Tiga puluh menit sebelumnya ….
John tampak terkejut ketika dirinya yang sedang menatap langit lewat jendela kamar Selena, mendengar suara erangan lirih laki-laki. Dia berpaling betapa terkejutnya saat melihat Rain yang sudah membuka matanya.
“Rain!” seru John terkejut bukan main dan segera menghampiri lelaki yang perlahan berubah wujud.
Bukan menjadi monster yang menakutkan, berbulu dan kuku runcing yang panjang. Melainkan tubuh atletis Rain semakin berisi dan tampak sempurna di setiap ototnya. Matanya yang terbuka bisa terlihat jelas netra merah darah itu.
John masih membeku di tempatnya berdiri tanpa berniat ingin menyentuh Rain. Dia hanya menyaksikan perubahan diri Rain yang secara pesat. Bibir anak lelaki itu mulai berubah warna menjadi merah. Kulitnya seputih salju dan begitu pucat persis seperti dirinya. Kuku-kukunya mengilap sempurna dan rambutnya terlihat sangat sehat dan bercahaya.
Bibir Rain yang semula mengatup sekaran
Atmosfir kegelapan begitu terasa di dalam hutan dan hanya para vampir saja yang dapat merasakannya. Bianca dan Matt saling pandang ketika dada mereka mendadak terasa sangat sesak. Begitu juga dengan Henry yang tiba-tiba saja menggenggam kuat tanpa sengaja tangan Syilea.“Aw!” rintih Syilea sedikit terkejut ketika Henry meremas tangannya.Henry langsung berpaling dan tersadar. Dengan cepat ia melepaskan tangan Syilea. “Maafkan aku,” ujarnya dengan sangat gelisah.“Ada apa? Apa ada satu masalah?” cemas Syilea ketika melihat ekspresi Henry yang sudah tidak menikmati acara malam itu.“Lea, aku harus pergi sekarang. Kamu jangan ke mana-mana dan tetap di keramaian. Mengerti?” pesan Henry dengan sangat cepat dan berdiri merapikan bajunya.“Kamu mau ke mana?” heran Syilea ikut berdiri dan kembali memegang lengan Henry seolah tak ingin ditinggalkan begitu saja tanpa penjelasan apapun.&ldquo
Arion merasa bahwa dia tidak akan sanggup melawan Rain untuk sekarang. Pilihannya untuk langsung pergi sudah sangat tepat. Dia mengambil kesempatan saat Rain masih memunggunginya.Melewati hutan dan menuju jalan raya, dia berniat mencari darah segar manusia terlebih dahulu agar bisa memulihkan tenaganya lagi. Bertepatan dengan dirinya yang baru saja tiba di trotoar jalan raya, matanya menangkap satu objek menarik yang membuat bibirnya tersungging miring.“Makanan lezat ternyata datang dengan sendirinya,” gumam Arion.Syilea berjalan dengan wajah lesu di sepanjang trotoar. Dia sudah menunggu Henry sendirian hampir dua puluh menit. Baginya itu sangat lama. Merasa kesal, akhirnya Syilea memutuskan ingin pulang sendiri.Sambil merapatkan jaketnya yang panjang, dia sesekali melihat sekitar. Begitu sepi karena semua warga berkumpul di pusat kota. Tanpa dia sadari bahwa pilihannya sangat buruk ketika tidak mematuhi pesan Henry.Wusshh …
Arion pulang ke rumah dengan wajah puas dan tampak senang. Dia bahkan memasuki ruang tengah seraya bersenandung pelan, membuat Stefan bertanya-tanya apa yang telah terjadi pada lelaki yang tak pernah berhasil mengontrol emosinya itu.“Siapa yang menjadi korbanmu tadi?” tanya Stefan tanpa basa basi.Arion menghentikan langkah dan memutar tubuhnya dengan ekspresi santai dan seolah tak berdosa sama sekali karena sudah menyakiti manusia. Dilihatnya Stefan berdiri menatapnya dengan tenang dan seperti biasa tangannya di belakang. Bahkan Arion yang sudah tinggal bersama Stefan selama beratus-ratus tahun, masih saja belum bisa membaca pikiran lelaki tua tersebut.“Aku sudah menghisap darah dari salah satu orang yang disayangi oleh keluarga Walter,” jawab Arion dengan penuh bangga seperti baru saja melakukan hal terpuji.“Kamu masih belum sadar juga, bahwa apa yang kamu lakukan akan menjadi bumerang untukmu nanti,” kata Stefan,
Masih di rumah sakit. John menunggu bersama Bianca dan Matt. Memutar otaknya untuk menebak siapa pelaku yang sudah mengganggu ketenangan dan kedamaian hidup keluarganya.Ini tidak dapat dibiarkan … vampir itu pasti memiliki tujuan yang jelas mengganggu keluargaku. Tapi, siapa target utamanya? Selama ini Matt, Selena, Bianca dan Henry tidak pernah membuat masalah besar. Kalaupun Bianca selalu menjadi penyebab masalah, dia selalu berhubungan dengan manusia bukan vampir.“Ayah,” panggil Matt yang duduk di samping John. Sudah hampir setengah jam dia hanya diam memerhatikan ayahnya yang duduk tak bergerak, menatap lurus ke depan dan tak berkedip.“Ya?”“Sebaiknya ayah melihat sendiri saja siapa dia,” usul Matt.John menurunkan tangannya yang sedari tadi bersilang di dada lalu berpaling pada Matt minta penjelasan lebih lanjut.“Tadi saat di hutan pusat kota, dia bertarung melawan Rain. Jadi
Beberapa abad yang lalu. Sebuah kebakaran besar terjadi di mana sang pemilik rumah lah yang melakukan itu. Setelah dia bertengkar hebat dengan adiknya, dia memutuskan mengurungnya di dalam kamar. Mengikat kedua tangan dan kaki dengan rantai yang kuat sehingga tak akan bisa meloloskan diri.Semula hanya api kecil yang menyala, hingga akhirnya api membesar dan memenuhi sebagian rumah itu. Telinga kakaknya mendengar teriakan rintihan minta tolong dan kalimat penyesalan. Tapi, semua sudah terlanjur. Seolah tak ada kata maaf lagi, kakaknya tuli untuk mendengarkan permohonan yang mengiris hati.DI saat api mulai melahap rumah yang terbuat dari kayu itu, kakaknya pergi keluar membawa tas dan tak ingin menoleh ke belakang. Menguatkan hati dan merelakan kematian adik tersayangnya. Dia pergi dan tak pernah kembali lagi.***Stefan dan John duduk bersisian. Sudah hampir lima belas menit tidak ada suara sejak Stefan mengaku bahwa dirinya lah yang menyelamatkan Arion
“Apa yang akan terjadi kalau aku tidak meminum darah manusia, Selena?” tanya Rain yang mulai sangat cemas.Sekarang mereka sudah berada di dalam kamar Selena. Ayah mereka belum terlihat sejak tadi. Selena tidak bisa memutuskan apa yang harus dilakukan sementara Matt dan Bianca yang dia pikir sudah ada di rumah ternyata tidak ada juga.“Sesuatu hal buruk akan terjadi padamu, Rain.” Selena hanya bisa menjawab seperti itu.“Jelaskan padaku lebih spesifik,” paksa lelaki itu lagi.“Kalau aku salah memberikan dosis darah manusia padamu, maka kamu akan menjadi makhluk penghisap darah manusia. Bukan seperti kami yang bisa bertahan melalui zat feromon dan darah hewan,” jelas Selena seadanya.“Berikan saja darahnya padaku, Selena. Aku bisa mengontrol diriku sendiri. Aku bersumpah, tenggorokanku seperti terbakar sekarang,” mohon Rain sembari memegang tangan Selena.Selena melihat wajah Rain ya
Matahari sudah semakin naik dan saatnya Selena dan Rain pulang. Mereka berjalan di hutan sambil terus berpegangan tangan satu sama lain. Bercerita bagaimana keadaan Selena di saat Rain tidak ada di sisinya sementara waktu ini. Hanya satu yang bisa diucapkan Selena yaitu rindu.“Aku tidak tahu bagaimana perasaanku saat itu. Begitu gelisah padahal kamu terbaring lemah di dalam kamarku. Setiap hari aku melihatmu tapi bukan kamu yang sedang tersenyum atau menatapku lembut. Melainkan … melihat dirimu yang berbaring dengan mata terpejam. Tak ada cahaya di wajahmu, begitu redup dan membuatku berkali-kali berusaha menguatkan diri. Mungkin saja aku akan kehilanganmu, jadi aku harus merelakan ….” Selena terdiam sebentar lalu kembali melanjutkan kalimat penutup. “Kematianmu.”Rain tersenyum lembut dan memegang erat jemari tangan Selena yang kecil. Dia hanya ingin menunjukkan pada Selena bahwa tak perlu cemas apalagi takut karena sekarang dia
Rain mengantar Selena pulang ke rumahnya sambil terus menggenggam erat tangan gadis itu. Setiap kali berpapasan dengan manusia, mereka selalu melihat dengan tatapan sangat iri pada pasangan yang terlihat sangat sempurna itu. Bagaimana tidak, semenjak Rain menjadi vampire, aura ketampanannya yang sudah mampu memikat semua orang menjadi tambah sempurna sekarang.Seolah Rain satu-satunya lelaki yang memang pantas untuk mendampingi Selena yang kecantikannya bak dewi. Bahkan kalau ada perempuan atau laki-laki yang mencoba merebut salah satu dari mereka, bisa dipastikan bahwa itu adalah usaha yang sia-sia saja. Rain tak akan mungkin melepas Selena, pun sebaliknya.“Sudah sampai,” kata Selena berhenti di depan pintu pagar rumahnya. Dia memutar tubuh dan menghadap Rain. Lelaki itu menatap dalam kedua netranya, menunjukkan bahwa dia tak ingin berpisah walau hanya sehari saja. “Ada apa?”“Bisa tidak malam ini kamu menginap di rumahku?”