Ashen, yang saat ini menyamar sebagai seorang butler, tersebut berjalan mendekat ke arah Adam Roenhart yang sedang asyik mengobrol dengan beberapa temannya. Tangan Ashen kemudian merogoh ke saku pakaian pelayan ia kenakan, mengeluarkan sebuah kunci untuk memulai rencana yang sudah mereka susun.
Ashen melirik pada Raven yang sudah berada di jangkauan, kemudian, menjatuhkan kunci tersebut di dekat Adam dan melenggang pergi begitu saja. Seolah-olah ia tidak pernah menjatuhkan apa pun di sekitar sana.
Merasa sudah waktunya ia bermain peran, Raven mendekat dan memungut kunci tersebut. Kemudian memanggil Adam yang beruntungnya langsung menoleh.
“Permisi, Tuan. Apakah ini milik Anda? Ini adalah kunci kamar penginapan Anda, Tuan,” ujar Raven seraya menunjukkan kunci tersebut pada Adam.
“Kunci?” Adam langsung saja meraba saku di dada kirinya. “Ah, itu bukan punyaku.” Dia kemudian menepuk-nepuk lembut da
“Terima kasih karena Anda sudah menuruti permintaan egois saya malam ini,” ujar Lucian ketika permainan tambahan mereka akhirnya berakhir.Adam tersenyum, merasa tidak mempermasalahkan permintaan tersebut karena ia juga menikmatinya, “Sama-sama. Aku juga ingin berterima kasih karena sudah memberikanku waktu untuk bermain hebat seperti tadi. Aku harap bisa bertemu dengan Anda di lain waktu.”Lucian hanya tersenyum lembut untuk menanggapi keinginan Adam tersebut. “Jika saya senggang, akan saya kabari Anda untuk bermain kartu lagi.”“Baiklah,” Adam mengangguk, “Aku pergi dulu.”Melihat kepergian Adam, tentunya membuat Ashen terkejut sekaligus panik. Pria bertubuh pendek tersebut bahkan tanpa melihat situasi, mengaktifkan mikrofon pada alat yang terpasang di telinga tersebut.“Roenhart sedang berjalan menuju ke kamarnya. Aku tidak bisa menahannya di sini tanpa alasan yan
“Jadi, Tuan Frederick merupakan Menteri Luar Negeri Irlandia di Inggris?” tanya Lucian setelah membaca dokumen yang berisikan latar belakang dari Tuan Frederick tersebut. “Seseorang yang bekerja dibalik ‘transaksi dengan Roenhart’ ya?”“Ya. Itulah yang kupikirkan tentangnya,” jawab Oscar seraya melipat kedua kakinya, menandakan jika pria berwajah dingin itu sedang memikirkan sesuatu, “Operasi untuk mengambil dokoumen rahasia itu direncanakan karena departemen intelijen menangkap pergerakan Roenhart yang mencurigakan. Kemudian, dalam hasil investigasi rahasia, Frederick masuk dalam daftar sebagai salah satu orang yang bertemu dengan Roenhart. Jika dilihat dari sepak terjang pekerjaan mereka, tidak memungkinkan keduanya bertemu untuk urusan bisnis.“Namun, ketika daftar itu ditinjau, dari sekian banyak nama ekspatriat yang bersangkutan oleh kementerian luar negeri, hanya nama balmoral yang dihap
Jika kamu bertanya pada Lucian, apa yang membuatmu merasa bahagia ketika mendengar kabar dari seseorang. Jawabannya, tentu saja tentang kakaknya yang masih hidup. Lucian tidak bisa menampik jika dirinya merasa senang sekaligus lega begitu mendengar Peter mengatakan bahwa kakaknya tersebut masih hidup. Bahkan, Lucian rasanya ingin menangis.Namun, ada kejanggalan yang membuat Lucian merasa marah. Dan justru menatap tajam pada Peter yang terlihat canggung tersebut. “Hari itu ... kamu melihatmu jatuh ke Sungai Thames bersama dengan kakakku, Lumiere. Dan sekarang ... hanya kamu yang berdiri di sini, di hadapan kami dan mengatakan jika kakakku masih hidup. Lantas, kemana dia sekarang?”Peter menyungginkan senyuman tipisnya, kemudian berjalan menuju ke sofa dan duduk berhadapan dengan Lucian, “Dia pergi menemui seseorang terlebih dahulu.”“Kalau begitu, jelaskan kenapa kalian bisa selamat!”Peter kembali ters
“Tuan Muda Spade, bisakah kita bicara sebentar?”Peter menaikkan kedua alisnya, merasa bingung dengan apa yang ingin dibicarakan oleh Lucian tersebut. Peter lantas mengangguk, kemudian mengikuti kepergian Lucian yang mengajaknya untuk pergi ke suatu tempat. Meninggalkan ruang pertemuan tersebut.“Apa yang ingin kamu bicarakan denganku?” tanya Peter ketika Lucian menutup pintu tersebut. Sepertinya mereka cukup membicarakan hal ini di sini. “Kalau tentang Lumiere—““Bukan itu,” sela Lucian seraya menghadapkan tubuhnya pada Peter, “There’s something i personally want to tell you.”Kedua alis Peter kembali terangkat. Terlihat kebingungan sekaligus penasaran dengan apa yang akan dibicarakan oleh Lucian tersebut. Kalau bukan tentang Lumiere, lalu tentang apalagi? Pertunangannya dengan Lumiere, ‘kah?“Thank you.”Peter membul
Aula pesta mulai diramaikan oleh para pejabat yang mayoritas berjenis kelamin pria. Mereka membentuk kelompok masing-masing, membicarakan berbagai hal selain urusan bisnis. Mereka terlihat asyik berbicara, hingga tidak menyadari kehadiran Lucian yang baru saja masuk ke dalam aula pesta ini.Mata biru langit yang redup itu mengedar ke segala penjuru aula pesta. Mencari-cari keberadaan dari target utama misi mereka hari ini. Kemudian, semua pencariannya terhenti, ketika sosok Frederick akhirnya tertangkap oleh mata biru itu.‘Frederick. Dan Archenar, berada di suatu tempat, sudah siap untuk membunuhnya hari ini.’Lucian kemudian mendekat pada Oscar, mulai bergabung dalam obrolan yang membosankan tersebut demi menghilangkan kecurigaan orang-orang terhadapnya.Sementara itu di sisi lain. Ashen dan Raven berhasil melumpuhkan para penembak jitu lain yang secara tiba-tiba menyerang mereka. Entah ini sudah direncanakan oleh P
Oscar berdiri dengan kokoh. Wajah tampannya terlihat semakin dingin, dengan aura membunuh yang mampu mencekik siapa pun di sekitarnya. Termasuk Frederick. Tangannya tersimpan dibalik punggung, menambahkan kesan bahwa saat ini ia sedang diliputi kemarahan yang tidak dapat dibendung lagi.Melihat keberadaan Oscar tersebut, Frederick terkejut bukan main. Pria itu berniat bertemu dengan seorang pejabat negara Perancis, untuk melakukan transaksi sekaligus menghentikan perjanjian genjatan senjata ini.“S-Sekretaris Spade? K-kenapa A-Anda ada di sini?” tanya Frederick dengan suara yang tergagap. Namun sedetik kemudian, wajahnya mendadak cerah. “Lihatlah ini, Tuan! Fakta bahwa departemen intelijen datang untuk membungkam saya adalah bukti terbaik. Jadi saya mohon, percayalah pada saya!”“Wah? Apa yang Anda katakan sangat berbeda dengan pengakuan mereka, Frederick.”Suara kegaduhan yang disebabkan oleh kemuncula
Keheningan yang terjadi di antara mereka, membuat Peter benar-benar merasakan sebuah perasaan canggung yang menyerang tubuh dan hati nuraninya. Dengan perlahan, ia muncul dari balik pintu kamar tahanan Lucius. Melambaikan tangannya dengan begitu canggung kepada Lucius yang terlihat kembali terkejut.“Halo ... kakak ipar,” sapa Peter dengan hangat, namun kecanggungan masih terasa pada ucapannya tersebut.Lumiere tertawa kecil melihat tingkah malu-malu dari Peter tersebut, “Sayang, kemarilah. Ada yang harus kita jelaskan pada kakak.”Lucius kembali membulatkan matanya ketika mendengar Lumiere memanggil ‘sayang’ pada Peter.“Sayang? Mommy?” tanya Lucius, memberikan tatapan yang meminta untuk menjelaskan situasi yang saat ini sedang berlangsung.Peter langsung membungkuk penuh, “Maaf, kakak ipar! Aku menikahi adikmu tanpa melakukan upacara dan memberi kabar. Saat itu kami b
Lucius dan Lumiere terlihat berdiri canggung di hadapan adik bungsu mereka, Lucian. Ketiga berada di ruang kerja Lucian. Atmosfer di antara mereka benar-benar terasa tidak nyaman. Ketiganya sama-sama terdiam.“Lucian,” panggil Lucius memecahkan keheningan, “Untuk empat tahun belakangan ini ... i am truly sorry.”Lucian tampak terkesiap terkejut. Wajahnya kemudian melunak, tersenyum tipis yang membuat Lucius merasa tenang, “Tidak ada yang perlu untuk meminta maaf di sini, Kak Lucius. Ini adalah keinginanku sendiri untuk menebus semua dosa-dosaku.”“Kamu tumbuh semakin lebih kuat, Lucian,” ujar Lucius yang membuat Lucian tersenyum kembali.Pandangan mata si bungsu Keluarga Wysteria tersebut kemudian tertuju pada Lumiere yang sedari tadi terdiam, dan menunjukkan ekspresi wajah yang ingin menangis. Melihat hal tersebut tentunya membuat Lucian tidak bisa menyembunyikan senyuman gemasnya.