Universitas Valley Of Art
“Aku merindukanmu” ucapku sambil memeluk Stefany dari belakang.
Stefany tersedak coklat yang sedang diminumnya.
“Kita hanya tidak bertemu selama tiga hari” sembur Stefany.
“Apa kau tidak merindukanku?” aku mencebikkan bibirku.
Anastasia terbahak melihat tingkah kami.
“Apa kau sudah sehat?” Tanya Anastasia.
“Seperti yang kau lihat, aku baik baik saja” jawabku.
“Jenny, apa kau sudah belajar? Sekarang kuis kelas Profesor Adrius” Tanya Stefany
“Aku tidak perlu belajar untuk mendapat nilai sempurna” sombongku.
Melihat Profesor Adrius dan Gerrald memasuki kelas, Anastasia menempelkan jari telunjuk di bibirnya sebagai isyarat agar kami diam.
Dadaku bergemuruh saat aku melihat Adrius, apa apaan ini? Aku merasa kesal saat tidak bisa mengontrol detak jantungku. Apa begitu besar pengaruh Adrius didalam hatiku? Aku memegang dada untuk merasakan detak jantungku yang tidak normal.
Kantin kampus Valler of Art Saat ini aku tengah mendengarkan Stefany yang bercerita tentang kencannya dengan Brian tadi malam, dulu aku sangat muak mendengar cerita picisan seperti ini, namun sekarang aku fokus mendengarkan Stefany bercerita, betapa senangnya tumbuh menjadi gadis biasa, kencan tidak pernah ada dalam kamusku, saat menjadi Jenny pun aku tidak pernah merasakan pengalaman berkencan dengan orang yang kusuka. Adrius, Brian, Gerrald dan Varro menghampiri kami yang tengah makan siang, Stefany langsung menghentikan cerintanya. “Kenapa kalian tiba tiba berhenti berbicara saat kami datang?” tanya Gerrald. “Stefany sedang menceritakan kencannya dengan Profesor Brian tadi malam” ceplosku. “Jenny!” sembur Stefany. “Apa yang Stefany ceritakan?” tanya Brian dengan senyum indahnya. “Kisah roman picisan” ucapku. Semua orang tertawa mendengar jawabanku, sementara Stefany tertunduk malu, kulihat Brian mengacak rambut Stefa
Aku membantu Anastasia mendesain sepatu dan tas, namun sia sia. Beberapa kali aku merobek kertas hasil desainku. Adrius terlihat gelagapan saat aku menangkap basah dia sedang memperhatikanku. Dia sangat menggemaskan. Aku menghampiri Adrius dan duduk disampingnya, dia terlihat salah tingkat. “Profesor, kudengar ayahku membatalkan kerja samanya untuk menguak jaringan Odsen” bisikku sambil mencondongkan badanku. “Kita bicarakan setelah aku selesai memeriksa kuis” Adrius menggeser badannya menjauhiku. Aku mencebikkan bibirku. “Adrius, Presiden mencarimu, dia tidak bisa menghubungimu beliau titip pesan agar kau mengecek email” Ucap Brian mengecek ponselnya. “Ponselmu rusak, Profesor?” godaku. Gerrald dan Varro tidak dapat menyembunyikan tawa mereka, Adrius menghujani mereka dengan tatapan tajam. Adrius bangkit menuju mejanya dan segera mengecek email di laptopnya. “Presiden mengundangku makan malam, tumben sekali” Adrius men
“Kau bosan hidup?” bisikku. Vincent langsung melepaskan pelukannya. “Jenny, siapa dia?” tanya Stefany. “Dia temanku” jawabku. “Hai, namaku Vincent, aku temannya – siapa namamu?” tanya Vincent padaku. “Jenny” ucapku dingin. “Aku temannya Jenny” Vincent menjabat tangan semua orang, saat dia berjabat tangan dengan Adrius, Adrius mengeratkan jabatan tangannya, Vincent tersenyum dan membalas jabat tangan Adrius dengan kuat. Melihat mereka saling adu kekuatan saat berjabat tangan aku menampar pergelangan tangan Vincent. “Cukup!” ucapku. Lalu mereka melepaskan jabatan erat tangan mereka. “Bersenang senang lah saat makan malam” ucapku pada Stefany dan yang lainnya. “Jenny, kau ada janji dengan Vincent malam ini?” tanya Anastasia penuh selidik. Aku menganggukkan kepala. “Tenang saja Nona, aku ini pria baik baik” ucap Vincent. “Dengan penampilanmu seperti ini, siapa yang akan
“Salam kenal pak Presiden, saya Jenny” aku mengulurkan tangan kananku untuk berjabat tangan dengan Presiden, sedangkan tangan kiriku sibuk menutupi dadaku, aku mengutuk dalam hati, mengapa malam ini aku harus berpakaian seperti ini. “Kekasihmu cantik sekali” puji Presiden. “Terima kasih pak Presiden” ucapku. “Bukankah Jenny ini teman kalian? Kau Jenny putri tuan Alex Ambrosio bukan?” tanya Angel. “Ya, dia teman kami” Stefany berkata dengan nada ketus. “Adrius, sepertinya kau harus berjuang lebih keras” kekeh Presiden. “Sedang apa kau di hotel bersama Dokter Vincent?” tanya Angel, kulihat senyuman tercetak dibibir indahnya. “Apa aku perlu menjelaskannya padamu?” tanyaku dengan mempertahankan senyuman dibibirku. “Mohon maaf Jenny, putriku sangat lancang” ucap Presiden. “Maafkan aku” cicit Angel, dia tidak dapat menyembunyikan rasa bahagia dihatinya. Aku hanya menganggukkan kepalaku. Pintu lift terb
Keesokan harinya Aku terkejut saat akan pergi ke kampus, Adrius menungguku di ruang tamu sambil berbincang dengan orang tuaku. “Profesor?” ucapku saat melihat Adrius. “Pagi Jenny, kau cantik sekali hari ini” ucapnya sambil memberikan bunga baby breath kesukaan Jenny. Pasti ibuku yang memberi tahu Adrius mengenai bunga favorit Jenny, sayangnya Alcie tidak pernah menyukai bunga. Tapi aku cukup senang dengan kejutan kecil di pagi hari untukku. “Ada urusan dengan Dad?” tanyaku pada Adrius. “Tidak, aku hanya ingin mengantarkanmu ke kampus” ucap Adrius. “Tumben sekali” aku menyelidik. “Aku tidak ingin kau ditempeli laki laki tidak jelas” ucap Adrius dingin. “Apa ini berarti sebentar lagi kita akan memiliki menantu?” kekeh Mom. “Tentu saja, apa kau tahu Sayang, semalam pak Presiden menelponku dan dia bilang dia iri padaku memiliki calon menantu seperti Adrius” sombong Dad. “Apa maksudnya?” ucapku dan Mom bersam
Prang! Varro menjatuhkan gelas yang sedang ia pegang, sedangkan yang lainnya membuka mulut mereka dengan lebar, mereka sangat terkejut dengan ucapan Adrius. Gunung es benar benar telah mencair. “Profesor, nanti malam akan kutemani kau berkonsultasi dengan dokter Vincent” ucapku datar. “Sepertinya dia sudah parah, cepat jadwalkan konsultasinya dengan dokter Vincent” tambah Brian. “Profesor Adrius hanya sedang jatuh cinta” kekeh Anastasia. “Sungguh aku tidak terbiasa melihat gombalan Profesor Adrius” Stefany menggelengkan kepalanya. “Benar, aku terbiasa dengan dingin dan misteriusnya Profesor Adrius, dia sama sekali tidak cocok menjadi pria hangat penuh cinta” ucap Gerrald. Adrius menatap Gerrald dengan pandangan membunuh. “Tatapan seperti itu sangat cocok untukmu” sindir Gerrald. “Sudah jangan bertengkar, ayo kita ke auditorium” ajak Brian. Saat kami tiba di auditorium, sudah cukup banyak mahasiswa dan dosen yang
“Ada apa?” tanya Adrius mendengar percakapan kami. “Tidak ada apa apa” ucapku. “Brian, apa kau bisa menganalisa jenis bom apa yang dipasang disetiap pintu keluar?” tanya Adrius. Aku tidak mendengarkan percakapan mereka, aku harus bertindak, semakin lama waktu terbuang, keadaan akan semakin kacau, kulihat para teroris sedang bernegosiasi dengan seorang Jenderal diluar sana. Aku membuka dua kancing kemejaku, lalu mencepol rambutku keatas, hingga mengekspose leherku yang mulus, belahan dadaku terlihat jelas karena aku membuka dua kancing kemejaku, aku menatap pria yang sedang memegang detonator sambil menggigit bibir bawahku, aku berpura pura ketakutan, namun aku yakin dimatanya aku sangat menggoda. Pria itu mendekatiku dengan tatapan laparnya, aku berpura pura menunduk ketakutan. “Jenny, apa yang kau lakukan?” ucap Stefany tertahan. Adrius melihat kearahku, dia sangat kaget melihat aku membuka dua kancing kemejaku dan mence
Adrius sedang diobati oleh Veronika di klinik kampus, beberapa sandera yang mengalami luka ringan juga sedang dirawat oleh dokter dan petugas kesehatan lainnya.“Bisakah kau melepaskan genggaman tanganmu?” ucapku pada Adrius.“Tidak” jawabnya dingin.“Kau bodoh sekali bisa sampai tertembak” cibirku.“Jenny, berjanjilah, jangan pernah melakukan hal nekat lagi, kewarasanku hilang saat kau diseret oleh pria menjijikan tadi” ucap Adrius emosi.Veronika terlihat tidak nyaman berada diantara kami, setelah menjahit luka Adrius, buru buru dia keluar sambil menahan emosinya.“Apa kau punya solusi lain? Aku sengaja tidak memberitahumu mengenai rencanaku, karena aku tahu kau pasti tidak akan setuju” lirihku.Adrius menarik tubuhku hingga aku duduk dipangkuannya.“Jangan buat aku takut lagi” lirih Adrius sambil melumat lembut bibirku.Aku membalas ciumannya, aku
“Kita akan segera punya cucu!” tambah Moms, lalu mereka berpelukan.“Anak mereka akan memiliki gen yang luar biasa” kekeh Vincent.“Aku setuju, gen unggulan, perpaduan dari Adrius dan Alcie” tambah Gerrald.“Bagaimana kalian tahu lokasi penyanderaan Mom dan yang lainnya?” tanyaku“Kau lupa, pamanmu ini mantan consigliere Odsen?” jawab Adrius.“Ah! Benar juga” kekehku.“Saat kami tiba di markas dan menyadari kau tidak ada di sana, lalu menemukan pesan dari Christoper di ponselmu, aku merasa darahku kering saat itu” ucap Adrius.“Adrius semakin kalut saat Vincent saja tidak tahu dimana letak Altar Odsen” tambah Brian.“Tentu saja, hanya keluarga inti Odsen yang mengetahui lokasinya” ucapku.“Lalu Vincent menghubungi pamanmu” ucap Brian.“Kau bisa hidup tenang sekarang, berbahagialah dengan ke
Adrius dan teman temannya pasti mencariku, jika Odsen tahu aku tidak datang sendirian, aku takut Christoper melukai orang tua dan sahabat sahabatku.Altar Odsen adalah tempat yang hanya diketahui oleh keluarga inti Odsen dan para consigliere, tempat itu biasanya digunakan untuk berkumpul dan membahas hal yang sangat penting. Terletak di sebuah pulau rahasia, jika ingin sampai kesana harus melewati hutan bakau dan menaiki perahu selama tiga puluh menit.“Kau sudah semakin tua sepertinya, lama sekali kau sampai disini” ejek Christoper saat aku tiba di Altar Odsen.“Dimana orang tua dan teman temanku” ucapku to the point.“Maafkan aku, mereka tidak ada disini” ejek Christoper.Christoper lalu mengajakku ke sebuah ruangan, disana ada sebuah layar yang menampilkan orang tua dan sahabat sahabatku.“Kalian baik baik saja?” teriakku saat melihat mereka di layar.Mom, Dad, Stefany dan Anastasia k
Tok Tok! pintu kamar diketuk oleh Gerrald.“Kapten ada dokter Vincent, dia bilang ada yang harus dia sampaikan” ucap Gerrald.Aku dan Adrius bergegas menuju ruang meeting.“Seperti yang telah kita duga, Odsen memutus ekornya, setelah keluar dari rumah sakit, Isabela menyerahkan diri ke polisi, dia mengaku melakukan penyuapan seorang diri, dan Odsen sama sekali tidak terlibat” ucap Vincent penuh emosi.“Apa polisi percaya begitu saja?” tanya Brian.“Mereka masih melakukan penyelidikan” jawab Vincent.“Seharusnya aku bunuh saja wanita itu kemarin” ucapku.Semua orang kompak melirik ke arahku.“Jadi, kau yang menganiaya Isabela hingga tangannya melepuh” tanya Brian.“Wanita menjijikkan seperti dia harusnya musnah saja dari dunia ini” cibirku.“Jangan pernah membuat seorang mafia cemburu” kekeh Vincent.“Aku bu
Suasana di ruang meeting menjadi canggung, selain menyampaikan hasil investigasi, semua orang bungkam, aku sangat paham, mereka menuntut penjelasan dariku, terutama Adrius, wajahnya sangat dingin, sangat tidak bersahabat.“Oke, kerja bagus semuanya, kita akan mulai misi ini saat Gerrald dan Varro diterima bekerja di pabrik Obat” ucapku menutup meeting.“Alcie, apa benar kau adalah Jenny?” lirih Gerrald.“Ya” ucapku sambil membuang nafas kasar.“Wah! kau keterlaluan sekali!” protes Varro.“Sejak kapan kau berani meninggikan suaramu di depanku?” ucapku dingin kepada Varro.Varro lalu menutup mulutnya.“Jika aku mengaku dari awal, kalian tidak akan hormat dan respek lagi padaku” cibirku.“Benar juga” kekeh Gerrald.“Alcie, saat kita bertemu di gedung milik Edward untuk membeli informasi, kami melihatmu memacu motor ke arah pegunungan A
“Apa jadinya jika Jenny bertemu Alcie” batin Adrius.“Kau sedang apa di luar sendirian malam malam?” tanya Adrius.“Aku merindukan ibuku, ayahku dan juga kekasihku” lirihku.“Mereka tidak tahu kau sedang hamil?” tanya Adrius.Aku menganggukkan kepalaku.“Kau belum memberi tahu mereka?” tanya Adrius.“Akan ku beritahu setelah semua ini selesai” ucapku.“Mengapa kau tidak memberitahukan kabar bahagia ini secepatnya?” tanya Adrius.“Mereka pasti akan memintaku untuk berhenti balas dendam” Jawabku.“Itu karena mereka menyayangimu” ucap Adrius.“Jika aku tidak membalas dendam, hidupku tidak akan tenang, jika Odsen tahu aku masih hidup, dia tidak akan membiarkanku hidup bahagia dengan orang orang yang aku cintai” ucapku.Adrius menganggukkan kepalanya.“Kau mengerti alasanku untuk t
“Aku tahu kau memiliki dendam yang besar untuk Christian, tapi jangan seperti ini, jika kau pergi kesana tanpa persiapan, kau yang akan terbunuh” ucap Brian.“Biar kami yang membereskan Christian, kau disini saja memantau kami” tambah Varro.“Hanya aku yang bisa masuk kesana, aku tidak ingin kalian mati konyol, mereka tidak akan memperdulikan kalian pasukan khusus atau apa, mereka tidak akan segan membunuh kalian” ucapku dingin.“Kami tidak ingin kehilanganmu untuk kedua kalinya, bisakah kau memikirkan bayi yang ada di perutmu? jika hal buruk terjadi, kami tidak hanya akan kehilanganmu, tapi juga bayimu” ucap Adrius lembut.Hatiku terkoyak mendengar ucapan Adrius, aku terdiam begitu lama, tenggorokanku terasa seperti tercekik dan aku tidak bisa lagi menahan lelehan air mataku.“Alcie” Adrius menyentuh bahuku.“Kau tidak memiliki dendam sepertiku, apa orang terdekatmu pernah me
“Odsen memiliki sebuah pabrik obat di daerah Paralay, diatas kertas, pabrik tersebut menjual ibuprofen dan antibiotik, namun sebenarnya pabrik itu memproduksi heroin” jelasku.“Bagaimana cara kita menghancurkannya?” tanya Adrius.“Pabrik tersebut terletak di dekat bendungan air, aku berencana menenggelamkannya” ucapku sambil mengangkat sebelah garis bibirku.“Apa tidak ada pemukiman warga di sekitarnya?” tanya Brian.“Apa mereka akan mendirikan pabrik narkoba di dekat pemukiman warga?” tanya Vincent.“Oke, berarti kita tidak usah repot mengevakuasi warga” ucap Brian.“Kita akan menyusup menjadi karyawan pabrik tersebut,lalu membuat seluruh karyawannya keluar dan menjauh dari pabrik dengan cara apapun, setelah itu baru kita tenggelamkan” ucapku.“Kau terdengar seperti Kapten tim khusus sekarang, mana ada mafia yang memikirkan nyawa karyawan pabrik
“Apa apaan ini?” teriak Brian.“Ada apa?” tanyaku pada Adrius.Adrius mengangkat bahunya. Brian menekan sebuah nomor di ponselnya lalu pergi meninggalkan kami.“Ada apa?” tanya Adrius pada Gerrald.“Stefany sedang menghabiskan liburan musim panas di Hawai bersama keluarganya, lalu dia memasang foto di media sosialnya dengan hanya menggunakan bikini” kekeh Gerrald.“Stefany adalah kekasih Brian” jelas Adrius padaku.Aku hanya menganggukkan kepalaku.“Brian sangat posesif ternyata” komentarku.“Semua laki laki sama, mereka tidak mau kecantikan wanitanya dilihat banyak orang” kekeh Adrius.“Apa yang akan kau lakukan jika kekasihmu memakai bikini seperti itu?” tanyaku pada Adrius.“Aku akan menandai seluruh tubuhnya dengan tanda kepemilikanku agar dia tidak berani berpakaian terbuka” ucap Adrius.Aku memb
Adrius memasuki pegadaian Jupiter dengan langkah mantap, salah satu kancing bajunya di pasangi oleh penyadap dan kamera, sehingga kami bisa melihat dan mendengar apapun yang terjadi disana.Aku dan Vincent menunggu di gedung sebelah untuk memantau situasi, kami sedang menatap layar laptop yang terhubung dengan kamera yang dipasang di baju Adrius, sedangkan Brian, Varro, dan Gerrald bersiap mengepung pegadaian Jupiter.“Bagus sekali, semua karyawan Jupiter masuk kerja hari ini” ucap Vincent senang.“Kita dapat tangkapan ikan besar” kekehku.Saat Adrius memberi aba aba, Brian dan yang lainnya mengepung dan memaksa semua karyawan Jupiter untuk menyerah, namun tidak disangka komplotan preman datang menyerang, dan terjadilah baku hantam antara tim Obsidian dan para preman.Gerrald berfokus pada menyelamatkan warga sipil yang berada disana, sedangkan Varro, Brian dan Adrius menghajar para preman.“Aku tidak bisa melih