Rain sudah bisa langsung menebak ke mana perginya Selena. Dia sudah menunggu gadis itu selama satu jam dalam kamar tanpa ada yang tahu seorang pun. Niat awalnya hanya ingin memberikan sesuatu pada Selena, sebuah hadiah kecil untuk sang kekasih. Tapi, fakta menyakitkan ketika dia tahu apa yang dilakukan Selena di belakangnya.
“Aku tidak menyangka kalau ternyata kamu ….” Rain bahkan tidak bisa melanjutkan kalimatnya.
“Rain, aku bisa menjelaskan semuanya,” lirih Selena dengan segenap kekuatan agar lidahnya yang kelu bisa digerakkan.
Rain hanya tersenyum pahit. “Seharusnya kamu memiliki alasan yang masuk akal yang bisa kuterima,” bisiknya kemudian melemparkan sesuatu yang sejak tadi digenggamnya.
Sebuah benda kecil dengan rantai panjang langsung terbidik pada sebuah lemari kaca berisi buku-buku milik Selena. Lemparan yang sangat kuat itu membuat kaca tersebut menjadi pecah berserakan di lantai. Selena terpekik saat t
John mendengar keributan di kamar Selena langsung keluar dari ruang kerjanya. Ia berhenti sesaat di depan pintu saat melihat Rain yang melesat keluar dengan ekspresi murka. Ingin dia dekati tapi diurungkannya ketika Matt yang memutuskan untuk mengejar lelaki itu.Sekarang John berlari menuju kamar putrinya dengan perasaan waswas.“Elle!” seru John sebelum mencapai kamar gadis itu. Dan ketika sudah berada di ambang pintu, dia melihat Selena yang terduduk dengan gaun cantik, di sisi kiri gadis itu tampak serpihan kaca yang pecah.“Elle! Apa yang terjadi?” panik John sembari bergegas menghampiri Selena.Selena tidak menjawab, dia masih terguncang atas apa yang terjadi. John melihat kembali ke serpihan kaca pecah di atas lantai dan terfokus pada sebuah kalung dengan batu ruby berkilau. Keningnya berkerut kemudian mengerti kenapa kaca lemari itu pecah berkeping-keping, tentunya karena tembakan dari kalung tersebut.John memegang
Mendengar kalimat sinis yang dilontarkan oleh Rain, Arion langsung terbahak-bahak. Ia tak ingin langsung dikalahkan oleh kalimat sederhana walau sebenarnya sangat menusuk itu.“Hahahaa. Lucu sekali!” sindirnya terus tertawa.“Jangan tertawa! Suaramu jelek!” ejek Bianca dengan jujur.Arion langsung menghentikan tawanya dan menatap kesal Bianca yang bersedekap. “Nilaimu nanti yang akan kubuat jelek, gadis nakal!” ujarnya.Bianca hanya melengos tak peduli, mengabaikan guru tampannya yang memiliki garis leher yang maskulin dengan bahu bidang itu. Terus terang saja dalam hatinya pernah berandai-andai kalau saja Arion tidak menyebalkan, tentu lah ia akan merasa senang untuk mengakui bahwa lelaki itu adalah pamannya.“Henry,” kata Arion lagi.Yang dipanggil langsung menegakkan posisi berdirinya. Sesungguhnya dia sangat ketakutan sekarang. Tentunya bukan takut pada Arion, melainkan pada keluarganya sen
Selena menceritakan semuanya pada John, tak kurang satu pun. Ia menyesal karena harus bercerita sekarang. Seharusnya sebelum dia menginjakkan kaki di rumah Arion dengan menggunakan gaun cantik itulah dia bertukar pikiran dengan keluarganya.Sekarang bukan hanya Rain yang tengah dilanda kecewa, ayahnya pun merasakan hal itu. Hanya saja John tidak menunjukkan dengan jelas bagaimana rasa kecewa yang dia rasakan sekarang.“Kamu tahu, Elle … yang membuat Ayah sedih bukan hanya karena kamu yang tidak memberitahu kami soal ini, tapi … Ayah juga sedih kalau seandainya saja terjadi sesuatu hal yang buruk padamu sewaktu bersamanya,” tutur John.Selena mengerti. Ia tidak akan menyalahkan pikiran berlebihan ayahnya. Yang patut disalahkan adalah murni dirinya sendiri. “Aku tahu kalau yang kulakukan hanyalah sebuah kebodohan, Ayah. Wajar kalau kalian marah padaku. Bahkan … Rain saja tidak sudi menatapku,” lirih Selena.John
Selena melangkah sendirian di koridor sekolah dengan pikiran melayang kemana-mana. Ini adalah pertama kalinya dia bertengkar dengan lelaki hingga membuat dirinya tidak fokus untuk melakukan apapun.“Kenapa rasanya sangat berbeda ketika bertengkar dengan saudara dan pacar. Saat bersama Matt dan Henry, aku tidak pernah kepikiran sampai seperti ini. Tapi … kalau bertengar dengan Rain membuat hatiku sesak. Huh!” gerutu Selena dengan tangan memegang tali tas ranselnya.Memikirkan Rain selama perjalanan membuatnya tidak fokus bahwa sekarang di depannya sudah berdiri Arion yang siap menyambutnya dengan senyuman.“Selamat pagi, Selena,” sapa Arion dengan ramahnya.Selena terlonjak kaget dan refleks mundur ke belakang. Ia menatap Arion yang tampak bersahabat. Di tangan lelaki itu memegang satu tas yang bisa ditebak isinya adalah buku-buku dan peralatan mengajar lainnya. Penampilan lelaki itu memang layaknya seorang guru, begitu rapi
“Selena sudah berangkat lebih awal?” tanya John yang menyetir mobil untuk mengantarkan Bianca dan Henry menuju sekolah.Henry duduk di samping John sementara Bianca sendirian di belakang sambil memasang sarung tangan kulitnya. Ia masih saja menggunakan sarung tangan itu demi terhindar dari kontak fisik dari lawan jenis. Semenjak dia bersama dengan Matt, Bianca tidak pernah lagi memburu pria.“Ya … sepertinya dia ingin menjemput Rain,” jawab Henry yang fokus pada jalanan di depan.Ayahnya hanya mengangguk dan tak menjawab. Tak lama Bianca mulai berceletuk.“Bukankah seharusnya Rain mengabaikan Selena?”Henry memutar badannya dan melihat Bianca yang memberikan senyum tanpa dosa kepadanya.“Kenapa dia harus mengabaikan Selena?” tanya Henry dengan mata menyipit.“Kenapa kamu bertanya seolah tidak tahu apa-apa?” singgung Bianca.Sekarang Henry mengerti. Ia memi
Syilea masih berada dalam kamar sambil rebahan dengan satu majalah di tangannya. Sebenarnya dia ingin ke sekolah hari ini, akan tetapi ibunya jelas melarang dan memintanya untuk istirahat sehari lagi. Meski berat hati, Syilea akhirnya setuju dan mengalah untuk tidak melihat SMA Valley hari ini.Sambil mendengarkan musik yang dimainkan dengan volume sedang, ia terus membolak balikkan lembaran majalah. Bosan, tentu saja. Tapi, dia tak bisa berbuat apa-apa. Tidak ada kegiatan lain kecuali duduk atau rebahan di atas tempat tidurnya.Saat sedang fokus menatap majalah yang menampilkan foto-foto para gadis kurus dengan kaki jenjang dan pakaian indah, Syilea dikejutkan oleh sesuatu.Tuk! Tuk! Tuk! Sumber suara berasal dari jendela kacanya yang tertutup rapat.Syilea melihat ke arah jendela dengan pandangan heran. Ia menyibak selimut yang menutupi bagian paha hingga ke jari kakinya lalu turun dari tempat tidur.“Apa itu?” gumam Syilea yang berja
Syilea merasa dirinya tidak aman berada di rumah sendirian. Kejadian burung gagak hitam yang menjadi tamu tak diundang itu membuat hatinya sedikit cemas kalau nanti akan terjadi hal aneh lagi.Dengan bergegas dan terburu-buru, Syilea meraih jaketnya dan berjalan menuju pintu keluar. Dia sudah memutuskan untuk pergi ke toko buku sekarang demi menyelamatkan dirinya yang ketakutan.Sepatu sneakers sudah mengambil alih posisi sandal rumah yang sejak tadi dipakainya. Tak lupa mengunci pintu, ia langsung pergi ke tempat yang tidak membuatnya sendirian.Lima menit sudah Syilea berjalan dengan langkah besar. Sesekali dia menoleh ke belakang dan merasa ada yang tengah mengikutinya.Itu hanya perasaanku saja. Tidak mungkin akan terjadi hal buruk ketika aku berada di luar seperti sekarang. Aku harus teriak kalau ada hal yang aneh, batin Syilea sembari menenangkan hatinya.“Lea!” panggil seseorang tiba-tiba saja dari belakangnya.Ti
John duduk berhadapan dengan Stefan di sebuah rumah kecil berdinding kayu. Memakan waktu dua jam untuk menghampiri rumah yang terletak di dalam hutan, kota tetangga. John mendapatkan alamat Stefan saat dirinya mencoba berinteraksi lewat telepati dengan lelaki tua itu tdai malam. Dan sekarang di sini lah dia berada, ruang tamu kecil dengan dua kursi dan satu meja kecil persegi.“Apa yang membawamu kemari?” tanya Stefan dengan suara berat yang khas.“Kupikir Arion tidak akan melepaskanku begitu saja. Setelah dia mencoba membunuhku sekarang dia membuat masalah lain,” jawab John dengan nada lelah.Tentu saja pikiran John sangat lelah. Semenjak kehadiran Arion di Breavork, kehidupannya yang damai dan tenang sebelumnya menjadi penuh dengan masalah. Tidak ada dalam satu hari pun ketenangan yang dia rasakan. Arion benar-benar berniat menghancurkan keluarganya.“Masalah apalagi yang dibuatnya?” tanya Stefan tenang.&ldquo
Setelah musim panas berakhir, maka masuklah musim paling syahdu yaitu musim gugur. Sisa hawa panas memang masih ada, namun angin pun sudah mulai berembus. Selena memakai kaos tipis yang dilapisi dengan mantel panjang berwarna merah favoritnya, Ia tampak begitu sangat cantik malam ini. Terlebih jeans panjang dengan sepatu ankle boot hitam membuatnya menjadi tampak sempurna.Sama seperti Selena, Bianca dan Erika pun juga memakai outfit yang sama meski beda warna dan hiasan baju lainnya. Mereka semua sudah siap untuk pergi ke festival musim gugur bersama dengan pasangan masing-masing.“Aku tidak memiliki pasangan. Lalu, nanti sama siapa setelah di sana?” tanya Erika kebingungan.“Jangan cemas. Kamu bisa bersamaku, Bianca atau Syilea.” Selena mencoba menenangkan Erika.“Aku tidak ingin mengganggu kesenangan kalian,” tolak Erika dengan segan.“Ah, begini saja … bagaimana kalau kita tidak usah berpencar? K
Syilea sangat terkejut dengan serangan ciuman dari Henry. Pupil matanya membulat sempurna tatkala sebuah memori ingatan melemparkannya ke suatu tempat yang aneh. Di mana ia melihat dirinya dan Henry yang sedang berciuman di ruang tamu rumahnya, pernyataan cinta dari Henry, hadiah bunga dan jalan-jalan malam di festival hingga akhirnya ia melihat seorang vampir yang berdiri di hadapannya dengan seringai menyeramkan beserta taring tajam.Jantung Syilea berdentam dengan sangat cepat ketika dia potongan memori ingatannya kembali seperti puzzle yang mulai tersusun hingga membentuk gambar sempurna.Satu detik … Dua detik … Tiga detik … Empat detik … Lima detik.Seketika pandangan Syilea menjadi samar bersamaan dengan Henry yang menarik mundur wajahnya. Dengan tatapan sayu, Syilea menatap Henry yang dikenalnya sebagai kekasihnya, bukan orang asing lagi.“Henry,” bisik Syilea dengan lirih.“Apa kamu sudah ingat
Keesokan harinya, Selena sudah bersiap menuju sekolah dijemput Rain seperti biasa. Seperti yang dikatakan Arion tadi malam, mulai hari ini dia tidak akan muncul lagi di hadapannya. Perpisahan tadi malam sudah cukup menguras emosinya hingga membuat Selena merasakan seperti ada duri tertancap di hatinya.“Kenapa aku merasa tidak rela untuk kehilangannya?” gumam Selena sambil berjalan menuju anak tangga.“Elle … berangkat dengan Rain?” tanya Bianca yang tiba-tiba saja berjalan di sisinya.“Ya.” Selena menjawab singkat.“Ada apa denganmu? Wajahmu terlihat linglung,” heran adiknya.“Bia … apa kamu tahu kalau Arion pergi?” tanya Selena akhirnya pada Bianca.“Iya, tau. Ayah sudah menceritakan pada kami semua tadi malam saat kamu dan dia pergi jalan-jalan,” jawab Bianca.“Kenapa kamu tidak sedih?”“Buat apa? Dia kan hanya pergi untuk
Masih di bar khusus para vampir. Selena tidak meminum apapun, ia hanya melihat Arion yang sudah menghabiskan empat gelas kecil berisi darah manusia.“Sepertinya kamu sudah terlalu lama menahan ini semua,” sindir Selena pada Arion yang meletakkan gelas terakhir di atas meja.“Maafkan aku. Tidak mudah untuk membuang kebiasaan,” jawab Arion yang memberi kode pada bartender untuk mengisi gelasnya lagi.“Setidaknya sekarang kamu sudah bersahabat dengan kata maaf,” jawab Selena tersenyum. “Setelah ini, kamu ingin membawaku kemana lagi?”“Pantai,” jawab Arion.Selena mengernyit dan bingung. “Pantai?” ulangnya.“Bukankan kamu sangat suka melihat laut?” tanya Arion.Selena mengangguk. Ia tak membantah tebakan Arion. “Ya. Aku suka.”“Laut akan terlihat indah bila dilihat saat malam hari,” lanjut Arion lalu kembali minum.&ld
Para gadis sudah tiba di rumah saat pukul delapan malam. Saat itulah mereka melihat para lelaki berkumpul di ruang keluarga. Ada John, Arion, Stefan, Henry dan Matt. Mereka tengah berbincang santai dan sesekali terdengar tawa karena joke yang dilontarkan oleh Arion.Selena tersenyum ketika melihat bagaimana Arion yang berdiri di depan mereka semua sambil membawakan sebuah lelucon seolah sedang melakukan stand up, lalu terdengar suara tawa Henry yang paling keras.“Hai, girls … sudah selesai bersenang-senangnya?” tanya Matt ketika sadar dengan kehadiran Bianca, Selena dan Erika.Bianca menghampiri Matt dan langsung duduk di pangkuan lelaki itu tanpa malu dilihat oleh John dan Stefan. Lagipula mereka adalah keluarga, bersikap romantis di depan keluarga bukan hal yang aneh, kan?“Ya … itu tadi adalah shopping paling menyenangkan,” ungkap Bianca dengan penuh semangat yang menggebu-gebu. Ia lalu melemparkan pandangan pada
Sambungan via telepon handphone antara Henry dan Syilea ….“Kenapa kamu baru tiba di rumah?” tanya Henry setelah teleponnya baru diangkat oleh gadis tersebut dan Syilea mengatakan bahwa dia baru saja sampai rumah.“Aku harus pergi ke rumah sakit untuk bertemu dengan ibu sebentar,” jawab Syilea jujur.Henry mengangguk paham. “Seharusnya kamu tidak perlu menolak tawaranku ketika ingin mengantarkanmu pulang,” sesalnya lagi.“Tidak apa-apa. Aku tidak ingin merepotkanmu. Kita hanya teman dan seharusnya aku harus tahu batasan,” jelas Syilea dengan bijaksana.“Kalau begitu … bagaimana jika seandainya kita bukan hanya sekedar teman?” pancing Henry.“Ma-maksudmu?” gagap Syilea mendengar hal yang bisa langsung dia asumsikan tentang hal lebih dari teman.“Ya, maksudku … seperti hubungan yang lebih dekat,” jawab Henry pelan. Dia sendiri merasa
Selena membawa Erika ke kamar yang akan ditinggali oleh gadis penyihir itu. Sengaja ia memilihkan kamar dengan kasur baru dengan alasan khusus untuk manusia.“Karena kamu membutuhkan tidur yang nyenyak daripada kami,” kata Selena saat mendapati Erika yang begitu sungkan.“Terima kasih,” ucap Erika dengan tulus.“Tapi … apa kamu tidak takut tinggal serumah dengan banyak vampir?” tanya Selena ragu.Erika hanya tersenyum penuh arti. “Bahkan sebelumnya aku pernah serumah dengan vampir yang sangat bengis dan haus darah manusia.”Selena mengerti siapa yang dimaksud oleh Erika. Tentu saja dia adalah Arion. Mereka memang pernah serumah dan bahkan bercinta karena memiliki hubungan khusus.Erika mulai mengeluarkan beberapa pakaiannya yang usang dan lusuh lalu membuka lemari. Selena mengernyit melihat pakaian penyihir itu. Baru dia sadari ada sesuatu yang memprihatinkan sekarang.“Erik
Rain dan Selena hari ini pulang sekolah sambil berjalan kaki. Ini sesuai permintaan Selena yang katanya rindu berjalan-jalan di tengah hutan sambil menuju rumahnya sendiri. John sudah menyampaikan pesan lewat Arion yang datang ke sekolah untuk menyuruh semua anaknya pulang ke rumah tepat waktu. Tidak ada yang boleh mampir ke suatu tempat apalagi pacaran kata Arion tadi. Dan tentu saja mendapat dengusan sebal dari Selena dan Bianca.“Memangnya ayah kenapa menyuruh kita langsung pulang?” tanya Selena pada Rain. Mereka berjalan sambil berpegangan tangan satu sama lain.Rain mengedikkan bahu. “Aku tidak tahu. Mungkin ayah kalian ingin mengumumkan sesuatu mungkin.”“Apa ayah akan menikah lagi?” tanya Selena dengan tatapan tak percaya.“Masa? Bukankah ayah kalian tidak dekat dengan siapapun juga,” heran Rain yang kurang percaya dengan kesimpulan tak masuk akal dari Selena.“Selama ini ayah paling pint
Keesokan harinya John dan Arion akhirnya memutuskan untuk menemui Stefan di kediamannya. Sebuah rumah kecil dengan dinding kayu di tengah hutan. Pagar kayu setinggi pinggang orang dewasa dan ada pohon di depannya. Bisa ditebak bahwa pohon tersebut adalah pohon cokelat yang tumbuh dengan suburnya. Stefan sengaja membangun rumah di samping pepohonan cokelat agar bisa bertahan hidup.Melihat kehadiran Arion dan John yang datang bersama-sama awalnya membuat Stefan sedikit kaget, namun pada akhirnya ia tersenyum dan mempersilakan dua anak adopsinya masuk ke dalam.Arion memerhatikan sekitar rumah yang begitu hangat meski tak terlalu besar. Beda dengan rumahnya yang mewah dan besar namun terasa dingin.Stefan memberikan dua gelas cokelat hitam panas pada dua lelaki yang dia sayangi. Lelaki tua itu tersenyum bijaksana dan terlihat jelas bagaimana ia senang melihat kehadiran kakak beradik itu. Melihat keakuran yang akhirnya terjalin di antara keduanya. Stefan benar-bena