Home / Fantasi / The Lunar / PERUBAHAN SELENA

Share

PERUBAHAN SELENA

Author: Ontelicious
last update Last Updated: 2021-06-04 22:53:25

“Pepatah mengatakan untuk jangan rubah dirimu. Namun, bagaimana jadinya apabila bukan aku yang merubah diriku. Melainkan orang lain yang sudah mencampuri hidupku. Apa aku harus tetap membencinya?”

***

BRUGH!!

Bianca terhempas dan terpental jauh ketika Henry mencoba untuk menahannya. Saudarinya benar-benar sudah di luar kendali. Henry sampai kewalahan menjaga Bianca agar tidak masuk ke dalam kamar Selena.

Mendengar suara gaduh dari luar, John memerintahkan Matt untuk memeriksa keadaan Bianca dan Henry. Sementara Selena sudah diberi minum darah manusia untuk pertama kalinya.

Matt keluar dan melihat beberapa perabotan yang hancur karena perkelahian dua vampir. Bahkan lampu gantung yang berada di tengah ruangan saja jatuh ke bawah dan beberapa vas bunga pajangan yang besar harus pecah berkeping-keping.

“ASTAGA! APA YANG KALIAN LAKUKAN?!” murka Matt dengan wajah merahnya.

Henry menoleh dan menyengir sebentar. “Sepertinya saudari kita yang manja ini ingin melakukan olahraga,” jawabnya tanpa dosa dan tanpa perasaan bersalah.

Matt melemparkan pandangan pada Bianca yang berdiri di ujung tangga. Dia menyeringai dengan mata merah dan taring mencuat. Matt memaklumi bahwa Bianca akan bertingkah seperti ini karena dia belum pernah merasakan darah manusia selama ini. Wajar saja kalau dia tergoda dengan aroma darah segar.

“Kenapa kau diam saja, Matt? Tangkap dia! Kalau tidak dia akan mengamuk di kamar Selena!” protes Henry.

Matt memejamkan matanya dan geleng-geleng kepala karena harus dia juga yang turun tangan untuk menenangkan Bianca.

“MINGGIR KALIAN!” teriak Bianca marah.

Matt bersedekap di depan pintu kamar Selena. Wajahnya menantang Bianca yang di luar kontrol.

“Silakan masuk kalau kau bisa melewatiku,” jawab Matt dengan tenang.

“Rrrggh!!” Bianca merasa tertantang dan diremehkan. Dengan cepat dan sekelebat dia langsung mendekati Matt dan menyerangnya.

Namun tanpa perlu perlawanan kuat dan membuang tenaga, Matt bisa langsung menangkap dua tangan Bianca. Jelas saja vampir yang kekuatannya ada di bawah Matt itu langsung meronta ingin melepaskan diri.

“LEPASKAN AKU!!” raung Bianca tidak terima dia dikalahkan dengan mudah oleh Matt.

“Kau mau dikunci dalam gudang, Bia?!” ancam Matt dengan geram.

“AKU INGIN DARAH ITU!” teriaknya lagi.

Matt menggelengkan kepala dengan ekspresi meremehkan. “Tidak akan bisa.”

“MATT!” bentaknya marah.

Tidak ada waktu lagi untuk Matt berbelas kasihan. Dia langsung menyeret Bianca ke dalam sebuah gudang. Tempat berdebu di mana tidak ada lampu sedikit pun. John sengaja membuat ruangan itu untuk menghukum salah satu anak adopsinya. Setiap rumah yang dibangun John selalu memiliki ruangan khusus untuk hukuman.

“Masuklah!” perintah Matt sambil melemparkan Bianca ke dalam sana dan dengan cepat menutup kembali pintu sebelum gadis itu melompat keluar.

Dug, dug, dug! Pintu digedor dari dalam.

Henry yang melihat itu langsung terbahak menertawakan Bianca yang dihukum oleh Matt. Sementara Matt langsung meliriknya dengan tajam.

“Apa kau juga ingin kuhukum karena sudah menghancurkan sebagian isi rumah ini, Henry?” ancam Matt.

Tawa Henry langsung lenyap. Dia tidak berani membuka mulut dan hanya menggeleng cepat karena tidak mungkin ada yang suka berada di dalam ruangan itu.

“Bereskan semua kekacauan yang kau buat dan aku akan kembali ke kamar Selena,” perintahnya lagi dengan tegas.

“Baik, Matt!” jawab Henry dengan semangat. Untuk ukuran seorang vampir, membersihkan rumah bukanlah hal yang sulit. Terlebih mereka termasuk golongan penghuni bumi yang kaya raya. Tentu saja tidak akan masalah apabila mereka mengganti kembali perabotan dengan yang baru.

Di dalam kamar Selena, John menatap wajah gadis berkulit pucat itu. Selena menutup matanya dan tampak tenang seperti mayat yang baru saja meninggal. Tidak ada gerakan napas di dadanya.

“Ayah,” bisik Matt yang tiba-tiba saja ada di samping.

John menoleh dan melihat Matt. “Bagaimana dengan adik-adikmu?”

“Bianca sekarang ada di ruang hukuman,” jawab Matt. “Dan … Henry membereskan kekacauan. Perabotan hancur karena perkelahian mereka berdua,” jelasnya.

John tidak menanggapi lagi. Dia kembali menatap Selena.

“Ada apa dengannya? Aku belum pernah melihat Selena seperti itu,” gumam Matt.

“Dia … tanpa sengaja melihat darah segar manusia,” jawab John.

“Benarkah?”

“Aku tidak tahu di mana dia melihat darah itu. Yang jelas dia sedang berusaha berperang dengan batinnya agar tidak merasakan darah manusia.”

“Tapi … kenapa Ayah memberikan darah manusia pada dia? Bukankah dia berusaha menolaknya?” heran Matt.

“Hanya itu satu-satunya jalan. Kalau dia tidak meminum darah itu, sampai kapan pun dia tidak akan kembali menjadi normal.”

Matt memperhatikan wajah Selena. Tidak ada taring yang keluar lagi. Sepertinya dia memang sudah kembali menjadi Selena yang dulu. Semua berkat darah segar manusia.

“Aku tidak tahu kalau dia bisa tergoda ingin meminum darah manusia,” lirih Matt. “Sejauh ini dia bisa menahan diri saat bulan purnama.”

“Tidak aka nada vampir yang bisa menahan diri ketika melihat darah manusia keluar dari tubuh mereka. Bahkan aku saja mungkin akan sulit untuk menahan diri,” ungkap John.

“Lalu … apa tidak apa-apa dia merasakan darah itu?”

“Jangan beritahu Selena tentang ini. Aku yakin dia akan sangat marah pada kita karena sudah memasukkan darah di dalam tubuhnya. Tentu saja dia yang dingin akan menjadi murka,” kata John.

Matt mengangguk paham. Dia lalu duduk di samping Selena dan menyentuh tangan gadis itu. Begitu lembut seperti kulit bayi. Wajahnya juga sedikit bersinar dan tidak seperti biasanya.

“Dia sangat cantik,” lirih Matt tiba-tiba.

John mengerutkan keningnya. “Apa maksudmu?”

Matt yang sadar dengan ucapannya langsung salah tingkah dan kembali berdiri. “M‒maksudku … dia ….”

“Kau menyukai Selena?” tebak John.

Matt tidak menjawab. Dia hanya membalas tatapan dingin ayahnya. Entah harus menjawab apa, dia merasa kalau itu akan membuat John marah padanya.

“Tidak,” jawab Matt singkat.

John terus memindai wajah Matt, menerka apakah tebakannya keliru atau benar. Namun, beruntungnya di waktu bersamaan Selena membuka mata.

“Elle!” seru Matt kembali duduk di tepi tempat tidur.

Selena menatap Matt sepintas lalu melemparkan pandangan ke John.

“Kamu baik-baik saja sekarang,” ucap John dengan senyum bagaikan malaikat.

Selena bangun dan meraba bagian wajahnya. Yang pertama dia sentuh adalah bagian bibir. Tidak ditemukannya taring. Selena langsung memejamkan mata tanda lega.

“Aku kenapa?” tanya Selena pada John.

“Kamu ….” John melirik sebentar ke arah Matt. “Kamu mengalami perubahan, Elle.”

“Perubahan?”

“Ya … karena kamu melihat darah manusia secara langsung,” jelasnya lagi.

Selena terdiam dan dia mengingat kembali apa yang terjadi sebelumnya. Dia ingat bagaimana Syilea yang terperosok di antara kayu lapuk teras rumah Rain. Dia juga mengingat bagaimana bisikan-bisikan di dalam kepalanya untuk mencicipi darah itu namun dia memilih untuk pergi saja.

Adegan demi adegan berganti sampai akhirnya ingatannya terhenti saat dia menutup pintu rumahnya dan John yang menghampiri dirinya lebih awal.

“Setelah itu, apa yang terjadi padaku?” tanya Selena meminta jawaban pada John.

“Mmm … tidak ada. Kamu dibawa Matt ke kamar dan kami di sini hingga sadar,” jawab John dengan tenang.

Selena sekarang benar-benar lega. Tidak ada yang harus dikhawatirkan lagi. Batinnya merasa bersyukur karena tidak perlu merasakan darah menjijikan. Tanpa dia tahu bagaimana kejadian sebenarnya.

-Bersambung-

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Kikiw
udah sampe sini
goodnovel comment avatar
Soeria Laksana
cerita unik, beda dari yg lain...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • The Lunar   SENJA

    “Ketika menginginkanmu hanya sebuah ambisi. Maka, biarkan aku terus berjuang meski hanya sendiri.”***Ada keanehan dalam raut wajah Selena setelah sadar apa yang terjadi pada rumahnya. Seluruh perabotan hancur dan sebagian sudah dibersihkan oleh Henry. Matt yang berjalan di belakangnya tidak bersuara. Dia hanya diam dan menunggu Selena bertanya. Tetapi kalau Selena tidak mengajukan pertanyaan, maka Matt tidak perlu mengatakan apapun untuk menjelaskan.“Henry,” panggil Selena.Henry melepas headphone yang terpasang menutupi kedua telinganya. Di tangannya memegang karung berisi pecahan vas bunga. Dia menoleh ke belakang dan tersenyum lebar melihat Selena yang menyapanya terlebih dulu.“Hey … senang melihatmu baik-baik saja, Elle.” Henry tersenyum tulus seperti biasa. Dia menatap sekilas Matt yang berdiri canggung di belakang perempuan itu.“Apa yang terjadi?” tanya Selen

    Last Updated : 2021-06-05
  • The Lunar   PENASARAN

    “Rasa penasaran ini mencambuk hingga membuat memar hatiku.” *** Langit senja begitu mendung. Rain yakin kalau sebentar lagi akan turun hujan. Sebelum keroyokan air dari langit itu menjatuhi bumi, lebih baik dia mengunci pintu depan rumahnya. Sambil memegang sebatang lilin yang diletakkkan dalam wadah mirip gelas berwarna perak, Rain berjalan menuruni anak tangganya. Rumahnya mulai gelap karena tirai-tirai yang tidak pernah lagi dibuka sejak kematian kedua orang tuanya. Uang untuk hidup pun hanya dari sisa-sisa warisan keluarga yang masih bisa disimpannya dengan baik. Itulah sebabnya dia sangat ingin cepat lulus sekolah agar bisa bekerja dan hidup di kota yang jauh dari Breavork. Memulai hidup baru dengan menjadi Rain yang lain. Bukan Rain yang tenggelam karena masa lalu. Tap … tap … tap …. Rain mengerutkan keningnya saat mendengar suara dari depan pintunya. Siapa? … batinnya. Rain memindahkan gelas li

    Last Updated : 2021-06-06
  • The Lunar   MENJADI TEMAN

    “Mungkin kita pernah bertemu sebelumnya. Hanya kau saja yang tidak menyadarinya.”***Syilea masih beringsut ke tepi tempat tidur ketika suara ketukan semakin cepat dan berulang-ulang. Dida tidak yakin kalau itu adalah manusia. Namun, tiba-tiba sebuah suara terdengar dan membuatnya mengernyit.“Lea!” panggilnya dari luar.Syilea menyibak selimut yang melindungi dirinya. Turun dari tempat tidur dan mencoba berjalan menuju jendela meski sangat ketakutan. Hanya karena dia kenal suara tersebut, makanya dia meyakinkan diri.Krieet … Syilea menggeser tirai dan melihat dari balik kaca. Tampak di bawah ada Selena yang berdiri menatap lurus ke arah jendelanya.“ELLE?!” seru Syilea lalu membuka jendela dan berbicara dari atas. Dia melihat di tangan Selena memegang beberapa kerikil. Ternyata Selena melempari jendelanya dengan benda kecil itu. Malu rasanya ketika Syilea sadar bahwa dia berpikir sudah d

    Last Updated : 2021-06-11
  • The Lunar   KEJADIAN DI DEPAN KELAS

    “Apa saja yang kau lakukan, selalu menyita atensiku. Kenapa?”***Keesokan harinya. Tidak ada yang spesial atau berubah dari hari-hari sebelumnya. Selena yang masih dengan sifat pendiamnya dan Bianca yang masih sebal karena kejadian kemarin. Gadis itu merengut dan tidak ingin bicara pada siapa pun termasuk John. Dia tengah mengajukan protes tutup mulut dengan wajah datar.“Ayolah, Bia … aku kan sudah minta maaf padamu,” rengek Henry yang mengikuti langkah kaki Bianca menuju mobil yang siap mengantar mereka ke sekolah.Bianca yang berjalan menuju mobil sambil bersedekap tidak ingin menjawab bahkan menoleh pun tidak.“Biaaa ….” Suara Henry terdengar seperti anak kecil yang meminta gula-gula pada orang tuanya. Dia tidak menyerah meminta maaf pada Bianca meski itu bukan salahnya sepenuhnya.Sementara itu Selena yang duduk tenang di dalam mobil sambil membaca novel mulai risih dengan kela

    Last Updated : 2021-06-11
  • The Lunar   BATIN YANG TERIKAT

    “Andai aku memiliki jantung. Mungkin sekarang detakannya akan terdengar sampai keluar.”***Selena tidak dapat membuka suara. Dia bungkam dan seolah semua yang ada di bumi berhenti bergerak. Bumi berhenti berputar dan waktu menjadi terhenti. Tatapan dalam dan teduh dari sepasang netra biru itu menyita seluruh perhatiannya. Dua mata indah penuh kesedihan yang mendalam tersimpan di dalamnya. Selena tidak dapat membaca apa yang ada di dalam pikiran Rain.Sementara lelaki itu juga melakukan hal yang sama. Untuk pertama kalinya dia melihat wajah Selena lebih dari tiga detik. Mengagumi paras yang terpahat sempurna dimiliki gadis bertubuh kurus dan tinggi itu. Bibirnya begitu merah seperti darah yang menetes di atas tumpukan salju putih. Rambut hitamnya bergelombang dan tersisir rapi. Hidung mancungnya begitu kecil sama seperti bibirnya yang sekarang tengah sedikit terbuka. Rain belum pernah melihat perempuan berwajah malaikat seperti Selena.

    Last Updated : 2021-06-12
  • The Lunar   OMONG KOSONG

    Selena bak bintang lapangan, dia begitu menguasai olahraga voli. Bukan hanya Selena, bahkan saudaranya juga seperti itu. Matt tidak ingin kalah oleh adiknya. Dia terlihat begitu unggul dalam permainan ini. Seolah paket sempurna dimiliki mereka berdua, semua murid langsung saja mengidolakan Selena dan Matt.Selama jam pelajaran olahraga berlangsung, Selena tidak melihat kehadiran Rain. Lelaki itu lagi-lagi bolos pelajaran ini.Apa yang dia inginkan di sekolah kalau apa saja dia lewatkan? Kenapa dia harus sekolah? Lebih baik dia di rumah saja. Dasar manusia aneh! … Selena terus memaki dalam hati saat sadar Rain hanya duduk di tribun sambil membaca buku.“Lea,” panggil Selena pada Syilea yang sedang duduk di lantai meluruskan kakinya yang pegal-pegal.“Ya?”Selena duduk di samping Syilea. Dia tidak tampak kelelahan sedikit pun meski sudah mengeluarkan banyak tenaga dan itu aneh pikir Syilea.“Kenapa

    Last Updated : 2021-06-12
  • The Lunar   BENCI DAN TAK PEDULI

    “Hal yang paling kubenci adalah saat aku tidak bisa membenci orang yang membenciku.”***Bianca begitu berani karena dia memutuskan untuk keluar dari sekolah sementara pelajaran masih berlangsung. Dia menyelinap keluar lalu berjalan lewat belakang sekolah, di mana tidak banyak orang-orang yang akan lewat sana.Pohon pinus yang tinggi dan besar menjulang ke langit. Dia terus berjalan dengan mata mengawasi sekitar. Memperhatikan apakah aka nada mangsa yang bisa dia buru hari ini. Dahaga yang dia rasakan sudah sangat tidak tertahankan.Diam-diam dia menyetujui permintaan Henry untuk tidak membuat onar dengan cara mencari manusia untuk dijadikan tumbal. Cukup dia mencari rusa di hutan untuk diambil darahnya lalu mencabik sehingga terlihat bahwa si rusa malang itu telah dimakan binatang buas. Setidaknya itu yang selalu mereka lakukan.“Kenapa tidak ada rusa satu pun?!” geram Bianca.Tenggorokannya semakin terasa p

    Last Updated : 2021-06-13
  • The Lunar   HILANGNYA BIANCA

    “Berterima kasih lah pada semesta dan Tuhan karena kau masih diberikan napas.”***Syilea tampak merasa sangat bersalah. Beberapa kali dia berbisik pada Selena selama jam pelajaran untuk memaafkan dirinya. Meski bingung apa yang terjadi pada teman sebangkunya, setidaknya Syilea merasa tidak enak hati karena sudah membuat Selena mual hingga muntah seperti itu.“Padahal coklatnya masih bagus. Mana mungkin aku memberikanmu coklat yang sudah basi,” ucap Syilea setelah pulang sekolah. Dia terus berjalan mengimbangi langkah cepat Selena yang menuju ke pintu gerbang.“Sudah kubilang tidak masalah, Lea … aku hanya sedang tidak sehat. Pencernaanku begitu buruk hari ini, makanya aku mual,” jawab Selena mencoba menenangkan Syilea dari perasaan bersalah.“Benarkah? Aku sungguh-sungguh meminta maaf,” ucapnya lagi.Selena memaksakan senyumnya dan mengangguk. Di depan sana berjarak sekitar lim

    Last Updated : 2021-06-14

Latest chapter

  • The Lunar   AKHIR BAHAGIA. SAMPAI JUMPA

    Setelah musim panas berakhir, maka masuklah musim paling syahdu yaitu musim gugur. Sisa hawa panas memang masih ada, namun angin pun sudah mulai berembus. Selena memakai kaos tipis yang dilapisi dengan mantel panjang berwarna merah favoritnya, Ia tampak begitu sangat cantik malam ini. Terlebih jeans panjang dengan sepatu ankle boot hitam membuatnya menjadi tampak sempurna.Sama seperti Selena, Bianca dan Erika pun juga memakai outfit yang sama meski beda warna dan hiasan baju lainnya. Mereka semua sudah siap untuk pergi ke festival musim gugur bersama dengan pasangan masing-masing.“Aku tidak memiliki pasangan. Lalu, nanti sama siapa setelah di sana?” tanya Erika kebingungan.“Jangan cemas. Kamu bisa bersamaku, Bianca atau Syilea.” Selena mencoba menenangkan Erika.“Aku tidak ingin mengganggu kesenangan kalian,” tolak Erika dengan segan.“Ah, begini saja … bagaimana kalau kita tidak usah berpencar? K

  • The Lunar   BERKAT LANGIT DAN BUMI

    Syilea sangat terkejut dengan serangan ciuman dari Henry. Pupil matanya membulat sempurna tatkala sebuah memori ingatan melemparkannya ke suatu tempat yang aneh. Di mana ia melihat dirinya dan Henry yang sedang berciuman di ruang tamu rumahnya, pernyataan cinta dari Henry, hadiah bunga dan jalan-jalan malam di festival hingga akhirnya ia melihat seorang vampir yang berdiri di hadapannya dengan seringai menyeramkan beserta taring tajam.Jantung Syilea berdentam dengan sangat cepat ketika dia potongan memori ingatannya kembali seperti puzzle yang mulai tersusun hingga membentuk gambar sempurna.Satu detik … Dua detik … Tiga detik … Empat detik … Lima detik.Seketika pandangan Syilea menjadi samar bersamaan dengan Henry yang menarik mundur wajahnya. Dengan tatapan sayu, Syilea menatap Henry yang dikenalnya sebagai kekasihnya, bukan orang asing lagi.“Henry,” bisik Syilea dengan lirih.“Apa kamu sudah ingat

  • The Lunar   ENERGI BERCINTA

    Keesokan harinya, Selena sudah bersiap menuju sekolah dijemput Rain seperti biasa. Seperti yang dikatakan Arion tadi malam, mulai hari ini dia tidak akan muncul lagi di hadapannya. Perpisahan tadi malam sudah cukup menguras emosinya hingga membuat Selena merasakan seperti ada duri tertancap di hatinya.“Kenapa aku merasa tidak rela untuk kehilangannya?” gumam Selena sambil berjalan menuju anak tangga.“Elle … berangkat dengan Rain?” tanya Bianca yang tiba-tiba saja berjalan di sisinya.“Ya.” Selena menjawab singkat.“Ada apa denganmu? Wajahmu terlihat linglung,” heran adiknya.“Bia … apa kamu tahu kalau Arion pergi?” tanya Selena akhirnya pada Bianca.“Iya, tau. Ayah sudah menceritakan pada kami semua tadi malam saat kamu dan dia pergi jalan-jalan,” jawab Bianca.“Kenapa kamu tidak sedih?”“Buat apa? Dia kan hanya pergi untuk

  • The Lunar   CIUMAN PERPISAHAN

    Masih di bar khusus para vampir. Selena tidak meminum apapun, ia hanya melihat Arion yang sudah menghabiskan empat gelas kecil berisi darah manusia.“Sepertinya kamu sudah terlalu lama menahan ini semua,” sindir Selena pada Arion yang meletakkan gelas terakhir di atas meja.“Maafkan aku. Tidak mudah untuk membuang kebiasaan,” jawab Arion yang memberi kode pada bartender untuk mengisi gelasnya lagi.“Setidaknya sekarang kamu sudah bersahabat dengan kata maaf,” jawab Selena tersenyum. “Setelah ini, kamu ingin membawaku kemana lagi?”“Pantai,” jawab Arion.Selena mengernyit dan bingung. “Pantai?” ulangnya.“Bukankan kamu sangat suka melihat laut?” tanya Arion.Selena mengangguk. Ia tak membantah tebakan Arion. “Ya. Aku suka.”“Laut akan terlihat indah bila dilihat saat malam hari,” lanjut Arion lalu kembali minum.&ld

  • The Lunar   SELENA - ARION (1)

    Para gadis sudah tiba di rumah saat pukul delapan malam. Saat itulah mereka melihat para lelaki berkumpul di ruang keluarga. Ada John, Arion, Stefan, Henry dan Matt. Mereka tengah berbincang santai dan sesekali terdengar tawa karena joke yang dilontarkan oleh Arion.Selena tersenyum ketika melihat bagaimana Arion yang berdiri di depan mereka semua sambil membawakan sebuah lelucon seolah sedang melakukan stand up, lalu terdengar suara tawa Henry yang paling keras.“Hai, girls … sudah selesai bersenang-senangnya?” tanya Matt ketika sadar dengan kehadiran Bianca, Selena dan Erika.Bianca menghampiri Matt dan langsung duduk di pangkuan lelaki itu tanpa malu dilihat oleh John dan Stefan. Lagipula mereka adalah keluarga, bersikap romantis di depan keluarga bukan hal yang aneh, kan?“Ya … itu tadi adalah shopping paling menyenangkan,” ungkap Bianca dengan penuh semangat yang menggebu-gebu. Ia lalu melemparkan pandangan pada

  • The Lunar   ERIKA WALTER

    Sambungan via telepon handphone antara Henry dan Syilea ….“Kenapa kamu baru tiba di rumah?” tanya Henry setelah teleponnya baru diangkat oleh gadis tersebut dan Syilea mengatakan bahwa dia baru saja sampai rumah.“Aku harus pergi ke rumah sakit untuk bertemu dengan ibu sebentar,” jawab Syilea jujur.Henry mengangguk paham. “Seharusnya kamu tidak perlu menolak tawaranku ketika ingin mengantarkanmu pulang,” sesalnya lagi.“Tidak apa-apa. Aku tidak ingin merepotkanmu. Kita hanya teman dan seharusnya aku harus tahu batasan,” jelas Syilea dengan bijaksana.“Kalau begitu … bagaimana jika seandainya kita bukan hanya sekedar teman?” pancing Henry.“Ma-maksudmu?” gagap Syilea mendengar hal yang bisa langsung dia asumsikan tentang hal lebih dari teman.“Ya, maksudku … seperti hubungan yang lebih dekat,” jawab Henry pelan. Dia sendiri merasa

  • The Lunar   MAKE OVER

    Selena membawa Erika ke kamar yang akan ditinggali oleh gadis penyihir itu. Sengaja ia memilihkan kamar dengan kasur baru dengan alasan khusus untuk manusia.“Karena kamu membutuhkan tidur yang nyenyak daripada kami,” kata Selena saat mendapati Erika yang begitu sungkan.“Terima kasih,” ucap Erika dengan tulus.“Tapi … apa kamu tidak takut tinggal serumah dengan banyak vampir?” tanya Selena ragu.Erika hanya tersenyum penuh arti. “Bahkan sebelumnya aku pernah serumah dengan vampir yang sangat bengis dan haus darah manusia.”Selena mengerti siapa yang dimaksud oleh Erika. Tentu saja dia adalah Arion. Mereka memang pernah serumah dan bahkan bercinta karena memiliki hubungan khusus.Erika mulai mengeluarkan beberapa pakaiannya yang usang dan lusuh lalu membuka lemari. Selena mengernyit melihat pakaian penyihir itu. Baru dia sadari ada sesuatu yang memprihatinkan sekarang.“Erik

  • The Lunar   PENGHUNI BARU

    Rain dan Selena hari ini pulang sekolah sambil berjalan kaki. Ini sesuai permintaan Selena yang katanya rindu berjalan-jalan di tengah hutan sambil menuju rumahnya sendiri. John sudah menyampaikan pesan lewat Arion yang datang ke sekolah untuk menyuruh semua anaknya pulang ke rumah tepat waktu. Tidak ada yang boleh mampir ke suatu tempat apalagi pacaran kata Arion tadi. Dan tentu saja mendapat dengusan sebal dari Selena dan Bianca.“Memangnya ayah kenapa menyuruh kita langsung pulang?” tanya Selena pada Rain. Mereka berjalan sambil berpegangan tangan satu sama lain.Rain mengedikkan bahu. “Aku tidak tahu. Mungkin ayah kalian ingin mengumumkan sesuatu mungkin.”“Apa ayah akan menikah lagi?” tanya Selena dengan tatapan tak percaya.“Masa? Bukankah ayah kalian tidak dekat dengan siapapun juga,” heran Rain yang kurang percaya dengan kesimpulan tak masuk akal dari Selena.“Selama ini ayah paling pint

  • The Lunar   COSPLAY VAMPIRE

    Keesokan harinya John dan Arion akhirnya memutuskan untuk menemui Stefan di kediamannya. Sebuah rumah kecil dengan dinding kayu di tengah hutan. Pagar kayu setinggi pinggang orang dewasa dan ada pohon di depannya. Bisa ditebak bahwa pohon tersebut adalah pohon cokelat yang tumbuh dengan suburnya. Stefan sengaja membangun rumah di samping pepohonan cokelat agar bisa bertahan hidup.Melihat kehadiran Arion dan John yang datang bersama-sama awalnya membuat Stefan sedikit kaget, namun pada akhirnya ia tersenyum dan mempersilakan dua anak adopsinya masuk ke dalam.Arion memerhatikan sekitar rumah yang begitu hangat meski tak terlalu besar. Beda dengan rumahnya yang mewah dan besar namun terasa dingin.Stefan memberikan dua gelas cokelat hitam panas pada dua lelaki yang dia sayangi. Lelaki tua itu tersenyum bijaksana dan terlihat jelas bagaimana ia senang melihat kehadiran kakak beradik itu. Melihat keakuran yang akhirnya terjalin di antara keduanya. Stefan benar-bena

DMCA.com Protection Status