Share

Kencan buta.

Penulis: Rossystories
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

          Sorotan mata lurus dari Nevan kini terlepas. Dan yang terlihat dari wajah Kirana, membungkukkan badan sambil menarik bibir ujung hingga melengkung lagi melebar.

“Hati-hati di jalan, ya, Nak!” sahut Kirana dengan hangat.

Bellona meneratap pandangan yang ada di depan matanya, sesekali melirik wajah Nevan yang berbuat demikian. Tanpa harus membentak dan berusaha untuk meminta izin dengan cara yang licik.

Ternyata, dirinya pandai bermain hipnotis kepada seseorang. Bellona meraih lengannya dengan cepat dan meminta untuk tidak melakukannya.

“Tenang saja! Aku tidak akan melakukan pada dirimu,” bisik Nevan perlahan.

“Tante mau masuk duluan, ya!” ucap Kirana dengan ramahnya.

Tanpa disadari olehnya kalau ia sudah mengizinkan putri sulungnya pergi begitu saja bersama pria beserta sekawannya.

Nevan membukakan pintu untuk si Bellona yang mendengus nanar. Namun, tidak akan menolak dariny

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • The Nine Tails of Time Traveler   Kayaknya cemburu deh??

    Nevan mengendurkan bibirnya sembari menatap wajah Bellona yang sedikit menurun. Pandangan keduanya seakan terjatuh dan saling menatap begitu menurun. Kedua tangan yang saling memegang erat dengan penuh kehangatan.Nevan melirik penuh ke wajah Bellona membawa pandangan merasuk ke balik kalbu terdalam. Sore yang meredup kini berganti kegelapan malam yang bersinar cahaya lampu di sekeliling jalanan.Terpancar kelap-kelip cahaya yang tersorot hingga ke arah pasangan yang saling memandang.“Aku menyukaimu,” sebut Nevan.“Aku ingin bersamamu sampai aku pergi dari dunia ini,” tuturnya melanjutkan.Bellona menatap terpana sekaligus terenyuh dengan ucapan kekasih yang ada di depan matanya. Nevan yang memang bagian terindah dalam hidupnya kini menjadi pertanyaan yang berbeda dari dirinya.Bellona mengerutkan kening ketika ia sedikit mencurigai ucapan dari kekasih yang ada d

  • The Nine Tails of Time Traveler   Gue lagi kerja.

    Hendrik melebarkan sayap-sayap senyuman kepada satu wanita yang masih tersisa di dekat dirinya. Melihat Rendy yang semakin memperlihatkan kegelisahan dari penolakan wanita, kini bagi Hendrik ia mendapatkan poin yang lebih besar dari kedua temannya. Tidak termasuk Nevan dan Bellona yang sudah meninggalkan mereka di ujung kekecewaan masing-masing. Yaa, setelah perut kenyang, hati menjadi senang. Tapi, sepertinya ini berbeda dari yang dibayangkan. Perut kenyang menjadi semakin sesak napas. Hendrik dan Anjani mendekati Rendy yang merengut putus asa. Dengan bersedekap tangan dari tingkah Anjani, ia pun mulai menaikkan alis begitu meninggi meyakinkan. “Eh, ngapain sih harus segitunya? Kalo elo nggak bisa sama mereka, emang ada berapa sih cewek di kota ini? lo bisa pilih,” tutur Anjani. Rendy mendongakkan dagu perlahan menatap kedua teman yang saling berhadapan dengan dirinya. Ucapan Anjani membu

  • The Nine Tails of Time Traveler   Penguasa ranjang.

    #Selamatmembaca!Hati-hati! Anjani melempar dekapan tangan yang sempat memegangi dirinya sangat erat. Sontak, Hendrik terpelangah lebar ketika wanita yang mengikuti langkah pelariannya begitu kasar dan kuat.“Hah?!” sergah Hendrik berhenti.“Gue nggak suka dipaksa!” seru Anjani hendak berbalik.Namun, di depan mata Rendy hanya menjadi penonton tanpa seruan.Hendrik pun dengan gesit, meraih kembali lengan Anjani untuk mencegahnya kembali ke tempat hiburan malam tersebut.“Anjani,” cegah Hendrik memaksa.“Eh, bisa lepasin gue nggak?!” ketus Anjani tegas.Anjani melepas kuat untuk menghindari dekapan tangan Hendrik, dengan tampang wajah yang lumayan lah! Dikatakan tergolong cukup pada nilai ketampanan bagi seorang pria. Akan tetapi, Anjani tidak butuh sebuah ketampanan pria. Tapi, lalu apa?“Ngapain kamu harus

  • The Nine Tails of Time Traveler   Untuk yang terakhir kalinya.

    Dari dua orang yang menjadikan malam pertemuan nakal. Dimana hati sudah memilih tindakan di luar kendali. Ruangan yang terlihat tenang, tidak terasa oleh orang lain. Masih di atas Kasur dengan kenangan malam indah.Hendrik masih menatap wajah Anjani yang terbaring nakal di depan hadapannya. Perlahan, bola matanya meredup hingga merobohkan tubuh ke samping Anjani. Anjani menutupi dirinya dan Hendrik dengan selimut putih.Keduanya bersama-sama hanyut di balik selimut putih yang terbentang luas memanjang.*** Perjalanan yang masih belum berakhir pada Sabtu malam. Sebuah mobil terlintas melewati perumahan elite. Pemberhentian tepat di depan pagar rumah Bellona.Ketiga orang tampak saling mendiam tanpa harus menatap. Nevan melirik wajah Bellona yang terlihat ragu-ragu meninggalkannya.“Nggak apa-apa, aku turun di sini,” putus

  • The Nine Tails of Time Traveler   Aura penyatu rasa.

    #Selamatmembaca! Di bawah rembulan yang masih meredupkan suasana malam. Mata Nevan bahkan tak meredup dengan menurunnya langit cerah. Dirinya terduduk rapi di atas berbatuan kecil sambil melempari batu ke ujung air sungai.Nevan membangkitkan tubuhnya perlahan, matanya menatap ke seluruh pemandangan persinggahan.“Hei, kau harus memastikan Bellona. Aku merasakan kedekatan yang tidak biasa,” ungkap Cho Ye Joon kepada tubuhnya Nevan.Nevan menghentikan langkahnya, “Tunggu!” cegahnya dengan seorang diri.“Kau mengatakan kalau Bellona dengan dirimu memiliki kedekatan yang tak biasa. Apa maksudmu?” lontar Nevan dengan jiwanya sendiri.“Ya, aku bisa merasakannya,” sahut Cho Ye Joon.Terlihat raut Nevan yang agak terheran setelah mendengar ucapan Cho Ye Joon. Tubuhnya masih tidak bisa melangkah jauh dari sana. Tapi, pikirannya adalah kekacauan yang semest

  • The Nine Tails of Time Traveler   Hari piknik sepupunya.

    Nevan terkinjat seketika saat suara berita dari balik layar televisi kecil terdengar jelas di ujung telinganya. Wajahnya nanar dipenuhi dengan kekalutan yang mengambang batas perjalanan.Dari balik penglihatannya, Nevan bahkan menahan napas untuk beberapa saat. Sesuatu berbisik dalam kalbu yang tertanam, “Bodoh, jangan terlalu menampakkan dirimu pada orang lain. Hei, saudara sepupumu itu mulai mencurigainya,” bisik Cho Ye Joon di dalam tubuh Nevan.Respons yang tak bisa terhalang, ketika jiwa gumiho menguasai tubuhnya. Nevan terpelangah lebar ketika melihat jalanan tepat di tengah-tengahnya.Tin! Tin!“Kak Nevan kenapa sih? Tuh, mobil di belakang udah marah-marah,” keluh Delia—adik sepupunya Nevan.“Oh, iya maaf, Del,” sergah Nevan kembali menginjak pedal gas untuk melaju.Beruntungnnya, emosi perlahan sudah dapat dikendalikan oleh Nevan. Jika ti

  • The Nine Tails of Time Traveler   Rencana yang tidak terduga.

    Dari beberapa gadis yang memandang wajah Nevan benar-benar memicu pesona menawan dari ujung penglihatan. Kini, tubuhnya berdiri tegak tepat di samping Delia berada.“Guys, kenalin nih kakak sepupu gue!” sebut Delia dengan lantangnya.“Wah, punya sepupu nggak bilang-bilang lu Del,” gerutu dari salah satu gadis.Nevan melirik ketiga gadis yang terlihat salah tingkah dengan dirinya. Masing-masing melebarkan sayap-sayap senyuman ke arahnya dengan penuh tanda manja.“Del, apa-apaan lu!” gerutu Nevan mencubit ujung lengan si sepupu.Delia berbalik menatap Nevan dengan mendelik lebar ke arahnya, kesal karena merasakan cubitan semut yang sedikit perih. “Hei!” geramnya.“Aku tidak ingin berlama-lama,” bisik Nevan.“Tenang saja! Cuma beberapa jam,” ungkap Delia menarik lengan Nevan untuk menduduki karpet yang sudah terb

  • The Nine Tails of Time Traveler   Terakhir di hari ulang tahunnya.

    Suara yang menyorakkan ruangan gelap, kini mulai menyala dengan terangnya. Nevan terpelangah ketika dirinya berhadapan dengan orang-orang yang termasuk dekat dengannya. Bellona dan Felix yang menjadi dua sahabat sudah merencanakan hari ulang tahun tanpa ia ketahui. Delia terkekeh di balik punggung dirinya dengan menutup mulut yang hampir pecah melebar. Nevan membalikkan badannya sembari melirik raut Delia—si sepupu yang menahan tawa kelakarnya. “Kalian sudah merencanakan ini sebelumnya?” tanyanya penasaran. Delia tidak mengacuhkan ucapan Nevan, ia pun segera bergegas mendekati para keluarga beserta sahabat. Di hadapan dirinya, mereka pun mendekat dengan membawa sebuah kue ulang tahun berwarna cokelat. “Ibu?” sapa Nevan melirik wajah sang ibu yang mulai terlihat tawa kecilnya. “Hahaha, ternyata kau tidak tahu dengan hari ulang tahunmu?” sebut ibunya dengan kekehnya. Nevan mu

Bab terbaru

  • The Nine Tails of Time Traveler   Akhir semuanya.

    #Happy reading. Kembali ke kota Depok. Sekumpulan teman bersama-sama kembali. Nevan menduduki kursi paling ujung bersama ketiga rekannya. Di sampingnya, Bellona melirik pelan ke wajahnya. “Kamu nggak apa-apa?” tanya Bellona. Nevan menggelengkan kepalanya. Mereka tiba-tiba turun dengan tanpa rasa sadar kalau perkotaan menjadi gelap kehitaman. Satu per satu menerawang gulungan awan yang menutupi langit kala itu. Nevan mulai melirik Kim Dae Jung dengan sorotan mata aneh lagi curiga. Kemudian cahaya putih terang mendatangi mereka, dimana orang-orang telah menjauh semua karena takut. Namun mereka masih berada di sana. Nevan, Bellona, Felix, dan Kim Dae Jung sendiri. Apsara itu kembali di depan mata. Sosok makhluk kayangan itu berdiri menyambut kepulangan mereka. Menatap lurus mengarah Nevan. “Kau harus melawan musuhmu di malam ini juga. Kita tidak punya waktu, kecuali kau ak

  • The Nine Tails of Time Traveler   Petualang usai

    Pelarian mereka setelah menjauh dari ketiga musuh. Nevan dan Kim Dae Jung mulai memberhentikan diri di ujung pemukiman warga. Setelah bertemu banyak orang, mereka tampak lelah sekaligus gelisah. “Sepertinya kita sudah lebih aman,” tutur Nevan. Kim Dae Jung meranggul kepala, sembari melepaskan lengan Felix bersama dengan tindakan Nevan. Bellona dan Felix yang merasakan kelelahan akhirnya membungkuk sambil memegang kuat ransel besar. “Kau tidak kenapa-kenapa kan?” tanya Nevan khawatir. Bellona memegangi lutut sambil meringis kelelahan, tetapi kepalanya menggeleng. “Nggak apa-apa, Van. Aku nggak apa-apa,” sahutnya. Nevan memegangi lengan kekasihnya, membantunya bangkit dengan tegak. “Gimana kalo kita cari kos-an saja?” usul Felix. “Ide bagus!” sahut Nevan. “Kalian pergilah, aku harus membuang aroma tubuh kalian agar Go Jo Woo dan iblis itu tidak bisa menemu

  • The Nine Tails of Time Traveler   Terperangkap penyerangan.

    Makhluk kayangan itu memperlihatkan dirinya dengan baju putih panjang. Rambut putih dengan mata bersinar cerah. Menatap lurus ke hadapan Nevan yang sekaligus menyatu dengan gumiho dari masa lalu tersebut.“Untuk apa kalian memanggilku kemari?” tanya Apsara mengerutkan kening.“Kami membutuhkan bantuanmu,” pinta Nevan mendongakkan wajahnya.Di balik dua sisi Nevan berada. Bellona dan Felix mulai terpelangah. Ketiganya mulai beranjak setelah berdekam merunduk ke hadapan Apsara tersebut.Malam yang redup ini mempertemukan mereka pada kejutan menakjubkan. Nevan mulai menegakkan tubuhnya, membusungkan dada ke depan pandangan. Tangannya mulai menunjuk dirinya sendiri.“Di dalam tubuhku ini ada dua jiwa yang menyatu,” ungkap Nevan.“Lalu, apa kalian ingin memintaku agar mengeluarkan kalian dari satu tubuh?” tanggap Apsara.Nevan

  • The Nine Tails of Time Traveler   Di atas tanah Goryeo.

    Sebuah gua yang jauh dari pemukiman warga. Akan tetapi, ditutupi oleh dedaunan menghijau dan lebat. Nevan mulai mendekati mulut gua bersama kedua temannya. Langkah pertama mereka tiba di tempat yang mereka inginkan. “Kita harus nemuin sumber Apsara itu,” putus Nevan. Felix dan Bellona pun mengikuti langkah Nevan memasuki gua tersebut. Di antara kegelapan gua menyelimuti kesepian mereka. Penglihatan mulai meredup. Akhirnya, cahaya senter terbias menyorot ke jalanan gua. “Van, apa lo yakin?” tanya Felix ragu. “Ini bukan keputusan gue, tapi si Cho Ye Joon,” sebut Nevan membalikkan badan. Wajahnya dipenuhi dengan segala rahasia yang segera terbuka. Kembali menelusuri ruangan gua yang gelap. Dipenuhi dengan kelelawar bergelantungan sekaligus berterbangan. Nevan mulai berhenti di sudut dinding ruangan. Tangannya menggenggam lonceng emas diarahkan ke depan pandangan. K

  • The Nine Tails of Time Traveler   Gua Buni Ayu.

    Ransel, sepatu boots hitam mengilap, dua pria menggunakan celana Tactical, satu wanita menggunakan celana denim. Dari arah bawah terlihat langkah saling menyatu dalam kebersamaan mengiringi jalan. Mulai terpampang jelas dari arah balik punggung baju kemeja berwarna kelabu di tengah. Dua pria menutupi posisi wanita di tengah. Menggunakan langkah santai mereka sembari memegangi ransel tebal. Angin melambai pesona anak muda tampan dan cantik. Sampai pada penampilan wajah-wajah mereka bertiga. Bellona melebarkan senyuman mengiringi langkah. Nevan meraih tangan Bellona dan saling menatap. Sementara Felix menari bersamaan langkah mereka. Seruan angin menyentuh pipi secara lembut. Menyentuh lebih hangat melihat pasangan yang saling menjalin hubungan terbaik mereka. Berhenti di penghujung jalan. Tak beberapa lama bus pun berhenti perlahan. Nevan melirik satu per satu orang yang ada di

  • The Nine Tails of Time Traveler   Dua kehebatan buah Lam gaib.

    Suasana yang telah diperlihatkan dengan jelas di depan pandangan batinnya. Nevan melewati malam setelah mengadakan ritual sesaat. Kini, ia pun bergegas perlahan layaknya manusia normal kembali.Nevan berhenti di sudut jalan perkotaan. Terbias lampu jalanan mengiringi langkah menyelinap di antara wajah cerianya.Rona berkilauan gemerlapnya redup malam. Dirinya mengelilingi pandangan ke seluruh pandangan mata. Seisi perkotaan menemaninya pada tujuan yang sudah ditemukan.Kedua tangannya mengepal bulat. “Go Jo Woo, kau memang cerdik dan licik!” geramnya memandangi kegeraman di kala malam menyelimuti.Langkahnya kembali tergerak menuju kepulangan. Di sisi pertemuan yang menjadi kisah akhir dari musuhnya.Senyuman miring dengan tatapan sinisnya. “Heuh! Kau pikir akan menang?” sebutnya meledek. Nadanya terdengar menyeru semangat. Menutupi malam menjadi kesenduan ke

  • The Nine Tails of Time Traveler   Ritual pencarian.

    Kedua jiwa saling mengobrol, meresapi perasaan mereka masing-masing. Dari hubungan yang pernah terjalin indah dan sempurna. Seakan runtuh, terbuai oleh satu pertanyaan kebimbangan. Wajah itu lebih terlihat menegang. Ketika mulut telah melebar, kini giliran rahangnya mengatup perlahan. Cho Ye Joon meruntuhkan segala pandangan setelah mendengar lontaran kata Nevan. Mungkin, hati lebih sensitif dari sebuah penglihatan. Perasaan sungguh lebih tertekan dengan sangat mendorong keinginan. Raga hanya menampung segala beban kekuatan. Namun, mereka tak lagi melangkah akibat sebuah lara. “Kau benar!” sahut Cho Ye Joon melusuh. “Aku mengerti,” timpal Nevan. “Kau mungkin satu raga denganku. Walau kita berbeda, kurasa kita memiliki tujuan dan kisah yang sama,” lirih Nevan merunduk lesu. “Kim Dae Jung, aku ingin bicara dengannya.” Kepalanya seakan terbawa oleh pemikiran yang jauh. Bah

  • The Nine Tails of Time Traveler   Transfer racun belati.

    Tubuh Nevan yang terjengkang di atas lantai jalan tepat di depan gerbang rumah Felix. Kedua temannya hanya menatap keheranan kenapa tubuh sekuat Nevan bisa saja jatuh pingsan. Yang tidak masuk akal terjadi. Keduanya saling menatap. Tanpa harus menunggu lama lagi, Bellona segera meraih lengan Nevan untuk membantu posisi terbaring segera terbawa. Tanpa harus ada tekanan apapun, Felix pun turut membantu. Namun, Bellona merasakan hal aneh yang bereaksi dari dalam tubuhnya. Spontan ia merasakan hal sedemikian rupanya perubahan. Kedua tangannya yang sempat menyentuh lengan Nevan kini runtuh. Terlepas dari lengan Nevan, sehingga tubuh Nevan kembali jatuh. “Aaaargh!” ringisnya dengan ekspresi yang menyakitkan. Felix menatap curiga dari perubahan tubuh Bellona. Keningnya berkerutan mellihat yang baru saja terjadi. “Bel, e lo kenapa?” tanyanya terheran. Be

  • The Nine Tails of Time Traveler   Sudah tidak biasa.

    Nevan mengeluarkan sesuatu dari dalam saku celananya. Sebuah batu giok berwarna hijau tampak biasa, tetapi lebih bersinar dari umumnya. Dalam genggaman Nevan, ia pun menunjukkannya ke depan Felix berada.“Kita cuma butuh nyatuin batu ini sama jam antik itu. Di dalam tempat itu akan memperkuat kekuatan dari dalam batu supaya bisa membuka lorong waktu sekaligus ngeluarin gumiho dari tubuh gue,” ungkap Nevan kepada Felix.Tatapan Felix masih saja memperhatika ke arah batu yang ditunjukkan oleh Nevan. Dia kembali menutupi batu tersebut dengan genggaman tangannya.Sementara Felix mendongakkan wajah menatap rupa dari sahabatnya.“Gue pasti akan bersiap!” tegas Felix meranggul sekali.*** Dari dunia yang berbeda. Dari alam yang menyatukan energi dua elemen yang tidak bisa disatukan. Satu dunia

DMCA.com Protection Status