Masih di rumah sakit. John menunggu bersama Bianca dan Matt. Memutar otaknya untuk menebak siapa pelaku yang sudah mengganggu ketenangan dan kedamaian hidup keluarganya.
Ini tidak dapat dibiarkan … vampir itu pasti memiliki tujuan yang jelas mengganggu keluargaku. Tapi, siapa target utamanya? Selama ini Matt, Selena, Bianca dan Henry tidak pernah membuat masalah besar. Kalaupun Bianca selalu menjadi penyebab masalah, dia selalu berhubungan dengan manusia bukan vampir.
“Ayah,” panggil Matt yang duduk di samping John. Sudah hampir setengah jam dia hanya diam memerhatikan ayahnya yang duduk tak bergerak, menatap lurus ke depan dan tak berkedip.
“Ya?”
“Sebaiknya ayah melihat sendiri saja siapa dia,” usul Matt.
John menurunkan tangannya yang sedari tadi bersilang di dada lalu berpaling pada Matt minta penjelasan lebih lanjut.
“Tadi saat di hutan pusat kota, dia bertarung melawan Rain. Jadi
Beberapa abad yang lalu. Sebuah kebakaran besar terjadi di mana sang pemilik rumah lah yang melakukan itu. Setelah dia bertengkar hebat dengan adiknya, dia memutuskan mengurungnya di dalam kamar. Mengikat kedua tangan dan kaki dengan rantai yang kuat sehingga tak akan bisa meloloskan diri.Semula hanya api kecil yang menyala, hingga akhirnya api membesar dan memenuhi sebagian rumah itu. Telinga kakaknya mendengar teriakan rintihan minta tolong dan kalimat penyesalan. Tapi, semua sudah terlanjur. Seolah tak ada kata maaf lagi, kakaknya tuli untuk mendengarkan permohonan yang mengiris hati.DI saat api mulai melahap rumah yang terbuat dari kayu itu, kakaknya pergi keluar membawa tas dan tak ingin menoleh ke belakang. Menguatkan hati dan merelakan kematian adik tersayangnya. Dia pergi dan tak pernah kembali lagi.***Stefan dan John duduk bersisian. Sudah hampir lima belas menit tidak ada suara sejak Stefan mengaku bahwa dirinya lah yang menyelamatkan Arion
“Apa yang akan terjadi kalau aku tidak meminum darah manusia, Selena?” tanya Rain yang mulai sangat cemas.Sekarang mereka sudah berada di dalam kamar Selena. Ayah mereka belum terlihat sejak tadi. Selena tidak bisa memutuskan apa yang harus dilakukan sementara Matt dan Bianca yang dia pikir sudah ada di rumah ternyata tidak ada juga.“Sesuatu hal buruk akan terjadi padamu, Rain.” Selena hanya bisa menjawab seperti itu.“Jelaskan padaku lebih spesifik,” paksa lelaki itu lagi.“Kalau aku salah memberikan dosis darah manusia padamu, maka kamu akan menjadi makhluk penghisap darah manusia. Bukan seperti kami yang bisa bertahan melalui zat feromon dan darah hewan,” jelas Selena seadanya.“Berikan saja darahnya padaku, Selena. Aku bisa mengontrol diriku sendiri. Aku bersumpah, tenggorokanku seperti terbakar sekarang,” mohon Rain sembari memegang tangan Selena.Selena melihat wajah Rain ya
Matahari sudah semakin naik dan saatnya Selena dan Rain pulang. Mereka berjalan di hutan sambil terus berpegangan tangan satu sama lain. Bercerita bagaimana keadaan Selena di saat Rain tidak ada di sisinya sementara waktu ini. Hanya satu yang bisa diucapkan Selena yaitu rindu.“Aku tidak tahu bagaimana perasaanku saat itu. Begitu gelisah padahal kamu terbaring lemah di dalam kamarku. Setiap hari aku melihatmu tapi bukan kamu yang sedang tersenyum atau menatapku lembut. Melainkan … melihat dirimu yang berbaring dengan mata terpejam. Tak ada cahaya di wajahmu, begitu redup dan membuatku berkali-kali berusaha menguatkan diri. Mungkin saja aku akan kehilanganmu, jadi aku harus merelakan ….” Selena terdiam sebentar lalu kembali melanjutkan kalimat penutup. “Kematianmu.”Rain tersenyum lembut dan memegang erat jemari tangan Selena yang kecil. Dia hanya ingin menunjukkan pada Selena bahwa tak perlu cemas apalagi takut karena sekarang dia
Rain mengantar Selena pulang ke rumahnya sambil terus menggenggam erat tangan gadis itu. Setiap kali berpapasan dengan manusia, mereka selalu melihat dengan tatapan sangat iri pada pasangan yang terlihat sangat sempurna itu. Bagaimana tidak, semenjak Rain menjadi vampire, aura ketampanannya yang sudah mampu memikat semua orang menjadi tambah sempurna sekarang.Seolah Rain satu-satunya lelaki yang memang pantas untuk mendampingi Selena yang kecantikannya bak dewi. Bahkan kalau ada perempuan atau laki-laki yang mencoba merebut salah satu dari mereka, bisa dipastikan bahwa itu adalah usaha yang sia-sia saja. Rain tak akan mungkin melepas Selena, pun sebaliknya.“Sudah sampai,” kata Selena berhenti di depan pintu pagar rumahnya. Dia memutar tubuh dan menghadap Rain. Lelaki itu menatap dalam kedua netranya, menunjukkan bahwa dia tak ingin berpisah walau hanya sehari saja. “Ada apa?”“Bisa tidak malam ini kamu menginap di rumahku?”
“Ceritakan pada kami semua kebenarannya, Ayah.” Selena menatap lekat ayahnya. Bukan tatapan menghakimi melainkan kepedulian sebagai seorang anak kepada orang tua yang merawatnya selama ini.John duduk di kursinya, begitu pula dengan Selena yang kembali duduk. Empat orang anak adopsi John menatap ayahnya dan bersiap menyimak penjelasan. Lelaki dengan rambut berwarna keemasan itu meletakkan kedua tangannya di atas meja lalu menunjukkan salah satu bekas luka yang ada di pergelangan tangannya. Ia tersenyum pahit seraya mengangkat lengan itu agar bisa dilihat empat anaknya.“Ini adalah luka yang Ayah dapatkan ketika perang dunia pertama,” terangnya masih mengangkat tangan kanan. “Luka yang didapat karena sempat terkena percikan ranjau yang diinjak oleh salah satu teman Ayah. Beruntung saat itu ada yang menyelamatkan. Dia menarik tangan Ayah sehingga kami berdua tergulung ke jurang. Walaupun penuh luka, setidaknya masih bisa selamat dan bernapas
Bianca tampak nakal dan liar sekarang. Dia tidak segan-segan untuk merobek kaos abu-abu yang dipakai oleh Matt. Lirikan mata gadis itu begitu genit dan sesekali dia menggigit bibir bawah dengan raut wajah menggoda.Matt tersenyum melihat bagaimana Bianca yang memancingnya. Sebenarnya Matt tidak ada niat ingin bercinta malam ini. Akan tetapi Bianca telah berhasil membangkitkan gairah prianya, sehingga tangan Matt sekarang sudah berada di bagian luar bra Bianca.“Kamu siap untuk bermain malam ini?” tanya Bianca pada Matt.“Tergantung kamu menyanggupinya atau tidak,” jawab Matt menerima tantangan Bianca.Dan tanpa Matt sadari, ternyata di tangan Bianca sudah memegang salah satu borgol. Dengan gerakan cepat dan hampir tak terlihat, Bianca sudah berhasil memborgol kedua tangan Matt. Lelaki itu langsung tertawa dan menyesal karena sudah meremahkan gadis yang rambutnya tergerai indah ini.“Sekarang … aku yang akan memi
Selena terus berlari menuju mobil yang ada di dalam garasi. Di belakangnya Rain berlari mengejarnya dengan cepat.“Ayo, Rain! Kita harus mengejar ayah!” seru Selena.“Selena, tunggu!” panggil Rain menarik tangan gadis itu, hingga Selena harus memutar badannya.“Apalagi? Kita tidak punya banyak waktu,” geram Selena berusaha berontak dari cengkeraman tangan kekasihnya.“Iya. Tahu. Tapi, apa kamu ingin pergi dengan handuk itu?”“Handuk?” ulang Selena.Rain memberikan kode dengan matanya. Barulah Selena ingat bahwa rambutnya masih terlilit handuk kecil. “Oh, sial!” umpat Selena melepaskan handuk itu kemudian melem
Arion langsung terbahak-bahak saat melihat lima vampir muda yang berhadapan dengannya. Baginya, mereka semua bukanlah tandingannya. Sementara itu John yang terkejut dengan serangan tiba-tiba dari Arion, kembali bangkit dan berdiri tegap.John berjalan dengan santai mendekati Arion yang begitu angkuh menatap dirinya. Masih dengan keadaan yang tenang dan tak ingin gegabah, John berniat ingin mengajak bicara secara baik-baik pada adiknya.“Aku tahu masa lalu kita terlalu buruk dan takkan mungkin kamu bisa melupakan apalagi memaafkanku,” kata John dengan suara khasnya yang begitu bijaksana.Arion langsung berdecih dan tersenyum sinis. “Lalu apa? Kamu ingin menjelaskan padaku tentang tujuanmu yang ingin membunuhku waktu itu?” tanya dia dengan dagu terangkat.“Dengarkan aku … aku memiliki tujuan untuk melakukan itu.”“Tujuan apa? Kalau kau benar-benar ingin melenyapkanku?!” teriak Arion yang lebih mu