Setelah diizinkan, Lula masuk dan duduk dikursi penumpang bersama seorang pria oriental yang sudah setengah mabuk. Pria itu menatap tubuh Lula yang hanya berbalut kain tipis pun kini tak bisa menahan diri. Baru saja ingin menyentuh kulit mulus Lula, pria itu sudah pingsan lebih dulu. Ternyata Lula menyuntikkan sebuah obat bius pada pria itu. Ya, Lula sudah menyiapkan sebuah suntikan sebelum ia menaiki mobil itu.
LeonPukul 23:15 ia sudah bersiap untuk melajukan kendaraannya dari bar langganannya selama ia berada di Indonesia. Tidak seperti malam-malam sebelumnya yang biasa pulang menjelang pagi. Malam ini ia memutuskan untuk pulang kerumah lebih awal.Ditengah jalan samar-samar ia melihat seseorang berdiri dipinggir jalan yang gelap dan sepi. Ia tidak tahu itu pria atau wanita karena tubuhnya tertutup sempurna oleh sesuatu berwarna hitam. Suasana yang gelap juga tak dapat membuatnya melihat vebtuk tubuh dari orang itu. Namun saat ia melihat cahaya yang tidak terlalu besar tepat disanping orang utu, ia dapat melihat jelas bahwa orang itu adalah seorang wanita. Namu cahaya itu hanya bertahan dalam hitungan detik, membuatnya tak bisa melihat jelas siapa dan sedang apa wanita yang s
Lula Arumi wanita berparas cantik berusia 21tahun yang hidup bergelimang harta. Kedua orang tua Lula tak ada yang perduli akan hidup anak tunggalnya, mereka disibukkan akan urusan bisnis yang tak pernah habisnya. Bagi mereka, harta berlimpah yang mereka beri untuk anaknya sudah cukup untuk menggantikan peran orang tua.Lula yang sudah terbiasa hidup tanpa figur orang tua sedari masa SMP, kini tumbuh menjadi wanita kuat dan pemberani. Kecantika yang diturunkan dari Mamanya serta ketajaman dalam memandang yang diturunkan oleh Papanya membuat Lula kerap menjadi rebutan para pria dari semua kalangan.Kepopuleran yang ia miliki saat ini tak membuat seorang Lula berbangga hati. Kerasnya hidup tanpa figur keluarga membuat Lula kehilangan anugerah terindah dari Tuhan sebagai pelengkap kecantikannya. Senyuman! Tak sekalipun semenjak memasuki bangku SMP kelas dua orang-orang melihat seulas senyum diwajah Lula.Meski terlihat sangat cuek dan terkesan tak perdul
Hari ini adalah hari pertama Diki kuliah tanpa adanya seorang Lula disampingnya. Seperti apa yang ia katakan pada Lula kemarin, mulai hari ini ia akan melakukan segala aktifitasnya sendirian. Mulai dari memasuki kampus, mengerjakan tugas, membaca buku, makan dikantin, hingga pulang kerumah .Sepulang dari kampus, Diki tidak langsung pulang kerumahnya. Dengan menggunakan bis dia menuju rumah Lula. Jarak rumah mereka hanya sekitar seratus meter, tidak masalah jika dia harus pulang dengan berjalan kak8 nantinya.Setibanya dirumah Lula, Diki duduk diruang tamu, dan Inah memanggilkan majikannya itu. Sebenarnya Lula sudah pernah mengatakan pada orang yang ada dirumah agar Diki langsung saja masuk kedalam kamarnya jika pria lugu dan cupu itu datang berkunjung. Namun seorang Diki yang dididik baik oleh orang tuanya tak pernah mau begitu saja memasuki kamar wanita meski itu saudaranya, apalagi Lula bukan saudaranya.Berulang kali
"Kamu gak pernah cerita ke aku kalo selama aku gak ada, kamu sering diperlakukan seperti ini hah?""Kamu udah gak nganggep aku sahabat kamu lagi, Dik? Kamu bilang aku ini layaknya kakak kamu, tapi kamu gak pernah cerita apapun sama aku! Kamu mau aku laporin kejadian hari ini sama orang tua kamu!"Diki menggeleng kepalanya cepat, ia tidak mau jika orang tuanya sampai tahu kejadian hari ini, ia tidak mau orang tuanya sedih."Kalo kamu gak mau orang tua kamu tahu, mulai sekarang laporin siapapun yang berani membuli kamu ngerti!""Aku tulus temenan sama kamu, La. Aku gak mau manfaatin kamu. Aku gak papa kok." Diki berusaha meyakinkan Lula bahwa dirinya baik-baik saja.Lula menghembuskan nafasnya panjang. Dia sayang sama Diki, dia sungguh tidak rela melihat sahabatnya ini ditindas oleh orang-orang yang sok berkuasa dibalik harta or
Kasak kusuk terdengar ditelinga Lula dari beberapa orang dikantin karena kehadirannya disana."Gimana nih, gue kira Lula gak bakal dateng kesini lagi." seorang pria bertubuh tak terlalu kurus terlihat tengah gugup."Lo juga sih, udah dibilangin gak usah deketin si cupu masih aja. Cari masalah lo!""Gue gak ikut-ikut. Lo terima sendiri tuh kemarahan Lula nanti kalo dia ngamuk.""Iya, gue gak ikutan. Gue gak mau masuk rumah sakit, Lula serem banget kalo udah ngamuk."Seruan semua teman-temannya membuat rasa takut pria itu semakin menjadi, wajahnya berubah pucat seketika."Ya mana gue tau kalo pawang si cupu itu bakal dateng lagi kesini."Lula yang menangkap dengar pembicaraan benerapa orang disekitarnya tak menggubrisnya, ia ingin memastikan sendiri apa yang telah terjadi selama ia tak ada. Meski sebenarnya ia sudah menduga bahwa sesuatu ha
"Jangan kaget, Kak. Dia memang begitu, wanita cantik paling horor dikampus ... dulu hingga sekarang."Leon menaikkan salah satu alisnya, dulu hingga sekarang?"Dia itu mahasiswi Universitas A, satu tingkat sama aku, tapi dia udah lulus lebih dulu hampir satu tahun lalu.""Pinter dong," sahut Leon."Ya, denger-denger sih memang pinter banget. Banyak juga dosen yang muji otaknya." Jane meminum jus miliknya."Yang begitu cocok untuk dijadikan teman, siapa tahu pinternya nular kekamu, Jane." Jane terbatuk mendengar ucapan Leon, teman? Yang benar saja."Meski beruntung jika menjadi teman dekatnya uhukk, tapi gak ah, serem!" seru Jane disela batuknya.Serem?"Serem apanya?" tanya Leon penasaran."Ya serem aja. Kalo udah marah, seisi cafe ini bisa abis gak bersisa."Leon tampak berfi
Tiga minggu lagi Lula akan mulai berkuliah di Universitas A untuk melanjutkan pendidikan S2 nya. Lula sedikit gelisah meninggalkan Diki sendirian dikampus. Meski sudah memberi peringatan pada para mahasiswa disana, tapi tidak ada yang menjamin keamanan pria lugu nan cupu itu. Untuk saat ini hidup Lula hanya penuh dengan Diki.Tepat malam ini, orang tua Diki mendatangi rumahnya dalam keadaan menyedihkan. Mereka menangis sembari berteriak didepan pintu rumahnya. Betapa mengejutkan saat mengetahui bahwa Diki tidak pulang kerumah dalam dua hari ini. Bagaimana bisa? Diki tak punya teman selain dirinya."Mami sama Papi udah lapor polisi?" tanya Lula saat orang tua Diki sudah mulai tenang dan tidak menangis lagi.
LeonPukul 23:15 ia sudah bersiap untuk melajukan kendaraannya dari bar langganannya selama ia berada di Indonesia. Tidak seperti malam-malam sebelumnya yang biasa pulang menjelang pagi. Malam ini ia memutuskan untuk pulang kerumah lebih awal.Ditengah jalan samar-samar ia melihat seseorang berdiri dipinggir jalan yang gelap dan sepi. Ia tidak tahu itu pria atau wanita karena tubuhnya tertutup sempurna oleh sesuatu berwarna hitam. Suasana yang gelap juga tak dapat membuatnya melihat vebtuk tubuh dari orang itu. Namun saat ia melihat cahaya yang tidak terlalu besar tepat disanping orang utu, ia dapat melihat jelas bahwa orang itu adalah seorang wanita. Namu cahaya itu hanya bertahan dalam hitungan detik, membuatnya tak bisa melihat jelas siapa dan sedang apa wanita yang s
Setelah diizinkan, Lula masuk dan duduk dikursi penumpang bersama seorang pria oriental yang sudah setengah mabuk. Pria itu menatap tubuh Lula yang hanya berbalut kain tipis pun kini tak bisa menahan diri. Baru saja ingin menyentuh kulit mulus Lula, pria itu sudah pingsan lebih dulu. Ternyata Lula menyuntikkan sebuah obat bius pada pria itu. Ya, Lula sudah menyiapkan sebuah suntikan sebelum ia menaiki mobil itu.Lula mendorong tubuh pria yang pingsan itu agar bersandar pada punggung kursi."Nona, apa kau mau ikut kami?" tanya pria disamping si pengemudi."Terimakasih, mungkin besok-besok saja," jawab Lula lembut seraya tersenyum manis.
Tiga minggu lagi Lula akan mulai berkuliah di Universitas A untuk melanjutkan pendidikan S2 nya. Lula sedikit gelisah meninggalkan Diki sendirian dikampus. Meski sudah memberi peringatan pada para mahasiswa disana, tapi tidak ada yang menjamin keamanan pria lugu nan cupu itu. Untuk saat ini hidup Lula hanya penuh dengan Diki.Tepat malam ini, orang tua Diki mendatangi rumahnya dalam keadaan menyedihkan. Mereka menangis sembari berteriak didepan pintu rumahnya. Betapa mengejutkan saat mengetahui bahwa Diki tidak pulang kerumah dalam dua hari ini. Bagaimana bisa? Diki tak punya teman selain dirinya."Mami sama Papi udah lapor polisi?" tanya Lula saat orang tua Diki sudah mulai tenang dan tidak menangis lagi.
"Jangan kaget, Kak. Dia memang begitu, wanita cantik paling horor dikampus ... dulu hingga sekarang."Leon menaikkan salah satu alisnya, dulu hingga sekarang?"Dia itu mahasiswi Universitas A, satu tingkat sama aku, tapi dia udah lulus lebih dulu hampir satu tahun lalu.""Pinter dong," sahut Leon."Ya, denger-denger sih memang pinter banget. Banyak juga dosen yang muji otaknya." Jane meminum jus miliknya."Yang begitu cocok untuk dijadikan teman, siapa tahu pinternya nular kekamu, Jane." Jane terbatuk mendengar ucapan Leon, teman? Yang benar saja."Meski beruntung jika menjadi teman dekatnya uhukk, tapi gak ah, serem!" seru Jane disela batuknya.Serem?"Serem apanya?" tanya Leon penasaran."Ya serem aja. Kalo udah marah, seisi cafe ini bisa abis gak bersisa."Leon tampak berfi
Kasak kusuk terdengar ditelinga Lula dari beberapa orang dikantin karena kehadirannya disana."Gimana nih, gue kira Lula gak bakal dateng kesini lagi." seorang pria bertubuh tak terlalu kurus terlihat tengah gugup."Lo juga sih, udah dibilangin gak usah deketin si cupu masih aja. Cari masalah lo!""Gue gak ikut-ikut. Lo terima sendiri tuh kemarahan Lula nanti kalo dia ngamuk.""Iya, gue gak ikutan. Gue gak mau masuk rumah sakit, Lula serem banget kalo udah ngamuk."Seruan semua teman-temannya membuat rasa takut pria itu semakin menjadi, wajahnya berubah pucat seketika."Ya mana gue tau kalo pawang si cupu itu bakal dateng lagi kesini."Lula yang menangkap dengar pembicaraan benerapa orang disekitarnya tak menggubrisnya, ia ingin memastikan sendiri apa yang telah terjadi selama ia tak ada. Meski sebenarnya ia sudah menduga bahwa sesuatu ha
"Kamu gak pernah cerita ke aku kalo selama aku gak ada, kamu sering diperlakukan seperti ini hah?""Kamu udah gak nganggep aku sahabat kamu lagi, Dik? Kamu bilang aku ini layaknya kakak kamu, tapi kamu gak pernah cerita apapun sama aku! Kamu mau aku laporin kejadian hari ini sama orang tua kamu!"Diki menggeleng kepalanya cepat, ia tidak mau jika orang tuanya sampai tahu kejadian hari ini, ia tidak mau orang tuanya sedih."Kalo kamu gak mau orang tua kamu tahu, mulai sekarang laporin siapapun yang berani membuli kamu ngerti!""Aku tulus temenan sama kamu, La. Aku gak mau manfaatin kamu. Aku gak papa kok." Diki berusaha meyakinkan Lula bahwa dirinya baik-baik saja.Lula menghembuskan nafasnya panjang. Dia sayang sama Diki, dia sungguh tidak rela melihat sahabatnya ini ditindas oleh orang-orang yang sok berkuasa dibalik harta or
Hari ini adalah hari pertama Diki kuliah tanpa adanya seorang Lula disampingnya. Seperti apa yang ia katakan pada Lula kemarin, mulai hari ini ia akan melakukan segala aktifitasnya sendirian. Mulai dari memasuki kampus, mengerjakan tugas, membaca buku, makan dikantin, hingga pulang kerumah .Sepulang dari kampus, Diki tidak langsung pulang kerumahnya. Dengan menggunakan bis dia menuju rumah Lula. Jarak rumah mereka hanya sekitar seratus meter, tidak masalah jika dia harus pulang dengan berjalan kak8 nantinya.Setibanya dirumah Lula, Diki duduk diruang tamu, dan Inah memanggilkan majikannya itu. Sebenarnya Lula sudah pernah mengatakan pada orang yang ada dirumah agar Diki langsung saja masuk kedalam kamarnya jika pria lugu dan cupu itu datang berkunjung. Namun seorang Diki yang dididik baik oleh orang tuanya tak pernah mau begitu saja memasuki kamar wanita meski itu saudaranya, apalagi Lula bukan saudaranya.Berulang kali
Lula Arumi wanita berparas cantik berusia 21tahun yang hidup bergelimang harta. Kedua orang tua Lula tak ada yang perduli akan hidup anak tunggalnya, mereka disibukkan akan urusan bisnis yang tak pernah habisnya. Bagi mereka, harta berlimpah yang mereka beri untuk anaknya sudah cukup untuk menggantikan peran orang tua.Lula yang sudah terbiasa hidup tanpa figur orang tua sedari masa SMP, kini tumbuh menjadi wanita kuat dan pemberani. Kecantika yang diturunkan dari Mamanya serta ketajaman dalam memandang yang diturunkan oleh Papanya membuat Lula kerap menjadi rebutan para pria dari semua kalangan.Kepopuleran yang ia miliki saat ini tak membuat seorang Lula berbangga hati. Kerasnya hidup tanpa figur keluarga membuat Lula kehilangan anugerah terindah dari Tuhan sebagai pelengkap kecantikannya. Senyuman! Tak sekalipun semenjak memasuki bangku SMP kelas dua orang-orang melihat seulas senyum diwajah Lula.Meski terlihat sangat cuek dan terkesan tak perdul