Pagi itu seperti hari-hari lainnya. Setiap orang melakukan aktivitas yang normal dan rutin. Nina membaca koran pagi dan segera bergegas untuk meneruskan latihannya dengan Drew. Sudah dua minggu berlalu dan Drew menunjukkan kemajuan yang sangat pesat.
Kemampuan memanah Drew juga sangat baik. Ia hampir menandingi Nina sendiri. Tache yang merasa tersaingi segera meningkatkan kualitas latihannya dengan Swan. Sementara Letho yang menjadi mentor Clod tidak menemui kesulitan berarti. Clod memang sangat berbakat dan bisa mengikuti semua dengan hasil memuaskan. Jonas sendiri yang berada dalam asuhan Kein, paman mereka, juga mengalami kemajuan dalam menyesuaikan diri sebagai serigala muda.
Langit sangat mendung dan hujan salju tidak berhenti turun. Namun tidak ada yang merasa aneh. Cuaca Roger Pass memang tidak pernah lekang oleh salju. Bulan September yang seharusnya menyisakan musim panas, sudah menunjukkan pertanda musim dingin kembali.
Entah karena insting atau memang
Halaman rumah Ray penuh dengan orang-orang yang berjuang untuk mereka. Letho dan adik-adiknya menambah meja dan kursi untuk semua duduk dan menikmati santapan yang Nefiri dan perempuan klan mereka sediakan.“Jadi, itukah yang sedang terjadi saat ini? Roger Pass menjadi pusat perkumpulan bagi makhluk kegelapan?” tanya Ray dengan raut bingung.“Ya! Kami mengetahui dari batu penjuru dunia, Georen,” jawab Loco dengan bangga.“Georen? Apakah dia juga manusia seperti Karmuzu dan Merpola?” tanya Nina. Loco mengangguk.“Yang tertua adalah Merpola, wanita pengendali waktu dan jarak. Kedua adalah Karmuzu, pria yang memiliki mata untuk masa depan. Ketiga, Herfate, wanita yang menjaga cuaca dan iklim dunia. Terakhir, Georen. Pria penjaga bumi beserta isinya.” Paparan dari Loco sangat mengejutkan semuanya.“Kenapa Roger Pass menjadi pusat bagi makhluk tersebut berkumpul? Apa alasannya?” tanya Letho yan
Setelah mengetahui jika Drew ternyata adalah panglima yang terpilih, semua berembuk hingga dini hari. Penyekapan Abigail di dataran Alaska ternyata cukup berhasil menahan adik Nina dari menjadi pewaris kegelapan.Ray menginginkan hal yang sama untuk Drew. Nina tidak mampu mengeluarkan ide sedikit pun. Menjelang pukul satu dini hari, Roth muncul dengan mulut uring-uringan.“Aku kembali tersesat dan tidak bisa mencapai Roger Pass dengan cepat!” keluhnya dengan geram.“Sesuatu menghalangimu, bukan?” tanya Loco sambil mengupas kacang.“Kau tahu?” tanya Roth heran sekaligus senang, ia tidak perlu menjelaskan mengapa.“Sama dengan Merpola yang butuh beberapa kali untuk memunculkan portal menuju Roger Pass!” balas Loco.“Wah! Kupikir hanya perjalanan kami yang terhambat, ternyata kalian juga?” seru Firai mengungkapkan kendalanya.“Yes! Semua analisa dan dugaanku adalah benar!&
Sisa pertempuran yang terjadi tadi malam menyisakan rasa yang mencekam. Masing-masing tidak menyangka jika serangan pertama bisa sebesar itu dan harus melibatkan beberapa puluh pahlawan dari timur untuk membantu mereka.Nina menatap anak buah Ray dan petugas kebersihan kota yang sedang menyingkirkan mayat-mayat yang sebagian mulai membusuk dengan cepat.Perasaan Nina menjadi lebih tenang dan hawa memburunya teredam. Roth mengajaknya pulang untuk beristirahat. Nina merangkul iblis yang kini menjadi sahabat yang mengerti jiwa juga kepribadiannya. Tanpa keduanya sadari, ada ikatan erat yang terjalin dari waktu ke waktu. Terutama Roth yang sangat mengkhwatirkan Nina teramat sangat. Ia merasa berhutang kehidupan baik pada wanita itu. Walau Nina tidak pernah menyadari tentang hal tersebut, tapi Roth menyimpan dalam-dalam.Suatu saat, jika ia bisa membalas dengan layak, Roth pasti melakukannya dengan senang hati dan tanpa beban.Seiring mobil meluncur menuju
Semua mempersiapkan diri dengan siaga. Nina mulai merasakan desakan tinggi untuk menghabisi Drew. Sungguh ironis memang. Dua gadis yang dalam asuhannya berakhir menjadi target Nina karena takdirnya sebagai huntress.Hati Nina tergores oleh luka yang sangat dalam. Ia tidak menyangka jika Drew akan berakhir seperti adiknya. Keduanya bahkan berada dalam posisi yang sama dan menerima kondisi yang sejalan sebagai kaki tangan ayahnya, Lucifer!Panther setengah mati mendorong tubuh Drew yang sama besar dengan dirinya untuk menjauh dari pasukan lainnya yang tampak seperti semut yang kerdil.Nina menarik busur di punggungnya dan melepaskan anak panah yang telah diolesi obat penidur Nefiri. Anak panah itu menancap di bagian belakang Drew dan membuatnya menggeram serta menoleh padanya. Anak panah kedua dan ketiga meluncur kembali, kali ini Nefiri telah siap dengan mantra tidur untuk melengkapi obat herbal yang telah Nina tembakkan.Drew terhuyung sesaat dan kemudian jat
Kedatangan putra bungsu Raja Abdul Rahman Al Bustaniar disambut dengan isak tangis oleh keluarga besarnya. Elba memeluk kakak sulungnya yang selama ini dekat dengannya, Astiya.“Kemana saja dirimu, Elba?” bisiknya dengan tergugu. Elba merengkuh kakaknya dengan erat.Pamannya, Mousa Ahmed Al Bustaniar, mendekat dan memeluk keponakannya dengan wajah bahagia.“Alhamdullilah, Allah masih memberimu umur panjang,” ucapnya penuh syukur.Di antara keluarga ayahnya, Mousa yang paling mengerti tentang kebenciannya dan penolakan keras Elba pada pemerintahan Abdul Rahman. Mousa juga yang selalu mendukung Elba untuk tidak meneruskan warisan tradisi kuno yang begitu menghancurkan banyak orang berharga mereka, termasuk anak perempuan dan istrinya.Penguburan sang raja diimami oleh Elba menuju liang lahat. Semua rakyatnya berkabung. Walaupun Abdul Rahman seorang diktaktor, namun Iran maju sebagai negara makmur dan juga kaya raya dengan minyaknya.Begitu semua sel
Seluruh daerah Roger Pass membenahi diri secara maksimal. Sejak penyerangan yang sempat di saksikan oleh beberapa orang warga tersebut, semua segera membentengi diri dengan pertahanan yang sebaik-baiknya. Ray bersama dengan anggota klannya melatih mereka menjadi petarung tangguh yang setidaknya bisa membela dan mempertahankan diri dari serangan para makhluk laknat.Tidak membedakan pria atau wanita, semua memiliki kesempatan untuk belajar dan menjadi manusia yang memiliki bekal bela diri.Jeff yang kembali terpilih sebagai walikota untuk sekian kali, membangun tembok tinggi yang sempat dikecam oleh utusan gubernur. Ia tidak mempedulikan tentang hal tersebut. Baginya, keselamatan penduduk yang ada di Roger Pass adalah yang utama.Ketika ia bertanya pada semua penduduk Roger Pass yang berkeinginan pergi, mereka menjawab dengan tegas TIDAK.“Kami lahir dan hidup di sini, mati juga untuk membela tanah kami. Lagipula kehidupan tanpa hal tersebut akan mem
Abigal melihat ke sekeliling. Ia tidak tahu kenapa terkadang ia tertidur. Namun setiap terbangun, matanya tidak mampu melihat setitik cahaya sedikit pun. Ini semua membingungkan dirinya. Ketika mencoba berteriak dan meminta tolong tidak ada jawaban.Kadang Abigail menangis, terkadang tertawa. Tapi semua tidak ada yang menanggapi. Abigail mulai merasakan kegilaan yang memuncak. Gadis itu merasakan setiap berdiri atau berbaring, walau setiap ia berjalan sejauh mungkin, hanya kegelapan yang meliputi. Memorinya tidak ada yang tergali untuk sebuah penjelasan. Ia seperti mengalami kebingungan atas apa yang menimpa pada dirinya.Setelah mencoba mengaitkan semua kenangan yang pernah terlintas, Abigail makin bingung. Kenapa ia bisa terdampar di tempat ini? Ia bahkan mengutuk Nina, Roth, Elba juga Oliver yang tidak mencarinya. Setegakah itukah mereka padanya?***“Setiap kali aku tidur, muncul mimpi itu. Kenapa?” tanya Coque bingung pada Roth.&l
Kegundahan Elba mencapai puncak. Ia mengusap wajahnya dengan tubuh kuyu. Dalam sungkuran sholatnya, pria itu meratap pada Penciptanya untuk memberinya waktu bahagia walau sesaat.“Bukan hidup seperti ini yang aku minta, Ya Allah Ya Rahman. Berikanlah aku setitik rahmatMu, untuk merengkuh bahagia. Hidupku akan singkat sementara nikmatnya dunia belum kukecap, ijinkanlah umatMu ini untuk meraihnya …,” pinta Elba dengan hati pilu.Dengan khusyuk dan penuh dengan kepasrahan, Elba menyerahkan kerapuhan jiwa juga luka hatinya pada Yang Maha Kuasa.***Belati perak hadiah dari Elba menempel dengan tekanan pada leher manusia yang telah menjadi terror selama ini di Inggris. Nina menekan lebih kuat dan tetesan darah mulai mengalir.“Jika kau memilih mati dengan iman yang salah, silahkan! Kerugianmu, bukan aku!” tegas Nina dengan geram. Pria berwajah kasar dengan bekas jerawat yang memenuhi pipinya tersebut meringis.&ldqu