Ken keluar dari kamar Grace membanting keras pintu itu dan berjalan menuju kamarnya, setiba ia di kamar terlihat laptop yang sudah berada di atas kasur , ia duduk di atas kasur dan membuka laptopnya"dasar jalang , paras mu memang cantik Grace justru itu aku takkan menyia-nyiakan kecantikan mu "
Drt .. drt ..
Dering ponsel Ken bergetar , ia melihat di depan layar tertulis nama ibunya ia pun mengangkat telepon itu "ada apa ibu "
"Ken aku melihat Grace bukanlah wanita yang buruk "
"Ibu kuharap jangan ikut campur , kumohon"
"Baiklah Ken terserah padamu tapi jangan pernah menyesal di kemudian hari, ibu takkan mengurusi hidupmu tapi ibu hanya mengingatkan"
"Baik ibu terimakasih"
Ken mematikan pembicaraan singkat itu, membuang kasar ponsel itu di kasur " jalang sialan , bagaimana ibu bisa menyukai gadis
Kedua pria itu bersulang kecil dengan segelas minuman yang sudah terisi dengan cairan keemasan "aku pulang Roger " menepuk pundak Roger seperti biasa "jangan pulang dulu Ken , bukankah kau ingin membuat dia menangis " menahan pundak Ken sebentar.Pete yang hampir kewalahan menahan tubuh Grace yang selalu merontah kembali berjalan mendekatkan gadis itu pada Ken "Ken mau kau apakan istrimu ini , aku sudah tidak sanggup menahan nya lagi " Pete melepaskan tubuh Grace berganti Ken yang mengunci tangannya "kau lelaki brengsek Ken , kau mesum , kau menjijikan , lepaskan aku " teriak Grace masih dalam dekapan Ken."Kita lihat siapa yang lebih menjijikan nantinya" Ken mendorong tubuh Grace tepat di arah Roger "oohh rileks lah sejenak gadisku " sahut Roger yang menangkap tubuh nya dan mencolek dagu Grace "jangan pernah sentuh aku dengan tangan kotor mu itu bodoh " dengan berani gadis itu meludahi wajah Roger .Hal itu membuat emos
Jangankan untuk tidur dengan pria asing , tidur dengan suaminya saja Grace sama sekali tidak ingin melakukan itu, "tidak, bagaimana bisa aku menyerahkan mahkota ku dengan pria asing dan lebih asing dari Ken. Tidak, aku tidak menginginkan itu," batin Grace.Entah apa jadinya jika Mario mengerti bahwa ia sudah tidak perawan saat menikah dengan Mario."Mariooo tolong aku," teriak Grace.Mendengar nama itu Roger tertawa lucu, "Mario? Kau memanggil Mario? Kau harus dengar ini Grace, tak ada yang menolong mu karena Ken lah yang menyuruh ku untuk memperkosa mu," mungkin Grace mengerti bahwa pria yang kini berstatus suami itu akan menghancurkan hidupnya, namun Grace sungguh tak menyangka bahwa Ken sejahat itu menyuruh pria lain untuk tidur dengannya. Seakan itu adalah sebuah petir yang menyambar hati Grace, tak bisakah pria bernama Ken sedikit lebih baik daripada ini? Sehina ini kah arti dirinya dimata Ken?
Grace memasuki kamarnya, ia mengunci erat-erat kamar itu. Membanting semua perabotan yang ada di atas meja rias, "brengsek,"Seluruh tirai yang tergantung di atas jendela ia tarik begitu saja, membuang sprei dan bantal guling ke sembarang arah, "bisa-bisanya kau menyerahkan tubuhku pada teman mu Ken, apakah kau tak tahu betapa susahnya aku menjaga semua ini,"Gadis itu melepas seluruh pakaian yang ia kenakan dengan mengambil sebuah handuk di lemari, ia berjalan ke kamar mandi dan memutar kran air, "aku sangat menjijikan," walau Roger tidak berhasil mengambil keperawanannya tapi tetap saja pria itu menyentuh seluruh bagian sensitifnya, "aku harus menemui Mario, aku harus membicarakan semua ini kepada Mario," ucap Grace di dalam hati.Air mata yang berlinang membasahi kedua pipinya dan menjadi satu dengan guyuran air yang turun dari atas, Grace menoleh ke arah kaca melihat bercak merah di lehernya, sudut bibir
Drt... drt ..Suara dering ponsel Grace berdering."Mario,""Grace aku menunggumu di taman biasanya,""Apa? Tapi Mario?""Datang saja Grace, aku takkan pulang jika kau tak datang menemuiku disini,"Mario mematikan sambungan telepon, "Mario mungkin ini waktunya aku jujur padamu," suatu saat Mario pasti mengerti bahwa Grace telah menikah, lebih baik Grace berbicara sendiri daripada Mario mengetahui sendiri dan membencinya. Grace segera menuju taman untuk menemui Mario.Sesampai di taman Grace mengambil masker untuk menutupi bibirnya yang terluka. bahkan ia mengerai rambutnya berharap bercak merah di leher itu tak terlihat sama sekali."Grace kau datang?" Mario memeluk erat Grace dan mencium kening Grace.Pelukan itu membuat hati Grace sedikit lebih tenang, dekapan hangat Mario sung
"pukulan yang cukup keras," Ken mengelap sedikit darah yang keluar dari hidungnya.Sesaat ia tersenyum manis menatap Grace namun senyuman itu berubah menjadi tatapan mematikan dalam hitungan detik, "kurasa kau sudah pintar bermain sekarang,""Aaawwhh," lagi-lagi pria itu menarik kasar lengan istrinya, Ken terus berjalan dengan cepat tanpa memperdulikan rintihan Grace walau Grace sudah mencoba melepaskan diri.Cengkraman tangan pria itu terlalu kuat ditambah tarikan yang kasar membuat Grace sedikit meringis kesakitan, "Ken sakit, lepaskan aku, Keenn,"________*********_______BruugKen mendorong tubuh kecil Grace di atas kamarnya hingga terbentur ujung meja laci di dekat kasur, "kau mulai suka bermain sekarang rupanya,"Grace memegang punggungnya dan menatap mata Ken tanpa rasa takut, "kau membuatku putus dengan Mar
Perih, hilang, sakit. Mungkin tiga kata itu yang dirasakan Grace saat ini, ia merenung sendirian di bawah pojokan sudut tembok dengan kedua lututnya yang menempel di dadanya.Jam menunjukkan pukul sepuluh pagi, sudah berjam-jam ia merenung sendiri setelah apa yang dilakukan suaminya bisa dikatakan sama sekali tidak layak, sekujur tubuh Grace merasakan nyeri yang hebat, terlebih pada selangkangan yang amat perih.Hatinya tergores bagai irisan pedang yang tertancap begitu dalam, "harusnya ini lebih dari cukup atas apa yang sama-sama kita lakukan Ken, aku membunuh Jesseli dan kau merenggut kehormatan ku dengan cara seperti ini, "Grace menatap sprei putih di atas kasur yang sedikit berbekas bercak darah.CklekSuara pintu kamar Grace terbuka, terlihat Ken yang sudah rapi di depan pintu. Grace menoleh sesaat namun ia kembali membuang pandangan dari pria bejat yang mulai melangkah mendekati dirinya.
Ternyata pria itu membawa Grace ketempat pemakaman calon tunangannya dulu, "ayo... memintalah maaf pada Jesseli," teriak Ken yang sudah berdiri di depan pemakaman Jesseli dan mendorong tubuh Grace.Begitu jelas terlihat disana foto Jesseli yang sangat cantik dan di depan sudah ada sebuah ikat bunga, "tunggu, bunga? Aku tidak menaruh bunga, lalu siapa yang menaruh bunga disini?" Tentu saja keberadaan seikat bunga itu menjadi tanda tanya untuk Ken. Namun pemikiran itu segera ia singkirkan, bisa saja saudara atau teman Jesseli dan ia kembali fokus pada Grace yang sudah di depan mata."Cepat kau meminta maaf sekarang di depan Jesseli!" paksa Ken kembali menoleh ke arah Grace."Kau gila? Kau menyuruhku untuk berbicara pada orang yang sudah tidak bernyawa Ken?" balas Grace tak yakin."Hai dengar, memintalah maaf pada Jesseli sekarang dihadapan ku," pria itu menarik tangannya dan mendudukkan tubuh Gra
Pria itu keluar dan membanting keras pintu tersebut, "sini kau," Ken menarik lengan Grace yang sedang duduk, "Ken apa yang terjadi?" tanya Grace.Ken terus berjalan menuju pintu keluar kantor, biarkan saja para karyawan melihatnya. Ia tidak perduli, saat mereka sudah berada di dalam lift Ken mengirim sebuah pesan pada Roger dan Pete untuk segera berkumpul di Apartemen milik Roger.____***____ROGERItulah nama Apartemen yang dibaca Grace di dalam mobil saat ia sudah sampai di sebuah gedung besar dan mewah. Namun bukan kemewahannya yang membuat Grace terdiam dan bernafas sedikit sesak melainkan nama ROGER, bukankah itu adalah sosok pria yang hampir memperkosanya di bar."Ken aku tidak ingin masuk... aku akan tetap disini, aku tidak ingin bertemu pria itu," Grace menggeleng pelan ketakutan."Baiklah.. jika kau tidak ingin bertemu dengan Roger, maka turuti
Kiss me out of the bearded barleyNightly, beside the green, green grassSwing, swing, swing the spinning stepYou'll wear those shoes and I will wear that dressOh, kiss me beneath the milky twilightLead me out on the moonlit floorLift your open handStrike up the band, and make the fireflies danceSilvermoon's sparklingSo kiss meKiss me down by the broken tree houseSwing me, upon its hanging tireBring, bring, bring your flowered hatWe'll take the trail marked on your father's mapOh, kiss me beneath the milky twilightLead me out on the moonlit floorLift your open handStrike up the band, and make the fireflies danceSilvermoon's sparklingSo kiss meKiss me beneath the milky twilightLead me out on the moonlit floorLift your open handStrike up the band, and
Grace bisa mendengar dengan jelas, bahkan Grace tidak tuli jika suara itu sangat mirip seperti suara Ken. "Kita?" Batin Grace.Grace menoleh kebelakang, ia melihat pria dengan seutas senyum di wajahnya ketika Grace menatap pria tersebut, Grace tak percaya ini. "Ini tidak mungkin," ucap Grace menggelengkan kepalanya pelan."KEEENNN?" Ucap Grace terlihat kebingungan bercampur rasa takut, tentu saja Grace takut jika itu arwah gentayangan Ken."Mengapa kau takut melihatku Grace, lupakah kau jika aku ini suamimu," ucap Ken berjalan pelan menghampiri seorang wanita yang sedang duduk di kursi roda dengan raut wajah tak percaya."Hentikan langkah kakimu atau aku akan teriak!" perintah Grace mulai memundurkan kursi rodanya.Ken menghentikan kursi roda Grace, pria itu sedikit membungkukkan badan menatap mata Grace. "Aku Ken Grace, aku adalah KEN. Apa kau ingat nama itu? Kenzo Jordanio, pri
Di sisi lainEvelyn, Pete dan Grace sedang berkumpul di ruang keluarga, raut wajah mereka terlihat sangat cemas. "Pete kau harus menelpon Ken dan Roger!" perintah Grace, Pete pun mengambil ponselnya di dalam saku untuk menelpon Roger."Roger, apa terjadi sesuatu dengan kalian berdua?" tanya Pete."Semuanya baik-baik saja Pete, tenanglah," balas Roger dari telpon."Apa disana ada Ken?""Dia sedang menyetir Pete, ada apa?"Pete melirik Grace dan menjauhkan ponselnya dari telinganya. "Grace aku akan memberitahu Ken tentang dirimu," ucap Pete, Grace tersenyum mengangguk kecil."Roger tolong katakan pada Ken jika dia akan menjadi seorang ayah," ujar Pete mendekatkan kembali ponsel pada telinganya."Apaaaaaaaa?" Teriak Roger tak percaya di telpon.TetPonsel Roger mati begitu saja. "Shit,"
Grace tak mampu mengeluarkan sepatah katapun, ia hanya mengatupkan bibirnya. "Ken," panggil Roger yang tiba-tiba memasuki toko.Membuat Grace dan Ken menoleh ke arah Roger. "Ada apa Roger?" tanya Ken melihat Roger begitu terburu-buru."Ken aku melihat Mario di depan toko bunga," ujar Roger serius menatap bergantian Ken dan Grace.Tanpa menunggu lama Ken menarik tangan Grace, Ken membayar harga music box yang ia pegang terlebih dahulu di kasir.Ken segera pergi dari sana, Ken menghampiri Pete dan ibunya yang berada di dalam mobil. "Pete kumohon lindungi Grace untukku! aku hanya pergi sebentar," ucap Ken ditujukkan pada Mario, "tenanglah Ken, Grace akan aman bersamaku," balas Pete mengangguk pelan.Ken segera memasukkan paksa tubuh Grace di dalam mobil. "Grace tenanglah, aku akan membalas semua perlakuan Mario terhadapmu," ucap Ken mencium pucuk rambut Grace sekilas sebelum Ken men
Grace bernafas lega, wanita itu sempat berpikir bahwa Ken akan menjambak rambutnya atau menampar pipi di wajahnya.Ken memungut selimut dan bantal di bawah lantai, lalu ia duduk di sofa dengan terus memandang Grace yang sudah tertidur lebih dulu. "Grace apa kau sudah tidur?" Tanya Ken.Grace tidak tertidur, wanita itu hanya berpura-pura menutup matanya. "Grace aku mencintaimu, selamat tidur Grace." Ucap Ken lalu memakaikan selimut di tubuhnya, ia tak perduli tidur nyenyak nya terganggu akan kehadiran Grace malam ini, ia hanya bahagia bisa melihat Grace tidur bersamanya walau tak bisa memeluk Grace.Keesokan harinya...Grace terbangun dari tidurnya, ia melirik jam dinding menunjukkan pukul delapan pagi, Grace ingin sekali melanjutkan tidurnya, namun ia teringat kehadiran Evelyn di rumah ini, Grace tak ingin mengecewakan Evelyn dengan melihat menantunya bangun teramat siang.Wanita
Saat ini Ken sudah sampai di kediaman Pete, pria itu terus mencoba membujuk Grace kembali meski jawaban Grace selalu tidak dan tidak."Pete dimana kau? Ada hal penting yang ingin aku katakan," teriak Ken memasuki ruang tengah."Ken," balas Pete berjalan mendekati Ken dari arah dapur."Pete kumohon bantu aku! Aku tidak mempunyai cara lain untuk membujuk Grace, sedangkan ibuku mendesakku ingin bertemu dengan Grace," Ken memijat pelipis matanya, "kumohon Pete, hanya kau yang bisa membantuku untuk masalah ini," ucap Ken memohon agar Pete ingin membantunya."Aku takkan bisa membantu mu lebih Ken, tapi aku akan mengantar mu ke kamar Grace, kau bisa berbicara sendiri dengannya," tutur Pete lalu ia melangkah menuju pintu kamar Grace, "semoga kau berhasil Ken," ucap Pete dibalas anggukan kecil oleh Ken.Ken menarik napas dalam-dalam, pria itu memegang gagang pintu dan membukanya perlahan,
"Hentikan Mario! Kau hanya belum mengerti bagaimana rasanya berjalan dalam situasi yang begitu sulit." Teriak Grace mencoba melepas cengkeraman tangan Mario."Aku memberi semua yang kumiliki Grace, tapi kau meninggalkanku hanya demi uang," kini tangan Mario beralih pada Leher Grace."Aku memang meninggalkan mu demi uang uang Mario, tapi aku melakukan semua itu untuk-" ucap Grace terhenti merasa lehernya tak bisa bernafas.Plak!Mario menampar pipi Grace hingga terjatuh di aspal. "Dasar jalang," teriak Mario."Hentikan Mario! Akan ku patahkan tangan itu yang sudah berani menampar pipi istriku," teriak Ken berlari cepat penuh emosi.Mario menoleh ke arah sumber suara ia melihat dua pria yang sedang berlari semakin mendekatinya. "Justin aku memintamu dan keenam temanmu untuk mengurus mereka, aku masih ingin bermain dengan wanita ini," ujar Pete, Justin menganggu
Ken pergi tak mendengar ocehan Roger. Saat Ken berjalan melewati ruang tamu ia mendengar suara bel berbunyi, tanpa menunggu lama Ken membukakan pintu. "Pete." Ucap Ken melihat kedatangan Pete.Pete menarik baju Ken hingga kusut, mencengkeram begitu kuat. "Dimana Grace? Katakan dimana Grace?" Emosi Pete kian terlihat dari sorot matanya."Tenanglah Pete aku tidak menyakiti Grace," balas Ken menenangkan."Peteeeeeee," teriak Grace dari belakang menghampiri Pete.Pete melirik ke arah sumber suara dan melihat Grace disana, Pete melepas cengkraman tangannya di tubuh Ken. "Grace, apa kau baik-baik saja?" Tanya Pete. "Pete aku baik-baik saja." Jawab Grace lalu ia menghampiri Pete.Sedangkan Ken hanya diam saja melihat kedekatan mereka berdua, cemburu itu pasti dirasakan oleh Ken. Tapi Ken memilih diam agar Grace tak semakin membencinya."Pete ayo kita pergi dari sini
Pukul 22:00 PMMalam ini suasana rumah Ken begitu indah dipenuhi foto-foto pernikahannya dengan Grace, ia masih duduk di sofa menunggu kehadiran Roger membawa Grace. Ken sangat berharap Grace benar-benar datang malam ini.Mata Ken begitu lelah, otaknya sudah terkuras habis memikirkan bagaimana caranya mendapatkan Grace kembali. "Mengapa Roger tak kunjung datang." Ken melihat jam dinding sudah larut malam.Tiba-tiba pintu terbuka. Terlihat Roger datang mengandeng tangan Grace yang matanya tertutup oleh sebuah kain. Ken berfikir sejenak, mengapa Grace menutup matanya, namun itu tidak terlalu penting karena yang terpenting adalah Roger mampu membawa Grace entah bagaimana caranya meski harus tertutup matanya.Rasa bahagia kini menyelimuti Ken, pria itu mampu tersenyum kembali hanya melihat Grace berdiri di depan matanya. "Pete... dimana kau?" Panggil Grace begitu bahagia.Perlahan se