Luna mengamati pemandangan yang berkabut dalam diam. Di tangannya ada sebuah cangkir teh hangat yang rupanya masih mengepulkan hawa panasnya. Gadis itu menghela napas. Baru saja beberapa hari dirinya berada di Rusia, dan dirinya sudah hampir mati sebanyak dua kali. Ya, selama dua kali Luna berada di tengah-tengah area yang dihujani peluru. Sungguh gila, dan hingga saat ini Luna masih merasakan tensi ketegangannya.
Padahal ini sudah pagi, sudah berjam-jam lamanya kejadian itu berlalu, tetapi Luna masih merasakan aura mencekam yang membuatnya sesak. Luna menghela napas panjang. Beruntunglah karena Dominik memberikannya libur setelah dirinya melalui berbagai kejadian mengerikan tersebut. Tentu saja, siapa pun akan merasakan hal yang sama seperti Luna saat ini, jika mengalami kejadian yang hampir sama selama dua hari berturut-turut.
Luna menoleh saat mendengar suara pintu yang diketuk. Lalu seorang perempuan berpakaian khas seorang pelayan muncul. Perempuan itu memberikan hormat pada Luna dan berkata, “Nona, Tuan Dominik sudah menunggu Nona di ruang makan.”
Luna agak mengernyitkan keningnya saat mendengar bahasa Inggris yang beraksen tersebut. Meskipun begitu, Luna tidak membuang waktu untuk beranjak setelah meletakkan cangki dan mengikuti pelayan tersebut dan melangkah menuju ruang makan di mana kini Dominik tengah berada. Tidak perlu waktu lama, Luna dan pelayan tersebut sudah berada di hadapan ruang makan.
Pelayan tersebut hanya mengantar Luna hingga sana, dan Luna harus melangkah sendiri ke dalam ruang makan tersebut. Luna mengernyitkan kembali keningnya saat dirinya melihat Harry juga berada di sana. Bukan, bukan Luna merasa janggal karena Harry yang berada di depan Dominik, Luna malah akan merasa aneh jika tidak melihat Harry tidak mengikuti Dominik. Hanya saja, Luna tahu jika saat ini Harry dan Dominik tengah membicarakan sesuatu yang sangat serius dengan Dominik.
Luna sendiri tidak bisa mencuri dengar mengenai apa yang mereka bicarakan. Saat Luna berusaha untuk mendengar hal tersebut, Harry sudah lebih dulu menyadari keberadaan Luna. Sementara itu, Dominik yang mendengar Harry memanggil nama Luna, tentu saja berdiri dari posisinya dan berbalik hingga bisa melihat Luna yang tampak sedikit kelelahan. “Ayo, duduklah. Kita sarapan,” ucap Dominik sembari menarik sebuah kursi memberikan isyarat pada Luna untuk duduk di sana.
“Apa aku mengganggu kalian? Sepertinya tadi kalian tengah membicarakan sesuatu yang serius,” ucap Luna sembari melangkah dan duduk di kursi yang sudah disediakan.
Saat Luna sudah duduk, Dominik pun duduk di kursinya dan menyeringai. “Sepertinya tadi kau berusaha untuk mencuri dengar,” ucap Dominik.
“Aku tidak berusaha mencuri dengar, hanya saja kalian memang terlihat seperti tengah membicarakan hal yang serius. Kalian berbisik-bisik seolah membicarakan sesuatu yang memang tidak boleh didengar oleh siapa pun,” tampik Luna dan memilih untuk meminum air yang sudah dituangkan oleh seorang pelayan.
Sebenarnya, Luna tidak terbiasa hidup dengan bantuan para pelayan. Namun, Dominik sama sekali tidak membiarkan Luna mengerjakan apa pun sendirian. Alhasil, Luna pun merasa jika dirinya seperti seorang nona muda yang hidup dimanjakan. Ya, selama tinggal di kediaman Yakov yang mewah ini, Luna harus menyesuaikan gaya hidupnya dengan gaya hidup mewah ala Dominik. Meskipun canggung, Luna harus bisa beradaptasi. Setidaknya, hingga dirinya bisa kembali tinggal terpisah dari Dominik di apartemennya sebelumnya.
Karena alasan keamanan, Dominik meminta Luna untuk tinggal bersamanya. Tentu saja, Luna mendapatkan kamar nyaman dan fasilitas lengkap disertai para pelayan yang memperlakukannya dengan baik. Luna tentu sangat ingin menolak, karena ini sangatlah mustahil baginya. Bagaimana mungkin ia tinggal satu atap dengan pria asing. Namun, mengingat jika nyawanya sudah berulang kali terancam, Luna tidak memiliki pilihan lain.
“Kami hanya tengah membicarakan mengenai pembukaan cabang casino,” ucap Dominik.
Luna mengernyitkan keningnya. “Apa pembukaan cabang casino ini juga termasuk ke dalam urusan perusahaan?” tanya Luna karena masih tidak mengetahui ada berapa banyak aset yang dimiliki oleh Dominik, dan ada berapa banyak produk serta bisnis yang dinaungi oleh perusahaan di mana dirinya bekerja.
Rasanya sungguh konyol bagi Luna. Dirinya bekerja di perusahaan, bahkan berada begitu dekat dengan sang presdir, tetapi dirinya tidak mengetahui dengan baik mengenai perusahaannya ini. Hal yang lebih konyol adalah, Luna sendiri mau-mau saja bekerja dan tinggal bersama pria asing yang bahkan tidak ia kenal dengan baik. Namun, semuanya sudah terlajur. Nasi sudah menjadi bubur, dan saat ini hanya tersisa bagaimana Luna memanfaatkan bubur ini.
“Ya, Casino itu adalah salah satu aset yang tentu saja berada di bawah naungan perusahaan keluarga Yakov. Karena itulah, lusa lagi-lagi kau harus mendampingiku untuk membuka cabang casino tersebut,” ucap Dominik membuat Luna termenung.
Dominik yang melihat hal tersebut menyeringai dan menyangga dagunya menggunakan salah satu tangannya. “Tapi, kau sepertinya tidak bisa menemaniku. Kau pasti terlalu terguncang karena sudah dua kali berturut-turut berada di bawah guyuran hujan peluru. Sepertinya aku tidak bisa mengajakmu sebagai sekretarisku,” ucap Dominik dan dianggap oleh Luna sebagai sebuah cemoohan.
“Jadi, kau pikir aku ini seorang pengecut yang akan lari dari tanggung jawab? Tidak. Aku memiliki keberanian. Stok keberanianku sama sekali belum habis,” ucap Luna membuat Dominik terkekeh keras.
“Inilah hal yang membuatmu semakin menarik Luna. Hal yang membuatku tidak bisa menahan hasrat untuk mengikatmu di atas ranjang dan membuatmu mengerang dengan seksinya,” bisik Dominik dengan suara rendah.
Luna yang mendengar hal tersebut membulatkan matanya dan memaki, “Dasar gila!”
***
Hingar-bingar casino Dominik yang baru dibuka secara resmi, tampak begitu luar biasa. Luna yang berada di sana, berusaha untuk beradaptasi. Ia berusaha mengikuti langkah Dominik, Luna tidak boleh sampai terpisah dengan bos besarnya itu. Meskipun di sini Dominik berkuasa, Luna masih merasa di sini tidak begitu aman.
Satu hal yang membuat Luna agak tidak nyaman juga adalah perihal tamu undangan dalam pembukaan casino ini tampaknya adalah penggila judi. Begitu meja-meja sudah diperbolehkan untuk digunakan, saat itulah semua orang penggila judi bersorak-sorai dan memulai aksi gila mereka. Tentu saja, Luna tidak ingin terjebak di tengah-tengah mereka. Itu akan terasa mengerikan, apalagi saat ini Luna sudah merasakan tatapan banyak pria yang tertuju padanya.
Terkutuklah gaun malam ketat berwarna merah darah yang ia kenakan. Sebenarnya, Luna sendiri tidak ingin menggunakan gaun ini. Namun, Luna tidak bisa menolak apa yang sudah diperintahkan oleh Dominik, apalagi Dominik menggunakan statusnya sebagai seorang atasan. Merasakan ketidaknyamanan yang dirasakan oleh Luna, Dominik pun mengulurkan tangannya dan memeluk pinggang ramping Luna.
“Tidak perlu cemas, seperti biasanya. Jika pun ada masalah yang terjadi aku akan melindungimu. Kau akan tetap aman selama berada di sampingku,” ucap Dominik.
Luna pun mendengkus dan berniat untuk mengatakan sesuatu. Namun, sebuah suara sudah lebih dahulu menyela. Suara yang sudah lebih dari cukup membuat kewaspadaan Dominik berada di titik tertinggi. Seketika Luna bisa merasakan jika suasana hati Dominik memburuk, dan pria itu menguarkan aura mengerikan yang tidak pernah Luna rasakan sebelumnya. Luna bergidik, tetapi Luna tahu jika aura mengerikan tersebut sama sekali tidak Dominik tujukan padanya.
“Wah, lihatlah ada Nona Manis di sini. Hai, Nona Manis, mau berkenalan denganku?”
Luna pun menatap seorang pria yang datang tiba-tiba dan menyapanya. Pria itu tampak menggandeng seorang wanita seksi yang tampak begitu cantik dengan bentuk tubuh yang sangat aduhai. Luna menatap sebuah tangan kekar yang terjulur dan meminta untuk berjabat tangan dengannya. Namun, Luna ragu untuk menjabat tangan tersebut. Untungnya, Dominik lebih dulu menepis kasar tangan tersebut sembari berkata, “Aku sama sekali tidak pernah mengingat jika diriku pernah mengundangmu ke mari, Ignor.”
Pria yang bernama Ignor tersebut tertawa renyah dan membuat wajahnya terlihat begitu tampan. Luna mengakui hal itu, apalagi dengan rambutnya yang sewarna pasir yang berkilauan. Hanya saja, Luna merasa jika Dominik lebih tampan, memesona, dan sangat hot. Luna yang menyadari pikirannya aneh itu berdeham, merasa jika dirinya benar-benar sudah gila. Luna pun memilih untuk menatap Ignor dan memperhatikan pembicaraan antara dirinya dan Dominik.
“Aku rasa sebagai seorang sahabat, aku sama sekali tidak membutuhkan sebuah undangan untuk datang pada pesta sahabatku sendiri. Aku sendiri datang untuk mengulang apa yang cukup sering kita lakukan di masa lalu. Bermain satu ronde dengan sebuah taruhan yang berharga pasti akan menyenangkan,” ucap Ignor.
“Sayangnya, aku sama sekali tidak tertarik untuk bertaruh denganmu.” Dominik dengan tegas menolak hal tersebut dan baru saja akan memanggil Harry, hanya saja Ignor berhasil membuat Dominik marah dan ingin membuat Ignor bungkam dengan sebuah kekalahan yang memalukan.
“Sepertinya kau takut kembali kalah dan kehilangan wanitamu, bukan?”
Dominik menatap Ignor dengan dingin dan berkata, “Baik, mari bermain. Kita taruhkan hal yang sama besarnya.”
“Nah, ini baru Dominik yang kukenal. Untuk taruhannya, aku akan mempertaruhkan kekasihku, dan aku ingin kau mempertaruhkan wanita manis di sebelahmu itu,” ucap Ignor membuat Luna merasa begitu terhina hingga wajahnya memerah karena emosi yang memuncak.
Namun, hal itu belum berhenti. Luna semakin marah saat Dominik berkata, “Aku setuju.”
“Jangan marah seperti itu, Luna. Jika aku menolaknya, kau malah akan berada dalam situasi yang lebih berbahaya,” bisik Dominik pada Luna saat mereka melangkah menuju ruang VIP yang memang disediakan untuk para pelanggan yang rela menghabiskan jutaan dolar hanya untuk memenuhi hasrat berjudi mereka. Menang atau kalah adalah masalah nanti. Hal yang terpenting adalah, dahaga mereka bisa terpenuhi saat itu juga.Untuk meladeni tantangan Ignor, Dominik harus mengadakan sebuah permainan kartu yang diselenggarakan di ruangan terbaik yang ia miliki. Ini bukan hanya masalah gengsi, tetapi juga masalah keamanan. Semakin terbatas ruangan, dan semakin terbatang siapa pun yang bisa berkunjung pada ruangan t
Luna terlihat benar-benar gelisah. Seolah-olah dirinya memiliki firasat buruk jika ada hal merugikan yang akan ia hadapi. Hal ini tidak terlepas dengan apa yang sudah Dominik katakan tadi siang di kantor. Setelah mengatakan hal tersebut, Dominik melepaskannya dan mengerjakan pekerjaannya seolah-olah tidak ada hal yang terjadi. Namun, hal itu berbeda dengan apa yang dirasakan oleh Luna. Perempuan itu tidak bisa berkonsentrasi dengan pekerjannya, hingga dirinya berkali-kali mendapatkan teguran dari Harry yang memang masih bertugas untuk mengawasi kinerjanya.Luna menatap langit yang sudah menggelap. Udara dingin juga berembus dingin, mulai menyusuo dan menggigit tulang Luna hingga menyisakan ngilu dipermukaa
“Apa kau gila?!” tanya Luna dengan nada tinggi.Luna sama sekali tidak mempertahankan sikap profesionalnya di hadapan sang bos besar, walauapun saat ini dirinya dan Dominik masih berada di perusahaan dan masih dalam jam kerja. Luna terlihat begitu marah dengan napas yang terengah-engah. Dominik sendiri duduk bersandar pada meja kerjanya yang kokoh dan tampak menikmati ekspresi kemarahan yang saat ini tengah Luna tampilkan di hadapannya. Dominik bahkan terlihat tidak ragu menampilkan ekspresi senang yang tentu saja membuat Luna semakin marah saja.“Apa kau tidak ingin menjelaskan apa pun dengan ap
Luna menggigiti kuku ibu jarinya. Ia benar-benar bingung dengan apa yang tengah terjadi saat ini. Dominik menyatakan cintanya, itu sangat mengejutkan. Dan jangan pikir jika Luna tidak merasa tersentuh dengan perasaan yang diungkapkan oleh Dominik itu. Namun, Luna tidak berpikir jika dirinya harus memberikan jawaban atas lamaran yang sudah diajukan oleh Dominik. Apa lagi, saat ini Dominik sudah menekan Luna untuk segera memberikan jawaban atas lamarannya.Luna menghela napas panjang. Ia benar-benar tidak bisa berpikir jernih, apalagi saat ini dirinya tengah harus menyelesaikan setumpuk pekerjaan yang menunggunya. Kepala Luna terasa pening. Apa yang harus ia katakan pada Dominik? Tentu saja akal sehat Luna m
Luna menepuk-nepuk rambutnya yang basah. Ia memang baru saja selesai mandi keramas demi menghilangkan semua hairspray yang membuat rambutnya kaku, dan terasa tidak nyaman. Saat ini, Luna hanya mengenakan sebuah kimono handuk, karena pakaiannya masih berada di atas ranjang. Namun, begitu ke luar dari kamar mandi, Luna terkejut dengan Dominik yang tengah duduk bertelanjang dada di tepi ranjang.Bukan, bukan keberadaan Dominik yang setengah telanjang yang membuat Luna merasa terkejut. Namun, apa yang tengah dilakukan oleh CEO hot itu saat ini. Dominik tengah mengangkat celana dalam dan bra milik Luna ke udara, dengan kedua netra yang tertuju pada kedua benda tersebut. Dominik menampilkan ekspresi yang s
“Jadi dia menikahi perempuan itu?” tanya Ignor pada salah satu bawahannya yang memang bertugas untuk mengumpulkan informasi demi informasi yang dibutuhkan olehnya.Bawahannya yang bernama Roy tersebut mengangguk. “Benar, Tuan. Mereka menikah kemarin, secara tertutup. Acara resepsinya pun dilangsungkan secara terbatas.”“Apa yang aku perkirakan rupanya benar. Sepertinya ia takut jika kejadian yang terjadi di masa lalu, akan terjadi kembali terulang. Betapa bodohnya. Semakin dia berusaha untuk tidak membuat kejadian itu terulang, maka semesta akan bekerja sebaliknya,” ucap Ignor p
Luna menunduk dan terus saja menghindari tatapan tajam Dominik yang tentu saja tengah memberikan intimidasi padanya. Luna memang merasa salah. Ia sudah melakukan kesalahan dengan melanggar batasan yang ada. Luna memang sudah menjadi nyonya rumah kediaman Yakov ini. Namun, Luna sudah berani memasuki area yang seharunya tidak Luna masuki. Meskipun tidak ada larangan tertulis jika Luna tidak boleh memasuki ruangan tadi, tetapi Luna sadar jika dirinya memang tidak boleh memasuki ruangan tersebut.Hal itu sudah jelas, dari bagaimana tersembunyinya ruangan tersebut. Bodohnya Luna karena ia tidak bisa menyadarkan dirinya dan berakhir di situasi yang menyulitkan ini. Tentu saja, Luna begitu merinding saat mengingat puluhan, bahkan ratusan senjata yang tertata rapi di dinding ruangan. Belum lagi alat-alat pembuata
Dominik seakan-akan menggenggam kelemahan Luna dan memanfaatkan itu untuk melakukan semua yang ia inginkan pada Luna. Ia membuat Luna kelelahan karena terjaga hampir tiap malam. Rasanya, Luna benar-benar ingin melepaskan dirinya dari Dominik. Untungnya, siang ini Dominik ternyata memiliki sesuatu yang harus dibicarakan dengan Harry secara pribadi. Itu artinya, Luna memiliki waktu untuk menikmati makan siang sendiri tanpa ocehan mesum Dominik yang membuatnya malu.Karena itulah, Luna turun sendiri untuk makan di kafetaria. Sayangnya, kafetaria kali ini lebih ramai daripada sebelumnya. Jam makan siang Luna tepat bersamaan dengan waktu istirahat karyawan lainnya. Melihat jika tidak ada kursi yang kosong, Luna
Bertahun-tahun lamanya, Dominik mencari keberadanaan Luna. Mencari sebagian hatinya. Namun, usahanya sia-sia. Ia tidak bisa menemukan Luna, bahkan setelah menggunakan semua kemampuan serta koneksinya. Seakan-akan Luna memang menghilang begitu saja, dan selama ini tidak pernah ada di dunia ini."Tuan, apa Anda masih akan melanjutkan pencarian ini?" tanya Harry. Pertanyaan ini wajar, mengingat Dominik melakukan pencarian ini sudah hampir dua puluh tahun lamanya. Namun semua pencarian ini tidak membuahkan hasil. Rasanya, sudah saatnya Dominik berhenti dan melanjutkan kehidupannya tanpa melihat masa lalunya.Sayangnya, pemikiran Harry berbeda dengan Dominik. Mengingat Dominik masih ingin mencari Luna. Jika memang Luna sudah meninggal, maka ia ingin menemulan makam dan melihat kerangkanya. Namun jika Luna masih hidup, maka ia ingin membawanya kembali. Dominik ingin kembali membawa Luna ke dalam pelukannya. Sebab sepeninggal Luna, semuanya terasa hampa."Tidak. Tetap lanjutkan semuanya seper
“Wah cantiknya, sudah berapa bulan?” tanya seorang nenek pada Edelia yang tengah mengajak putrinya berjalan-jalan pagi. Edelia menggendong putrinya dengan kain gendongan khusus.“Usianya baru dua bulan,” jawab Edelia dengan kebahagiaan yang tampak begitu jelas pada wajahnya yang cantik.“Pasti berat harus merawat anak sendiri. Jangan ragu untuk meminta bant
Meskipun dengan saluran pernapasannya yang hampir terputus karena Dominik yang masih mencekiknya, Ignor sama sekali tidak merasa terintimidasi. Ia menyeringai dan sedetik kemudian tertawa dengan keras dengan pertanyaan yang diajukan oleh Dominik. “Kenapa kau bertanya mengenai keberadaan Luna? Apa kau akan membawanya kembali? Untuk apa? Apa untuk menjadikannya sebagai boneka hidup pengganti Eleanor?” tanya Ignor tajam, sembari berusaha untuk melepaskan cekikan Dominik.Sayangnya, apa yang dikatakan oleh Ignor malah membuat Dominik semakin marah. Ignor sudah mengatakan sesuatu yang jelas menghabiskan seluruh stok kesabaran yang ia miliki. Dengan wajah memerah, Dominik berkata, “Kau mengatakan omong kosong. Kau tidak mengetahui apa pun, tetapi berlagak dengan betindak seolah-olah mengetahui
Setelah mengatakan hal apa yang ia perlukan, Luna pun segera mematikan sambungan telepon dan kembali menatap Dominik yang tengah terlelap dengan nyenyaknya. Luna menatap Dominik dengan sendu. Mungkin, sebelum kejadian penculikan dan mengetahui rahasia dari Ignor, Luna belum menyadari apa yang ia rasakan. Ah, bukan. Bukan belum menyadari. Luna jelas sudah menyadari hal itu sejak lama, bahwa hatinya sudah jatuh untuk pria ini. Namun, sebelumnya Luna terus menekan perasaannya karena merasa takut. Sayangnya, saat ini Luna sudah bertemu dengan ketakuta yang menjadi nyata. Pada akhirnya, Luna pun tidak lagi bisa membendung perasaannya.Luna membiarkan perasaan itu meluap begitu saja. Benar, Luna membiarkan semua
Dominik mengusap pipi Luna yang terasa dingin. Setelah Dominik menemukan Luna di tepi jalan, Luna segera dibawa oleh Dominik kembali ke kediaman Yakov. Tentu saja, Dominik sudah memanggil orang yang kompeten untuk memastikan jika kondisi Luna baik-baik saja. Dominik jelas merasa sangat cemas, apalagi dengan kondisi Luna saat dirinya ditemukan. Luna mengenakan pakaian yang rusak parah, dengan jas milik pria yang melindungi pakaiannya tersebut. Tentunya, Dominik harus memastikan jika Luna belum disentuh oleh pria mana pun. Jika hal itu terjadi, tentu saja Dominik harus menangani kondisi Luna yang pastinya memburuk, baik itu fisiknya, maupun mentalnya.Namun syukurlah, Luna tidak mengalami luka selain pada wa
Lalu tubuh yang menimpa Luna disingkirkan dengan mudah. Mayat itu kini tergeletak di atas lantai dengan kepala hancur dan darah yang tercecer di mana-mana. Luna yang awalnya berpikir seseorang yang menolongnya itu adalah Dominik, seketika terkejut saat menyadari pemikirannya yang salah. Luna segera menutupi dadanya dan memanggil orang itu dengan bibir bergetar, “Ignor.”Ignor yang mendengar Luna memanggilnya dengan lirih, mau tidak mau menyeringai pad
Luna terbangun dan sadar jika dirinya tengah dalam penyandraan. Dengan kondisi kaki dan tangan yang terikat dan mulut yang dilakban, siapa pun pasti bisa menyimpulkan hal itu dengan mudah, bukan? Meskipun ini bukanlah situasi yang baik-baik saja, tetapi Luna berusaha untuk menenangkan diri. Setidaknya, Luna tidak boleh terlihat seperti orang yang ketakutan, karena ketakutannya nanti pasti dengan mudah dimanfaatkan oleh orang yang sudah menculiknya ini. Luna merasa jika keadaan selalu tidak pernah berpihak padanya. Bahkan, saat Luna menjalankan kesehariannya seperti orang normal saja, Luna tetap terseret dalam masalah seperti ini. Luna menggerakkan sedikit tubuhnya yang memang terikat erat pada kursi yang ia tempati. Luna memang belum bisa menebak siapa yang sudah menculik dan menyekapnya ini, tetap
Hingga malam, Luna sama sekali tidak bisa beristirahat. Padahal, tubuhnya sendiri sudah menjerit meminta untuk istirahat. Namun, otak Luna terus mengulang kejadian mengerikan di mana dirinya melukai seseorang bahkan membuat orang itu mati. Luna melirik kotak berisi pisau berlumur darah kering yang ia simpan di atas nakas. Semuanya bagai mimpi buruk bagi Luna. Sejak awal, keputusan Luna untuk ikut ke Rusia. Seharusnya, Luna mendengarkan suara hatinya dan mengikuti firasatnya. Jika dirinya tidak terjebak dalam tipu muslihat Dominik, Luna tidak mungkin sampai berada di titik ini. Luna tidak mungkin terbawa arus dan menjadi seorang penjahat sama halnya dengan Dominik.Luna mendengar deru mobil, lalu melirik jam dinding. Ini jam satu pagi, dan Dominik baru kembali dari urusan pe
Setelah hampir dua minggu menghabiskan waktu bulan madu berkeliling dari satu negara ke negara lainnya, tibalah saat di mana Dominik dan Luna kembali ke Rusia. Ternyata, ada beberapa hal yang terjadi di Rusia, dan mendesak Dominik untuk segera kembali ke negerinya itu. Walaupun enggan mengakhiri acara bulan madunya secepat itu, tetapi Dominik tidak memiliki pilihan lain, selain melakukannya, karena ia tidak bisa mengabaikan pekerjaannya lebih lama daripada itu. Luna sendiri sama sekali tidak keberatan harus menyelesaikan rangkaian bulan madu mendadaknya. Ia merasa lelah dengan perjalanan tidak berujung itu, dan memilih untuk kembali dengan pekerjaannya sebagai sekretaris Dominik.Setelah tiga hari beristirahat, saat ini Luna sudah kembali aktif bekerja di perusahaan, dan menyadari jika selama ini Harry yang men