Share

Dying Wish Act 6.

Author: xynaerylynix
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Lalu, apa yang akan kau lakukan? Biar pun kamu mengetahui tujuannya adalah untuk hal yang mulia. Tapi tetap saja, membunuh manusia itu merupakan tindak kriminal.”

“Aku tahu itu,” balas Peter yang mulai kembali terlihat putus asa, “Selain karena dia adalah Bangsawan Kriminal, juga seorang wanita yang berjuang untuk hak kaumnya. Dia juga adalah tunanganku! Orang yang kucintai! Aku mana tega menyeretnya ke pengadilan. Yang ada, aku akan gila karena cintaku kandas dan belahan jiwaku mati.”

“Ternyata, seorang Peter Compbell Spade tidak bisa berkutik di hadapan cinta, ya,” ledek Caius yang membuat Peter menatapngnya jengkel.

“Daripada meledekku, tolong pergilah ke Rowless Street dan ambil kemeja, jas, dan dasi milikku,” pinta Peter seraya memandang malas pada Caius.

“Dasi? Apa yang akan kau lakukan dengan dasi itu?”

“Untuk mengikat mulutmu itu agar tidak berbi

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • The Lord of The Criminal   Dying Wish Act 7.

    Sebastian berusaha menyusul Peter yang terlihat terburu-buru meninggalkan Istana. Pria bersurai gelap itu tampaknya masih sangat terkejut dengan keputusan akhir atas permintaan sang ratu.Ratu Joan meminta putra bungsu Keluarga Spade itu untuk memburu Bangsawan Kriminal, kemudian membunuhnya pada saat itu juga. Tentunya Peter sempat kebingungan sampai-sampai membuatnya melirik pada sang kakak, meminta penjelasan sesuatu. Namun sayang, sang kakak justru memalingkan wajahnya. Yang membuat Peter seketika dilanda emosi dan berakhir mengatakan pada sang ratu, bahwa ia akan melakukan caranya sendiri untuk memecahkan masalah ini.“Peter, kenapa kamu menolaknya dengan keras seperti itu?” tanya Sebastian ketika mereka berhasil keluar dari istana, “Apa ada sesuatu yang kau sembunyikan selain identitas Bangsawan Kriminal?”Peter hanya terdiam. Membiarkan gigi-giginya bergemeletuk karena masih merasa kesal terhadap sang kakak, &ldquo

  • The Lord of The Criminal   Dying Wish Act 8.

    Kota London kembali menyambut malam dalam perasaan gelisah. Para kelas atas kembali merasa resah, takut jika malam ini adalah gilirannya untuk mati di tangan seorang gadis gila, yang menyebut dirinya sebagai Bangsawan Kriminal. Raja dari segala jenis bentuk kriminal di Kota London.Berbeda dengan Peter. Pria bersurai kelabu tersebut justru menantikan malam dengan penuh suka cita, walaupun wajahnya berkata tidak. Pria itu bergeming di tempatnya, membiarkan kamar sewanya hanya diterangi oleh cahaya temaram dari lilin dan sinar rembulan yang mengintip dari balik hordeng.Suara ketukan pintu kemudian memecahkan keheningan, juga lamunan Peter yang semula asyik menyelami alam bawah sadarnya. Peter menoleh, menatap pintu tersebut yang kembali diketuk ketika tidak ada sahutan darinya.Peter menyandarkan bokongnya pada meja kerja, “Masuklah.”Suara ketukan pintu itu kemudian berakhir. Digantikan dengan suara knop pintu yang diputar, ke

  • The Lord of The Criminal   Dying Wish Act 9.

    Kota London pada malam itu, bukan lagi diteror oleh kehadiran Bangsawan Kriminal. Melainkan teror kebakaran yang terjadi di beberapa tempat.Awal mula terjadi kebakaran berasal dari Kediaman Wysteria. Secara mengejutkan, asap hitam membumbung tinggi di udara. Kemudian disusul dengan warna merah kejinggaan yang membuat langit malam yang seharusnya gelap, terlihat terang.Disusul dengan kebakaran yang terjadi di Menara London. Hal tersebut benar-benar menarik perhatian para bangsawan dan juga rakyat. Mereka bahkan langsung mengklaim, jika kebakaran ini adalah ulah Bangsawan Kriminal.Para rakyat kelas rendah berkumpul di sebuah perempatan. Mereka tampaknya sedang mendiskusikan sesuatu sembari memperhatikan asap hitam yang membumbung tinggi ke atas langit.“Terjadi banyak kebakaran di beberapa tempat dalam satu waktu. Ini hal buruk, Woods. Para anak muda sedang berusaaha memadamkan api di Kediaman Wysteria.”Pria yang dipa

  • The Lord of The Criminal   Dying Wish Act 10.

    “Sepertinya, pertarungan di antara mereka berdua telah dimulai.”Suara Lucian terdengar, menginterupsi lamunan Reynox yang sedang menyaksikan pertarungan antara Lumiere dan Peter dari jauh. Merasa tidak mendapatkan balasan dari pria bertubuh jangkung tersebut, membuat Lucian semakin mendekat pada Reynox.“Banyak warga bersama dengan bangsawan menonton pertarungan ini dengan menahan napas. Saat ini mungkin mereka berdoa agar Spade keluar sebagai pemenang,” tutur Lucian semakin menumpulkan ekspresi wajahnya, saat melihat Reynox sedang menyesali sesuatu. “Tidak ada lagi yang bisa kita lakukan untuk ini.”“Lucian,” panggil Reynox seraya mendongak untuk menatap Lucian, “Benar tidak apa-apa?”Lucian mengangguk ringan, “Takdir apa yang sedang menunggu mereka saat ini?” Pria berkacamata itu kemudian mengarahkan pandangannya ke atas menara jembatan, “Aku berniat melihatn

  • The Lord of The Criminal   Dying Wish Act 11.

    Tiga Bulan Kemudian.Lucian memandang kosong langit kota London yang sangat cerah hari ini, dari balik jendela kereta kuda yang sedang dinaiki olehnya. Hamparan horizon berwarna biru cerah, dihiasi dengan gumpalan-gumpalan awan berwarna putih, yang terlihat seperti kapas. Hiruk pikuk yang terjadi pada London terlihat seperti biasanya. Seakan-akan kejadian di mana London dilahap oleh api, juga pertarungan antara seorang detektif ternama dengan rajanya kriminal Inggris, tidak pernah terjadi.Pembicaraan tentang kedua pasangan fenomenal tersebut pun ditelan oleh bumi. Tidak ada lagi bisik-bisik dari kerumunan yang membicarakan mereka. Tidak ada lagi surat kabar yang menyantumkan berita kematian Bangsawan, ataupun terkuaknya kasus bangsawan kotor.“Kita sudah sampai, Tuan.”Lucian berdeham kecil, kemudian memakai kembali topi yang sempat ia lepas. Menunggu kereta kuda ini berhenti total, kemudian ia turun dengan penuh wib

  • The Lord of The Criminal   Blessed-Cursed Act 1.

    Empat Tahun Kemudian.Empat Tahun Kemudian.Seorang pria bertubuh tinggi menjulang, dengan surai cokelat madu yang berkibar terbawa angin ketika topi yang ia kenakan itu dilepas. Menampilkan wajah tampan, namun sayangnya dihiasi oleh sebuah bekas luka bakar, iris mata berwarna biru, terlihat seperti keindahan langit di siang hari yang cerah. Namun sedikit lebih gelap dari warna horizon tersebut.Kaki jenjangnya kemudian melangkah, memasuki sebuah hotel dan pergi menuju ke ballroom. Berniat menghadiri sebuah pesta dansa karena ia mendapatkan undangan. Kemunculannya tersebut sepertinya tidak begitu menarik perhatian para tamu undangan lain. Entah karena mereka terlalu sibuk bergosip, atau memang keberadaan pria tersebut ditenggelamkan oleh puluhan orang tersebut.Namun, hal tersebut tentunya menguntungkan sang pria.“Permisi, saya ingin check in untuk menghadiri pesta dansa E

  • The Lord of The Criminal   Blessed-Cursed Act 2.

    Ashen, yang saat ini menyamar sebagai seorang butler, tersebut berjalan mendekat ke arah Adam Roenhart yang sedang asyik mengobrol dengan beberapa temannya. Tangan Ashen kemudian merogoh ke saku pakaian pelayan ia kenakan, mengeluarkan sebuah kunci untuk memulai rencana yang sudah mereka susun.Ashen melirik pada Raven yang sudah berada di jangkauan, kemudian, menjatuhkan kunci tersebut di dekat Adam dan melenggang pergi begitu saja. Seolah-olah ia tidak pernah menjatuhkan apa pun di sekitar sana.Merasa sudah waktunya ia bermain peran, Raven mendekat dan memungut kunci tersebut. Kemudian memanggil Adam yang beruntungnya langsung menoleh.“Permisi, Tuan. Apakah ini milik Anda? Ini adalah kunci kamar penginapan Anda, Tuan,” ujar Raven seraya menunjukkan kunci tersebut pada Adam.“Kunci?” Adam langsung saja meraba saku di dada kirinya. “Ah, itu bukan punyaku.” Dia kemudian menepuk-nepuk lembut da

  • The Lord of The Criminal   Blessed-Cursed Act 3.

    “Terima kasih karena Anda sudah menuruti permintaan egois saya malam ini,” ujar Lucian ketika permainan tambahan mereka akhirnya berakhir.Adam tersenyum, merasa tidak mempermasalahkan permintaan tersebut karena ia juga menikmatinya, “Sama-sama. Aku juga ingin berterima kasih karena sudah memberikanku waktu untuk bermain hebat seperti tadi. Aku harap bisa bertemu dengan Anda di lain waktu.”Lucian hanya tersenyum lembut untuk menanggapi keinginan Adam tersebut. “Jika saya senggang, akan saya kabari Anda untuk bermain kartu lagi.”“Baiklah,” Adam mengangguk, “Aku pergi dulu.”Melihat kepergian Adam, tentunya membuat Ashen terkejut sekaligus panik. Pria bertubuh pendek tersebut bahkan tanpa melihat situasi, mengaktifkan mikrofon pada alat yang terpasang di telinga tersebut.“Roenhart sedang berjalan menuju ke kamarnya. Aku tidak bisa menahannya di sini tanpa alasan yan

Latest chapter

  • The Lord of The Criminal   Aurora Association Act 2.

    Kedua alis Lumiere saling bertaut. Gadis bersurai cokelat madu tersebut tampaknya sangat tidak menyukai apa yang baru saja ia dengar.Inggrid Rovein, pria yang menjadi target misi mereka kali ini tersebut, sedari tadi melontarkan bualan tentang kesehatan dan sumber ketakutan manusia. Pria beralis tebal tersebut pria tersebut mengatakan, kematian merupakan sumber ketakutan palin dasar yang diderita oleh manusia. Meskipun seorang manusia telah menjaga kesehatannya, dan bahkan memiliki kekayaan yang banyak, mereka tidak dapat menghindari kematian yang kedatangannya tidak bisa diprediksi tersebut.Dan hal yang semakin membuat Lumiere merasa muak adalah, pria itu dengan santainya mengatakan bahwa, ia telah menemukan cara untuk hidup kembali setelah mengalami kematian. Perhatian Lumiere pun kini tertuju pada sebuah peti mati yang telah terbuka, menampilkan sesosok mayat seorang perempuan, usianya diperkirakan baru menginjak delapan belas tahun. Kulitnya terl

  • The Lord of The Criminal   Aurora Association Act 1.

    Miya, bahkan sampai Lucian pun memandang takjub kapal pesiar mewah dan berukuran besar di hadapan mereka.“Jadi ... ini adalah kapal RMS Titanic yang pernah karam ribuan tahun yang lalu?” tanya Miya seraya memalingkan pandangannya ke arah Reynox. “Kau beruntung sekali bisa ikut naik ke kapal besar itu.”Reynox berdecak, memilih untuk mengabaikan Miya. Kedua netra emasnya yang tajam itu mengamati seluruh bagian dari tubuh kapal berukuran super besar tersebut. Reynox tahu soal tenggelamnya sebuah kapal, yang kisahnya menjadi legendaris hingga ribuan tahun tersebut. Dan Reynox sendiri menjadi ragu, apakah kapal kedua dari RMS Titanic ini akan memiliki nasib yang sama seperti kakaknya, atau tidak.“Tolong antarkan barang bawaan kami di kamar nomor A12 kelas satu,” ujar Peter pada seorang petugas kapal yang menghampirinya. Setelah memastikan petugas kapal tersebut mengangkut barang bawaannya dan Lumiere, Peter meng

  • The Lord of The Criminal   The Story about Lucius and His Lover Act 9.

    Lumiere membenarkan kembali letak topeng pesta yang sedang dipakai olehnya. Gadis bersurai cokelat madu tersebut kemudian memantapkan kembali hatinya, memantapkan niatnya untuk mengunjungi pasar gelap yang dikelola oleh pemerintah Inggris.“Tidak perlu takut,” bisik Peter yang memaksa untuk ikut. Pria itu membantu istrinya tersebut untuk merapikan penampilannya tersebut. “Kita hanya perlu melakukan penyelidikan, tanpa membuat keributan apa pun selain mau membeli manusia yang akan dijajakan oleh mereka.”Lumiere mengangguk, mendongakkan kepalanya untuk menatap wajah tampan Peter yang bersembunyi dibalik tudung jubah yang pria itu kenakan tersebut. “Sepertinya, setelah ini kamu harus memotong rambutmu.”“Benarkah? Sayang sekali kalau dipotong,” ujar Peter seraya menaik turunkan alisnya, bermaksud menggoda Lumiere. “Padahal kamu sangat menyukai rambut panjangku ini.”“Atau uba

  • The Lord of The Criminal   The Story about Lucius and His Lover Act 8.

    “Ini informasi terkait Inggrid Rovein yang kamu minta.”Lumiere menerima satu bundel dokumen yang diserahkan oleh Ashen tersebut. Gadis bersurai cokelat madu itu langsung membacanya. Tenggelam dalam ribuan kosa kata yang tertulis di sana, menyampaikan informasi tentang sesosok Inggrid Rovein yang terasa misterius sekaligus terasa tidak asing tersebut.“Dia ... satu jenis dengan Charles Evanescene,” ujar Ashen yang membuat Lumiere dan Peter menatapnya terkejut. “Ada sedikit perbedaan di antara mereka. Charles melakukan pemerasan untuk melihat kesengsaraan orang lain. Sedangkan Inggrid ... dia murni melakukannya untuk mendapatkan seseorang.”“Hah?” Kedua alis Peter terangkat, merasa bingung dengan maksud dari perkataan Ashen tersebut. “Apa maksudnya?”“Perdagangan manusia,” jawab Ashen dengan wajah yang menggelap karena menahan amarahnya. “Inggrid melakukan hal te

  • The Lord of The Criminal   The Story about Lucius and His Lover Act 7.

    Darius menggigiti kuku-kuku jari tangannya. Pria paruh baya tersebut terlihat cemas lantarana putra dan calon menantunya tersebut menghilang sejak kemarin.“Sayang, sudahlah,” ujar Viona terlihat santai memandangi jari-jari tangannya yang terlihat indah tersebut. “Mereka pasti sedang pergi ke suatu tempat untuk menikmati waktu bersama. Sebentar lagi juga mereka akan pulang.”“Ini sudah hampir siang hari, Viona!” bentak Darius yang membuat Viona tersentak terkejut. “Mana mungkin mereka pergi selama ini.”“Ya terus kita harus bagaimana? Mencari mereka? Kita saja tidak tahu mereka pergi ke mana!” Viona balik membentak, karena merasa kesal setelah dibentak oleh Darius tersebut. “Kita tidak bisa berbuat banyak untuk saat ini. Lebih baik kamu duduk tenang dan menunggu kedatangan mereka. Mereka pasti pulang.”Perdebatan mereka kemudian terhenti saat mendengar suara ketukan p

  • The Lord of The Criminal   The Story about Lucius and His Lover Act 6.

    Kediaman Keluarga Wysteria, sekaligus markas MI6, digegerkan oleh kedatangan Arnold Rudeus yang membuat keributan di pagi hari. Bahkan pria bertempramen buruk itu sampai merangsek maju dan menerobos masuk. Sampai-sampai membuat Reynox harus turun tangan karena sama-sama bertubuh besar.Tujuan Arnold melakukan hal tersebut adalah, untuk merebut kembali Alyn yang diculik oleh Lucius kemarin pagi. Namun pada kenyataannya, Lucius hanya menyelamatkan Alyn dan kekejaman Arnold. Yang tidak segan-segan melakukan tindak kekerasan terhadap wanita.“Tenangkan dirimu, Bung!” bentak Reynox seraya menahan tubuh besar Arnold yang hendak menerobos masuk semakin dalam. Bahkan, Reynox harus mengeluarkan seluruh kekuatan tubuhnya agar bisa menghentikan pergerakan Arnold.“Minggir! Aku harus membawa pulang Alyn!” rutuk Arnold berusaha terus melangkah maju.“Jangan membuat kekacauan di kantorku, Tuan Muda Rudeus!”Ba

  • The Lord of The Criminal   The Story about Lucius and His Lover Act 5.

    Alyn mengernyit ketakutan ketika apa yang terjadi pada hari itu, hari di mana ia disiksa oleh Arnold, kembali terlihat di matanya. Bukan hanya melihat adegan tersebut, Alyn juga mampu merasakan perasaan takut yang ia rasakan pada saat itu.Dan ketika adegan itu beralih, di mana Arnold menindih tubuhnya tersebut, Alyn tersentak dan terbangun dari tidurnya. Bahkan terduduk dalam satu kali gerakan hingga membuat kepalanya berdenyut nyeri. Dan pada saat itu pula Alyn mulai menyadari, ini bukanlah kamarnya.Alyn menolehkan kepalanya saat merasakan pergerakan pada kasur di sisi kanan. Membulatkan matanya saat melihat Lucius yang sedang menggeliat tidak nyaman, terlihat sekali bahwa tidur pria berwajah tampan tersebut terusik karena dirinya.“Sudah bangun?” tanya Lucius seraya membuka matanya, dan mendapati wajah ketakutan Alyn. “Kamu bermimpi buruk?”GREP!Lucius tersenyum lembut saat Aly

  • The Lord of The Criminal   The Story about Lucius and His Lover Act 4.

    “Dari mana saja kamu? Seharian tidak pulang ke rumah dan tanpa kabar pergi ke mananya.”Tubuh Alyn membeku saat terdengar pertanyaan bernada rendah dan penuh amarah, ketika ia baru saja memasuki kediaman Baron Rudeus tersebut. Alyn mendadak kikuk, tidak tahu harus menjawab apa untuk pertanyaan yang dilontarkan oleh tunangannya tersebut.“Aku diajak pergi oleh Suster Diana untuk mengunjungi pusat kota. Karena terlalu malam ketika sampai di panti, aku menginap di sana,” jawab Alyn setelah terdiam selama beberapa saat hanya untuk mengumpulkan keberaniannya tersebut. “Maafkan aku jika telah membuatmu khawatir, Arnold.”“Kau kira aku mudah dibohongi hah!” pekik Arnold merasa geram dengan kebohongan Alyn yang mudah terendus olehnya tersebut. “Kau pikir aku bodoh? Aku mendatangi panti asuhan tempat di mana kamu berasal itu semalam! Mereka mengatakan jika kamu tidak mengunjungi mereka. Dan justru per

  • The Lord of The Criminal   The Story about Lucius and His Lover Act 3.

    Tubuh Alyn kembali membeku, dengan senyuman manisnya yang melebar ketika ia kembali mendapati Lucius tengah menunggunya di depan gerbang panti asuhan. Gadis bersurai hitam legam tersebut tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya, karena kembali bertemu dengan Lucius. Bahkan, Alyn terlihat menari-nari kecil sembari mendekati Lucius. Membuat pria yang berada di hadapannya kini itu, tidak bisa menyembunyikan senyumannya.“Sesenang itukah kamu bertemu denganku?” tanya Lucius begitu Alyn berdiri di hadapannya.Alyn mengangguk antusias, “Kita bertemu lagi, Lucius.”“Senang bertemu denganmu, Alyn.”Keduanya kemudian berjalan-jalan memutari taman, sembari menikmati jajanan pinggir jalanan untuk mengganjal perut mereka. Saling bertukar cerita, walaupun percakapan itu didominasi oleh Alyn. Namun, mereka terlihat begitu serasi dan dekat, terlihat seakan-akan mereka adalah sepasang suami istri yang masih merasakan p

DMCA.com Protection Status