Share

Bab. 7

Author: Naima
last update Last Updated: 2021-09-02 12:24:16

Setelah diizinkan, Lula masuk dan duduk dikursi penumpang bersama seorang pria oriental yang sudah setengah mabuk. Pria itu menatap tubuh Lula yang hanya berbalut kain tipis pun kini tak bisa menahan diri. Baru saja ingin menyentuh kulit mulus Lula, pria itu sudah pingsan lebih dulu. Ternyata Lula menyuntikkan sebuah obat bius pada pria itu. Ya, Lula sudah menyiapkan sebuah suntikan sebelum ia menaiki mobil itu.

 

 

 

Lula mendorong tubuh pria yang pingsan itu agar bersandar pada punggung kursi.

 

 

 

"Nona, apa kau mau ikut kami?" tanya pria disamping si pengemudi.

 

 

 

"Terimakasih, mungkin besok-besok saja," jawab Lula lembut seraya tersenyum manis.

 

 

 

"Come on, Nona. Kau tidak akan menyesal sudah ikut dengan kita, kita akan bersenang-senang. Ku jamin kau akan menyukainya." Si pengemudi pun ikut menimpali ucapan temannya sembari tersenyum penuh makna.

 

Lula sangat faham maksud kedua pria itu, namun ia berusaha untuk tetap tenang agar tak menimbulkan kecurigaan ataupun keributan nantinya.

 

 

 

"Maaf tuan-tuan yang tampan, malam ini aku sudah menjadi milik orang lain. Mungkin kita akan bersenang-senang besok?" Lula berucap seraya mengerlingkan matanya.

 

 

 

Kedua pria itu saling tatap kemudian mereka tertawa terbahak-bahak. "Oh, Nona. Kau sangat menggemaskan sekali."

 

 

 

Setelah mendekati tempat tujuannya, Lula meminta mereka untuk menghentikan mobilnya. Setelah mobil itu berhenti tepat didepan sebuah bangunan tua yang masih berpenghuni, Lula segera keluar dan tak lupa mengucapkan terimakasih.

 

 

 

Kedua pria itu terheran saat Lula meminta berhenti didepan rumah kumuh. "Nona apa ini tujuanmu? Kau sedang tidak membohongi kami, kan?" tanya pria yang ada disamping pengemudi.

 

 

 

"Tentu tidak, kau tidak lihat jika penampilanku sudah sangat sempurna?" Lula menaikkan sebelah alisnya dan tersenyum aneh.

 

 

 

Kedua pria itu melihat senyum Lula sedikit aneh. Wanita itu terlihat cantik, sexy, dan manis, tapi ada aura lain dalam dirinya yang tak mereka ketahui. Kedua pria itu menelan ludahnya, mereka memilih percaya pada Lula sebelum melajukan kendaraannya meninggalkan Lula sendirian dalam gelapnya malam.

 

 

 

Setelah mobil itu hilang dari pandangannya, Lula segera membuka tas kecilnya dan memakai kembali pakaian hitam serta penutup wajahnya. Setelah semua terlihat sempurna, Lula berjalan menuju tempat yang ia tuju. Lula sengaja berhenti sekitar seratus meter dari tempat tujuannya agar bisa mengganti pakaian dan menghindari kecurigaan dua pria tadi.

 

 

 

Sama halnya saat ia melompati tembok pagar rumahnya, Lula kini harus melompati tembok pagar kembali. Kali ini ia harus melempati tembok pagar Universiras A yang tidak jauh lebih tinggi dari tembok pagar rumahnya.

 

 

 

Ya, Lula pergi ke Universitas A demi mendapatkan sebuah benda yang telah ia simpan didalam dan luar area kampus. Benda kecil yang akan membawanya pada Diki. Semoga saja begitu!

 

 

 

Tepat di depan ruang fakultas kedokteran, Lula segera membuka pintu salah satu kelas yang terkunci dengan menggunakan jepit rambut yang berbentuk hampir menyerupai jarum. Tak lupa Lula selalu menengok kanan dan kirinya agar ia tidak kecolongan jika saja ada petugas yang sedang berjaga melihatnya.

 

 

 

 

Setelah memasuki kelas kedokteran, Lula membuka jendela yang mengarah pada jalanan depan Universitas. Dengan penuh kehati-hatian dan waspada, Lula menaiki jendela yang telah terbuka itu, ia meraih sebuah benda berbentuk bulat persis seperti kancing baju lalu meletakkannya didalam saku kain yang ada dipergelangan tangannya.

 

 

 

Setelah mendapatkan apa yang ia cari, Lula pergi dari kampus menuju rumahnya. Lagi-lagi Lula harus dibuat bingung, bagaimana caranya pulang? Jalan kaki kah? Oh, no!

 

 

 

Hampir satu kilometer Lula berlari, setitik kecil cahaya dari kejauhan yang ia yakini bahwa cara itu berasal dari sebuah mobil yang sedang melaju membuat Lula tersenyum samar. 

 

 

 

Dengan gerakan kilat, Lula membuka seluruh kain hitam yang ada ditubuhnya kemudian membakarnya. Lula membakar kain itu tepat didepan pagar kayu rumah seorang warga. Cukup lima detik untuk membuat kain itu hilang dari pandangannya, tak ada jejak bakar sedikitpun disana karena Lula menggunakan sebuah kartu sulap yang bisa membakar sesuatu tanpa asap dan bekas. Lula mendapatkan kartu sulap itu dari seorang pria paruh baya di Amerika saat ia sedang liburan dua tahun lalu.

 

 

Benar saja, cahaya yang ia lihat memang berasal dari sebuah mobil. Sebuah MPV hitam melaju semakin melambat saat mendekatinya. Tanpa harus berteriak dan berdiri ditengah jalan, mobil itu sudah berhenti dengan sendirinya tepat disamping Lula.

 

 

 

Saat kaca pintu mobil terbuka, Lula bisa melihat jelas seorang pria tampan yang tak asing. Oh, shit! Itu adalah pria yang pernah menjadi perhatian anak kampus beberapa waktu silam, dan pria itu juga yang menghampirinya saat ia sedang mendengarkan penjelasan dari seorang wanita penolong Diki saat Diki diperlakukan tidak adil di kampus. Ya, dia adalah Leonard Alison.

 

 

 

"Ayo masuk," seru pria tersebut.

 

 

 

Lula menaikkan salah satu alisnya.

 

 

 

"Kau teman adikku, kan?" tambahnya lagi.

 

 

 

"Oh, ternyata wanita kemarin itu adiknya," batin Lula.

 

 

"Hey, mau masuk atau tidak?" serunya kembali saat Lula hanya menatap kosong kearahnya.

 

 

 

Tanpa membalas semua ucapan pria itu, Lula membuka pintu bagian tengah. Lula lebih memilih duduk dikursi penumpang karena ia merasa tak begitu dekat dengan pria itu hingga harus duduk bersebelahan dengannya.

 

 

 

"Hey, apa kau kira aku supirmu?" tanya Leon.

 

 

 

Lula tak bergeming, ia menatap kearah samping kanan jendela dengan muka datar. Ia memilih untuk menulikan telinga dari pada harus meladeni pria itu.

 

 

 

"Baiklah jika itu maumu, gue nggak akan jalan sampai lo pindah kedepan."

 

 

 

Merasa hanya sebuah ancaman biasa, Lula masih tak bergeming dari tempatnya. Hingga lima belas menit mereka berdiam didalam mobil yang belum menyala tanpa sepatah kata, akhirnya Lula pindah ke kursi depan samping kemudi. Lula tidak keluar dari mobil, ia pindah dengan melangkahi bagian tengah kursi depan.

 

 

 

Leon hanya tersenyum simpul melihat tingkah Lula. Wanita ajaib, fikirnya. Bagaimana seorang wanita yang memiliki hampir kesempurnaan fisik berprilaku sbromo seperti ini? Sangat menarik!

 

 

 

Leon menjalankan kembali mobilnya, namun beberapa detik kemudian, "Stop!"

 

 

 

Leon menghentikan mobilnya, ia menatap Lula dengan salah satu alis dinaikkan.

 

 

 

"Putar balik, rumah gue bukan kearah sana."

 

 

 

Leon hanya menggelengkan kepalanya pelan seraya tersenyum tipis. Ia berulang kali membuka obrolan namun Lula seolah bisu, hingga ia melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi pun Lula tak bergeming sama sekali. Lula membuka suara hanya pada saat mengarahkan jalan pulang kerumahnya saja, selain itu hanya ada kesunyian disepanjang jalan.

 

 

 

Setelah tiba dibelakang halaman rumahnya, Lula meminta Leon untuk menghentikan lajunya. Seperti halnya ia pergi dengan memanjat tembok pagar rumahnya, begitu juga yang ia lakukan saat kembali. Ia tidak perduli jika Leon melihat aksinya. Antara tidak perduli atau lebih ke percaya, entahlah!

Related chapters

  • The Mission   Bab. 8

    LeonPukul 23:15 ia sudah bersiap untuk melajukan kendaraannya dari bar langganannya selama ia berada di Indonesia. Tidak seperti malam-malam sebelumnya yang biasa pulang menjelang pagi. Malam ini ia memutuskan untuk pulang kerumah lebih awal.Ditengah jalan samar-samar ia melihat seseorang berdiri dipinggir jalan yang gelap dan sepi. Ia tidak tahu itu pria atau wanita karena tubuhnya tertutup sempurna oleh sesuatu berwarna hitam. Suasana yang gelap juga tak dapat membuatnya melihat vebtuk tubuh dari orang itu. Namun saat ia melihat cahaya yang tidak terlalu besar tepat disanping orang utu, ia dapat melihat jelas bahwa orang itu adalah seorang wanita. Namu cahaya itu hanya bertahan dalam hitungan detik, membuatnya tak bisa melihat jelas siapa dan sedang apa wanita yang s

    Last Updated : 2021-09-05
  • The Mission   Perkenalan Toko Utama

    Lula Arumi wanita berparas cantik berusia 21tahun yang hidup bergelimang harta. Kedua orang tua Lula tak ada yang perduli akan hidup anak tunggalnya, mereka disibukkan akan urusan bisnis yang tak pernah habisnya. Bagi mereka, harta berlimpah yang mereka beri untuk anaknya sudah cukup untuk menggantikan peran orang tua.Lula yang sudah terbiasa hidup tanpa figur orang tua sedari masa SMP, kini tumbuh menjadi wanita kuat dan pemberani. Kecantika yang diturunkan dari Mamanya serta ketajaman dalam memandang yang diturunkan oleh Papanya membuat Lula kerap menjadi rebutan para pria dari semua kalangan.Kepopuleran yang ia miliki saat ini tak membuat seorang Lula berbangga hati. Kerasnya hidup tanpa figur keluarga membuat Lula kehilangan anugerah terindah dari Tuhan sebagai pelengkap kecantikannya. Senyuman! Tak sekalipun semenjak memasuki bangku SMP kelas dua orang-orang melihat seulas senyum diwajah Lula.Meski terlihat sangat cuek dan terkesan tak perdul

    Last Updated : 2021-08-26
  • The Mission   Bulliying

    Hari ini adalah hari pertama Diki kuliah tanpa adanya seorang Lula disampingnya. Seperti apa yang ia katakan pada Lula kemarin, mulai hari ini ia akan melakukan segala aktifitasnya sendirian. Mulai dari memasuki kampus, mengerjakan tugas, membaca buku, makan dikantin, hingga pulang kerumah .Sepulang dari kampus, Diki tidak langsung pulang kerumahnya. Dengan menggunakan bis dia menuju rumah Lula. Jarak rumah mereka hanya sekitar seratus meter, tidak masalah jika dia harus pulang dengan berjalan kak8 nantinya.Setibanya dirumah Lula, Diki duduk diruang tamu, dan Inah memanggilkan majikannya itu. Sebenarnya Lula sudah pernah mengatakan pada orang yang ada dirumah agar Diki langsung saja masuk kedalam kamarnya jika pria lugu dan cupu itu datang berkunjung. Namun seorang Diki yang dididik baik oleh orang tuanya tak pernah mau begitu saja memasuki kamar wanita meski itu saudaranya, apalagi Lula bukan saudaranya.Berulang kali

    Last Updated : 2021-08-27
  • The Mission   Kembalinya Lula

    "Kamu gak pernah cerita ke aku kalo selama aku gak ada, kamu sering diperlakukan seperti ini hah?""Kamu udah gak nganggep aku sahabat kamu lagi, Dik? Kamu bilang aku ini layaknya kakak kamu, tapi kamu gak pernah cerita apapun sama aku! Kamu mau aku laporin kejadian hari ini sama orang tua kamu!"Diki menggeleng kepalanya cepat, ia tidak mau jika orang tuanya sampai tahu kejadian hari ini, ia tidak mau orang tuanya sedih."Kalo kamu gak mau orang tua kamu tahu, mulai sekarang laporin siapapun yang berani membuli kamu ngerti!""Aku tulus temenan sama kamu, La. Aku gak mau manfaatin kamu. Aku gak papa kok." Diki berusaha meyakinkan Lula bahwa dirinya baik-baik saja.Lula menghembuskan nafasnya panjang. Dia sayang sama Diki, dia sungguh tidak rela melihat sahabatnya ini ditindas oleh orang-orang yang sok berkuasa dibalik harta or

    Last Updated : 2021-08-27
  • The Mission   Bertemu Leon

    Kasak kusuk terdengar ditelinga Lula dari beberapa orang dikantin karena kehadirannya disana."Gimana nih, gue kira Lula gak bakal dateng kesini lagi." seorang pria bertubuh tak terlalu kurus terlihat tengah gugup."Lo juga sih, udah dibilangin gak usah deketin si cupu masih aja. Cari masalah lo!""Gue gak ikut-ikut. Lo terima sendiri tuh kemarahan Lula nanti kalo dia ngamuk.""Iya, gue gak ikutan. Gue gak mau masuk rumah sakit, Lula serem banget kalo udah ngamuk."Seruan semua teman-temannya membuat rasa takut pria itu semakin menjadi, wajahnya berubah pucat seketika."Ya mana gue tau kalo pawang si cupu itu bakal dateng lagi kesini."Lula yang menangkap dengar pembicaraan benerapa orang disekitarnya tak menggubrisnya, ia ingin memastikan sendiri apa yang telah terjadi selama ia tak ada. Meski sebenarnya ia sudah menduga bahwa sesuatu ha

    Last Updated : 2021-08-27
  • The Mission   Diki Gone

    "Jangan kaget, Kak. Dia memang begitu, wanita cantik paling horor dikampus ... dulu hingga sekarang."Leon menaikkan salah satu alisnya, dulu hingga sekarang?"Dia itu mahasiswi Universitas A, satu tingkat sama aku, tapi dia udah lulus lebih dulu hampir satu tahun lalu.""Pinter dong," sahut Leon."Ya, denger-denger sih memang pinter banget. Banyak juga dosen yang muji otaknya." Jane meminum jus miliknya."Yang begitu cocok untuk dijadikan teman, siapa tahu pinternya nular kekamu, Jane." Jane terbatuk mendengar ucapan Leon, teman? Yang benar saja."Meski beruntung jika menjadi teman dekatnya uhukk, tapi gak ah, serem!" seru Jane disela batuknya.Serem?"Serem apanya?" tanya Leon penasaran."Ya serem aja. Kalo udah marah, seisi cafe ini bisa abis gak bersisa."Leon tampak berfi

    Last Updated : 2021-08-28
  • The Mission   Bab. 6

    Tiga minggu lagi Lula akan mulai berkuliah di Universitas A untuk melanjutkan pendidikan S2 nya. Lula sedikit gelisah meninggalkan Diki sendirian dikampus. Meski sudah memberi peringatan pada para mahasiswa disana, tapi tidak ada yang menjamin keamanan pria lugu nan cupu itu. Untuk saat ini hidup Lula hanya penuh dengan Diki.Tepat malam ini, orang tua Diki mendatangi rumahnya dalam keadaan menyedihkan. Mereka menangis sembari berteriak didepan pintu rumahnya. Betapa mengejutkan saat mengetahui bahwa Diki tidak pulang kerumah dalam dua hari ini. Bagaimana bisa? Diki tak punya teman selain dirinya."Mami sama Papi udah lapor polisi?" tanya Lula saat orang tua Diki sudah mulai tenang dan tidak menangis lagi.

    Last Updated : 2021-09-02

Latest chapter

  • The Mission   Bab. 8

    LeonPukul 23:15 ia sudah bersiap untuk melajukan kendaraannya dari bar langganannya selama ia berada di Indonesia. Tidak seperti malam-malam sebelumnya yang biasa pulang menjelang pagi. Malam ini ia memutuskan untuk pulang kerumah lebih awal.Ditengah jalan samar-samar ia melihat seseorang berdiri dipinggir jalan yang gelap dan sepi. Ia tidak tahu itu pria atau wanita karena tubuhnya tertutup sempurna oleh sesuatu berwarna hitam. Suasana yang gelap juga tak dapat membuatnya melihat vebtuk tubuh dari orang itu. Namun saat ia melihat cahaya yang tidak terlalu besar tepat disanping orang utu, ia dapat melihat jelas bahwa orang itu adalah seorang wanita. Namu cahaya itu hanya bertahan dalam hitungan detik, membuatnya tak bisa melihat jelas siapa dan sedang apa wanita yang s

  • The Mission   Bab. 7

    Setelah diizinkan, Lula masuk dan duduk dikursi penumpang bersama seorang pria oriental yang sudah setengah mabuk. Pria itu menatap tubuh Lula yang hanya berbalut kain tipis pun kini tak bisa menahan diri. Baru saja ingin menyentuh kulit mulus Lula, pria itu sudah pingsan lebih dulu. Ternyata Lula menyuntikkan sebuah obat bius pada pria itu. Ya, Lula sudah menyiapkan sebuah suntikan sebelum ia menaiki mobil itu.Lula mendorong tubuh pria yang pingsan itu agar bersandar pada punggung kursi."Nona, apa kau mau ikut kami?" tanya pria disamping si pengemudi."Terimakasih, mungkin besok-besok saja," jawab Lula lembut seraya tersenyum manis.

  • The Mission   Bab. 6

    Tiga minggu lagi Lula akan mulai berkuliah di Universitas A untuk melanjutkan pendidikan S2 nya. Lula sedikit gelisah meninggalkan Diki sendirian dikampus. Meski sudah memberi peringatan pada para mahasiswa disana, tapi tidak ada yang menjamin keamanan pria lugu nan cupu itu. Untuk saat ini hidup Lula hanya penuh dengan Diki.Tepat malam ini, orang tua Diki mendatangi rumahnya dalam keadaan menyedihkan. Mereka menangis sembari berteriak didepan pintu rumahnya. Betapa mengejutkan saat mengetahui bahwa Diki tidak pulang kerumah dalam dua hari ini. Bagaimana bisa? Diki tak punya teman selain dirinya."Mami sama Papi udah lapor polisi?" tanya Lula saat orang tua Diki sudah mulai tenang dan tidak menangis lagi.

  • The Mission   Diki Gone

    "Jangan kaget, Kak. Dia memang begitu, wanita cantik paling horor dikampus ... dulu hingga sekarang."Leon menaikkan salah satu alisnya, dulu hingga sekarang?"Dia itu mahasiswi Universitas A, satu tingkat sama aku, tapi dia udah lulus lebih dulu hampir satu tahun lalu.""Pinter dong," sahut Leon."Ya, denger-denger sih memang pinter banget. Banyak juga dosen yang muji otaknya." Jane meminum jus miliknya."Yang begitu cocok untuk dijadikan teman, siapa tahu pinternya nular kekamu, Jane." Jane terbatuk mendengar ucapan Leon, teman? Yang benar saja."Meski beruntung jika menjadi teman dekatnya uhukk, tapi gak ah, serem!" seru Jane disela batuknya.Serem?"Serem apanya?" tanya Leon penasaran."Ya serem aja. Kalo udah marah, seisi cafe ini bisa abis gak bersisa."Leon tampak berfi

  • The Mission   Bertemu Leon

    Kasak kusuk terdengar ditelinga Lula dari beberapa orang dikantin karena kehadirannya disana."Gimana nih, gue kira Lula gak bakal dateng kesini lagi." seorang pria bertubuh tak terlalu kurus terlihat tengah gugup."Lo juga sih, udah dibilangin gak usah deketin si cupu masih aja. Cari masalah lo!""Gue gak ikut-ikut. Lo terima sendiri tuh kemarahan Lula nanti kalo dia ngamuk.""Iya, gue gak ikutan. Gue gak mau masuk rumah sakit, Lula serem banget kalo udah ngamuk."Seruan semua teman-temannya membuat rasa takut pria itu semakin menjadi, wajahnya berubah pucat seketika."Ya mana gue tau kalo pawang si cupu itu bakal dateng lagi kesini."Lula yang menangkap dengar pembicaraan benerapa orang disekitarnya tak menggubrisnya, ia ingin memastikan sendiri apa yang telah terjadi selama ia tak ada. Meski sebenarnya ia sudah menduga bahwa sesuatu ha

  • The Mission   Kembalinya Lula

    "Kamu gak pernah cerita ke aku kalo selama aku gak ada, kamu sering diperlakukan seperti ini hah?""Kamu udah gak nganggep aku sahabat kamu lagi, Dik? Kamu bilang aku ini layaknya kakak kamu, tapi kamu gak pernah cerita apapun sama aku! Kamu mau aku laporin kejadian hari ini sama orang tua kamu!"Diki menggeleng kepalanya cepat, ia tidak mau jika orang tuanya sampai tahu kejadian hari ini, ia tidak mau orang tuanya sedih."Kalo kamu gak mau orang tua kamu tahu, mulai sekarang laporin siapapun yang berani membuli kamu ngerti!""Aku tulus temenan sama kamu, La. Aku gak mau manfaatin kamu. Aku gak papa kok." Diki berusaha meyakinkan Lula bahwa dirinya baik-baik saja.Lula menghembuskan nafasnya panjang. Dia sayang sama Diki, dia sungguh tidak rela melihat sahabatnya ini ditindas oleh orang-orang yang sok berkuasa dibalik harta or

  • The Mission   Bulliying

    Hari ini adalah hari pertama Diki kuliah tanpa adanya seorang Lula disampingnya. Seperti apa yang ia katakan pada Lula kemarin, mulai hari ini ia akan melakukan segala aktifitasnya sendirian. Mulai dari memasuki kampus, mengerjakan tugas, membaca buku, makan dikantin, hingga pulang kerumah .Sepulang dari kampus, Diki tidak langsung pulang kerumahnya. Dengan menggunakan bis dia menuju rumah Lula. Jarak rumah mereka hanya sekitar seratus meter, tidak masalah jika dia harus pulang dengan berjalan kak8 nantinya.Setibanya dirumah Lula, Diki duduk diruang tamu, dan Inah memanggilkan majikannya itu. Sebenarnya Lula sudah pernah mengatakan pada orang yang ada dirumah agar Diki langsung saja masuk kedalam kamarnya jika pria lugu dan cupu itu datang berkunjung. Namun seorang Diki yang dididik baik oleh orang tuanya tak pernah mau begitu saja memasuki kamar wanita meski itu saudaranya, apalagi Lula bukan saudaranya.Berulang kali

  • The Mission   Perkenalan Toko Utama

    Lula Arumi wanita berparas cantik berusia 21tahun yang hidup bergelimang harta. Kedua orang tua Lula tak ada yang perduli akan hidup anak tunggalnya, mereka disibukkan akan urusan bisnis yang tak pernah habisnya. Bagi mereka, harta berlimpah yang mereka beri untuk anaknya sudah cukup untuk menggantikan peran orang tua.Lula yang sudah terbiasa hidup tanpa figur orang tua sedari masa SMP, kini tumbuh menjadi wanita kuat dan pemberani. Kecantika yang diturunkan dari Mamanya serta ketajaman dalam memandang yang diturunkan oleh Papanya membuat Lula kerap menjadi rebutan para pria dari semua kalangan.Kepopuleran yang ia miliki saat ini tak membuat seorang Lula berbangga hati. Kerasnya hidup tanpa figur keluarga membuat Lula kehilangan anugerah terindah dari Tuhan sebagai pelengkap kecantikannya. Senyuman! Tak sekalipun semenjak memasuki bangku SMP kelas dua orang-orang melihat seulas senyum diwajah Lula.Meski terlihat sangat cuek dan terkesan tak perdul

DMCA.com Protection Status