“Bahkan cinta itu rasanya lebih manis dari gula. Kau harus mencobanya agar tidak penasaran dan menganggapku gila.”
***
Sekarang Breavork tidak seburuk sebelumnya bagi Selena. Sebelum keluar dari kamar, dia memperhatikan penampilannya terlebih dulu. Yang biasanya selalu memakai coat berwarna merah atau hitam, sekarang dia mencoba warna lainnya. Seperti sekarang, dia memakai mantel berwarna biru langit, meski sama sekali tidak sepadan warnanya dengan cuaca hari ini.
Selena menundukkan kepala dan melihat sepatu hitamnya yang bersih mengkilap. Kaos kaki panjang hingga di bawah lutut, berpadu dengan rok sekolahnya yang pendek. Dia tampak sangat rapi ketika memilih rambut dikuncir tinggi.
“Sempurna!” gumamnya lalu melangkah keluar dengan rasa tak sabar.
Saat menutup pintu dia melihat Bianca yang sama seperti dirinya, baru keluar dari kamar.
“Selamat pagi, Bia.” Selena menyapa adiknya t
John mengemudikan mobilnya tidak menuju rumah. Dia memilih untuk ke tempat yang sudah sangat sering dia kunjungi di sela waktu kosongnya sebagai pengangguran. Ya meski menganggur, dia tetap memiliki banyak uang dari pekerjaannya lima puluh tahun lalu sebagai dokter hewan. Terlebih karena memiliki kelebihan hidup yang lama daripada manusia lainnya, dia memiliki banyak harta berupa emas dan barang tambang berharga lainnya.Mobil Volvo berwarna hitam itu berhenti di depan sebuah truk makanan penjual crepes. Dia segera turun dan tak melepaskan kacamata hitam yang dipakainya. Penjual crepes yang masih muda itu langsung tersenyum melihat kedatangan pujaan hatinya.“Hai,” sapa John pada Danna yang memakai topi tinggi ala koki cantik. Beruntung sekarang sepi dan tak ada pelanggan, jadi dia bisa lebih nyaman berbicara dengan Danna.“Hai, tumben sekali?” tanya Danna yang keluar dari food truck miliknya dan mendekati John.John tidak
Selena bersenandung seraya tangannya memakai jepit rambut berbentuk pita di kepala sebelah kanannya. Matanya terpejam dan bibirnya tersenyum. Matt tidak pernah melihat Selena sebahagia itu. Ia masuk ke dalam kamar Selena dan siap untuk memuji penampilan gadis itu.“Kau senang, Elle?” tanya Matt.Selena membuka mata dan membalikkan badan. Senyumnya belum pudar, lalu mengangguk membenarkan pertanyaan Matt.“Aku bahagia,” jawabnya.“Penampilanmu akan sangat memukau malam ini,” lanjut Matt, berhenti di depan Selena.“Bagaimana dengan gaunku?” tanya Selena meminta pendapat.Rasanya sangat senang karena Selena menginginkan pendapat dari Matt. Itu adalah hal baru baginya. Matt harus menjawab dengan serius dan tulus. Ia memerhatikan gaun klasik lengan panjang berwarna hitam polos, membuatnya tampak effortless saat memakainya.“Apa aku harus mengatakan sejuta kali bahwa kau akan selalu terl
“Ada sesuatu dalam dirimu yang membuatku tertarik. Dan itu tidak dimiliki oleh orang lain.”***Henry memberikan sepotong cup cake pada Syilea. Mereka baru saja melihat penampilan Selena, dan Henry yang bertepuk tangan paling keras, tentu saja.“Terima kasih,” ucap Syilea tersenyum menerima kue rasa lemon tersebut.“Aku membelinya di bazzar yang diadakan kelasku,” kata Henry lalu duduk di samping Syilea.Mereka memilih taman samping sekolah yang sudah dihiasi dengan lampu-lampu indah. Hanya ada beberapa orang di sana, sementara yang lainnya lebih memilih melihat pertunjukkan lainnya.“Kamu tidak menemui Selena?” tanya Syilea.“Nanti saja … aku sudah menyiapkan hadiah sebagai ucapan selamat untuknya,” jawab Henry.“Oh ya? Hadiah apa? Apa aku boleh tahu?”“Tentu saja. Aku menyiapkan mantel baru untuknya,” u
"Maafkan aku karena baru saja hadir dalam hidupmu."***“Jadi, kau benar-benar sudah berpacaran dengan Syilea?” tanya Selena sembari membuat susu cokelat hitam. Di dapur hanya ada dirinya dan Henry yang begitu antusias bercerita pada Selena.“Ya … aku tidak menyangka kalau ternyata jiwa kami terikat. Saat aku menciumnya, saat itu juga aku yakin kalau ini tidak salah,” jelas Henry tersenyum senang.Melihat Henry yang begitu bahagia, Selena ikut senang. “Syukurlah. Aku hanya berpesan padamu untuk menjaganya. Jangan sampai Syilea menangis, kalau tidak kau akan tahu akibatnya,” peringat Selena serius.Henry mengekeh dan mengangguk. “Sebaliknya … aku akan membuatnya bahagia.”Selena percaya itu. Henry yang berbeda dari semua saudaranya, tentu saja akan menepati janji. Di waktu bersamaan, John masuk ke dapur dan melihat Selena membuat minuman untuk dua gelas.&l
"Bisakah aku menciummu sekarang juga?" *** Secangkir teh hangat sudah ada dalam genggaman Selena. Dia mengucapkan terima kasih pada Rain yang sudah membuatkannya. Senyum lelaki itu belum juga reda, seolah menunjukkan betapa bahagianya dia. “Kenapa kau terus tersenyum? Apa yang salah dengan wajahku?” tanya Selena sembari tertawa pelan. “Tidak ada.” Rain menggeleng. Dia mengangkat tangan dan menyelipkan rambut ke samping telinga Selena. “Tak ada yang salah … sebaliknya, kau tampak sangat sempurna,” ucapnya. Selena menundukkan wajah dan terus mengekeh. Tersipu dengan pujian tersebut. Diletakkannya gelas yang belum dia minum itu. Diraihnya tangan Rain dan dipegangnya seraya menatap netra biru tersebut. “Kau tahu … kalau saja aku bisa, aku ingin tinggal bersamamu di sini,” kata Selena menawarkan dirinya. “Tentu saja bisa. Lakukan saja,” jawab Rain antusias. “Kau bisa tinggal di sini bersamaku, Selena.” Sele
"Bagaimana rasanya saat bercinta dengan gadis vampir?***Selena mengetuk-ngetukkan jarinya di atas meja. Tangan lainnya sedang memangku dagu. Gestur tubuhnya sekarang seperti orang yang tengah memikirkan sesuatu yang rumit."Ada apa?" Syilea yang sibuk memakan keripik kentang pemberian Henry, tampak bingung melihat Selena bersikap seperti itu."Tidak ada," jawab Selena singkat. Dia lalu mengubah posisi duduknya jadi menyandar di kursi kafetaria dengan tangan bersedekap. Alisnya masih saja berkerut dan menatap random ke depan."Kalau kau ada masalah, ceritakan padaku."Selena menggeleng dan mengibaskan tangannya. "Bukan apa-apa.""Hhh
“Mulai detik ini, ijinkan aku untuk selalu menjagamu.”***"Memangnya aku selalu membuat kekacauan dalam hidup kalian? Apa aku begitu merepotkan bagi kalian?" Bianca terus saja mengomel di bangku belakang. Sedangkan Henry memilih duduk di depan tepat samping ayahnya yang menyetir."Matt hanya butuh waktu bicara berdua dengan Selena. Mereka tak pernah begitu akur seperti ini sejak— ya, kalian tahu sendiri bagaimana ceritanya," jelas John menenangkan anaknya."Ayah tidak melihat bagaimana Matt menatapku. Seolah aku ini benalu dalam hidupnya," cecar Bianca lagi.John menahan tawanya, dia melirik Henry yang mengulum senyum. Bianca marah-marah sejak di koridor sekolah dan sampai sekarang. Gadis
"Tetaplah bernapas, kumohon."***"Selena … Selena … Selena …." Entah berapa kali Rain mengucapkan nama itu. Sementara matanya terpejam dan waktu menunjukkan pukul dua dini hari. Panasnya semakin tinggi, sedangkan di rumah tak ada siapa pun yang bisa merawatnya.Tadi sore, Selena mampir menjenguk Rain. Dia tampak baik-baik saja saat melihat gadis kesayangannya. Wajahnya memang pucat, tapi dia bisa duduk dan mengobrol dengan Selena.Dan sekarang … saat lewat tengah malam, Rain mulai merasakan panas di sekujur tubuhnya begitu menyiksa."Selena … jangan pergi," racaunya dengan keadaan setengah tidur.***Selena menghabiskan malamnya dengan cara menyelesaika
Setelah musim panas berakhir, maka masuklah musim paling syahdu yaitu musim gugur. Sisa hawa panas memang masih ada, namun angin pun sudah mulai berembus. Selena memakai kaos tipis yang dilapisi dengan mantel panjang berwarna merah favoritnya, Ia tampak begitu sangat cantik malam ini. Terlebih jeans panjang dengan sepatu ankle boot hitam membuatnya menjadi tampak sempurna.Sama seperti Selena, Bianca dan Erika pun juga memakai outfit yang sama meski beda warna dan hiasan baju lainnya. Mereka semua sudah siap untuk pergi ke festival musim gugur bersama dengan pasangan masing-masing.“Aku tidak memiliki pasangan. Lalu, nanti sama siapa setelah di sana?” tanya Erika kebingungan.“Jangan cemas. Kamu bisa bersamaku, Bianca atau Syilea.” Selena mencoba menenangkan Erika.“Aku tidak ingin mengganggu kesenangan kalian,” tolak Erika dengan segan.“Ah, begini saja … bagaimana kalau kita tidak usah berpencar? K
Syilea sangat terkejut dengan serangan ciuman dari Henry. Pupil matanya membulat sempurna tatkala sebuah memori ingatan melemparkannya ke suatu tempat yang aneh. Di mana ia melihat dirinya dan Henry yang sedang berciuman di ruang tamu rumahnya, pernyataan cinta dari Henry, hadiah bunga dan jalan-jalan malam di festival hingga akhirnya ia melihat seorang vampir yang berdiri di hadapannya dengan seringai menyeramkan beserta taring tajam.Jantung Syilea berdentam dengan sangat cepat ketika dia potongan memori ingatannya kembali seperti puzzle yang mulai tersusun hingga membentuk gambar sempurna.Satu detik … Dua detik … Tiga detik … Empat detik … Lima detik.Seketika pandangan Syilea menjadi samar bersamaan dengan Henry yang menarik mundur wajahnya. Dengan tatapan sayu, Syilea menatap Henry yang dikenalnya sebagai kekasihnya, bukan orang asing lagi.“Henry,” bisik Syilea dengan lirih.“Apa kamu sudah ingat
Keesokan harinya, Selena sudah bersiap menuju sekolah dijemput Rain seperti biasa. Seperti yang dikatakan Arion tadi malam, mulai hari ini dia tidak akan muncul lagi di hadapannya. Perpisahan tadi malam sudah cukup menguras emosinya hingga membuat Selena merasakan seperti ada duri tertancap di hatinya.“Kenapa aku merasa tidak rela untuk kehilangannya?” gumam Selena sambil berjalan menuju anak tangga.“Elle … berangkat dengan Rain?” tanya Bianca yang tiba-tiba saja berjalan di sisinya.“Ya.” Selena menjawab singkat.“Ada apa denganmu? Wajahmu terlihat linglung,” heran adiknya.“Bia … apa kamu tahu kalau Arion pergi?” tanya Selena akhirnya pada Bianca.“Iya, tau. Ayah sudah menceritakan pada kami semua tadi malam saat kamu dan dia pergi jalan-jalan,” jawab Bianca.“Kenapa kamu tidak sedih?”“Buat apa? Dia kan hanya pergi untuk
Masih di bar khusus para vampir. Selena tidak meminum apapun, ia hanya melihat Arion yang sudah menghabiskan empat gelas kecil berisi darah manusia.“Sepertinya kamu sudah terlalu lama menahan ini semua,” sindir Selena pada Arion yang meletakkan gelas terakhir di atas meja.“Maafkan aku. Tidak mudah untuk membuang kebiasaan,” jawab Arion yang memberi kode pada bartender untuk mengisi gelasnya lagi.“Setidaknya sekarang kamu sudah bersahabat dengan kata maaf,” jawab Selena tersenyum. “Setelah ini, kamu ingin membawaku kemana lagi?”“Pantai,” jawab Arion.Selena mengernyit dan bingung. “Pantai?” ulangnya.“Bukankan kamu sangat suka melihat laut?” tanya Arion.Selena mengangguk. Ia tak membantah tebakan Arion. “Ya. Aku suka.”“Laut akan terlihat indah bila dilihat saat malam hari,” lanjut Arion lalu kembali minum.&ld
Para gadis sudah tiba di rumah saat pukul delapan malam. Saat itulah mereka melihat para lelaki berkumpul di ruang keluarga. Ada John, Arion, Stefan, Henry dan Matt. Mereka tengah berbincang santai dan sesekali terdengar tawa karena joke yang dilontarkan oleh Arion.Selena tersenyum ketika melihat bagaimana Arion yang berdiri di depan mereka semua sambil membawakan sebuah lelucon seolah sedang melakukan stand up, lalu terdengar suara tawa Henry yang paling keras.“Hai, girls … sudah selesai bersenang-senangnya?” tanya Matt ketika sadar dengan kehadiran Bianca, Selena dan Erika.Bianca menghampiri Matt dan langsung duduk di pangkuan lelaki itu tanpa malu dilihat oleh John dan Stefan. Lagipula mereka adalah keluarga, bersikap romantis di depan keluarga bukan hal yang aneh, kan?“Ya … itu tadi adalah shopping paling menyenangkan,” ungkap Bianca dengan penuh semangat yang menggebu-gebu. Ia lalu melemparkan pandangan pada
Sambungan via telepon handphone antara Henry dan Syilea ….“Kenapa kamu baru tiba di rumah?” tanya Henry setelah teleponnya baru diangkat oleh gadis tersebut dan Syilea mengatakan bahwa dia baru saja sampai rumah.“Aku harus pergi ke rumah sakit untuk bertemu dengan ibu sebentar,” jawab Syilea jujur.Henry mengangguk paham. “Seharusnya kamu tidak perlu menolak tawaranku ketika ingin mengantarkanmu pulang,” sesalnya lagi.“Tidak apa-apa. Aku tidak ingin merepotkanmu. Kita hanya teman dan seharusnya aku harus tahu batasan,” jelas Syilea dengan bijaksana.“Kalau begitu … bagaimana jika seandainya kita bukan hanya sekedar teman?” pancing Henry.“Ma-maksudmu?” gagap Syilea mendengar hal yang bisa langsung dia asumsikan tentang hal lebih dari teman.“Ya, maksudku … seperti hubungan yang lebih dekat,” jawab Henry pelan. Dia sendiri merasa
Selena membawa Erika ke kamar yang akan ditinggali oleh gadis penyihir itu. Sengaja ia memilihkan kamar dengan kasur baru dengan alasan khusus untuk manusia.“Karena kamu membutuhkan tidur yang nyenyak daripada kami,” kata Selena saat mendapati Erika yang begitu sungkan.“Terima kasih,” ucap Erika dengan tulus.“Tapi … apa kamu tidak takut tinggal serumah dengan banyak vampir?” tanya Selena ragu.Erika hanya tersenyum penuh arti. “Bahkan sebelumnya aku pernah serumah dengan vampir yang sangat bengis dan haus darah manusia.”Selena mengerti siapa yang dimaksud oleh Erika. Tentu saja dia adalah Arion. Mereka memang pernah serumah dan bahkan bercinta karena memiliki hubungan khusus.Erika mulai mengeluarkan beberapa pakaiannya yang usang dan lusuh lalu membuka lemari. Selena mengernyit melihat pakaian penyihir itu. Baru dia sadari ada sesuatu yang memprihatinkan sekarang.“Erik
Rain dan Selena hari ini pulang sekolah sambil berjalan kaki. Ini sesuai permintaan Selena yang katanya rindu berjalan-jalan di tengah hutan sambil menuju rumahnya sendiri. John sudah menyampaikan pesan lewat Arion yang datang ke sekolah untuk menyuruh semua anaknya pulang ke rumah tepat waktu. Tidak ada yang boleh mampir ke suatu tempat apalagi pacaran kata Arion tadi. Dan tentu saja mendapat dengusan sebal dari Selena dan Bianca.“Memangnya ayah kenapa menyuruh kita langsung pulang?” tanya Selena pada Rain. Mereka berjalan sambil berpegangan tangan satu sama lain.Rain mengedikkan bahu. “Aku tidak tahu. Mungkin ayah kalian ingin mengumumkan sesuatu mungkin.”“Apa ayah akan menikah lagi?” tanya Selena dengan tatapan tak percaya.“Masa? Bukankah ayah kalian tidak dekat dengan siapapun juga,” heran Rain yang kurang percaya dengan kesimpulan tak masuk akal dari Selena.“Selama ini ayah paling pint
Keesokan harinya John dan Arion akhirnya memutuskan untuk menemui Stefan di kediamannya. Sebuah rumah kecil dengan dinding kayu di tengah hutan. Pagar kayu setinggi pinggang orang dewasa dan ada pohon di depannya. Bisa ditebak bahwa pohon tersebut adalah pohon cokelat yang tumbuh dengan suburnya. Stefan sengaja membangun rumah di samping pepohonan cokelat agar bisa bertahan hidup.Melihat kehadiran Arion dan John yang datang bersama-sama awalnya membuat Stefan sedikit kaget, namun pada akhirnya ia tersenyum dan mempersilakan dua anak adopsinya masuk ke dalam.Arion memerhatikan sekitar rumah yang begitu hangat meski tak terlalu besar. Beda dengan rumahnya yang mewah dan besar namun terasa dingin.Stefan memberikan dua gelas cokelat hitam panas pada dua lelaki yang dia sayangi. Lelaki tua itu tersenyum bijaksana dan terlihat jelas bagaimana ia senang melihat kehadiran kakak beradik itu. Melihat keakuran yang akhirnya terjalin di antara keduanya. Stefan benar-bena