Keesokan harinya Aku terkejut saat akan pergi ke kampus, Adrius menungguku di ruang tamu sambil berbincang dengan orang tuaku.
“Profesor?” ucapku saat melihat Adrius.
“Pagi Jenny, kau cantik sekali hari ini” ucapnya sambil memberikan bunga baby breath kesukaan Jenny.
Pasti ibuku yang memberi tahu Adrius mengenai bunga favorit Jenny, sayangnya Alcie tidak pernah menyukai bunga. Tapi aku cukup senang dengan kejutan kecil di pagi hari untukku.
“Ada urusan dengan Dad?” tanyaku pada Adrius.
“Tidak, aku hanya ingin mengantarkanmu ke kampus” ucap Adrius.
“Tumben sekali” aku menyelidik.
“Aku tidak ingin kau ditempeli laki laki tidak jelas” ucap Adrius dingin.
“Apa ini berarti sebentar lagi kita akan memiliki menantu?” kekeh Mom.
“Tentu saja, apa kau tahu Sayang, semalam pak Presiden menelponku dan dia bilang dia iri padaku memiliki calon menantu seperti Adrius” sombong Dad.
“Apa maksudnya?” ucapku dan Mom bersam
Prang! Varro menjatuhkan gelas yang sedang ia pegang, sedangkan yang lainnya membuka mulut mereka dengan lebar, mereka sangat terkejut dengan ucapan Adrius. Gunung es benar benar telah mencair. “Profesor, nanti malam akan kutemani kau berkonsultasi dengan dokter Vincent” ucapku datar. “Sepertinya dia sudah parah, cepat jadwalkan konsultasinya dengan dokter Vincent” tambah Brian. “Profesor Adrius hanya sedang jatuh cinta” kekeh Anastasia. “Sungguh aku tidak terbiasa melihat gombalan Profesor Adrius” Stefany menggelengkan kepalanya. “Benar, aku terbiasa dengan dingin dan misteriusnya Profesor Adrius, dia sama sekali tidak cocok menjadi pria hangat penuh cinta” ucap Gerrald. Adrius menatap Gerrald dengan pandangan membunuh. “Tatapan seperti itu sangat cocok untukmu” sindir Gerrald. “Sudah jangan bertengkar, ayo kita ke auditorium” ajak Brian. Saat kami tiba di auditorium, sudah cukup banyak mahasiswa dan dosen yang
“Ada apa?” tanya Adrius mendengar percakapan kami. “Tidak ada apa apa” ucapku. “Brian, apa kau bisa menganalisa jenis bom apa yang dipasang disetiap pintu keluar?” tanya Adrius. Aku tidak mendengarkan percakapan mereka, aku harus bertindak, semakin lama waktu terbuang, keadaan akan semakin kacau, kulihat para teroris sedang bernegosiasi dengan seorang Jenderal diluar sana. Aku membuka dua kancing kemejaku, lalu mencepol rambutku keatas, hingga mengekspose leherku yang mulus, belahan dadaku terlihat jelas karena aku membuka dua kancing kemejaku, aku menatap pria yang sedang memegang detonator sambil menggigit bibir bawahku, aku berpura pura ketakutan, namun aku yakin dimatanya aku sangat menggoda. Pria itu mendekatiku dengan tatapan laparnya, aku berpura pura menunduk ketakutan. “Jenny, apa yang kau lakukan?” ucap Stefany tertahan. Adrius melihat kearahku, dia sangat kaget melihat aku membuka dua kancing kemejaku dan mence
Adrius sedang diobati oleh Veronika di klinik kampus, beberapa sandera yang mengalami luka ringan juga sedang dirawat oleh dokter dan petugas kesehatan lainnya.“Bisakah kau melepaskan genggaman tanganmu?” ucapku pada Adrius.“Tidak” jawabnya dingin.“Kau bodoh sekali bisa sampai tertembak” cibirku.“Jenny, berjanjilah, jangan pernah melakukan hal nekat lagi, kewarasanku hilang saat kau diseret oleh pria menjijikan tadi” ucap Adrius emosi.Veronika terlihat tidak nyaman berada diantara kami, setelah menjahit luka Adrius, buru buru dia keluar sambil menahan emosinya.“Apa kau punya solusi lain? Aku sengaja tidak memberitahumu mengenai rencanaku, karena aku tahu kau pasti tidak akan setuju” lirihku.Adrius menarik tubuhku hingga aku duduk dipangkuannya.“Jangan buat aku takut lagi” lirih Adrius sambil melumat lembut bibirku.Aku membalas ciumannya, aku
“Pagi” ucap Adrius saat aku terbangun keesokan harinya.Aku hanya tersenyum melihat wajah tampan Adrius menyambut pagiku. Adrius lalu menciumi seluruh wajahku dan mencoba meremas bukit kembarku.“Adrius, apa kau tidak lelah?” sinisku, sungguh intiku saat ini terasa sakit.“Aku tidak akan lelah jika itu bersamamu, aku mencintaimu” ucap Adrius sambil mencium keningku.Adrius memakai kaos dan celananya, lalu keluar kamar untuk membuat sarapan. Aku masih tertidur diatas ranjang, aku merasakan seluruh tulangku remuk, Adrius menggempur habis habisan semalam. Adrius seperti seorang pria yang tidak pernah bertemu wanita selama seratus tahun.Saat berjalan ke kamar mandi, aku merasakan ketidaknyamanan di inti tubuhku, aku memaksakan diri untuk mandi karena tubuhku sudah lengket, penuh dengan berbagai macam cairan. Aku sangat terkejut melihat tubuhku sendiri, aku seperti orang yang terkena penyakit kulit, terdapat bercak merah dimana mana.Selesai mandi aku melih
“Jenny hebat sekali, dia sangat mahir bela diri dan menggunakan senjata” ucap Anastasia.“Jenny memang dilatih dari kecil untuk melindungi dirinya” ucap Dad.“Oh, pantas saja dia sangat ahli bela diri” ucap Stefany.“Walaupun tubuhnya lemah, kami ingin dia bisa melindungi dirinya sendiri, dia seorang wanita dan anak seorang pengusaha, walaupun aku tidak pernah mencari masalah dengan orang lain, namun banyak orang yang iri dengan kami, terutama saingan bisnis kami” ucap Dad.“Kami menyewa pelatih profesional untuk mengajari Jenny, namun semenjak Jenny kecelakaan, latihannya di hentikan” tambah Mom.“Oh begitu, pantas saja kemampuan Jenny sangat luar biasa” puji Anastasia.“Ya, kami tidak ingin Jenny terluka, saat kami tidak bisa melindunginya, kami harap dia bisa melindungi dirinya sendiri” ucap Dad, aku merasakan ucapan Dad bermakna ganda untukku.“Mom, aku sampai berpikir, kalau Jenny adalah ketua pa
“Mereka harus mengetahui resiko memiliki kekasih anggota pasukan khusus jika memutuskan terus menjalin hubungan dengan Brian dan Gerrald” ucap Adrius.“Kau benar, ayo pulang, matahari sudah terbenam” ajakku.Saat didalam mobil, Adrius mengeluarkan sebuah kotak, lalu membukanya, aku melihat sebuah cincin yang sangat indah bertahtakan berlian.“Jenny, maukah kau menikah denganku?” tanya Adrius.“Hah?” ucapku bingung.“Kau harus mau, aku tidak akan memaksamu menikah dalam waktu yang dekat, aku bisa menunggumu hingga kau lulus kuliah ataupun bekerja, tapi aku akan mengikatmu dengan ini, kau tidak boleh mendekati laki laki lain selain aku” ucapnya posesif sambil menyelipkan cincin di jari manisku.“Hey! Ini pemaksaan” cibirku.“Aku tidak peduli, kau sudah memakai cincinnya, kau harus mau” kekeh Adrius.Aku hanya tertawa mendengar ucapan Adrius, Adrius mendekatkan wajahnya, aku menutup mataku, lalu kami berciuman
“Entahlah, sepertinya dia memiliki sesuatu hingga Odsen tidak berani melenyapkannya” ucap Vincent.“Aku penasaran apa itu” kekeh ku.“Aku yakin, seluruh informasi rahasia yang dia miliki ada di sebuah flashdisk yang dia kalungkan di lehernya, jika dilihat sekilas, itu hanya seperti bandul biasa, namun sebenarnya itu adalah sebuah flashdisk tempat menyimpan data” jelas Vincent.“Aku akan mengambil flash disk itu sekarang” ucapku.“Aku dengar, tidak mudah membuat janji temu dengannya” ucap Vincent.“Edward adalah bawahanku dulu saat masih di Odsen, aku tahu jalan pikirannya” ucapku sambil tersenyum.Aku menghubungi nomor asisten Edward yang diberikan oleh Vincent, benar saja, saat aku menawarkan Ruby dan Zamrud, dia langsung menyetujui bertemu denganku.“Kau hebat sekali, orang lain harus mengantri untuk bertemu dengannya” kekeh Vincent.“Dia masih tidak berubah, masih tergila gila dengan batu mulia&rdqu
“Jangan terlihat lemah saat kalian bernegosiasi” ucapku pada Adrius dan Brian sambil mengembalikan 3 koper berisi uang.“Te—terima kasih” ucap Adrius dan Brian kompak.Setelah mendapatkan flashdisk dan membantu Adrius, aku meninggalkan mereka lalu memacu motor sport dengan kecepatan sangat tinggi. Di sebuah terowongan di pinggiran kota, Vincent sudah menunggu dengan mobilnya.“Kenapa kau menyuruhku kesini?” tanya Vincent.“Bawa motor ini ke daerah di sekitar pegunungan yang tidak terdapat CCTV, jika perlu, simpan di sana selama beberapa hari” perintahku.“Setidaknya beri aku penjelasan” ucap Vincent dengan nada dingin.“Aku bertemu Adrius dan Brian saat menemui Edward, aku yakin mereka akan melacak keberadaan” jelasku.“Kenapa kau harus bersembunyi dari mereka?” tanya Vincent.“Setelah semuanya berakhir, dendamku telah terbalaskan, aku akan memberitahu mereka” ucapku.Kami bertukar tempat, V
“Kita akan segera punya cucu!” tambah Moms, lalu mereka berpelukan.“Anak mereka akan memiliki gen yang luar biasa” kekeh Vincent.“Aku setuju, gen unggulan, perpaduan dari Adrius dan Alcie” tambah Gerrald.“Bagaimana kalian tahu lokasi penyanderaan Mom dan yang lainnya?” tanyaku“Kau lupa, pamanmu ini mantan consigliere Odsen?” jawab Adrius.“Ah! Benar juga” kekehku.“Saat kami tiba di markas dan menyadari kau tidak ada di sana, lalu menemukan pesan dari Christoper di ponselmu, aku merasa darahku kering saat itu” ucap Adrius.“Adrius semakin kalut saat Vincent saja tidak tahu dimana letak Altar Odsen” tambah Brian.“Tentu saja, hanya keluarga inti Odsen yang mengetahui lokasinya” ucapku.“Lalu Vincent menghubungi pamanmu” ucap Brian.“Kau bisa hidup tenang sekarang, berbahagialah dengan ke
Adrius dan teman temannya pasti mencariku, jika Odsen tahu aku tidak datang sendirian, aku takut Christoper melukai orang tua dan sahabat sahabatku.Altar Odsen adalah tempat yang hanya diketahui oleh keluarga inti Odsen dan para consigliere, tempat itu biasanya digunakan untuk berkumpul dan membahas hal yang sangat penting. Terletak di sebuah pulau rahasia, jika ingin sampai kesana harus melewati hutan bakau dan menaiki perahu selama tiga puluh menit.“Kau sudah semakin tua sepertinya, lama sekali kau sampai disini” ejek Christoper saat aku tiba di Altar Odsen.“Dimana orang tua dan teman temanku” ucapku to the point.“Maafkan aku, mereka tidak ada disini” ejek Christoper.Christoper lalu mengajakku ke sebuah ruangan, disana ada sebuah layar yang menampilkan orang tua dan sahabat sahabatku.“Kalian baik baik saja?” teriakku saat melihat mereka di layar.Mom, Dad, Stefany dan Anastasia k
Tok Tok! pintu kamar diketuk oleh Gerrald.“Kapten ada dokter Vincent, dia bilang ada yang harus dia sampaikan” ucap Gerrald.Aku dan Adrius bergegas menuju ruang meeting.“Seperti yang telah kita duga, Odsen memutus ekornya, setelah keluar dari rumah sakit, Isabela menyerahkan diri ke polisi, dia mengaku melakukan penyuapan seorang diri, dan Odsen sama sekali tidak terlibat” ucap Vincent penuh emosi.“Apa polisi percaya begitu saja?” tanya Brian.“Mereka masih melakukan penyelidikan” jawab Vincent.“Seharusnya aku bunuh saja wanita itu kemarin” ucapku.Semua orang kompak melirik ke arahku.“Jadi, kau yang menganiaya Isabela hingga tangannya melepuh” tanya Brian.“Wanita menjijikkan seperti dia harusnya musnah saja dari dunia ini” cibirku.“Jangan pernah membuat seorang mafia cemburu” kekeh Vincent.“Aku bu
Suasana di ruang meeting menjadi canggung, selain menyampaikan hasil investigasi, semua orang bungkam, aku sangat paham, mereka menuntut penjelasan dariku, terutama Adrius, wajahnya sangat dingin, sangat tidak bersahabat.“Oke, kerja bagus semuanya, kita akan mulai misi ini saat Gerrald dan Varro diterima bekerja di pabrik Obat” ucapku menutup meeting.“Alcie, apa benar kau adalah Jenny?” lirih Gerrald.“Ya” ucapku sambil membuang nafas kasar.“Wah! kau keterlaluan sekali!” protes Varro.“Sejak kapan kau berani meninggikan suaramu di depanku?” ucapku dingin kepada Varro.Varro lalu menutup mulutnya.“Jika aku mengaku dari awal, kalian tidak akan hormat dan respek lagi padaku” cibirku.“Benar juga” kekeh Gerrald.“Alcie, saat kita bertemu di gedung milik Edward untuk membeli informasi, kami melihatmu memacu motor ke arah pegunungan A
“Apa jadinya jika Jenny bertemu Alcie” batin Adrius.“Kau sedang apa di luar sendirian malam malam?” tanya Adrius.“Aku merindukan ibuku, ayahku dan juga kekasihku” lirihku.“Mereka tidak tahu kau sedang hamil?” tanya Adrius.Aku menganggukkan kepalaku.“Kau belum memberi tahu mereka?” tanya Adrius.“Akan ku beritahu setelah semua ini selesai” ucapku.“Mengapa kau tidak memberitahukan kabar bahagia ini secepatnya?” tanya Adrius.“Mereka pasti akan memintaku untuk berhenti balas dendam” Jawabku.“Itu karena mereka menyayangimu” ucap Adrius.“Jika aku tidak membalas dendam, hidupku tidak akan tenang, jika Odsen tahu aku masih hidup, dia tidak akan membiarkanku hidup bahagia dengan orang orang yang aku cintai” ucapku.Adrius menganggukkan kepalanya.“Kau mengerti alasanku untuk t
“Aku tahu kau memiliki dendam yang besar untuk Christian, tapi jangan seperti ini, jika kau pergi kesana tanpa persiapan, kau yang akan terbunuh” ucap Brian.“Biar kami yang membereskan Christian, kau disini saja memantau kami” tambah Varro.“Hanya aku yang bisa masuk kesana, aku tidak ingin kalian mati konyol, mereka tidak akan memperdulikan kalian pasukan khusus atau apa, mereka tidak akan segan membunuh kalian” ucapku dingin.“Kami tidak ingin kehilanganmu untuk kedua kalinya, bisakah kau memikirkan bayi yang ada di perutmu? jika hal buruk terjadi, kami tidak hanya akan kehilanganmu, tapi juga bayimu” ucap Adrius lembut.Hatiku terkoyak mendengar ucapan Adrius, aku terdiam begitu lama, tenggorokanku terasa seperti tercekik dan aku tidak bisa lagi menahan lelehan air mataku.“Alcie” Adrius menyentuh bahuku.“Kau tidak memiliki dendam sepertiku, apa orang terdekatmu pernah me
“Odsen memiliki sebuah pabrik obat di daerah Paralay, diatas kertas, pabrik tersebut menjual ibuprofen dan antibiotik, namun sebenarnya pabrik itu memproduksi heroin” jelasku.“Bagaimana cara kita menghancurkannya?” tanya Adrius.“Pabrik tersebut terletak di dekat bendungan air, aku berencana menenggelamkannya” ucapku sambil mengangkat sebelah garis bibirku.“Apa tidak ada pemukiman warga di sekitarnya?” tanya Brian.“Apa mereka akan mendirikan pabrik narkoba di dekat pemukiman warga?” tanya Vincent.“Oke, berarti kita tidak usah repot mengevakuasi warga” ucap Brian.“Kita akan menyusup menjadi karyawan pabrik tersebut,lalu membuat seluruh karyawannya keluar dan menjauh dari pabrik dengan cara apapun, setelah itu baru kita tenggelamkan” ucapku.“Kau terdengar seperti Kapten tim khusus sekarang, mana ada mafia yang memikirkan nyawa karyawan pabrik
“Apa apaan ini?” teriak Brian.“Ada apa?” tanyaku pada Adrius.Adrius mengangkat bahunya. Brian menekan sebuah nomor di ponselnya lalu pergi meninggalkan kami.“Ada apa?” tanya Adrius pada Gerrald.“Stefany sedang menghabiskan liburan musim panas di Hawai bersama keluarganya, lalu dia memasang foto di media sosialnya dengan hanya menggunakan bikini” kekeh Gerrald.“Stefany adalah kekasih Brian” jelas Adrius padaku.Aku hanya menganggukkan kepalaku.“Brian sangat posesif ternyata” komentarku.“Semua laki laki sama, mereka tidak mau kecantikan wanitanya dilihat banyak orang” kekeh Adrius.“Apa yang akan kau lakukan jika kekasihmu memakai bikini seperti itu?” tanyaku pada Adrius.“Aku akan menandai seluruh tubuhnya dengan tanda kepemilikanku agar dia tidak berani berpakaian terbuka” ucap Adrius.Aku memb
Adrius memasuki pegadaian Jupiter dengan langkah mantap, salah satu kancing bajunya di pasangi oleh penyadap dan kamera, sehingga kami bisa melihat dan mendengar apapun yang terjadi disana.Aku dan Vincent menunggu di gedung sebelah untuk memantau situasi, kami sedang menatap layar laptop yang terhubung dengan kamera yang dipasang di baju Adrius, sedangkan Brian, Varro, dan Gerrald bersiap mengepung pegadaian Jupiter.“Bagus sekali, semua karyawan Jupiter masuk kerja hari ini” ucap Vincent senang.“Kita dapat tangkapan ikan besar” kekehku.Saat Adrius memberi aba aba, Brian dan yang lainnya mengepung dan memaksa semua karyawan Jupiter untuk menyerah, namun tidak disangka komplotan preman datang menyerang, dan terjadilah baku hantam antara tim Obsidian dan para preman.Gerrald berfokus pada menyelamatkan warga sipil yang berada disana, sedangkan Varro, Brian dan Adrius menghajar para preman.“Aku tidak bisa melih