Kasak kusuk terdengar ditelinga Lula dari beberapa orang dikantin karena kehadirannya disana.
"Gimana nih, gue kira Lula gak bakal dateng kesini lagi." seorang pria bertubuh tak terlalu kurus terlihat tengah gugup.
"Lo juga sih, udah dibilangin gak usah deketin si cupu masih aja. Cari masalah lo!"
"Gue gak ikut-ikut. Lo terima sendiri tuh kemarahan Lula nanti kalo dia ngamuk."
"Iya, gue gak ikutan. Gue gak mau masuk rumah sakit, Lula serem banget kalo udah ngamuk."
Seruan semua teman-temannya membuat rasa takut pria itu semakin menjadi, wajahnya berubah pucat seketika.
"Ya mana gue tau kalo pawang si cupu itu bakal dateng lagi kesini."
Lula yang menangkap dengar pembicaraan benerapa orang disekitarnya tak menggubrisnya, ia ingin memastikan sendiri apa yang telah terjadi selama ia tak ada. Meski sebenarnya ia sudah menduga bahwa sesuatu hal buruk telah terjadi pada sahabatnya itu, tapi ia harus memastikannya sebelum bertindak lebih jauh.
Setelah dengan kelasnya, Diki langsung saja menghampiri Lula yang sedang duduk sendirian dikursi meja kantin bersama siomay kesukaannya diatas meja. Tak ada jabat tangan atau cipika cipiki untuk melepas rindu, karena Lula tak menyukai itu.
Melihat wajah pucat Diki dan beberapa lebam diwajahnya, membuat Lula mengepalkan tangannya.
"Jangan sekarang, La. Please." Lula hanya menghela nafasnya menahan emosi yang sulit untuk dijinakkan.
Tak lama, Lula meninggalkan kampus karena Diki masih ada satu mata kuliah disore hari. Dan kepergian Lula membuat semua orang dikantin itu bisa bernafas lega, terlebih bagi mereka yang merasa telah mengganggu si cupu Diki.
Semenjak kedatangan Lula siang itu, semenjak itu juga Diki bisa bernafas lega karena orang-orang yang biasa membulinya tak berani lagi untuk menyentuhnya. Hanya beberapa saja yang suka meledek Diki dari kejauhan, tapi itu tak masalah baginya.
.......Dua hari berlalu.Malam hari disebuah rumah mewah milik keluarga Alison. Seorang wanita cantik -Jane Alison- terlihat sedang bersandar pada bahu Kakak pertamanya, Leonard Alison.
Jane sangat antusias menceritakan semua kegiatannya kepada Leon yang baru saja pulang dari luar negeri kemarin sore. Bahkan Jane menceritakan tentang kejadian memilukan beberapa bulan belakang ini pada Kakaknya, kejadian tentang bulliying yang terjadi pada Diki si pria cupu dan lugu.
"Kenapa gak kamu tolongin?" Tangan Leon membelai kepala sang adiknya sayang.
Pria yang tak banyak dikenal orang akan karakternya itu sangat family man.
"Aku cuma bisa menjauhkan dia dari mereka yang jahat saja, Kak. Atau aku lapor dosen. Aku gak berani kalo harus kasih pelajaran sama anak-anak itu, kan aku gak bisa bela diri." Mulut manyunnya itu membuat siapa saja yang melihat akan gemas dan ingin mencubitnya.
Diantara ketiga anak dari keluarga Alison itu, Jane termasuk yang paling manja. Terlebih ia selalu manja kepada Kakaknya, Leon. Jane memiliki satu Kakak perempuan bernama Joana Alison. Joana atau Jo, wanita berusia 23 tahun itu sedikit memiliki ilmu bela diri yang dipelajari dari Leon.
Berhubung sudah tiga tahun Leon tinggal diluar negeri-negara kelahiran Kakeknya- untuk mengurus perusahaan peninggalan Kakeknya, Jo tak pernah lagi berlatih beladiri.
Hari ini Jane datang kekampus diantar oleh Kakaknya. Tak sedikit pasang mata yang menatal kagum akan makhluk ciptaan Tuhan satu itu. Leon terlihat sempurna dari segi manapun saat dipandang.
Merasa menjadi pusat perhatian, Jane mendorong Leon untuk memasuki mobil dan menyuruhnya untuk segera pulang.
Dari dalam mobil, Leon menangkap sosok wanita cantik yang dengan ketajaman mata memandang membuat auranya sangat terlihat sexy.
Dengan cepat, Leon berlalu dari Universitas A tanpa memperhatikan lebih jauh tentang wanita itu, yang tak lain ialah Lula.
......
Lula yang baru saja memarkirkan mobil sportnya dicafe samping Universitas A, kini memasuki gerbang dengan berjalan kaki.
Ya, Lula selalu memarkirkan mobilnya diluar kampus karena cafe itu milik teman Papanya yang telah mengenalnya.
Pandangan Lula mengarah pada apa yang sedang dipandang anak-anak kampus, yaitu seorang pria dan wanita yang sedang berdiri disamping mobil sport yang sama persis dengan miliknya.
Lula membuang pandangannya, ia berjalan santai menelusuri setiap koridor menuju kelas Diki. Diki tak terlihat disana karena memang pria itu tidak ada kelas hari ini.
Lula sengaja datang kekampus tanpa Diki karena ia ingin mengetahui lebih detail apa yang terjadi pada sahabatnya itu melalui teman-teman kelasnya. Sebenarnya Lula sudah meretas cctv disana selama apa yang terjadi pada Diki, namun ia tak mendapat dengar perkataan semua orang. Itulah kenapa ia berada di kelas management saat ini.
Tak ada satupun yang mau membuka suara meski Lula sudah memberi pelajaran padasalah satu mahasiswa dikelas itu yang ia ketahui dari cctv bahwa pria itu ternyata ikut andil dalam aksi bulliying yang terjadi pada Diki.
Saat Lula membuat keributan dioutdor kantin, seorang wanita muda cantik mendekatinya dengan raut wajah ragu. Ia menelan ludah saat ditatap tajam oleh Lula.
Lula mengamati wanita dihadapannya itu, wajahnya tak asing. Setelah difikir beberapa menit, Lula mengingat bahwa wanita ini adalah wanita yang ada dihalaman kampus tadi bersama seorang pria yang menjadi pusat perhatian seluruh mahasiswi.
"Aku yang akan menjelaskannya," ucap wanita itu ragu.
"Tunggu aku dicafe Senorita."
Pandangan Lula kembali pada pria yang masih dalam cengkramannya. Setelah ia menyelesaikan aksinya, Lula mendatangi ruang rektor karena ia hadang oleh beberapa dosen yang sangat membuatnya muak.
Setelah memberi penjelasan dan akhirnya Lula tidak diperbolehkan kembali datang kekampus sampai wanita itu memasuki jadwal kuliah S2 nya disana satu bulan lagi, Lula meninggalkan kampus menuju Cafe Senorita untuk menemui satu-satunya orang yang akan menjelaskan kejadian yang menimpa Diki selama dua bulan belakangan.
Setiba disana, Lula langsung meminta Jane untuk mwnceritakan semuanya tanpa dikurang atau dilebihkan. Ya, wanita itu Jane.
Semua dijelaskan oleh Jane secara berbelit karena wanita itu takut akan tatapan Lula. Namun Lula cukup mengerti meski sedikit pusing akan kata yang terus diulang oleh Jane.
Setelah menceritakan semuanya, tiba-tiba seorang pria menghampiri meja mereka.
"Kakak!" ucap Jane terkejut melihat Leon telah berada disana.
Lula mendongak menatap pria yang kini telah berada tepat disamping mereka berdua.
"Hai," sapa Leon pada Lula.
Lula berdiri lalu beranjak pergi meninggalkan cafe, beruntung ia tak memesan apapun hingga ia tak perlu mampir ke meja kasir untuk membayar.
Leon hanya memandang aneh wanita yang baru saja disapanya itu. Pergi tanpa mengucapkan salam perpisahan terlebih dahulu meski hanya kepada Jane yang duduk bersamanya sedari tadi.
"Jangan kaget, Kak. Dia memang begitu, wanita cantik paling horor dikampus ... dulu hingga sekarang."
Leon menaikkan salah satu alisnya, dulu hingga sekarang?
"Jangan kaget, Kak. Dia memang begitu, wanita cantik paling horor dikampus ... dulu hingga sekarang."Leon menaikkan salah satu alisnya, dulu hingga sekarang?"Dia itu mahasiswi Universitas A, satu tingkat sama aku, tapi dia udah lulus lebih dulu hampir satu tahun lalu.""Pinter dong," sahut Leon."Ya, denger-denger sih memang pinter banget. Banyak juga dosen yang muji otaknya." Jane meminum jus miliknya."Yang begitu cocok untuk dijadikan teman, siapa tahu pinternya nular kekamu, Jane." Jane terbatuk mendengar ucapan Leon, teman? Yang benar saja."Meski beruntung jika menjadi teman dekatnya uhukk, tapi gak ah, serem!" seru Jane disela batuknya.Serem?"Serem apanya?" tanya Leon penasaran."Ya serem aja. Kalo udah marah, seisi cafe ini bisa abis gak bersisa."Leon tampak berfi
Tiga minggu lagi Lula akan mulai berkuliah di Universitas A untuk melanjutkan pendidikan S2 nya. Lula sedikit gelisah meninggalkan Diki sendirian dikampus. Meski sudah memberi peringatan pada para mahasiswa disana, tapi tidak ada yang menjamin keamanan pria lugu nan cupu itu. Untuk saat ini hidup Lula hanya penuh dengan Diki.Tepat malam ini, orang tua Diki mendatangi rumahnya dalam keadaan menyedihkan. Mereka menangis sembari berteriak didepan pintu rumahnya. Betapa mengejutkan saat mengetahui bahwa Diki tidak pulang kerumah dalam dua hari ini. Bagaimana bisa? Diki tak punya teman selain dirinya."Mami sama Papi udah lapor polisi?" tanya Lula saat orang tua Diki sudah mulai tenang dan tidak menangis lagi.
Setelah diizinkan, Lula masuk dan duduk dikursi penumpang bersama seorang pria oriental yang sudah setengah mabuk. Pria itu menatap tubuh Lula yang hanya berbalut kain tipis pun kini tak bisa menahan diri. Baru saja ingin menyentuh kulit mulus Lula, pria itu sudah pingsan lebih dulu. Ternyata Lula menyuntikkan sebuah obat bius pada pria itu. Ya, Lula sudah menyiapkan sebuah suntikan sebelum ia menaiki mobil itu.Lula mendorong tubuh pria yang pingsan itu agar bersandar pada punggung kursi."Nona, apa kau mau ikut kami?" tanya pria disamping si pengemudi."Terimakasih, mungkin besok-besok saja," jawab Lula lembut seraya tersenyum manis.
LeonPukul 23:15 ia sudah bersiap untuk melajukan kendaraannya dari bar langganannya selama ia berada di Indonesia. Tidak seperti malam-malam sebelumnya yang biasa pulang menjelang pagi. Malam ini ia memutuskan untuk pulang kerumah lebih awal.Ditengah jalan samar-samar ia melihat seseorang berdiri dipinggir jalan yang gelap dan sepi. Ia tidak tahu itu pria atau wanita karena tubuhnya tertutup sempurna oleh sesuatu berwarna hitam. Suasana yang gelap juga tak dapat membuatnya melihat vebtuk tubuh dari orang itu. Namun saat ia melihat cahaya yang tidak terlalu besar tepat disanping orang utu, ia dapat melihat jelas bahwa orang itu adalah seorang wanita. Namu cahaya itu hanya bertahan dalam hitungan detik, membuatnya tak bisa melihat jelas siapa dan sedang apa wanita yang s
Lula Arumi wanita berparas cantik berusia 21tahun yang hidup bergelimang harta. Kedua orang tua Lula tak ada yang perduli akan hidup anak tunggalnya, mereka disibukkan akan urusan bisnis yang tak pernah habisnya. Bagi mereka, harta berlimpah yang mereka beri untuk anaknya sudah cukup untuk menggantikan peran orang tua.Lula yang sudah terbiasa hidup tanpa figur orang tua sedari masa SMP, kini tumbuh menjadi wanita kuat dan pemberani. Kecantika yang diturunkan dari Mamanya serta ketajaman dalam memandang yang diturunkan oleh Papanya membuat Lula kerap menjadi rebutan para pria dari semua kalangan.Kepopuleran yang ia miliki saat ini tak membuat seorang Lula berbangga hati. Kerasnya hidup tanpa figur keluarga membuat Lula kehilangan anugerah terindah dari Tuhan sebagai pelengkap kecantikannya. Senyuman! Tak sekalipun semenjak memasuki bangku SMP kelas dua orang-orang melihat seulas senyum diwajah Lula.Meski terlihat sangat cuek dan terkesan tak perdul
Hari ini adalah hari pertama Diki kuliah tanpa adanya seorang Lula disampingnya. Seperti apa yang ia katakan pada Lula kemarin, mulai hari ini ia akan melakukan segala aktifitasnya sendirian. Mulai dari memasuki kampus, mengerjakan tugas, membaca buku, makan dikantin, hingga pulang kerumah .Sepulang dari kampus, Diki tidak langsung pulang kerumahnya. Dengan menggunakan bis dia menuju rumah Lula. Jarak rumah mereka hanya sekitar seratus meter, tidak masalah jika dia harus pulang dengan berjalan kak8 nantinya.Setibanya dirumah Lula, Diki duduk diruang tamu, dan Inah memanggilkan majikannya itu. Sebenarnya Lula sudah pernah mengatakan pada orang yang ada dirumah agar Diki langsung saja masuk kedalam kamarnya jika pria lugu dan cupu itu datang berkunjung. Namun seorang Diki yang dididik baik oleh orang tuanya tak pernah mau begitu saja memasuki kamar wanita meski itu saudaranya, apalagi Lula bukan saudaranya.Berulang kali
"Kamu gak pernah cerita ke aku kalo selama aku gak ada, kamu sering diperlakukan seperti ini hah?""Kamu udah gak nganggep aku sahabat kamu lagi, Dik? Kamu bilang aku ini layaknya kakak kamu, tapi kamu gak pernah cerita apapun sama aku! Kamu mau aku laporin kejadian hari ini sama orang tua kamu!"Diki menggeleng kepalanya cepat, ia tidak mau jika orang tuanya sampai tahu kejadian hari ini, ia tidak mau orang tuanya sedih."Kalo kamu gak mau orang tua kamu tahu, mulai sekarang laporin siapapun yang berani membuli kamu ngerti!""Aku tulus temenan sama kamu, La. Aku gak mau manfaatin kamu. Aku gak papa kok." Diki berusaha meyakinkan Lula bahwa dirinya baik-baik saja.Lula menghembuskan nafasnya panjang. Dia sayang sama Diki, dia sungguh tidak rela melihat sahabatnya ini ditindas oleh orang-orang yang sok berkuasa dibalik harta or
LeonPukul 23:15 ia sudah bersiap untuk melajukan kendaraannya dari bar langganannya selama ia berada di Indonesia. Tidak seperti malam-malam sebelumnya yang biasa pulang menjelang pagi. Malam ini ia memutuskan untuk pulang kerumah lebih awal.Ditengah jalan samar-samar ia melihat seseorang berdiri dipinggir jalan yang gelap dan sepi. Ia tidak tahu itu pria atau wanita karena tubuhnya tertutup sempurna oleh sesuatu berwarna hitam. Suasana yang gelap juga tak dapat membuatnya melihat vebtuk tubuh dari orang itu. Namun saat ia melihat cahaya yang tidak terlalu besar tepat disanping orang utu, ia dapat melihat jelas bahwa orang itu adalah seorang wanita. Namu cahaya itu hanya bertahan dalam hitungan detik, membuatnya tak bisa melihat jelas siapa dan sedang apa wanita yang s
Setelah diizinkan, Lula masuk dan duduk dikursi penumpang bersama seorang pria oriental yang sudah setengah mabuk. Pria itu menatap tubuh Lula yang hanya berbalut kain tipis pun kini tak bisa menahan diri. Baru saja ingin menyentuh kulit mulus Lula, pria itu sudah pingsan lebih dulu. Ternyata Lula menyuntikkan sebuah obat bius pada pria itu. Ya, Lula sudah menyiapkan sebuah suntikan sebelum ia menaiki mobil itu.Lula mendorong tubuh pria yang pingsan itu agar bersandar pada punggung kursi."Nona, apa kau mau ikut kami?" tanya pria disamping si pengemudi."Terimakasih, mungkin besok-besok saja," jawab Lula lembut seraya tersenyum manis.
Tiga minggu lagi Lula akan mulai berkuliah di Universitas A untuk melanjutkan pendidikan S2 nya. Lula sedikit gelisah meninggalkan Diki sendirian dikampus. Meski sudah memberi peringatan pada para mahasiswa disana, tapi tidak ada yang menjamin keamanan pria lugu nan cupu itu. Untuk saat ini hidup Lula hanya penuh dengan Diki.Tepat malam ini, orang tua Diki mendatangi rumahnya dalam keadaan menyedihkan. Mereka menangis sembari berteriak didepan pintu rumahnya. Betapa mengejutkan saat mengetahui bahwa Diki tidak pulang kerumah dalam dua hari ini. Bagaimana bisa? Diki tak punya teman selain dirinya."Mami sama Papi udah lapor polisi?" tanya Lula saat orang tua Diki sudah mulai tenang dan tidak menangis lagi.
"Jangan kaget, Kak. Dia memang begitu, wanita cantik paling horor dikampus ... dulu hingga sekarang."Leon menaikkan salah satu alisnya, dulu hingga sekarang?"Dia itu mahasiswi Universitas A, satu tingkat sama aku, tapi dia udah lulus lebih dulu hampir satu tahun lalu.""Pinter dong," sahut Leon."Ya, denger-denger sih memang pinter banget. Banyak juga dosen yang muji otaknya." Jane meminum jus miliknya."Yang begitu cocok untuk dijadikan teman, siapa tahu pinternya nular kekamu, Jane." Jane terbatuk mendengar ucapan Leon, teman? Yang benar saja."Meski beruntung jika menjadi teman dekatnya uhukk, tapi gak ah, serem!" seru Jane disela batuknya.Serem?"Serem apanya?" tanya Leon penasaran."Ya serem aja. Kalo udah marah, seisi cafe ini bisa abis gak bersisa."Leon tampak berfi
Kasak kusuk terdengar ditelinga Lula dari beberapa orang dikantin karena kehadirannya disana."Gimana nih, gue kira Lula gak bakal dateng kesini lagi." seorang pria bertubuh tak terlalu kurus terlihat tengah gugup."Lo juga sih, udah dibilangin gak usah deketin si cupu masih aja. Cari masalah lo!""Gue gak ikut-ikut. Lo terima sendiri tuh kemarahan Lula nanti kalo dia ngamuk.""Iya, gue gak ikutan. Gue gak mau masuk rumah sakit, Lula serem banget kalo udah ngamuk."Seruan semua teman-temannya membuat rasa takut pria itu semakin menjadi, wajahnya berubah pucat seketika."Ya mana gue tau kalo pawang si cupu itu bakal dateng lagi kesini."Lula yang menangkap dengar pembicaraan benerapa orang disekitarnya tak menggubrisnya, ia ingin memastikan sendiri apa yang telah terjadi selama ia tak ada. Meski sebenarnya ia sudah menduga bahwa sesuatu ha
"Kamu gak pernah cerita ke aku kalo selama aku gak ada, kamu sering diperlakukan seperti ini hah?""Kamu udah gak nganggep aku sahabat kamu lagi, Dik? Kamu bilang aku ini layaknya kakak kamu, tapi kamu gak pernah cerita apapun sama aku! Kamu mau aku laporin kejadian hari ini sama orang tua kamu!"Diki menggeleng kepalanya cepat, ia tidak mau jika orang tuanya sampai tahu kejadian hari ini, ia tidak mau orang tuanya sedih."Kalo kamu gak mau orang tua kamu tahu, mulai sekarang laporin siapapun yang berani membuli kamu ngerti!""Aku tulus temenan sama kamu, La. Aku gak mau manfaatin kamu. Aku gak papa kok." Diki berusaha meyakinkan Lula bahwa dirinya baik-baik saja.Lula menghembuskan nafasnya panjang. Dia sayang sama Diki, dia sungguh tidak rela melihat sahabatnya ini ditindas oleh orang-orang yang sok berkuasa dibalik harta or
Hari ini adalah hari pertama Diki kuliah tanpa adanya seorang Lula disampingnya. Seperti apa yang ia katakan pada Lula kemarin, mulai hari ini ia akan melakukan segala aktifitasnya sendirian. Mulai dari memasuki kampus, mengerjakan tugas, membaca buku, makan dikantin, hingga pulang kerumah .Sepulang dari kampus, Diki tidak langsung pulang kerumahnya. Dengan menggunakan bis dia menuju rumah Lula. Jarak rumah mereka hanya sekitar seratus meter, tidak masalah jika dia harus pulang dengan berjalan kak8 nantinya.Setibanya dirumah Lula, Diki duduk diruang tamu, dan Inah memanggilkan majikannya itu. Sebenarnya Lula sudah pernah mengatakan pada orang yang ada dirumah agar Diki langsung saja masuk kedalam kamarnya jika pria lugu dan cupu itu datang berkunjung. Namun seorang Diki yang dididik baik oleh orang tuanya tak pernah mau begitu saja memasuki kamar wanita meski itu saudaranya, apalagi Lula bukan saudaranya.Berulang kali
Lula Arumi wanita berparas cantik berusia 21tahun yang hidup bergelimang harta. Kedua orang tua Lula tak ada yang perduli akan hidup anak tunggalnya, mereka disibukkan akan urusan bisnis yang tak pernah habisnya. Bagi mereka, harta berlimpah yang mereka beri untuk anaknya sudah cukup untuk menggantikan peran orang tua.Lula yang sudah terbiasa hidup tanpa figur orang tua sedari masa SMP, kini tumbuh menjadi wanita kuat dan pemberani. Kecantika yang diturunkan dari Mamanya serta ketajaman dalam memandang yang diturunkan oleh Papanya membuat Lula kerap menjadi rebutan para pria dari semua kalangan.Kepopuleran yang ia miliki saat ini tak membuat seorang Lula berbangga hati. Kerasnya hidup tanpa figur keluarga membuat Lula kehilangan anugerah terindah dari Tuhan sebagai pelengkap kecantikannya. Senyuman! Tak sekalipun semenjak memasuki bangku SMP kelas dua orang-orang melihat seulas senyum diwajah Lula.Meski terlihat sangat cuek dan terkesan tak perdul