Home / Romansa / The Love Triangle / Pertemuan dengan Brian

Share

Pertemuan dengan Brian

Author: Vina Rose
last update Last Updated: 2021-10-02 20:12:21

“Kau baik-baik saja?” tanya Brian dengan suara basnya. Clara bingung menatapnya. Sementara Rio terpatung melihat sikap temannya itu.

“Ah iya, aku baik-baik saja. Terimakasih,” ucap Clara tersenyum kikuk.

Rio mendekat dan menggeser Clara untuk menjauh dari Brian.

“Clara, sudah berapa kali aku bilang, kenapa kau masih terus mengikutiku hah?” tanya Rio berbisik.

“Aku tidak mengikutimu, aku kesini untuk makan malam juga,” elak Clara dan menatap tajam pada Rio.

“Kalian saling kenal?” tanya Brian penasaran.

“Tidak!”

“Iya.”

Clara dan Rio menjawab bersamaan. Mereka saling menatap tajam karena jawaban yang berbeda.

“Wah, jadi kalian ini apa? Yang satu bilang iya, yang satunya lagi tidak?” tanya Brian lagi dengan tersenyum lebar. Membuat Clara berdebar dan semakin terpesona.

“Uh, wajahmu memerah. Apa kau demam?” tanya Brian lagi menunjuk wajah Clara.

“Merah apanya, dia memang seperti itu. Dandanannya suka berlebihan,” jawan Rio menatap Clara yang memegang wajahnya yang memanas.

“Apa kau sudah makan malam? Sepertinya kalian beneran saling kenal mendengar jawabanmu,” ucap Brian menatap keakraban keduanya. Rio menatap tajam ke arah Brian.

“Ayo kita makan bersama,” ajak Brian lagi.

“Ah tidak perlu, aku bisa makan sendirian kok,” tolak Clara tak enak. Sementara Rio terus menatap tajam.

“Kenapa? Apa kau tidak suka makan bersama denganku?” tanya Brian dengan nada yang sangat rendah dan tatapan mata yang sedih. Clara semakin merasa tidak enak dan tidak bisa menolaknya.

“Baiklah, jika kau memaksa,” ucap Clara mengiyakan. Brian tersenyum dan menarik kursi untuk Clara duduk di sampingnya. Rio menatap tidak percaya.

“Wahh, apa kau tidak bisa menolak pria tampan?” tanya Rio menyindir Clara.

“Apa maksudmu? Aku kan terpaksa, kenapa juga temanmu harus tampan seperti itu!” seru Clara mendelik pada Rio.

“Permisi, kami mau pesan lagi,” ucap Brian memanggil pelayan dan langsung datang.

“Kamu mau pesan apa? Ah aku belum sempat menanyakan namamu. Jadi, siapa nama pemilik wajah cantik sepertimu ini?” tanya Brian dan membuat Clara tersipu malu.

“Ah aku tidak terlalu cantik seperti itu, Clara. Namaku Clara,” jawab Clara malu-malu. Ia bahkan memegangi wajahnya yang memerah.

“Clara, nama yang cantik. Seperti orangnya. Aku Brian. Kau satu kantor dengan Rio?” ucap Brian dengan tersenyum manis. Clara semakin terpesona.

“Iya,” jawab Clara mengangguk pelan-pelan.

“Cih! Apa itu? Kalian mau pesan apa? Kasian dia sudah jamuran dan lumutan menunggu moment mesra kalian,” sela Rio dan memberikan tisu pada pelayan itu.

“Hapus lumutanmu!” ucap Rio lagi bercanda.

“Hmm, jadi kita pesan apa ya. Apa kau mau pasta? Sepertinya pasta kerang dara terlihat enak,” ucap Brian membaca buku menu. Clara hanya tersenyum malu.

“Boleh, aku juga pesan itu saja.”

Rio menatap tak suka dengan kedekatan keduanya. Ia mendelik kesal.

“Steak! Apa kau tidak tau kalau makanan yang paling populer di sini itu adalah steak!” seru Rio dan membuat Brian serta Clara menatap kaget.

“Maaf Pak, tapi kami tidak menjual steak. Ini restoran pasta,” sela pelayan itu dengan tidak enak. Rio menatap kaget.

“Apa? Sejak kapan di sini tidak ada steak?”

“Pak Rio, nama restorannya saja Pasta Resto. Kenapa kau memesan yang tidak ada di menu,” tegur Clara berbisik.

“Ah ... aku sepertinya salah ingat. Kalau begitu aku pesan pasta yang paling mahal di sini,” pesan Rio menutup buku menunya.

“Kalau begitu tiga porsi pasta kerang dara. Minumnya apa?” ucap pelayan itu menyebutkan kembali pesanan mereka.

“Cola, aku mau cola,” jawab Clara.

“Cola? Aku juga. Kau?” tanya Brian pada Rio.

“Apa di sini juga tidak ada wine?” tanya Rio dengan polosnya. Clara mendelik kaget.

“Pak Rio!”

“Apa lagi?”

“Ini bukan restoran yang seperti itu!” ucap Clara melotot pada Rio.

“Apa? Aku hanya bertanya. Kalau begitu cola juga.”

“Baik, tiga porsi pasta kerang dara dan tiga cola. Silahkan ditunggu,” ucap pelayan itu dan pergi dari sana.

“Pak Rio kau membuat kita sangat malu. Kenapa kau tidak hapal di sini ada apa saja,” ucap Clara kesal.

“Kau yang membuat malu! Kenapa kau sampai terjatuh tadi. Dan lihat itu, apa kau tidak merasa tidak nyaman dengan pakaian basah dan kotor seperti itu?” tanya Rio menatap Clara yang masih memakai bajunya basah dan penuh dengan jus. Juga jas yang disematkan di bahu Clara.

“Kau merasa tidak nyaman?” tanya Brian pada Clara.

“Ah, tidak apa-apa kok. Tidak ada yang memperhatikan. Lagi pula kita hanya harus makan dan langsung pulang bukan?” ucap Clara mencoba menahan diri.

“Apanya tidak tidak diperhatikan? Semua orang di sini terus saja menatap dirimu yang sangat berantakan itu!”

“Tidak bisa seperti ini, ayo ikut!” ajak Brian dan menarik tangan Clara untuk keluar dari restoran itu.

Brian membawa Clara ke mobilnya. Ia pun mengeluarkan sebuah gaun mini berwarna hitam.

“Pakai ini, aku tidak tau jika kau yang akan memakai untuk pertama kalinya. Tapi, ini gaun pertama yang aku rancang sendiri. Kupikir pas di tubuhmu,” ucap Brian dengan tersenyum senang.

“Apa? Tidak perlu, padahal begini saja sudah cukup. Aku tidak bisa memakainya,” tolak Clara tidak enak.

“Ayolah, aku sangat berharap kau bisa memakai ini. Jika semua orang menatapmu dengan tatapan yang terpesona, itu berarti aku berhasil membuat sebuah pakaian yang sangat luar biasa.”

“Eiy ... apa kau menjadikanku kelinci percobaan?”

“Tidak. Aku hanya berpikir, bahwa gaunku ini akan sangat cocok jika dipakai oleh wanita secantik dirimu,” puji Brian. Clara malu mendengarnya.

“Kau bilang, aku cantik?” tanya Clara tak menyangka.

“Tentu saja. Memangnya kau tidak cantik? Tapi menurutku, kau termasuk wanita yang mempesona. Jika kau memberikan aku waktu, mungkin saja aku akan jatuh cinta padamu,” goda Brian.

“Astaga, kau tidak perlu berbohong begitu hanya agar aku memakai gaunmu.”

“Aku tidak berbohong. Karena itu, pakailah. Tunjukkan pada semua orang itu, bahwa kau adalah wanita yang sangat cantik dan menganggumkan,” ucap Brian tulus. Clara merasa tersanjung. Ia pun mengambil gaun itu dan membawanya ke toilet.

***

Brian sudah kembali ke mejanya. Pesanan ketiganya sudah diantar. Rio menatap bingung.

“Apa kau menyuruhnya pulang?” tanya Rio penasaran.

“Apa? Kenapa aku harus menyuruhnya pulang? Kau ingatkan kalau aku akan membuat sebuah pakaian yang sangat indah. Aku sudah membuat beberapa gaun, dan aku memintanya untuk memakai salah satu gaun buatanku.”

“Apa? Hei, dia tidak cocok sama sekali memakai gaun. Kau hanya akan mempermalukan dirimu sendiri,” sergah Rio tak setuju.

“Mana mungkin. Dia sangat cantik. Jadi, gaunku pun pasti akan sangat cantik saat dia memakainya,” jelas Brian dengang tersenyum senang.

“Wah ... apa ini? Apa kau sudah jatuh cinta pada pandangan pertama? Kenapa kau tersenyum seperti itu?” tebak Rio tak percaya. Brian hanya tersenyum malu. Rio geleng-geleng kepala tak percaya.

Hingga sebuah langkah sepatu heels terdengar sangat nyaring. Waktu seakan terhenti, saat Clara dengan balutan gaun berwarna hitam glamor dengan berlian di seluruh sisi gaunnya. Berpencar bagai berlian yang sedang berjalan. Dengan rambut yang digulung ke atas. Clara dengan percaya diri berjalan memasuki restoran itu dan melangkah ke arah mejar Rio dan Brian.

Semua mata memandang ke arah dirinya. Terpesona akan kecantikan yang terpancar anggun dan polos. Clara tersenyum ke arah Rio dan Brian. Brian tersenyum lebar terpesona akan paras cantiknya Clara. Sementara Rio terdiam. Tanpa ekspresi, namun bola matanya melebar seakan tidak percaya dengan pancaran kecantikan yang Clara berikan. Ia terpesona.

Related chapters

  • The Love Triangle   Jatuh Hati

    “Duduklah,” ucap Brian berdiri dan menarik kursi untuk Clara.“Ah iya, terimakasih,” ucap Clara malu-malu.“Apa kalian lihat itu? Semuanya menatapku seakan aku seorang artis. Padahal biasanya tidak begini,” ucap Clara lagi merasa sangat takjub pada dirinya sendiri.“Apanya? Kau jangan terlalu percaya diri. Kau tidak lihatkan siapa yang berdiri dibelakangmu? Mungkin saja mereka melihat orang yang berdiri dibelakangmu,” ucap Rio tanpa berani menatap Clara. Ia langsung melahap makanannya.“Apa sih. Kenapa kau selalu merusak suasana hatiku?” tanya Clara kesal.“Clara, ayo makan. Keburu dingin,” ucap Brian dan memberikan garpu untuk Clara. Ia bahkan menuangkan wine untuk Clara dan menunggu Clara menyicipi pasta yang mereka pesan itu.“Wahh ... ini sangat lezat,” ucap Clara dengan mata yang terbuka lebar.“Tentu saja, ini kualitas yang sangat terbaik.&

    Last Updated : 2021-10-02
  • The Love Triangle   Sebuah Takdir

    Clara terbangun dari tidurnya dengan rambut yang acak-acakan. Ia terkejut saat melihat jam di dinding yang menunjukkan pukul enam lewat lima belas menit."Astaga! Aku kesiangan!" teriak Clara dan langsung bergegas ke kamar kecil. Ia pun menggosok giginya dan membasuh wajahnya hanya dengan air tanpa mandi terlebih dahulu. Dengan panik Clara mengambil pakaian yang ada ditumpukkan pakaian kering. Dengan mengoles make up tipis, Clara menyetrika pakaiannya yang kusut dengan setrika uap. Ia pun menggulung poninya dan meluruskan rambutnya dengan catokkan kecil. Mengoleskan lisptik berwarna pink dan membubuhinya dengan glitar agar lebih mengkilap. Lalu menyemprotkan parfum yang banyak agar tidak kentara bahwa ia belum mandi.Setelah itu, Clara berlari dengan menggunakan heelsnya menuju kantor yang hanya berjarak lima menit itu. Ia berhenti di gerobak roti bakar pinggir jalan dan membeli dua lembar roti bakar. Clara kembali berlari sambil mengunyah roti bakar seharga lima ribua

    Last Updated : 2021-10-17
  • The Love Triangle   Gaun Cantik

    Clara berjalan masuk ke dalam kantornya. Semua mata memandang dirinya dengan tatapan terpana. Clara yang memakai mini dress bermotif dengan warna merah menyala membuat dirinya terlihat lebih memukau dan sangat cantik. Rambutnya yang digerai dengan bebas tampak membuatnya lebih anggun. Berjalan dengan lebih percaya diri, Clara menatap pada satu arah. Dimana Rio yang baru keluar dari ruangan direktur dengan membawa sebuah berkas, menatap tidak percaya pada Clara yang selalu tampak cantik dengan berpenampilan seperti itu.Hingga Clara berhenti tepat di depan Rio yang tak mengalihkan pandangannya, Clara tersenyum licik dan berbalik dengan cepat hingga rambutnya menampar wajah Rio yang tersadar akan lamunannya. Clara yang puas melihat reaksi Rio seperti itu dengan senang duduk di kursinya dan berpura-pura baik-baik saja. Padahal hatinya sangat berbunga melihat reaksi Rio yang berbeda dari biasanya."Clara, kamu habis pameran dimana? Kenapa memakai pakaian seperti itu?" tany

    Last Updated : 2021-10-21
  • The Love Triangle   Cinta Pandangan Pertama

    "Kau ... akan menjualnya bukan?""Tentu, tapi baju itu untukmu. Itu hanya contoh saja. Kenapa?""Berapa harga gaun ini?" tanya Clara dengan wajah polosnya."Hmm ... apa kau yakin ingin tau?" tanya Brian tidak yakin untuk memberitahukan Clara."Ya. Katakan saja. Aku ... ingin tau.""Aku belum menentukan harga gaun itu sih. Tapi, jika kau mau memperkirakannya mungkin sekitar ... tiga puluh lima juta.""Apa?""Apa kemurahan? Kalau begitu empat puluh juta," jawab Brian dengan santainya. Sementara Clara melongo mendengarnya."Kau ... bercanda kan?" tanya Clara lagi dengan wajah paniknya."Sebenarnya baju itu sangat polos. Dan bahannya mudah panas. Jika aku membuatnya dengan bahan yang lebih halus dan sejuk dan memberikan beberapa berlian dibagian lehernya, mungkin aku bisa menjualnya lebih dari harga itu. Kau tau kan? Aku membuat pakaian ini hanya beberapa buah saja. Jadi, tak semua orang yang bahkan mempunyai uang bisa membe

    Last Updated : 2021-11-09
  • The Love Triangle   Kesan Pertama Bertemu

    Clara terbangun dari tidurnya. Ia merasa sangat tidak bersemangat setelah apa yang terjadi kemarin.Clara pun menatap dua gaun yang tergantung di belakang pintu kamarnya. Ia mendesah kesal. Clara pun masuk ke kamar mandi dan membersihkan diri. Tak lama Clara keluar dengan hanya selembar handuk yang melilit tubuhnya. Dengan malas ia membuka lemari pakaiannya. Tak sengaja, Clara melihat satu style kemeja putih dan celana panjang hitam tergantung dengan dibungkus pelastik. Clara menyentuh pakain itu dan teringat beberapa waktu yang lalu.Terlihat seorang atasan mengomeli Clara yang memakai gaun mini serta sepatu heels di hari pertama kerjanya.“Kau mau kerja atau mau menggoda pria lain hah? Pulang dan ganti pakaianmu itu! Lihat temanmu yang lain, apa ada dari mereka yang berpakaian seperti itu? Dasar! Tidak tau diri, bukannya serius bekerja malah sibuk menggoda pria lain. Kau! Jika kau berpakaian seperti itu lagi, aku akan mengantarkan kau ke kantor yang baru

    Last Updated : 2021-12-04
  • The Love Triangle   Bukan Cinderella

    Seperti kisah cinderella, yang bisa memukau semua orang dengan gaun indah dan penampilan yang menawan. Clara pun datang ke kantor dengan sepatu kaca bertaburan berlian. Dengan dres berwarna pink terang. Clara menggerai rambutnya bahkan membuatnya sedikit bergelombang. Dengan anting panjang berwarna perak. Semua pegawai terpana melihat kedatangannya. Semua mata teralihkan akan pancaran indah dari Clara yang tersenyum dengan sangat manis. Matanya yang melengkung seperti bulan sabit berbinar bagai bintang. Mata Clara tertuju pada satu orang yang sudah berdiri di depan lift dengan melipat kedua tangannya. Clara tersenyum tipis dan berjalan dengan sangat percaya diri menghampiri Rio yang menatapnya dengan datar."Akan kutakhlukkan kau hari ini, Pak Rio," gumam Clara yang terus berjalan hingga ia berhenti tepat dua langkah dari Rio."Kau cantik," ucap Rio dengan senyuman tipis. Clara hampir terbang mendengarnya hingga sebuah kantong plastik besar membungkus dirinya."

    Last Updated : 2021-12-11
  • The Love Triangle   Cinta yang Baru

    Rio sampai melompat turun dari sofa saking terkejutnya melihat penampakan Clara yang tiba-tiba itu. Clara yang baru saja terbangun kebingungan sedang berada di mana."Maaf sebelumnya, apa ini rumah Pak Rio? Kenapa aku tiba-tiba ada di sini?" tanya Clara. Rio melotot kaget melihat penampilan Clara yang sangat berantakan. Rambutnya sudah tak berarturan, bahkan make upnya luntur membuat Clara sangat tidak cantik."Kenapa kau bisa ada di sini?" tanya Rio dan berdiri dengan canggung. Ia masih merasa bersalah terlebih saat melhiat Clara yang seperti habis menangis."Entahlah, aku tidak ingat.""Apa kau mabuk siang hari?" tanya Rio dengan nada marah."Kenapa kau marah-marah? Karena siapa coba aku begini? Aku saja bingung bisa sampai di sini," ucap Clara semakin kesal. Tiba-tiba ia teringat sempat mampir di mini market dan membeli sekaleng bir. Clara yang tidak kuat akan alkohol langsung mabuk seketika dan kembali melanjutkan jalannya. Hingga akhirnya ia m

    Last Updated : 2021-12-19
  • The Love Triangle   Pengakuan

    "Brian, apa ... kau menyukai Clara?" tanya Rio langsung dan mengejutkan keduanya."A-apa yang kau katakan?" tanya Brian lagi merasa tidak enak."Kupikir kalian terlihat sangat serasi saat bersama. Sepertinya kalian pasangan yang ditakdirkan. Brian, kau jomblo bukan? Dan Clara kudengar kau habis dicampakkan jadi kenapa kau tidak mempacari Brian saja yang menyukaimu tanpa syarat. Kau bisa langsung menikah dengannya kalau kalian serius dan berhenti bekerja. Jadilah ibu rumah tangga dan mengasuh anak. Penghasilan Brian cukup besar, jadi kau tidak perlu memikirkan soal biaya hidup," ucap Rio dengan wajah datarnya. Tapi, tentu saja ucapannya itu membuat Brian dan Clara tersinggung."Kau anggap aku apa hah?" teriak Clara berdiri kesal. Rio menatap ke arah Clara. Sekilas tatapannya sangat sendu dan terlihat merasa bersalah."Aku pikir kau bisa jatuh cinta dengan seorang pria kaya dan juga tampan. Dan Brian orang yang cocok untukmu-"Byur!Clara meny

    Last Updated : 2021-12-26

Latest chapter

  • The Love Triangle   Memulai Pendekatan

    Clara kembali ke mejanya dengan mata yang sembab. Ia melihat tumpukkan dokumen di atas mejanya. Mata melirik pada Rio yang juga baru datang dan menatap datar pada Clara.Clara langsung membuang wajahnya dan mengambil tumpukkan dokumen itu. Clara pun mulai fokus bekerja dan menyelesaikan pekerjaannya satu-satu.“Nih, minum dulu. Jangan lupa untuk mengisi tenaga,” ucap Anggun yang tiba-tiba memberikan minuman segar.“Terimakasih,” jawab Clara tanpa melirik ke arah Anggun. Clara terlihat sangat serius pada komputernya. Anggun tersenyum senang dan kembali ke mejanya.Sementara, Rio terus menatap Clara yang sibuk dengan pekerjaannya sendiri.Beberapa saat kemudian, Clara sedang berdiri di depan ruang manajernya. Pak Wisnu.Tok ... Tok ...“Masuk!” ucap Pak Wisnu yang sedang mengecek laporan.“Permisi Pak, saya mau memberikan laporan yang tertunda. Semua sudah saya kirim ke email Pak Wisnu. D

  • The Love Triangle   Selamat Tinggal, Cinta Pertama

    Brian melepaskan tautan keduanya. Clara melirik ke arah tempat Rio tadi. Tapi, Rio sudah tak ada di sana. Tampak raut kekecewaan dalam diri Clara.“Kenapa?” tanya Brian yang menyadari Clara yang tampak tidak senang.“Ah tidak, bukan apa-apa kok. Aku ... mau pulang,” jawab Clara lesu.“Baiklah, tapi aku antar. Tunggu di sini. Aku akan ambil mobil dulu,” ucap Brian dan segera berlari kembali ke rumah untuk mengambil mobilnya.Sementara Rio sedang berada di kamarnya yang digunakan oleh Clara. Rio melihat pakaian basah milik Clara yang ia gunakan. Pikirannya kembali melayang pada saat dirinya yang telah memarahi Clara dan membuat Clara menangis.Bahkan Rio ingat bagaimana raut wajah marah Clara saat dirinya mencoba menjodohkan Clara dengan Brian. Hingga saat Brian mencium bibir Clara dan Clara membalasnya.Hati Rio bercampur aduk tanpa alasan. Rio merasa marah, kesal, menyesal dan patah hati campur menjadi sat

  • The Love Triangle   Pengakuan

    "Brian, apa ... kau menyukai Clara?" tanya Rio langsung dan mengejutkan keduanya."A-apa yang kau katakan?" tanya Brian lagi merasa tidak enak."Kupikir kalian terlihat sangat serasi saat bersama. Sepertinya kalian pasangan yang ditakdirkan. Brian, kau jomblo bukan? Dan Clara kudengar kau habis dicampakkan jadi kenapa kau tidak mempacari Brian saja yang menyukaimu tanpa syarat. Kau bisa langsung menikah dengannya kalau kalian serius dan berhenti bekerja. Jadilah ibu rumah tangga dan mengasuh anak. Penghasilan Brian cukup besar, jadi kau tidak perlu memikirkan soal biaya hidup," ucap Rio dengan wajah datarnya. Tapi, tentu saja ucapannya itu membuat Brian dan Clara tersinggung."Kau anggap aku apa hah?" teriak Clara berdiri kesal. Rio menatap ke arah Clara. Sekilas tatapannya sangat sendu dan terlihat merasa bersalah."Aku pikir kau bisa jatuh cinta dengan seorang pria kaya dan juga tampan. Dan Brian orang yang cocok untukmu-"Byur!Clara meny

  • The Love Triangle   Cinta yang Baru

    Rio sampai melompat turun dari sofa saking terkejutnya melihat penampakan Clara yang tiba-tiba itu. Clara yang baru saja terbangun kebingungan sedang berada di mana."Maaf sebelumnya, apa ini rumah Pak Rio? Kenapa aku tiba-tiba ada di sini?" tanya Clara. Rio melotot kaget melihat penampilan Clara yang sangat berantakan. Rambutnya sudah tak berarturan, bahkan make upnya luntur membuat Clara sangat tidak cantik."Kenapa kau bisa ada di sini?" tanya Rio dan berdiri dengan canggung. Ia masih merasa bersalah terlebih saat melhiat Clara yang seperti habis menangis."Entahlah, aku tidak ingat.""Apa kau mabuk siang hari?" tanya Rio dengan nada marah."Kenapa kau marah-marah? Karena siapa coba aku begini? Aku saja bingung bisa sampai di sini," ucap Clara semakin kesal. Tiba-tiba ia teringat sempat mampir di mini market dan membeli sekaleng bir. Clara yang tidak kuat akan alkohol langsung mabuk seketika dan kembali melanjutkan jalannya. Hingga akhirnya ia m

  • The Love Triangle   Bukan Cinderella

    Seperti kisah cinderella, yang bisa memukau semua orang dengan gaun indah dan penampilan yang menawan. Clara pun datang ke kantor dengan sepatu kaca bertaburan berlian. Dengan dres berwarna pink terang. Clara menggerai rambutnya bahkan membuatnya sedikit bergelombang. Dengan anting panjang berwarna perak. Semua pegawai terpana melihat kedatangannya. Semua mata teralihkan akan pancaran indah dari Clara yang tersenyum dengan sangat manis. Matanya yang melengkung seperti bulan sabit berbinar bagai bintang. Mata Clara tertuju pada satu orang yang sudah berdiri di depan lift dengan melipat kedua tangannya. Clara tersenyum tipis dan berjalan dengan sangat percaya diri menghampiri Rio yang menatapnya dengan datar."Akan kutakhlukkan kau hari ini, Pak Rio," gumam Clara yang terus berjalan hingga ia berhenti tepat dua langkah dari Rio."Kau cantik," ucap Rio dengan senyuman tipis. Clara hampir terbang mendengarnya hingga sebuah kantong plastik besar membungkus dirinya."

  • The Love Triangle   Kesan Pertama Bertemu

    Clara terbangun dari tidurnya. Ia merasa sangat tidak bersemangat setelah apa yang terjadi kemarin.Clara pun menatap dua gaun yang tergantung di belakang pintu kamarnya. Ia mendesah kesal. Clara pun masuk ke kamar mandi dan membersihkan diri. Tak lama Clara keluar dengan hanya selembar handuk yang melilit tubuhnya. Dengan malas ia membuka lemari pakaiannya. Tak sengaja, Clara melihat satu style kemeja putih dan celana panjang hitam tergantung dengan dibungkus pelastik. Clara menyentuh pakain itu dan teringat beberapa waktu yang lalu.Terlihat seorang atasan mengomeli Clara yang memakai gaun mini serta sepatu heels di hari pertama kerjanya.“Kau mau kerja atau mau menggoda pria lain hah? Pulang dan ganti pakaianmu itu! Lihat temanmu yang lain, apa ada dari mereka yang berpakaian seperti itu? Dasar! Tidak tau diri, bukannya serius bekerja malah sibuk menggoda pria lain. Kau! Jika kau berpakaian seperti itu lagi, aku akan mengantarkan kau ke kantor yang baru

  • The Love Triangle   Cinta Pandangan Pertama

    "Kau ... akan menjualnya bukan?""Tentu, tapi baju itu untukmu. Itu hanya contoh saja. Kenapa?""Berapa harga gaun ini?" tanya Clara dengan wajah polosnya."Hmm ... apa kau yakin ingin tau?" tanya Brian tidak yakin untuk memberitahukan Clara."Ya. Katakan saja. Aku ... ingin tau.""Aku belum menentukan harga gaun itu sih. Tapi, jika kau mau memperkirakannya mungkin sekitar ... tiga puluh lima juta.""Apa?""Apa kemurahan? Kalau begitu empat puluh juta," jawab Brian dengan santainya. Sementara Clara melongo mendengarnya."Kau ... bercanda kan?" tanya Clara lagi dengan wajah paniknya."Sebenarnya baju itu sangat polos. Dan bahannya mudah panas. Jika aku membuatnya dengan bahan yang lebih halus dan sejuk dan memberikan beberapa berlian dibagian lehernya, mungkin aku bisa menjualnya lebih dari harga itu. Kau tau kan? Aku membuat pakaian ini hanya beberapa buah saja. Jadi, tak semua orang yang bahkan mempunyai uang bisa membe

  • The Love Triangle   Gaun Cantik

    Clara berjalan masuk ke dalam kantornya. Semua mata memandang dirinya dengan tatapan terpana. Clara yang memakai mini dress bermotif dengan warna merah menyala membuat dirinya terlihat lebih memukau dan sangat cantik. Rambutnya yang digerai dengan bebas tampak membuatnya lebih anggun. Berjalan dengan lebih percaya diri, Clara menatap pada satu arah. Dimana Rio yang baru keluar dari ruangan direktur dengan membawa sebuah berkas, menatap tidak percaya pada Clara yang selalu tampak cantik dengan berpenampilan seperti itu.Hingga Clara berhenti tepat di depan Rio yang tak mengalihkan pandangannya, Clara tersenyum licik dan berbalik dengan cepat hingga rambutnya menampar wajah Rio yang tersadar akan lamunannya. Clara yang puas melihat reaksi Rio seperti itu dengan senang duduk di kursinya dan berpura-pura baik-baik saja. Padahal hatinya sangat berbunga melihat reaksi Rio yang berbeda dari biasanya."Clara, kamu habis pameran dimana? Kenapa memakai pakaian seperti itu?" tany

  • The Love Triangle   Sebuah Takdir

    Clara terbangun dari tidurnya dengan rambut yang acak-acakan. Ia terkejut saat melihat jam di dinding yang menunjukkan pukul enam lewat lima belas menit."Astaga! Aku kesiangan!" teriak Clara dan langsung bergegas ke kamar kecil. Ia pun menggosok giginya dan membasuh wajahnya hanya dengan air tanpa mandi terlebih dahulu. Dengan panik Clara mengambil pakaian yang ada ditumpukkan pakaian kering. Dengan mengoles make up tipis, Clara menyetrika pakaiannya yang kusut dengan setrika uap. Ia pun menggulung poninya dan meluruskan rambutnya dengan catokkan kecil. Mengoleskan lisptik berwarna pink dan membubuhinya dengan glitar agar lebih mengkilap. Lalu menyemprotkan parfum yang banyak agar tidak kentara bahwa ia belum mandi.Setelah itu, Clara berlari dengan menggunakan heelsnya menuju kantor yang hanya berjarak lima menit itu. Ia berhenti di gerobak roti bakar pinggir jalan dan membeli dua lembar roti bakar. Clara kembali berlari sambil mengunyah roti bakar seharga lima ribua

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status