Aula pesta mulai diramaikan oleh para pejabat yang mayoritas berjenis kelamin pria. Mereka membentuk kelompok masing-masing, membicarakan berbagai hal selain urusan bisnis. Mereka terlihat asyik berbicara, hingga tidak menyadari kehadiran Lucian yang baru saja masuk ke dalam aula pesta ini.
Mata biru langit yang redup itu mengedar ke segala penjuru aula pesta. Mencari-cari keberadaan dari target utama misi mereka hari ini. Kemudian, semua pencariannya terhenti, ketika sosok Frederick akhirnya tertangkap oleh mata biru itu.
‘Frederick. Dan Archenar, berada di suatu tempat, sudah siap untuk membunuhnya hari ini.’
Lucian kemudian mendekat pada Oscar, mulai bergabung dalam obrolan yang membosankan tersebut demi menghilangkan kecurigaan orang-orang terhadapnya.
Sementara itu di sisi lain. Ashen dan Raven berhasil melumpuhkan para penembak jitu lain yang secara tiba-tiba menyerang mereka. Entah ini sudah direncanakan oleh P
Oscar berdiri dengan kokoh. Wajah tampannya terlihat semakin dingin, dengan aura membunuh yang mampu mencekik siapa pun di sekitarnya. Termasuk Frederick. Tangannya tersimpan dibalik punggung, menambahkan kesan bahwa saat ini ia sedang diliputi kemarahan yang tidak dapat dibendung lagi.Melihat keberadaan Oscar tersebut, Frederick terkejut bukan main. Pria itu berniat bertemu dengan seorang pejabat negara Perancis, untuk melakukan transaksi sekaligus menghentikan perjanjian genjatan senjata ini.“S-Sekretaris Spade? K-kenapa A-Anda ada di sini?” tanya Frederick dengan suara yang tergagap. Namun sedetik kemudian, wajahnya mendadak cerah. “Lihatlah ini, Tuan! Fakta bahwa departemen intelijen datang untuk membungkam saya adalah bukti terbaik. Jadi saya mohon, percayalah pada saya!”“Wah? Apa yang Anda katakan sangat berbeda dengan pengakuan mereka, Frederick.”Suara kegaduhan yang disebabkan oleh kemuncula
Keheningan yang terjadi di antara mereka, membuat Peter benar-benar merasakan sebuah perasaan canggung yang menyerang tubuh dan hati nuraninya. Dengan perlahan, ia muncul dari balik pintu kamar tahanan Lucius. Melambaikan tangannya dengan begitu canggung kepada Lucius yang terlihat kembali terkejut.“Halo ... kakak ipar,” sapa Peter dengan hangat, namun kecanggungan masih terasa pada ucapannya tersebut.Lumiere tertawa kecil melihat tingkah malu-malu dari Peter tersebut, “Sayang, kemarilah. Ada yang harus kita jelaskan pada kakak.”Lucius kembali membulatkan matanya ketika mendengar Lumiere memanggil ‘sayang’ pada Peter.“Sayang? Mommy?” tanya Lucius, memberikan tatapan yang meminta untuk menjelaskan situasi yang saat ini sedang berlangsung.Peter langsung membungkuk penuh, “Maaf, kakak ipar! Aku menikahi adikmu tanpa melakukan upacara dan memberi kabar. Saat itu kami b
Lucius dan Lumiere terlihat berdiri canggung di hadapan adik bungsu mereka, Lucian. Ketiga berada di ruang kerja Lucian. Atmosfer di antara mereka benar-benar terasa tidak nyaman. Ketiganya sama-sama terdiam.“Lucian,” panggil Lucius memecahkan keheningan, “Untuk empat tahun belakangan ini ... i am truly sorry.”Lucian tampak terkesiap terkejut. Wajahnya kemudian melunak, tersenyum tipis yang membuat Lucius merasa tenang, “Tidak ada yang perlu untuk meminta maaf di sini, Kak Lucius. Ini adalah keinginanku sendiri untuk menebus semua dosa-dosaku.”“Kamu tumbuh semakin lebih kuat, Lucian,” ujar Lucius yang membuat Lucian tersenyum kembali.Pandangan mata si bungsu Keluarga Wysteria tersebut kemudian tertuju pada Lumiere yang sedari tadi terdiam, dan menunjukkan ekspresi wajah yang ingin menangis. Melihat hal tersebut tentunya membuat Lucian tidak bisa menyembunyikan senyuman gemasnya.
Rosemary lantas memekik terkejut, menyembunyikan wajahnya di leher sang ibu ketika Heinry, Sydney, dan Miya secara tiba-tiba mendekatinya. Hal tersebut tentu saja membuat bocah perempuan berusia tiga tahun tersebut ketakutan.“Ini ... benar-benar putrimu? Benar-benar putri kandungmu?” tanya Heinry kemudian menatap Lumiere dan Rosemary secara bergantian. “Wajah kalian cukup mirip. Itu sudah menandakan jika bocah ini benar-benar putri kandungmu.”“Ah ... pantas saja Tuan Oscar memperingatkanku untuk tidak terlalu dekat denganmu, Peter,” celetuk Miya seraya melemparkan pandangannya pada Peter yang tersenyum canggung, “Sayang sekali. Ternyata sejak awal aku tidak memiliki kesempatan untuk bersama dengan Peter ya? Maaf, Lumie.”“Tidak masalah,” ujar Lumiere seraya memamerkan senyumannya, yang membuat Peter bergidik ngeri, “Kalau saja pada saat itu pertunanganku gagal karena Peter yang
Suasana di kantor perusahaan perdagangan milik Keluarga Wysteria, yang tentu saja hanya sebagai kedok untuk markas MI6, terasa hangat dan ramai. Para penghuni bangunan tersebut disibukkan dengan persiapan makan malam dua keluarga. Mengingat jika mereka telah menjadi besan karena pernikahan Lumiere dan Peter tanpa sepengetahuan mereka.Di dapur sendiri, Raven dan Lumiere sibuk menyiapkan jamuan makan malam dengan sepenuh hati. Beberapa makanan penutup manis yang memang sengaja untuk disiapkan lebih awal, telah tersaji di atas meja. Tiga loyang kue dengan rasa yang berbeda, tampak telah dihias dengan cantik oleh beberapa potong buah strawberry dan cherry. Juga beberapa kue kering dengan berbagai rasa dan warna, bertabur choco chips, keju, dan gula. Siapa pun yang melihatnya, merasa akan mengalami kenaikan berat badan karena terlalu banyak memakan makanan manis.Lumiere membuka pintu oven dengan sebuah senyuman manis mengembang. Tanganny
“Halo semuanya!” sapa M“Halo semuanya!” sapa Miya dengan begitu hangat dan tersenyum ceria, “Kami telah menunggu kedatangan Anda sekalian!”“Senang bertemu denganmu kembali, Miya,” balas Peter terlihat santai sembari menggendong Rosemary di punggungnya, “Rossie, sapalah Tante Miya.”“Halo, Tante Miya.” Rosemary menatap Miya dengan mata bulatnya yang berbinar penasaran. Hal tersebut tentunya membuat Miya tersenyum gemas.Mata cantik Miya kemudian terarah pada dua orang yang berada di belakang Peter. Keduanya tampak canggung dan kikuk. Mungkin karena ini adalah pertemuan pertama mereka dengan kelompok Wysteria. Atau justru karena hal lain?Miya tidak ingin memusingkannya. Wanita bersurai ungu pastel tersebut melangkah mendekat pada Valerie yang tampak menatapnya dengan mata sayu.“Gaun yang cantik. Itu sangat cocok untukmu,
“Maaf telah membuat Anda sekalian menunggu kedatangan kami cukup lama,” ujar Keanu seraya tersenyum ramah.Lucian lantas menoleh, memberikan senyuman terbaiknya kemudian mendekat pada Keanu dan Jill, “Jangan khawatir. Anda sekalian tepat waktu.” Pria itu kemudian mengulurkan tangannya pada Keanu, “Pleased to meet you, Mr. Keanu Balmoral. Namaku Lucian Crowe Wysteria. Kakak perempuanku sudah menceritakan banyak tentang Anda dan Miss Valentine.”Keanu tampak terkejut dengan sapaan hangat Lucian. Begitu juga dengan Jill. Namun, keduanya kembali memasang senyuman ramah. Bahkan, Keanu berjabat tangan dengan Lucian dengan penuh suka cita.“Senang bertemu denganmu, Tuan Lucian,” ujar Keanu.Lucian kemudian mengalihkan perhatiannya pada Oscar setelah berjabat tangan dengan Keanu, “Apakah ini pertama kalinya Anda bertemu juga, Tuan Oscar?”Oscar menggeleng ringan, “S
Peter berlari dengan panik menyusuri koridor rumah sakit. Pria bersurai kelabu itu benar-benar panik bukan main ketika melihat ranjang Lumiere, telah kosong. Ditinggalkan oleh pemiliknya, entah pergi ke mana. Peter berdecak, tubuhnya sudah terasa lelah karena baru saja pulang dari menyelesaikan sebuah kasus. Hatinya menginginkan sebuah istirahat yang menyenangkan di kamar inap Lumiere. Namun semuanya musnah ketika melihat ranjang tersebut telah kosong.“Suster, apa Anda tahu pergi ke mana pasien kamar 103?” tanya Peter ketika ia berpapasan dengan seorang perawat.“Nona Sharon, ya?” tanya perawat tersebut yang kebetulan mengetahui nama samaran Lumiere. “Aku lihat, dia pergi ke atap seorang diri. Mungkin dia sudah tersadar sejak pagi tadi.”Peter mengangguk mengerti, mengucapkan terima kasih kemudian kembali berlari menuju ke atap. Mendengarnya saja, pikiran Peter merasa buruk. Pria itu menjadi berpikir ke mana-