Playboy    Sudah Jatuh Ke Timpa Tangga Pula

    Anneta dan Micko keluar dari took tersebut, kaki mereka melangkah menuju restaurant cepat saji. Anneta ingat bahwa terakhir kalinya ia keluar membeli makanan beberapa tahun yang lalu. Dia juga masih ingat restaurant yang sama pula dengan yang pernah ia mampir.Anneta memesankan makanan yang akan di makan di tempat, ia juga memesankan beberapa makanan yang hendak di bawa pulang oleh Micko. “Bu, tambahkan McFlurry untuk Villa,” celetuknya.“Ibu, kangen Villa,” imbuhnya yang teringat akan Villa. “Tolong pesankan satu McFlurry Oreo,” sambungnya.“Baik,” jawab petugas itu. Petugas itu memesankan pesanan tersebut untuk di bawa pulang. Mereka menunggu pesanan yang di peruntukkan untuk Villa sementara mereka menunggu pesanan tersebut Anneta melihat kepada anaknya tersebut.Micko canggung akan perasaannya itu tiba-tiba saja, ia menerima telepon dari Farah. “Kamu dimana?” gerung Farah yang menahan kesakita

  • The Playboy    Undangan Pernikahan

    Kaki Anneta melangkah keluar dari kantor Vicka, ia dengan Micko menuju tempat pernikahan. Anneta yang sudah membuat janji harus menepatinya, ia bukan orang yang tidak menepati janjinya.“Kita mau kemana, bu?” tanya Micko.“Mengatur pernikahanmu,” jawabnya sembari tersenyum.Micko memberitahu Ibunya bahwa ia sudah melakukan pembyaran untuk di awal-awal, ia juga sedikit menyinggung akan melakukan pernikahan di sekitar indoor. “Kau booking dimana?” tanya Anneta.“Kenapa, bu?” tanya Micko.“Ibu, akan mengaturnya menjadi outdoor,” imbuhnya, “Dengan cara itu kita bisa mengetahui seberapa banyak orang yang akan melihat pernikahan dirimu. Beberapa orang adalah para pemegang saham dari orang Vicka,” sambungnya.Micko tercengang mendengarnya. “Wah, Ibu, memang yang terbaik,” jawabnya sembari mengacungkan jempolnya kepada Ibunya sendiri.“Jadi, sisanya Ibu

  • The Playboy    Perjanjian Dua Belah Pihak

    Mobil yang di bawa kabur oleh Alice berhenti tiba-tiba, ia hampir saja menabrak seseorang yang tepat berada di depannya. “Apa aku tak salah dengar?” tanya Alice kepada dirinya sendiri.Saking senangnya, ia tidak menyadari bahwa James tepat berada di belakang mobilnya. Dengan segera ia membayar taksi tersebut dan naik ke dalam mobilnya, ia memaksa Alice untuk membukanya. “Kau gila atau apa!” pekiknya marah.James masuk ke dalam mobilnya, ia meninggalkan Alice di tepi jalan. Namun, saking senangnya Alice dia tertawa sendiri saking mengetahui bahwa Vicka Sudelard telah menyerahkan kekuasaannya.Taksi yang di tumpangi oleh James sendiri juga belum pergi, ia berniat untuk kembali ke kantor Vicka. Hatinya yang senang itu tidak melihat ke depan bahwa seseorang tengah terburu-buru. Pengemudi itu berteriak kea rah Alice. “Kau mau mati!”Alice terkejut mendengarnya. “Siapa juga yang mau mati!” makinya balik kepada pen

  • The Playboy    Vicka Mengundurkan Diri

    Wanita itu tersenyum kepadanya kehadirannya membuat Micko juga merasa tidak nyaman. “Untuk apa kau ke rumah?” serang Micko.Nafa tersenyum melihat Micko yang berbicara, Micko berdiri di hadapan Farah untuk tidak membiarkannya menyentuh Nafa sekecil apapun itu ia juga tidak akan segan-segan meminta petugas keamanan untuk mengusir dari rumah Farah.“Kenapa kita tidak bicara di dalam?” ajaknya. Nafa sudah menebak bahwa mungkin saja mereka menolak ajakan dirinya yang sudah datang ke rumah Farah. “Biarkan aku masuk,” pintanya.Micko melangkah satu langkah ke depan menahan Nafa yang hendak masuk ke dalam rumah Farah. “Bicara di luar!” teriaknya kasar.Nafa menghela nafasnya berat, ia tahu hal itu akan terjadi cepat atau pun lambat. “Aku sudah mendengarnya bahwa kalian akan menikah,” terkanya.“Lalu, maumu apa? Toh aku juga tidak akan memberikan dirimu undangan,” sindir Micko.

DMCA.com Protection Status