Share

Jatuh Hati

Author: Vina Rose
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Duduklah,” ucap Brian berdiri dan menarik kursi untuk Clara.

“Ah iya, terimakasih,” ucap Clara malu-malu.

“Apa kalian lihat itu? Semuanya menatapku seakan aku seorang artis. Padahal biasanya tidak begini,” ucap Clara lagi merasa sangat takjub pada dirinya sendiri.

“Apanya? Kau jangan terlalu percaya diri. Kau tidak lihatkan siapa yang berdiri dibelakangmu? Mungkin saja mereka melihat orang yang berdiri dibelakangmu,” ucap Rio tanpa berani menatap Clara. Ia langsung melahap makanannya.

“Apa sih. Kenapa kau selalu merusak suasana hatiku?” tanya Clara kesal.

“Clara, ayo makan. Keburu dingin,” ucap Brian dan memberikan garpu untuk Clara. Ia bahkan menuangkan wine untuk Clara dan menunggu Clara menyicipi pasta yang mereka pesan itu.

“Wahh ... ini sangat lezat,” ucap Clara dengan mata yang terbuka lebar.

“Tentu saja, ini kualitas yang sangat terbaik.”

“Apa kau pernah memakan pasta ini?” tanya Clara heran.

“Tidak, tapi aku kenal dengan kokinya. Kebetulan, kokinya pernah menjadi koki terkenal di Amerika dan restoran mereka sangat terkenal. Apa kau tidak tau?” tanya Brian dan mengambil tisu. Ia menunjuk ujung bibir Clara yang terdapat saus.

“Tidak, aku tidak tau. Kupikir di sini ramai karena memang makanannya sangat lezat.”

“Hei! Kalau kalian hanya ingin bicara berdua kenapa tidak pindah tempat saja?” seru Rio kesal dan menaruh sendok garpunya.

“Kau sudah makan?”

“Pak Rio, sudut bibirmu ada saosnya,” ucap Clara dan hendak membersihkannya dengan tisu. Rio menjauh dan mengambil tisu yang ada di tangan Clara.

“Aku bisa sendiri. Memangnya aku anak kecil? Aku sudah makan. Kalalu kalian masih ingin makan dan mengobrol berdua saja. Biar aku yang bayar,” ucap Rio dan memanggil pelayan.

“Oh tidak perlu. Karena aku baru pulang dari Amerika, biar aku saja yang membayar semua ini,” ucap Brian dan mengeluarkan dompetnya. Ia mengeluarkan black cardnya dan membuat Clara serta Rio melongo melihatnya. Rio yang hanya memiliki kartu kredit perusahaan merasa minder dan memasukkan kembali kartunya.

“Yah, kalau kau memaksa. Yasudah. Pakai punyamu saja,” ucap Rio.

***

Kini ketiganya berjalan keluar bersama dari restoran. Clara tampak sedikit mabuk karena menghabiskan wine yang tersisa.

“Wajahmu memerah. Apa kau mabuk?” tanya Brian pada Clara.

“Ah benarkah? Aku tidak mabuk. Aku hanya merasa berdebar,” ucap Clara dengan memegang wajahnya yang mulai memanas.

“Kenapa kau berdebar? Apa jantungmu sedang bermasalah?” tanya Rio dan membuat Clara merasa kesal.

“Rio, kau kenapa?” bisik Brian pada Rio.

“Kau tidak bisa menyukai wanita seperti ini,” ucap Rio balas berbisik.

“Kenapa? Dia tipeku.”

“Tidak boleh!” seru Rio menatap tajam.

“Kalian sedang berbicara apa berbisik begitu? Apa kalian sudah tidak menganggapku ada di sini lagi?” keluh Clara kesal.

“Kau tinggal dimana? Biar aku antar,” ucap Brian menatap lembut. Clara menjadi malu ditatap seperti itu.

“Aku? Ini pertama kalinya ada seseorang yang menanyakan tempat tinggalku,” ucap Clara malu-malu. Rio melotot kaget.

“Apa-apaan itu? Dia tinggal tak jauh dari sini. Kau sendiri apa kau akan menginap di hotel atau pulang ke rumah?” ucap Rio.

“Benarkah? Kalau begitu aku antar saja. Naiklah ke mobilku,” ucap Brian dan menarik tangan Clara untuk berjalan ke arah mobilnya yang terparkir di sebelah kiri.

“Hotelmu memang ada dimana?” tanya Rio pada Clara.

“Kau harus kerja besok bukan? Pulang naik taksi saja sana!” ucap Rio lagi dan menahan tangan Clara. Kini Clara diapit oleh dua pria tampan sekaligus yang sedang memegang tangannya di dua sisi. Clara bingung harus berbuat apa. Ia yang sudah terbawa suasana mabuk tak bisa berpikir dengan jernih. Clara tersenyum menatap Rio dan membuat Rio mengernyitkan dahinya.

“Kenapa kau menatapku seperti itu? Hei, apa kau mabuk? Brian, kenapa kau memberikannya sekaleng bir huh?” ucap Rio kesal sendiri.

“Kenapa kau marah padaku? Kebetulan saja aku membawa beberapa kaleng bir. Kau juga meminumnya bukan?”

“Pak Rio, apa kau sedang cemburu?” tanya Clara ditengah mabuknya.

“Apa? Hei, dimana otakmu hah?”

“Otak? Apa kau punya otak?” tanya Clara dengan wajah yang menggemaskan. Membuat Brian tersenyum senang.

“Ayo aku antar saja,” ucap Brian dan menarik tangan Clara. Hingga Clara tertarik ke arah Brian. Sementara Rio menahan tangan Clara dan menariknya hingga Clara kembali tertarik ke arah Rio. Terjadilah keduanya saling tarik-menarik dengan cukup sengit.

“Stop!” teriak Clara.  Ia pun menarik tangannya tapi terus ditahan oleh kedua pria disampingnya itu.

“Lepaskan tanganku!” ucap Clara tegas dan membuat Rio dan Brian melepaskan tangan mereka.

“Rumahku sangat dekat. Aku hanya harus berjalan sekitar ... hmm lima? Sepuluh menit saja. Kalian pulang sana!” ucap Clara memutuskan dan berjalan pergi. Brian berjalan cepat menyusul dan menghentikan lankah Clara.

“Mungkin kau menolakku karena belum mengenal siapa aku. Tapi, apa aku boleh meminta nomor ponselmu saja?” pinta Brian dengan tersenyum sangat manis. Clara yang melihatnya ikut tersenyum dengan semburan merah di wajahnya.

“Oke, kemarikan ponselmu!” ucap Clara dan menerima ponsel Brian. Ia pun menuliskan nomor ponselnya dan menyimpannya dengan nama dan emoticon hati.

“Kau bisa menghubungiku kapan saja,” ucap Clara.

“Terimakasih. Kalau pacar apa kau sudah punya?” tanya Brian memberanikan diri.

“Apa? Pacar?” tanya Clara balik dan melirik ke arah Rio yang sudah menatap keduanya dengan perasaan tidak enak. Clara dan Rio pun saling tatap dengan diam. Clara memalingkan wajahnya ke arah Brian.

“Aku ... tidak punya pacar,” jawab Clara tersenyum ke arah Brian. Rio merasa kecewa.

“Benarkah? Apa kau sedang dekat dengan pria lain?”

“Tidak. Aku tidak dekat dengan siapa-siapa kok. Kenapa kau bertanya seperti itu? Apa ... kau menyukaiku?” tanya Clara penuh harap. Brian tersenyum malu dan melangkah maju. Ia menatap Clara dengan penuh senyuman. Clara semakin berdebar dan tak bisa menyembunyikan perasaan senangnya.

“Apa ... aku boleh menyukaimu?” tanya Brian dengan suara yang sangat lembut. Clara menatap tidak percaya. Rio pun sama tak percayanya dan semakin gusar.

“Kenapa bertanya seperti itu? Kau boleh menyukai siapa saja tanpa perlu perijinan bukan?”

“Mungkin saja aku bukan tipemu. Jadi, kau enggan jika aku menyukaimu.”

“Itu ... bagaimana bisa begitu. Kau sangat sesuai dengan tipeku,” akui Clara dengan perasaan berbunga.

“Brian! Aku ikut mobilmu ya. Ayo kita pulang!” tibat-tiba saja Rio datang dan menarik Brian dari sana.

“Apa yang sedang kau lakukan? Kau kan bisa pulang sendiri!” ucap Brian menahan kesal.

“Aku ingin kau mengantarku pulang,” ucap Rio asal dan terus menarik Brian dengan mengalungkan tangannya ke leher Brian. Membuat Brian kesulitan berjalan karena perbedaan tubuh keduanya.

“Kau tinggal dimana?” tanya Clara dengan berteriak. Brian berhenti dan melepaskan tangan Rio hingga Rio kehilangan keseimbangannya dan bersandar pada mobil Brian.

“Aku akan memberitahumu dipertemuan kita yang kedua. Aku ... akan menelponmu!” jawab Brian dengan mengangkat ponselnya.

“Oke!” jawab Clara dan mengangguk senang. Ia terus tersenyum senang dan berbalik pergi berjalan ke arah rumahnya.

Related chapters

  • The Love Triangle   Sebuah Takdir

    Clara terbangun dari tidurnya dengan rambut yang acak-acakan. Ia terkejut saat melihat jam di dinding yang menunjukkan pukul enam lewat lima belas menit."Astaga! Aku kesiangan!" teriak Clara dan langsung bergegas ke kamar kecil. Ia pun menggosok giginya dan membasuh wajahnya hanya dengan air tanpa mandi terlebih dahulu. Dengan panik Clara mengambil pakaian yang ada ditumpukkan pakaian kering. Dengan mengoles make up tipis, Clara menyetrika pakaiannya yang kusut dengan setrika uap. Ia pun menggulung poninya dan meluruskan rambutnya dengan catokkan kecil. Mengoleskan lisptik berwarna pink dan membubuhinya dengan glitar agar lebih mengkilap. Lalu menyemprotkan parfum yang banyak agar tidak kentara bahwa ia belum mandi.Setelah itu, Clara berlari dengan menggunakan heelsnya menuju kantor yang hanya berjarak lima menit itu. Ia berhenti di gerobak roti bakar pinggir jalan dan membeli dua lembar roti bakar. Clara kembali berlari sambil mengunyah roti bakar seharga lima ribua

  • The Love Triangle   Gaun Cantik

    Clara berjalan masuk ke dalam kantornya. Semua mata memandang dirinya dengan tatapan terpana. Clara yang memakai mini dress bermotif dengan warna merah menyala membuat dirinya terlihat lebih memukau dan sangat cantik. Rambutnya yang digerai dengan bebas tampak membuatnya lebih anggun. Berjalan dengan lebih percaya diri, Clara menatap pada satu arah. Dimana Rio yang baru keluar dari ruangan direktur dengan membawa sebuah berkas, menatap tidak percaya pada Clara yang selalu tampak cantik dengan berpenampilan seperti itu.Hingga Clara berhenti tepat di depan Rio yang tak mengalihkan pandangannya, Clara tersenyum licik dan berbalik dengan cepat hingga rambutnya menampar wajah Rio yang tersadar akan lamunannya. Clara yang puas melihat reaksi Rio seperti itu dengan senang duduk di kursinya dan berpura-pura baik-baik saja. Padahal hatinya sangat berbunga melihat reaksi Rio yang berbeda dari biasanya."Clara, kamu habis pameran dimana? Kenapa memakai pakaian seperti itu?" tany

  • The Love Triangle   Cinta Pandangan Pertama

    "Kau ... akan menjualnya bukan?""Tentu, tapi baju itu untukmu. Itu hanya contoh saja. Kenapa?""Berapa harga gaun ini?" tanya Clara dengan wajah polosnya."Hmm ... apa kau yakin ingin tau?" tanya Brian tidak yakin untuk memberitahukan Clara."Ya. Katakan saja. Aku ... ingin tau.""Aku belum menentukan harga gaun itu sih. Tapi, jika kau mau memperkirakannya mungkin sekitar ... tiga puluh lima juta.""Apa?""Apa kemurahan? Kalau begitu empat puluh juta," jawab Brian dengan santainya. Sementara Clara melongo mendengarnya."Kau ... bercanda kan?" tanya Clara lagi dengan wajah paniknya."Sebenarnya baju itu sangat polos. Dan bahannya mudah panas. Jika aku membuatnya dengan bahan yang lebih halus dan sejuk dan memberikan beberapa berlian dibagian lehernya, mungkin aku bisa menjualnya lebih dari harga itu. Kau tau kan? Aku membuat pakaian ini hanya beberapa buah saja. Jadi, tak semua orang yang bahkan mempunyai uang bisa membe

  • The Love Triangle   Kesan Pertama Bertemu

    Clara terbangun dari tidurnya. Ia merasa sangat tidak bersemangat setelah apa yang terjadi kemarin.Clara pun menatap dua gaun yang tergantung di belakang pintu kamarnya. Ia mendesah kesal. Clara pun masuk ke kamar mandi dan membersihkan diri. Tak lama Clara keluar dengan hanya selembar handuk yang melilit tubuhnya. Dengan malas ia membuka lemari pakaiannya. Tak sengaja, Clara melihat satu style kemeja putih dan celana panjang hitam tergantung dengan dibungkus pelastik. Clara menyentuh pakain itu dan teringat beberapa waktu yang lalu.Terlihat seorang atasan mengomeli Clara yang memakai gaun mini serta sepatu heels di hari pertama kerjanya.“Kau mau kerja atau mau menggoda pria lain hah? Pulang dan ganti pakaianmu itu! Lihat temanmu yang lain, apa ada dari mereka yang berpakaian seperti itu? Dasar! Tidak tau diri, bukannya serius bekerja malah sibuk menggoda pria lain. Kau! Jika kau berpakaian seperti itu lagi, aku akan mengantarkan kau ke kantor yang baru

  • The Love Triangle   Bukan Cinderella

    Seperti kisah cinderella, yang bisa memukau semua orang dengan gaun indah dan penampilan yang menawan. Clara pun datang ke kantor dengan sepatu kaca bertaburan berlian. Dengan dres berwarna pink terang. Clara menggerai rambutnya bahkan membuatnya sedikit bergelombang. Dengan anting panjang berwarna perak. Semua pegawai terpana melihat kedatangannya. Semua mata teralihkan akan pancaran indah dari Clara yang tersenyum dengan sangat manis. Matanya yang melengkung seperti bulan sabit berbinar bagai bintang. Mata Clara tertuju pada satu orang yang sudah berdiri di depan lift dengan melipat kedua tangannya. Clara tersenyum tipis dan berjalan dengan sangat percaya diri menghampiri Rio yang menatapnya dengan datar."Akan kutakhlukkan kau hari ini, Pak Rio," gumam Clara yang terus berjalan hingga ia berhenti tepat dua langkah dari Rio."Kau cantik," ucap Rio dengan senyuman tipis. Clara hampir terbang mendengarnya hingga sebuah kantong plastik besar membungkus dirinya."

  • The Love Triangle   Cinta yang Baru

    Rio sampai melompat turun dari sofa saking terkejutnya melihat penampakan Clara yang tiba-tiba itu. Clara yang baru saja terbangun kebingungan sedang berada di mana."Maaf sebelumnya, apa ini rumah Pak Rio? Kenapa aku tiba-tiba ada di sini?" tanya Clara. Rio melotot kaget melihat penampilan Clara yang sangat berantakan. Rambutnya sudah tak berarturan, bahkan make upnya luntur membuat Clara sangat tidak cantik."Kenapa kau bisa ada di sini?" tanya Rio dan berdiri dengan canggung. Ia masih merasa bersalah terlebih saat melhiat Clara yang seperti habis menangis."Entahlah, aku tidak ingat.""Apa kau mabuk siang hari?" tanya Rio dengan nada marah."Kenapa kau marah-marah? Karena siapa coba aku begini? Aku saja bingung bisa sampai di sini," ucap Clara semakin kesal. Tiba-tiba ia teringat sempat mampir di mini market dan membeli sekaleng bir. Clara yang tidak kuat akan alkohol langsung mabuk seketika dan kembali melanjutkan jalannya. Hingga akhirnya ia m

  • The Love Triangle   Pengakuan

    "Brian, apa ... kau menyukai Clara?" tanya Rio langsung dan mengejutkan keduanya."A-apa yang kau katakan?" tanya Brian lagi merasa tidak enak."Kupikir kalian terlihat sangat serasi saat bersama. Sepertinya kalian pasangan yang ditakdirkan. Brian, kau jomblo bukan? Dan Clara kudengar kau habis dicampakkan jadi kenapa kau tidak mempacari Brian saja yang menyukaimu tanpa syarat. Kau bisa langsung menikah dengannya kalau kalian serius dan berhenti bekerja. Jadilah ibu rumah tangga dan mengasuh anak. Penghasilan Brian cukup besar, jadi kau tidak perlu memikirkan soal biaya hidup," ucap Rio dengan wajah datarnya. Tapi, tentu saja ucapannya itu membuat Brian dan Clara tersinggung."Kau anggap aku apa hah?" teriak Clara berdiri kesal. Rio menatap ke arah Clara. Sekilas tatapannya sangat sendu dan terlihat merasa bersalah."Aku pikir kau bisa jatuh cinta dengan seorang pria kaya dan juga tampan. Dan Brian orang yang cocok untukmu-"Byur!Clara meny

  • The Love Triangle   Selamat Tinggal, Cinta Pertama

    Brian melepaskan tautan keduanya. Clara melirik ke arah tempat Rio tadi. Tapi, Rio sudah tak ada di sana. Tampak raut kekecewaan dalam diri Clara.“Kenapa?” tanya Brian yang menyadari Clara yang tampak tidak senang.“Ah tidak, bukan apa-apa kok. Aku ... mau pulang,” jawab Clara lesu.“Baiklah, tapi aku antar. Tunggu di sini. Aku akan ambil mobil dulu,” ucap Brian dan segera berlari kembali ke rumah untuk mengambil mobilnya.Sementara Rio sedang berada di kamarnya yang digunakan oleh Clara. Rio melihat pakaian basah milik Clara yang ia gunakan. Pikirannya kembali melayang pada saat dirinya yang telah memarahi Clara dan membuat Clara menangis.Bahkan Rio ingat bagaimana raut wajah marah Clara saat dirinya mencoba menjodohkan Clara dengan Brian. Hingga saat Brian mencium bibir Clara dan Clara membalasnya.Hati Rio bercampur aduk tanpa alasan. Rio merasa marah, kesal, menyesal dan patah hati campur menjadi sat

Latest chapter

  • The Love Triangle   Memulai Pendekatan

    Clara kembali ke mejanya dengan mata yang sembab. Ia melihat tumpukkan dokumen di atas mejanya. Mata melirik pada Rio yang juga baru datang dan menatap datar pada Clara.Clara langsung membuang wajahnya dan mengambil tumpukkan dokumen itu. Clara pun mulai fokus bekerja dan menyelesaikan pekerjaannya satu-satu.“Nih, minum dulu. Jangan lupa untuk mengisi tenaga,” ucap Anggun yang tiba-tiba memberikan minuman segar.“Terimakasih,” jawab Clara tanpa melirik ke arah Anggun. Clara terlihat sangat serius pada komputernya. Anggun tersenyum senang dan kembali ke mejanya.Sementara, Rio terus menatap Clara yang sibuk dengan pekerjaannya sendiri.Beberapa saat kemudian, Clara sedang berdiri di depan ruang manajernya. Pak Wisnu.Tok ... Tok ...“Masuk!” ucap Pak Wisnu yang sedang mengecek laporan.“Permisi Pak, saya mau memberikan laporan yang tertunda. Semua sudah saya kirim ke email Pak Wisnu. D

  • The Love Triangle   Selamat Tinggal, Cinta Pertama

    Brian melepaskan tautan keduanya. Clara melirik ke arah tempat Rio tadi. Tapi, Rio sudah tak ada di sana. Tampak raut kekecewaan dalam diri Clara.“Kenapa?” tanya Brian yang menyadari Clara yang tampak tidak senang.“Ah tidak, bukan apa-apa kok. Aku ... mau pulang,” jawab Clara lesu.“Baiklah, tapi aku antar. Tunggu di sini. Aku akan ambil mobil dulu,” ucap Brian dan segera berlari kembali ke rumah untuk mengambil mobilnya.Sementara Rio sedang berada di kamarnya yang digunakan oleh Clara. Rio melihat pakaian basah milik Clara yang ia gunakan. Pikirannya kembali melayang pada saat dirinya yang telah memarahi Clara dan membuat Clara menangis.Bahkan Rio ingat bagaimana raut wajah marah Clara saat dirinya mencoba menjodohkan Clara dengan Brian. Hingga saat Brian mencium bibir Clara dan Clara membalasnya.Hati Rio bercampur aduk tanpa alasan. Rio merasa marah, kesal, menyesal dan patah hati campur menjadi sat

  • The Love Triangle   Pengakuan

    "Brian, apa ... kau menyukai Clara?" tanya Rio langsung dan mengejutkan keduanya."A-apa yang kau katakan?" tanya Brian lagi merasa tidak enak."Kupikir kalian terlihat sangat serasi saat bersama. Sepertinya kalian pasangan yang ditakdirkan. Brian, kau jomblo bukan? Dan Clara kudengar kau habis dicampakkan jadi kenapa kau tidak mempacari Brian saja yang menyukaimu tanpa syarat. Kau bisa langsung menikah dengannya kalau kalian serius dan berhenti bekerja. Jadilah ibu rumah tangga dan mengasuh anak. Penghasilan Brian cukup besar, jadi kau tidak perlu memikirkan soal biaya hidup," ucap Rio dengan wajah datarnya. Tapi, tentu saja ucapannya itu membuat Brian dan Clara tersinggung."Kau anggap aku apa hah?" teriak Clara berdiri kesal. Rio menatap ke arah Clara. Sekilas tatapannya sangat sendu dan terlihat merasa bersalah."Aku pikir kau bisa jatuh cinta dengan seorang pria kaya dan juga tampan. Dan Brian orang yang cocok untukmu-"Byur!Clara meny

  • The Love Triangle   Cinta yang Baru

    Rio sampai melompat turun dari sofa saking terkejutnya melihat penampakan Clara yang tiba-tiba itu. Clara yang baru saja terbangun kebingungan sedang berada di mana."Maaf sebelumnya, apa ini rumah Pak Rio? Kenapa aku tiba-tiba ada di sini?" tanya Clara. Rio melotot kaget melihat penampilan Clara yang sangat berantakan. Rambutnya sudah tak berarturan, bahkan make upnya luntur membuat Clara sangat tidak cantik."Kenapa kau bisa ada di sini?" tanya Rio dan berdiri dengan canggung. Ia masih merasa bersalah terlebih saat melhiat Clara yang seperti habis menangis."Entahlah, aku tidak ingat.""Apa kau mabuk siang hari?" tanya Rio dengan nada marah."Kenapa kau marah-marah? Karena siapa coba aku begini? Aku saja bingung bisa sampai di sini," ucap Clara semakin kesal. Tiba-tiba ia teringat sempat mampir di mini market dan membeli sekaleng bir. Clara yang tidak kuat akan alkohol langsung mabuk seketika dan kembali melanjutkan jalannya. Hingga akhirnya ia m

  • The Love Triangle   Bukan Cinderella

    Seperti kisah cinderella, yang bisa memukau semua orang dengan gaun indah dan penampilan yang menawan. Clara pun datang ke kantor dengan sepatu kaca bertaburan berlian. Dengan dres berwarna pink terang. Clara menggerai rambutnya bahkan membuatnya sedikit bergelombang. Dengan anting panjang berwarna perak. Semua pegawai terpana melihat kedatangannya. Semua mata teralihkan akan pancaran indah dari Clara yang tersenyum dengan sangat manis. Matanya yang melengkung seperti bulan sabit berbinar bagai bintang. Mata Clara tertuju pada satu orang yang sudah berdiri di depan lift dengan melipat kedua tangannya. Clara tersenyum tipis dan berjalan dengan sangat percaya diri menghampiri Rio yang menatapnya dengan datar."Akan kutakhlukkan kau hari ini, Pak Rio," gumam Clara yang terus berjalan hingga ia berhenti tepat dua langkah dari Rio."Kau cantik," ucap Rio dengan senyuman tipis. Clara hampir terbang mendengarnya hingga sebuah kantong plastik besar membungkus dirinya."

  • The Love Triangle   Kesan Pertama Bertemu

    Clara terbangun dari tidurnya. Ia merasa sangat tidak bersemangat setelah apa yang terjadi kemarin.Clara pun menatap dua gaun yang tergantung di belakang pintu kamarnya. Ia mendesah kesal. Clara pun masuk ke kamar mandi dan membersihkan diri. Tak lama Clara keluar dengan hanya selembar handuk yang melilit tubuhnya. Dengan malas ia membuka lemari pakaiannya. Tak sengaja, Clara melihat satu style kemeja putih dan celana panjang hitam tergantung dengan dibungkus pelastik. Clara menyentuh pakain itu dan teringat beberapa waktu yang lalu.Terlihat seorang atasan mengomeli Clara yang memakai gaun mini serta sepatu heels di hari pertama kerjanya.“Kau mau kerja atau mau menggoda pria lain hah? Pulang dan ganti pakaianmu itu! Lihat temanmu yang lain, apa ada dari mereka yang berpakaian seperti itu? Dasar! Tidak tau diri, bukannya serius bekerja malah sibuk menggoda pria lain. Kau! Jika kau berpakaian seperti itu lagi, aku akan mengantarkan kau ke kantor yang baru

  • The Love Triangle   Cinta Pandangan Pertama

    "Kau ... akan menjualnya bukan?""Tentu, tapi baju itu untukmu. Itu hanya contoh saja. Kenapa?""Berapa harga gaun ini?" tanya Clara dengan wajah polosnya."Hmm ... apa kau yakin ingin tau?" tanya Brian tidak yakin untuk memberitahukan Clara."Ya. Katakan saja. Aku ... ingin tau.""Aku belum menentukan harga gaun itu sih. Tapi, jika kau mau memperkirakannya mungkin sekitar ... tiga puluh lima juta.""Apa?""Apa kemurahan? Kalau begitu empat puluh juta," jawab Brian dengan santainya. Sementara Clara melongo mendengarnya."Kau ... bercanda kan?" tanya Clara lagi dengan wajah paniknya."Sebenarnya baju itu sangat polos. Dan bahannya mudah panas. Jika aku membuatnya dengan bahan yang lebih halus dan sejuk dan memberikan beberapa berlian dibagian lehernya, mungkin aku bisa menjualnya lebih dari harga itu. Kau tau kan? Aku membuat pakaian ini hanya beberapa buah saja. Jadi, tak semua orang yang bahkan mempunyai uang bisa membe

  • The Love Triangle   Gaun Cantik

    Clara berjalan masuk ke dalam kantornya. Semua mata memandang dirinya dengan tatapan terpana. Clara yang memakai mini dress bermotif dengan warna merah menyala membuat dirinya terlihat lebih memukau dan sangat cantik. Rambutnya yang digerai dengan bebas tampak membuatnya lebih anggun. Berjalan dengan lebih percaya diri, Clara menatap pada satu arah. Dimana Rio yang baru keluar dari ruangan direktur dengan membawa sebuah berkas, menatap tidak percaya pada Clara yang selalu tampak cantik dengan berpenampilan seperti itu.Hingga Clara berhenti tepat di depan Rio yang tak mengalihkan pandangannya, Clara tersenyum licik dan berbalik dengan cepat hingga rambutnya menampar wajah Rio yang tersadar akan lamunannya. Clara yang puas melihat reaksi Rio seperti itu dengan senang duduk di kursinya dan berpura-pura baik-baik saja. Padahal hatinya sangat berbunga melihat reaksi Rio yang berbeda dari biasanya."Clara, kamu habis pameran dimana? Kenapa memakai pakaian seperti itu?" tany

  • The Love Triangle   Sebuah Takdir

    Clara terbangun dari tidurnya dengan rambut yang acak-acakan. Ia terkejut saat melihat jam di dinding yang menunjukkan pukul enam lewat lima belas menit."Astaga! Aku kesiangan!" teriak Clara dan langsung bergegas ke kamar kecil. Ia pun menggosok giginya dan membasuh wajahnya hanya dengan air tanpa mandi terlebih dahulu. Dengan panik Clara mengambil pakaian yang ada ditumpukkan pakaian kering. Dengan mengoles make up tipis, Clara menyetrika pakaiannya yang kusut dengan setrika uap. Ia pun menggulung poninya dan meluruskan rambutnya dengan catokkan kecil. Mengoleskan lisptik berwarna pink dan membubuhinya dengan glitar agar lebih mengkilap. Lalu menyemprotkan parfum yang banyak agar tidak kentara bahwa ia belum mandi.Setelah itu, Clara berlari dengan menggunakan heelsnya menuju kantor yang hanya berjarak lima menit itu. Ia berhenti di gerobak roti bakar pinggir jalan dan membeli dua lembar roti bakar. Clara kembali berlari sambil mengunyah roti bakar seharga lima ribua

DMCA.com Protection Status