Share

Awal Kisahku

Penulis: Queen Li
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-14 11:46:27

Berada di puncak tidak akan terasa baik saat kau tidak menemukan ketenangan dalam dirimu.

Aku akan menemukan kebahagiaanku bagaimanapun caranya.

- Jihan Azzahra -

•☆☆☆•

Waktu sudah menunjukkan pukul 20.30 saat Jihan tiba di rumahnya.

Sesampainya di rumah, Jihan langsung disambut oleh Anita dan Anton yang tengah duduk di ruang tamu. Mereka sedang membicarakan hal yang serius dan sepertinya hal itu adalah kabar baik.

"Sepertinya ada hal baik?" tanya Jihan setelah menyampaikan salam dan mencium tangan kedua orang tuanya itu.

Anton meminta puterinya untuk duduk bersamanya.

"Ayah punya kabar baik."

Jihan mendengarkan dengan seksama.

"Karena Ayah dipindahtugaskan, maka kita akan pindah ke Banten." lanjut Anton.

"Wait, what?? Ayah, aku masih punya banyak pekerjaan yang harus kulakukan di sini. Bagaimana bisa aku pergi begitu saja?"

"Lagi pula aku tidak pernah tinggal di luar Jakarta, bagaimana bisa aku beradaptasi di sana? Aku begitu sulit beradaptasi dengan lingkungan baru." lanjutnya.

Seolah tak menghiraukan rengekan anaknya, Anton hanya tersenyum tipis melihat puterinya yang sedang cemberut sambil terus menatap tajam padanya saat itu.

"Lalu, apa kabar baiknya?"

Anita memberikan sebuah brosur pada Jihan.

'SMA Nurul Iman' adalah nama sekolah yang tercantum di halaman terdepan brosur tersebut.

SMA swasta berbasis agama yang sudah menjuarai berbagai perlombaan nasional itu adalah 'kabar baik' selanjutnya dari Anton.

"Aku bukanlah seorang bad girl yang tak menyukai hal-hal tentang agama, tapi itu akan sulit untukku yang tidak terbiasa."

"Kamu akan mendalami ilmu agama dengan lebih baik di sekolah ini." kata Anton sembari menyeruput teh di cangkir keramiknya.

Jihan mengehal nafas dalam sebelum akhirnya menyampaikan nota keberatannya dalam sekali tarikan nafas.

"Ayah, aku bisa saja setuju dengan idemu untuk pindah ke kota kecil itu. Meski dengan begitu aku tidak lagi bisa bersama dengan teman-temanku. Tapi, apa? Sekolah di sekolah berbasis agama? Ayah, mereka bilang sekolah di sana sangatlah tidak nyaman. Kau harus menghafal kitab suci dan hadist sejak jam tiga pagi. Bahkan kau tahu? Tak boleh ada ponsel! Astaga. Kau tahu aku tak bisa hidup tanpa ponselku, Ayah"

Anita memberikan segelas air minum pada anaknya yang masih berapi-api setelah memberikan pendapatnya yang cukup panjang itu. Jihan pun menenggak minuman itu dengan cepat.

Tatapannya masih terfokus pada ayahnya, menunggu jawaban atas keberatan yang baru saja disampaikannya.

Anton meletakkan cangkir tehnya di atas meja. Sembari melipat kedua telapak tangannya, pria paruh baya itu mulai menjelaskan dengan rinci maksud dari keputusannya yang bisa dibilang cukup mendadak bagi Jihan.

"Pertama, kau tidak harus bangun jam tiga pagi untuk melakukan hal-hal yang kau sebutkan tadi dan kau juga tak akan kehilangan ponselmu. Karena kau tidak akan tinggal di asrama. Kau hanya akan pergi kesana untuk bersekolah lalu pulang ke rumah. Sama seperti saat kau bersekolah di sini."

"Bagus, lalu yang kedua?" Tanya Jihan.

Anita menggeleng pelan "Kalian benar-benar serasi."

Kedua ayah dan anak yang sedang meeting mengenai hal serius itu pun menoleh dengan tatapan serius juga pada Anita. Seolah berkata bahwa tak boleh ada yang menyela percakapan penting mereka. Anita hanya memiringkan sedikit kepalanya, mengerti dengan isyarat kedua orang di hadapannya itu.

"Yang kedua, tentu saja ini kabar baik. Kau harus mulai mendalami ilmu agama. Ayah tidak ingin kau tenggelam lebih jauh lagi di tengah era milenial yang tak bisa ditebak alurnya. Aku tak ingin kau menjadi seperti Ayah dan Ibumu ini, hingga kami terlambat menyadari pentingnya ilmu agama bahkan untuk puteri kami sendiri." Lanjut Anton.

"Tapi aku bisa mempelajarinya di sekolah biasa, mereka juga memiliki mata pelajaran agama Islam" jawab Jihan, pelan.

"Di sekolah biasa, hanya seminggu sekali mereka mengajarkan pelajaran agama. Sementara di sekolah ini, setiap harimu akan disisipkan pelajaran agama. Sehingga hal itu akan tertanam dalam dirimu. Tak ada kata terlambat untuk memulainya sekarang, mungkin awalnya akan sulit. Tapi kami akan selalu ada di belakangmu." Anita mencoba untuk memberi pengertian pada puteri semata wayangnya.

"Nak, seorang anak adalah amanah dari Allah untuk orang tuanya. Jika anaknya membuat kesalahan, maka orang tualah yang akan bertanggung jawab atas hal itu di akhirat nanti karena kami tidak bisa membimbingmu ke jalan Allah dengan benar. Dan jika kelak orang tua dipanggil Tuhan, maka doa anak-anak yang soleh dan solehahlah yang akan membantu kami di akhirat nanti. Jadi Ayah mohon, jika kau tidak bisa melakukannya demi dirimu sendiri, maka lakukanlah demi orang tuamu." jelas Anton.

Jihan hanya mengangguk pelan. Tak ada yang bisa Ia lakukan lagi untuk menolak permintaan kedua orang tuanya itu. Dalam pikirannya terus terbayang hal-hal yang akan sangat sulit Ia terima.

"Tenang saja, Ayah sudah mengurus semuanya untukmu." Kata Anita.

Anton mengangguk setuju "Anak dari salah satu teman Ayah juga lulusan dari sekolah itu. Namanya Annisa, dia adalah gadis yang sangat cantik dan memiliki kepribadian yang baik. Suatu hari Ayah berharap kau akan bertemu dengannya."

Setelah berbincang cukup lama, Jihan memutuskan untuk setuju dengan pendapat orang tuanya. Di kamarnya, Jihan hanya terus scrolling beranda Instagramnya.

Namun kekhawatiran itu mulai memudar ketika Ia menyadari bahwa semua hal yang dilakukannya selalu mendapat respon yang baik dari para penggemarnya.

"Kurasa ini tak akan sesulit yang aku bayangkan. Aku adalah G-Ace.

Siapa yang tidak mengenalku? Dengan cepat aku akan mendapatkan teman baru dan akan dengan mudah beradaptasi karena semua orang menyukaiku. Kehidupan selalu berjalan sebaik ini ~" gumamnya dalam hati.

Dua minggu berlalu dengan cepat.

Waktu selalu tak terasa lama saat sesuatu yang tidak kau inginkan akan tiba. Ini adalah hari terakhir Jihan tampil bersama The Gold

sebelum kepindahannya ke Banten.

"Mari kita selesaikan ini dengan cepat dan hebat." ucapnya dalam hati ketika berada di depan cermin meja riasnya.

Seorang pembawa acara sedang berdiri di atas panggung dan bersiap untuk mengumumkan penampilan selanjutnya.

"Terkadang kau mendaki begitu keras untuk menuju sebuah puncak kebahagiaan, tanpa kau sadari bahwa kebahagiaan sesungguhnya ada di dalam dirimu sendiri jika kau mau sedikit saja lebih memahami dirimu. Itulah sebuah pesan dari Rosé di lagu terbarunya. Hey Mangga Dua Square! Inilah The Gold

dengan 'On The Ground' by Rosé"

Suara riuh penonton mengiringi tiap langkah Jihan ke atas panggung.

Terdengar mereka terus memanggil namanya.

"Go G-Ace! Go G-Ace Go!"

My life's been magic, seems fantastic

I used to have a hole in the wall with a mattress

Funny when you want it, suddenly you have it

You find out that your gold's just plastic

I worked my whole life

Just to get right, just to be like

"Look at me, I'm never coming down"

I worked my whole life

Just to get high, just to realize

Everything I need is on the ground

Di sela-sela tariannya, fokus Jihan teralih pada setiap penggalan lirik dari lagu yang sedang diputar malam itu.

Seolah lagu itu menceritakan tentang kisahnya sendiri.

Memori masa lalu seolah memutar sebuah film dokumenter di hadapannya.

Hari-hari dimana Ia hidup sebagai seorang puteri raja yang dimanjakan oleh kedua orang tuanya juga hari dimana pertama kali Ia mendapatkan sebuah impian, yaitu impian menjadi seorang penari yang hebat.

Jihan juga teringat akan sahabat masa kecilnya, Ardhy.

Ardhy yang selalu ada untuk membantunya bahkan Ardhy jugalah yang mendaftarkan Jihan dalam perlombaan menari saat itu.

Itu adalah kompetisi pertama yang diikuti Jihan. Namun saat untuk pertama kalinya Jihan akan menampilkan tariannya di atas panggung, Ardhy tidak pernah datang. Anita dan Anton yang saat itu mengantarkan Jihan untuk berkompetisi menyadari bahwa anak mereka mulai patah semangat saat mengetahui sahabatnya tak hadir hari itu.

"Ibu akan merekamnya sehingga Ardhy bisa melihatnya nanti." ucap Anita.

"Lakukanlah dengan baik dan buktikan kemampuanmu." Anton meyakinkan puterinya.

Mendengar hal itu, Jihan bertekad untuk membuktikan kemampuannya pada semua orang. Hingga saat ini, Ia berhasil membuktikan kemampuannya dan berada di puncak karirnya. Namun hingga saat ini pula, Ardhy tak pernah terlihat. Anak itu menghilang bersama keluarganya. Tak pernah ada yang tahu dimana keberadaan mereka.

Waktu berlalu, lagu yang diputarkan sebagai backsound dari pertunjukkan malam itu telah selesai. Suara tepuk tangan dan riuh penonton menjadi satu dengan yel-yel pendukung Jihan.

Gadis itu tersenyum puas dengan penampilannya hari ini.

- To Be Continued -

Bab terkait

  • The Hijabi Dancer   Kehidupan Sang Puteri Raja

    Belasan tahun silam, bertepatan dengan turunnya salju pertama di bulan Desember.Di sebuah rumah sakit swasta di kota London, seorang malaikat kecil lahir ke dunia.Puteri pertama dari pasangan Antony Hardian dan Anita Joana itu lahir dengan melalui proses normal persalinan.Seolah hadiah dari Tuhan, kehadiran bayi mungil itu semakin melengkapi kesempurnaan hidup bagi Anton dan Anita.Bertemu dengan seorang kyai di rumah sakit yang sama, Anton memberanikan diri meminta sang kyai untuk memberikan nama pada puteri kecilnya itu."Jihan Azzahra"Sang kyai menyebutkan sebuah nama cantik yang langsung disetujui oleh Anton dan Anita saat itu.Nama yang memiliki arti "Bunga surgawi yang luar biasa" itu seolah menggambarkan kecantikan rupa yang dimiliki oleh si bayi mungil yang selalu tersenyum tersebut.Dengan nama itu pula sang kyai berharap gadis mungil itu akan tumbuh menjadi seora

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-14
  • The Hijabi Dancer   Culture Shock

    Matahari belum begitu menyengat saat Jihan keluar rumah untuk pergi menjelajahi kota kecil tempatnya sekarang tinggal.Dengan mengenakan tank top putih dibalut dengan jaket kulit berwarna dark brown dan zip front mini skirt berwarna senada sebagai bawahannya, gadis itu melangkah mantap memasuki mobil berwarna hitam metalik miliknya."Jangan pergi begitu jauh, kau belum mengenal baik kota ini."Sebuah pesan dari Anita terlihat di notification box pada layar depan ponsel Jihan."Siap bos! " Balas Jihan."Mari kita lihat seperti apa kota kecil ini." gumamnya.Satu jam berlalu, matahari sudah beraksi dengan memancarkan cahaya yang begitu menyilaukan dan udara yang terasa memanas."Hey kenapa kalian begitu menyebalkan?! " Pekik gadis cantik itu dari dalam mobilnya ketika Ia terjebak dalam kemacetan di dekat sebuah pasar tradisional.Terlihat semrawut jalanan di area Pa

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-14
  • The Hijabi Dancer   First Day

    Waktu menunjukkan pukul 20.05 ketika Jihan baru saja selesai membersihkan dirinya setelah berkeliling kota seharian. Terlihat beberapa paper bags masih tergeletak tak beraturan di atas tempat tidurnya. Tok... tok... Anita memasuki kamar puterinya itu dengan lima buah paper bags berukuran sedang di tangannya. "Surprise!" Dengan bersemangat Jihan segera membuka paper bags yang diberikan Anita padanya.Namun ketika melihat isinya, Jihan justru merasa kurang senang. "Lihat, Ibu membawakanmu beberapa gamis yang sangat cantik dengan warna favoritmu." ucap Anita. "Gamis? Kau yakin, Bu?" Anita mengangguk "Tentu saja, apa yang salah?" "Tidak ada yang salah, tapi maafkan aku... untuk apa semua ini? Di sekolah aku akan memakai seragam dan tentu saja aku tidak akan mengenakan gamis di rumah. Aku tidak aka

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-14
  • The Hijabi Dancer   Tutorial Munafik

    "Assalamualaikum everybody!"Jay yang baru saja tiba langsung terbelalak melihat Jihan sudah ada di dalam kelas yang sama dengannya."Oh my God! Aku tak percaya ini adalah harinya. Kau tidak memberitahuku bahwa kau akan datang hari ini. Seharusnya aku berpenampilan lebih tampan dari ini." canda Jay."Kau akan cukup tampan jika kau segera duduk di kursimu dan kita akan memulai mata pelajaran hari ini." sahut Yusuf yang lalu disambut tawa kecil oleh para muridnya.Jay pun mengajak Jihan untuk duduk bersamanya, namun Indah menarik tangan Jihan dan memintanya untuk duduk di sisinya. Segera setelah pelajaran dimulai, kelas pun mulai hening.Semua berjalan lancar, hingga sebuah notifikasi muncul di salah satu ponsel seorang siswa. Siswa bernama Tio itu mendapatkan foto beserta link akun youtube Jihan dari seorang temannya di Jakarta."Apakah kau mengingat gadis ini? Kita pernah melihat penampi

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-14
  • The Hijabi Dancer   Jagalah Dirimu Dengan Baik

    "Kita akan pulang lebih awal hari ini." kata Jihan setelah mendengar percakapan antara Yusuf dan salah seorang guru lainnya."Kau benar, jika rapat guru diadakan, di sanalah letak kebahagiaan para murid yang bisa pulang lebih awal." kekeh Indah."Dan setelah ini, kau akan langsung pulang?"Jihan mengangguk "Yah, sepertinya begitu. Tidak ada hal lain yang akan kulakukan hari ini."Dini datang untuk bergabung bersama mereka."Hai, apa yang sedang kalian bicarakan?"Tanpa menjawab pertanyaan Dini, Indah langsung mengemukakan pendapatnya setelah terlintas sebuah ide di benaknya."Bagaimana jika kita pergi jalan-jalan hari ini? Ayo kita pergi bermain."Saran Indah saat itu langsung disetujui oleh Jihan dan mereka pun menunjuk sebuah mall di Cilegon untuk menjadi tempat tujuan mereka hari itu."Tapi bukankah itu terlalu jauh?" tanya Dini.

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-14
  • The Hijabi Dancer   Syarat Pertemanan

    "Jika mereka benar-benar temanmu, mereka akan menerimamu apa adanya. Tidak ada syarat dalam sebuah pertemanan"- Abdul Qadir Jaelani ( Jay ) -•☆☆☆•Dini berjalan seorang diri memasuki perpustakaan sekolah dengan membawa beberapa buku yang hendak Ia kembalikan dan meminjam buku lainnya.Ketika hendak mengambil buku dari salah satu rak, lagi-lagi Ia mendapati Indah sedang bersama dengan Jihan.Dini menghampiri mereka, namun Jihan segera memutuskan untuk meninggalkan tempat itu."Aku harus keluar sebentar." katanya sembari menunjukkan ponselnya, memberikan isyarat bahwa Ia harus menerima panggilan telepon dari seseorang."Dia langsung pergi setelah aku duduk di sini."Indah menghela nafas atas

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-14
  • The Hijabi Dancer   Bertemu Lagi Denganmu

    Beberapa hari berjalan dengan mulus hingga hari ini. Entah kemana perginya para gadis, hanya ada beberapa murid pria di sana. Jihan meletakkan tas dan mulai memainkan ponselnya.Di sudut kelas, diam-diam Tio sedang menonton penampilan The Gold Dancers tempo hari. Itu adalah penampilan terakhir mereka bersama Jihan sebelum kepindahannya ke Banten."Ini berbeda dengan yang sebelumnya. Kali ini bukan tarian erotis, tapi pakaiannya terlalu pendek." gumamnya dalam hati.Semakin mendengarkannya Tio ikut larut dalam lirik lagu yang didengarnya. Hingga tanpa Ia sadari, Dini mengintip ponsel Tio dari luar kelas melalui jendela yang terletak di sebelah Tio.Mata gadis itu terbelalak melihat Jihan mengenakan pakaian yang sangat minim. Itu adalah pakaian yang mirip seperti milik Rosé, sang penyanyi asli dari lagu 'On The Ground' yang

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-14
  • The Hijabi Dancer   Legendary War

    Terkadang mereka bukan ingin menasehati, melainkan hanya ingin menunjukkan bahwa merekalah yang terbaik.- Jihan Azzahra -•☆☆☆•Di sekolah ini, lapangan basket terdapat di dalam ruangan tertutup.Sehingga Jihan bisa bebas melakukan apapun di dalamnya setelah Ia menutup pintu masuk ruangan tersebut.Jihan memutuskan untuk berganti pakaian di ruang ganti.Kini, Ia kembali ke tengah lapangan dengan mengenakan kaus berwarna putih dengan kerah berbentuk V line, dipadukan dengan hot pants jeans berwarna biru muda sebagai bawahannya.Gadis itu memulai vidio siaran langsung di akun sosial medianya.Segera setelah Jihan menyalakan fitur tersebut, puluhan pengikutnya langsung berdatangan untuk menonton siaran langsung dari idola mereka."Hai semuan

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-14

Bab terbaru

  • The Hijabi Dancer   The Guardian Angel

    Tak perlu selalu bersama untuk bisa melindungi.Bahkan meski aku tidak di sini, aku tetap akan bersamamu. - Ardhy Wijaya - •☆☆☆• Seketika Ardhy menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur setibanya Ia di kamarnya yang bernuansa warna putih dan hitam itu.Tangannya menggapai sebuah remote control dan ketika Ia menekan salah satu tombol di sana, tirai yang menutup atap kamar tersebut terbuka secara otomatis.Terlihatlah pemandangan langit malam yang begitu indah dari atap yang terbuat dari kaca tebal tersebut. Bulan sabit terlihat begitu tenang duduk di tempatnya ditemani sebuah bintang paling terang yang berada di sisinya. "Apa kalian mengejekku? Ya, benar dia tidak menepati janjinya, tapi buk

  • The Hijabi Dancer   Janji Tak Terlihat

    "Hai, aku rasa aku telah menyinggungmu dengan sikapku tadi. Aku bersalah, maafkan aku yah?"Jihan melatih dirinya di depan kamera ponsel untuk meminta maaf atas sikapnya yang kasar pada Dini.Gadis itu memiliki rasa gengsi yang terlalu tinggi untuk meminta maaf terlebih dahulu meski itu adalah kesalahannya sendiri.Namun, jika Ia mau memperbaiki semuanya, Jihan tahu bahwa Ia harus menyingkirkan rasa gengsi itu terlebih dahulu."Kau baik-baik saja?" Indah menegur temannya yang sedang bicara sendiri di bangkunya itu.Jihan mengangguk mengiyakan. Namun ketika Ia melihat Dini berjalan memasuki kelas, tiba-tiba Ia merasa gugup dan segera mengemasi tasnya dan memindahkannya ke meja tempat Jay belajar."Aku rasa akan lebih nyaman jika aku kembali duduk di sini."Indah menatapnya, heran."Jay sudah kembali, ada hal yang ingin kutanyakan padanya hehe" kekehnya dengan gari

  • The Hijabi Dancer   Boneka Yang Bernyawa

    "Jangan merubah dirimu demi orang lain, lakukan itu demi dirimu sendiri. Maka kau tak akan merasa terbebani. Dirimu berhak untuk tidak merasa terkekang." - M. Ardhy Wijaya -•☆☆☆•Jihan terus mengomel di sela-sela langkah kakinya yang dihentakkan dengan keras kala menaiki satu persatu anak tangga menuju rooftop sekolah."Seolah mengejekku adalah passion mereka dan ketika memiliki kesempatan itu, mereka menggunakannya sebaik mungkin.""Lagipula apa salahku jika aku tidak bisa mengaji? Toh jika nanti aku sudah dewasa, mengaji bukanlah prioritas utama untuk diterima bekerja di dalam sebuah perusahaan."Ketika Jihan hendak membuka pintu, sebuah tangan kekar muncul dari belakang dan membukakan pintu itu hingga gadis itu cukup terkejut dengannya.

  • The Hijabi Dancer   Tertampar Rasa Malu

    Setengah jam berlalu.Lagi-lagi Jihan terjebak di satu-satunya mata pelajaran yang selalu membuatnya merasa keringat dingin."Intinya adalah pelajaran agama Islam, tapi kenapa mereka membaginya ke dalam beberapa materi? Seolah sekolah ini begitu berniat untuk memojokkanku"Bukannya fokus pada mata pelajaran, gadis itu justru tengah fokus pada layar obrolannya dengan Clara.Meski dirinya juga sedang sibuk mempersiapkan materi kuliahnya, Clara tetap saja meladeni sahabatnya yang sedang meracau tak jelas di laman pesannya."Al-Qur'an Hadits, Fiqih, Akidah Akhlak dan Bahasa Arab. Bisakah kau membayangkannya? Aku bahkan hanya bisa membaca Iqro'." lanjutnya.Sembari mengetikkan begitu banyak kata di keyboard komputernya guna menyelesaikan tugas kuliahnya, Clara mengirimkan pesan suara pada sahabatnya itu."My dear Ji, tentang semua itu ... aku tidak mengetahui apa

  • The Hijabi Dancer   Kpop Haram?

    Tak ada waktu istirahat dalam mengejar mimpi.- Ardhy Wijaya -•☆☆☆•"Kuharap hari ini akan berlalu dengan mudah." ucap Jihan ketika Ia melangkahkan salah satu kakinya melewati pintu kelas saat itu.Hanya ada tiga orang siswa di sana termasuk dirinya. Tentu saja, itu karena Jihan datang terlalu awal hari ini dibanding biasanya.Menurut jadwal, kelas baru akan dimulai dalam 2 jam lagi.Gadis itu memeriksa sosial medianya sebentar lalu melihat daftar pesan yang Ia terima. Merasa tak ada yang begitu penting, Jihan memutuskan untuk menonton vidio-vidio di Youtube yang menampilkan pertunjukkan dari TVXQ.TVXQ adalah grup idola favorit Jihan.Dia begitu mengagum

  • The Hijabi Dancer   Gadis Berkerudung Putih

    Dengan mengenakan pakaian muslim berwarna putih bersih lengkap dengan kerudungnya yang panjang, gadis itu terlihat sangat cantik di antara indahnya pemandangan di sebuah tempat dengan hamparan bunga yang begitu cantik di atas sebuah bukit tak dikenal. Langkahnya begitu ringan seolah tak ada yang membebani pikiran dan jiwanya. Semilir angin yang sejuk menyambut setiap alunan langkahnya yang ringan. Angin lembut yang membelai wajah dan menerbangkan kerudung yang dipakainya itu seolah menandakan bahwa alam begitu memanjakannya saat itu. Sungguh itu adalah hal yang sangat kudambakan selama ini, sebuah kedamaian yang belum pernah kurasakan.Dari belakang, kuikuti setiap langkah yang diambilnya. Berharap ada secercah kedamaian miliknya yang akan menular padaku. Berharap sebuah kegundahan tak berujung ini a

  • The Hijabi Dancer   Dimuliakannya Seorang Wanita

    "Jangan merendahkan dirimu sendiri hanya demi seorang manusia hina.Karena bahkan Tuhan, Nabi, dan Agamamu telah memuliakan dirimu" - Muhammad Ardhy Wijaya - •☆☆☆• M.Ardhy Wijaya Name tag dengan nama yang tak asing bagi Jihan itu bertengger tepat di seragam sekolah pemuda tersebut. "Ardhy?!" "Hei, long time no see."Sahut pemuda itu lengkap dengan senyum manis di akhir kalimatnya. Kalimat sederhana yang cukup untuk membuat Jihan melompat kegir

  • The Hijabi Dancer   Cahaya Ketika Senja

    Selalu ada jalan untuk melarikan diri.Namun aku tak akan menempuhnya.Aku tidak cukup berani, namun kabur bukanlah pilihan. - Jihan Azzahra - •☆☆☆• Mentari pagi baru terlihat memancarkan sinarnya dengan malu-malu kala Jihan terjaga dari tidurnya. Samar Ia mendengar riang tawa anak-anak penghuni panti asuhan tersebut.Tak mempedulikan apapun, Jihan segera bangkit dan berlari menghampiri anak-anak yang telah Ia anggap sebagai adik kandungnya itu. "Kak Jihan" ucap mereka sembari berlari dan langsung memeluk Jihan dengan erat. "Kakak kemana saja? Kami begitu merindukanmu." kata seorang gadis kecil bernama Bulan. Jihan tersenyum, tanpa kata Ia hanya terus memeluk para malaikat kecil di hadapannya it

  • The Hijabi Dancer   Petunjuk Yang Jelas

    Menyedihkan bagiku saat aku harus melarikan diri dari kehidupan kepada minuman keras. Karena itu hanya akan menambah masalahku.- Jihan Azzahra -•☆☆☆•Fable Club Jakarta.Sebuah klub malam yang terletak di Jl. Jendral Sudirman itu menjadi tempat yang dimaksud oleh Raihan sebagai tempat 'ajaib' yang bisa membuat Jihan melupakan semua masalahnya.Sesampainya di sana, suara dentuman musik yang dimainkan oleh seorang DJ International memenuhi ruangan tersebut. Semua orang sedang asik menari menikmati musik dan beberapa yang lainnya duduk sembari menikmati alkohol favorit mereka.Raihan dan Jihan mengambil meja di sudut ruangan agar tak terlalu membaur dengan yang lainnya.Tak berapa lama kemudian, seorang pelayan mengantarkan dua botol wisk

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status