Beranda / Romansa / The Heaven Jail / BAB 29 || MISI

Share

BAB 29 || MISI

Penulis: TantriMariana
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Alfonzo membuka matanya perlahan kala suara dentingan ponsel mengganggu tidurnya yang kurang, pria itu dengan malas meraih ponselnya yang berada di atas nakas lalu menggeser ikon hijau tanpa melihat terlebih dahulu pelakunya. "Ya?! Kau mengganggu tidurku!" semburnya kesal.

Terdengar gelak tawa yang cukup ringan dari seberang telepon, Alfonzo segera mendengus sebal. Sialan! Siapa yang berani menertawai seorang Alfonzo?!

"Siapa kau dan apa mau mu?! Aku tak banyak waktu," sentak Alfonzo dengan kemarahan yang tertahan.

Suara di ujung telepon semakin senyap, digantikan dengan deheman pelan. "Delta 0-02," ucapnya yang langsung membuat Alfonzo terduduk dan bersandar di kepala ranjangnya.

"Agen Horb?" ucap Alfonzo menebak pelaku yang menertawainya.

Gelak tawa kembali terdengar dan di susul dengan deheman pelan. "Ya, Al. Maaf mengganggu tidurmu yang sepertinya sangat nyenyak itu, sampai-sampai suaramu begitu parau," ujar Davis dengan kekehan gelinya.

"Diam kau Horb! Jangan banyak bicara. Katak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • The Heaven Jail   BAB 30 || AKSI

    Alfonzo menghembuskan napasnya berat, ia mengigit bibirnya gugup sungguh otaknya belum siap diajak berpikir namun untungnya feelingnya masih bekerja, ia menatap France yang berdiri bak pria bodoh di ujung meja. "France," panggil Alfonzo yang langsung membuat pria itu mendudukkan tubuhnya tegak."Yes, Sig," balasnya.Alfonzo berdehem pelan, ia mendekati France lalu membalikkan tubuhnya menatap Ben. "Kau akan antarkan Ben menuju kapal selam itu, kau juga harus pastikan ia mendapat izin dari pihak Rusia untuk memasuki kapalnya aku tak mau tau, kau urus dengan Agen Horb dan kau juga temani Ben di dalam kapal itu kau harus membantunya, kau mengerti tugasmu France?" tanya Alfonzo diangguki oleh France."Bagus sekali, baiklah kita lanjutkan." Alfonzo mendekati proyektor dan menggerakkan telunjuknya yang otomatis menggeser slide selanjutnya. "Troy Bosch, kita sebut saja target. Dia adalah tersangka yang merupakan anggota dari Maxcyz, benarkan Agen Horb?" tanya Alfonzo diiyakan oleh pria itu.

  • The Heaven Jail   BAB 31 || AKHIRNYA

    "Mom?" panggil bocah itu dengan mulut yang penuh snack sedangkan air mata sudah terkumpul di ujung mata Gia. Wanita itu hanya mampu mengalirkan air matanya deras.Gia mengulurkan tangannya menyambut pelukan putra kecilnya dan dengan pandangan penuh kepolosan, Theodore mendekati tubuh sang Mommy ia teliti wajah Gia yang sama persis dengan foto yang selama ini ia peluk sebelum tidur tak terasa air mata juga keluar dari mata kecilnya. Ia menubrukkan tubuhnya dan menangis kencang di dalam pelukan hangat Gia. "MOMMY! MISS YOU," ucapnya keras di dalam tubuh Gia.Bukannya merasa terganggu akan teriakan Theodore barusan, Gia justru tertawa di sela-sela tangisnya, ia mencium puncak kepala Theodore dan menggumamkan berkali-kali permintaan maaf. "Maafkan Mommy, Theo," lirih Gia tak dibalas oleh bocah di dalam pelukannya. Theodore semakin menderaskan tangisannya bahkan mungkin orang yang berada di luar dapat mendengar tangisan kencang Theodore.Gia tersenyum amat manis dengan tangannya yang mengu

  • The Heaven Jail   BAB 32 || PERSIAPAN

    Gia menatap putranya yang tertidur sangat damai di pelukannya saat ini, ia usap selembut bulu kepala Theodore lalu mencium keningnya lama. "Mommy tau mungkin kau menunggu lama untuk hal ini Theo, tapi kau juga harus mengerti. Ada saatnya, dear. Saat dimana kau dan Mommy akan tinggal bersama," lirih Gia seraya mengusap pipi kemerahan putranya.Tiba-tiba ponsel Gia bergetar, wanita itu lekas melihat si penelpon dan mengangkat teleponnya. "Ya, ada apa Sergio?""Maaf Nyonya, anda harus segera pulang. Saya dengar dari France, katanya Tuan akan pulang besok atau besok malam.""Bagaimana bisa? Bukankah Alfonzo akan pulang dua sampai tiga hari lagi?""Saya kurang tau, Nyonya. Yang jelas Tuan akan segera pulang.""Baiklah, terimakasih Sergio." Gia memutuskan sambungan teleponnya, wanita itu kembali menatap wajah putranya lalu mencium gurat wajah Theodore tak bersisa, air mata kembali mengalir di matanya saat menyadari kebersamaanya dengan Theodore hanya bersifat sementara."Gia?" panggil suara

  • The Heaven Jail   BAB 33 || MEMBANTU

    Alfonzo keluar dari kamarnya melewati Gia yang tengah duduk di ruang tengah dengan ponsel di tangan kanan wanita itu, Alfonzo mendekati wanitanya dan mengecup pelan pipi kanan Gia. "Hai," sapa Alfonzo dibalas senyum manis dari Gia."Hai, mau kemana? Kau terlihat sangat rapih?" tanya Gia diangguki oleh Alfonzo."Venezuela, ada temanku yang ingin bertemu," ujar Alfonzo diangguki oleh Gia."Kau akan kembali cepat kan? Tak mungkin bodyguard mu menggantikan posisimu tiga hari lagi," ucap Gia dengan senyum tipisnya."Tentu aku tak akan melewatkan saat dimana dirimu memakai gaun putih itu untukku," jawab Alfonzo seraya mencium sekilas kening Gia. "Aku pergi," pamit Alfonzo diangguki oleh Gia.Alfonzo menjalankan kakinya keluar dari mansion besarnya lalu memasuki mobil silver yang akan ia kendarai sendiri menuju bandara, pria itu menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang hingga lima belas menit kemudian ia telah sampai di landasan pribadi miliknya, pria itu segera memasuki jet pribadinya d

  • The Heaven Jail   BAB 34 || PUTRI KECIL

    Alfonzo menuruni mobilnya dengan cepat, pria itu berjalan dengan dua anak buahnya di belakang dengan langkah kaki yang lebar dan mata yang menatap seisi hotel akhirnya Alfonzo menemukan dua orang pria di tengah hotel, segera Alfonzo menepuk bahu Leonardo hingga membuat pria itu membalikkan tubuhnya menatap Alfonzo. "Leo," sapa Alfonzo dengan mengulurkan tangannya dibalas oleh Leonardo."Mr. De Lavega," sapa Alfonzo pada Arthur dengan senyum manisnya."Al, kami bersyukur kau mau membantu kami.""Suatu kehormatan bisa membantu kepala mafia besar seperti Regnarok," ucap Alfonzo dengan senyum tipis di bibirnya. "Baiklah mari ikuti aku," lanjut Alfonzo mempersilahkan Arthur dan Leonardo semakin memasuki hotel.Alfonzo menuntun Arthur dan Leonardo menuju lift namun saat di dalam lift Alfonzo tidak menekan tombol lift tapi ia justru menekan sebuah tombol yang secara otomatis membawa lift itu ke bawah tanah.Setelah sampai di ruangan rahasia, Alfonzo pun mempersilahkan Leonardo maupun Arthur

  • The Heaven Jail   BAB 35 || WEDDING

    Wedding Day'sGia menatap pantulan dirinya di cermin besar, gaun putih dengan beberapa hiasan mutiara di dada dan pinggang membuat Gia terlena menatap dirinya sendiri. Begitu sangat indah gaun yang dipilihkan oleh calon suaminya itu, seakan tau dan memahami bagaimana keinginan dan kesukaan dirinya, Gia menatap dirinya sendiri dengan senyum yang mengembang kisah dan ceritanya dengan Alfonzo seakan tak pernah tertebak akan sampai pada titik ini, titik dimana ia sudah percaya sepenuhnya pada pria yang dahulu menawannya di mansion besar penuh kemewahan, like a heaven?"Gia?" wanita itu membalikkan tubuhnya menatap sosok yang memanggil namanya tadi, dan senyum tak dapat lagi ia cegah saat melihat Florence di belakangnya saat ini."Flo?" panggil Gia dengan mendekatkan dirinya sendiri pada wanita yang tengah menggendong bayi mungil di dalam dekapannya."Astaga, ia tertidur sangat menggemaskan," ucap Gia seraya mencolek ujung hidung Alaizya."Baru saja tidur saat dibawa Daddy-nya ke taman," u

  • The Heaven Jail   BAB 36 || SETELAH PERNIKAHAN

    Gia terbangun dari tidurnya, wanita itu meraih penties miliknya lalu memakainya, ia juga meraih kemeja putih yang semalam di gunakan oleh Alfonzo untuk menutupi tubuhnya yang terbuka, selesai dengan tampilannya ia menjalankan kakinya menggeser pintu kaca yang menjadi pembatas antara kamar dan balkon lalu menopangkan lengannya di pembatas kaca balkon, wanita itu menyatukan rambutnya dan ia kesampingkan ke kiri seraya menikmati angin malam. Pikirannya berkecamuk, kini ia dan Alfonzo sudah menempuh proses lain dalam kehidupan seperti yang selalu ia impikan tapi ia teringat akan Theodore, bagaimana caranya mengatakan pada Alfonzo mengenai Theodore?Gia menghembuskan napasnya untuk menetralisir rasa sesak di dadanya dan menghentikan pikirannya yang tak berujung. Gia menggigit bibirnya berusaha terus berpikir meski ia berusaha menundanya tapi hal itu akan terjadi, kini yang harus ia siapkan adalah penjelasan apabila Alfonzo mengamuk bahkan berteriak di depannya karena membesarkan Theodore.

  • The Heaven Jail   BAB 37 || THEODORE

    Siang ini Gia dan Alfonzo berjalan menuju restoran milik pria itu yang sudah di sulap sedemikian rupa menyerupai sebuah pesta kecil yang entah Gia pun tak tau untuk apa Alfonzo melakukannya. Mereka duduk saling berhadapan tapi tatapan mata Alfonzo tak pernah lepas dari Gia.Gia yang di tatap sebegitu intens oleh Alfonzo pun hanya mampu menundukkam wajahnya menahan rona merah yang sudah menjalar di kedua pipinya. "Jangan menatapku seperti itu," lirih Gia pelan."Kenapa?" tanya Alfonzo seraya menyampirkan anak rambut Gia ke belakang telinga wanitanya."Aku malu," cicit Gia yang langsung membuat Alfonzo tersenyum bahkan pria itu telah mencuri ciuman singkat di pipi Gia.Sesaat setelah itu pelayan datang dengan troli yang berisi makanan, ia menghidangkan makanan untuk Alfonzo dan Gia tak lupa ia memberikan senyum tipis sebagai penghormatan untuk Tuan dan Nyonya-nya. "Silahkan, Sig," ucap pelayan itu dibalas dengan senyum Gia yang manis ia pun berlalu kembali ke pantry.Gia dan Alfonzo sal

Bab terbaru

  • The Heaven Jail   SPECIAL PART FIVE

    Alfonzo langsung bergegas dan meninggalkan meeting yang sedang berjalan saat mengetahui keadaan istrinya yang konon pingsan di lobby, pria itu segera bergerak dan menuju ke ruangannya untuk bertemu dengan Gia. Tapi sebelum benar-benar memasuki ruangannya, Alfonzo justru bertabrakan dengan France. "France! Apa kau tak bisa melihat dengan benar, huh?!" sentak Alfonzo yang mulai terpancing karena kepanikan yang menderanya."Sig, maaf aku tak bermaksud begitu. Tadi aku berlari karena tau jika Nyonya pingsan dan kau pasti butuh bantuan ku, jadi apa yang bisa aku bantu Sig?" tanya France begitu mengerti kondisi yang sedang berlangsung.Alfonzo mengangguk dan ia menepuk bahu France bangga. "Bagus, sekarang kau ambil flashdisk yang ada pada Gia.""Maksud mu ini, Sig? Aku menemukannya di lobby dan segera membawanya.""Ya benar, sekarang kau menggantikan ku di ruangan meeting. Semua materi ada di dalam flashdisk itu ku harap kau mengerti dengan apa yang harus kau lakukan, France.""Yes Sig." F

  • The Heaven Jail   SPECIAL PART FOUR

    Five Years Later ...."Mommy! Kemarin Theo bertemu dengan Gerrardo, dia mendapatkan adik barunya, kapan Mommy akan memberikan aku adik baru seperti Gerrardo? Kata Papà-nya Gerrardo aku bisa meminta adik baru kepada Mommy dan Papà, aku takut pada Papà jadi aku meminta kepadamu, jadi kapan Mom?" tanya Theodore dengan mata yang berbinar. Sedangkan Gia sendiri seakan tak bisa mengatakan banyak hal selain merasa gugup dan juga sedih dengan pertanyaan yang diberikan oleh Theodore. Memang Gia sudah lama mengharapkan kehadiran sang anak kedua setelah kejadian lima tahun yang lalu, Theodore bahkan selalu meminta untuk mendapatkan teman yaitu sang adik, tapi Alfonzo selalu memberikan harapan, dan Gia cukup lelah sebab ia merasa sering dikecewakan. Ia sering terlambat mendapat tamu bulanannya, tapi selalu saja tak seperti apa yang di harapkan. "Theo, maafkan Mommy. Mommy juga tidak tau kapan adik kecil Theodore akan datang tapi mungkin sebentar lagi.""Mommy selalu berkata sebentar lagi terus m

  • The Heaven Jail   SPECIAL PART THREE

    "We have to stop this." Gia tersadar dan ia mengangguk setuju dengan apa yang dikatakan oleh Alfonzo. Wanita itu menjauhkan tubuhnya dari tubuh Alfonzo masih menggenggam tangan suaminya tersebut."Kau benar, ayo naik lagi." Alfonzo membalas ajakan Gia dengan senyum tipisnya, keduanya segera kembali ke lantai utama dimana kamar Theodore berada.Sesampainya di depan kamar Theodore, Alfonzo menghentikan langkahnya dan menatap Gia. "Aku harus bertemu dengan France untuk membicarakan beberapa hal, tak apa jika aku tinggal?""Tentu saja kenapa aku bermasalah dengan itu?"Alfonzo tersenyum, ia mencium kening Gia sebelum akhirnya pergi meninggalkan wanita itu untuk bertemu dengan France dan membahas mengenai dunia gelapnya. "France!" seru Alfonzo memanggil sang asisten, tak lama yang dipanggil pun akhirnya datang dan berhadapan langsung dengan sang tuan."Ada yang bisa aku lakukan untuk mu, Sig?" tanya France dengan menundukkan kepalanya penuh hormat kepada Alfonzo."Kita ke markas sekarang."

  • The Heaven Jail   SPECIAL PART TWO

    Alfonzo melepaskan pelukannya dari tubuh Gia, ia menatap sang istri dengan penuh cinta lalu menggenggam tangannya erat mengecupnya begitu lembut penuh dengan kasih sayang. "Kita harus kembali ke pesta, sebelum nanti ada yang menyadari ketidakhadiran kita berdua."Gia mengangguk mengerti dengan apa yang di maksud oleh Alfonzo, ia pun segera mendirikan tubuhnya keduanya berjalan beriringan menuju ke taman dan kembali menyambung keceriaan pesta ulang tahun sang anak. Tak lama Leonardo dan Florence datang menghampiri Alfonzo dan juga Gia. "Hei aku sudah mencari kalian dari tadi tapi tak dapat menemukan kalian, dari mana kalian berdua?" tanya Florence penasaran."Well, kami hanya berbicara sesuatu hal di bagian belakang, Flo," jawab Gia diiringi senyum manisnya.Florence tersenyum manis ia mengusap bahu Gia. "Putramu sangat tampan, Gia. Dia menuruni warna mata Alfonzo," ucapnya memuji ketampanan putra Gia."Terimakasih banyak Flo, sama seperti Theodore yang mewarisi warna mata Alfonzo, put

  • The Heaven Jail   SPECIAL PART ONE

    "Mom, where is my birthday present?"Gia tersadar dari lamunannya dan ia segera mengalihkan fokusnya yang semula terpaku pada taman yang ada di depan mansion, ia tau harusnya ia tak mengalihkan fokusnya dari ulang tahun Theodore tapi memang akhir-akhir ini ia selalu saja kehilangan fokusnya tanpa sadar. "Sorry honey, Mommy tak sengaja. Sebentar, Mommy ambilkan spesial untuk mu," ucap Gia seraya mendirikan tubuhnya ia menyentuh kepala Theodore sebelum akhirnya berlalu memasuki mansion meninggalkan para tamu undangan yang tengah berbahagia di ulang tahun Theodore yang ketiga.Sementara di sisi lain Alfonzo bisa merasakan keanehan pada Gia, ia sadar sejak dua bulan yang lalu tepatnya semenjak Gia tau bahwa ia kehilangan bayinya ia berubah secara perlahan menjadi pendiam, Gia sering sekali melamun dan kehilangan fokusnya tapi Alfonzo bisa apa, sudah ribuan kali ia menghibur Gia tapi Gia tak juga bisa move on dari kejadian pahit itu. "Hei, ada apa Al? Kenapa terdiam menatap Gia seperti itu

  • The Heaven Jail   BAB 50 || UNEXPECTED ENDING

    "NO!!" Gia berteriak sesaat setelah melihat Alfonzo yang masih belum bangun dari simpuhannya tapi tetap di tendang dengan kasar oleh Xavier.Davis tak dapat berbuat banyak, pria itu sibuk membidik musuhnya hingga tak melihat kondisi Alfonzo yang benar-benar sudah berada di titik terendah. Gia menggeram marah saat kedua cekalan di tangannya semakin erat ia menatap kedua anak buah Alfonzo dengan mata merah dan penuh air matanya. "Lepas! Kau ingin Tuanmu mati disana, huh! Kau gila! Lepaskan aku!" sentak Gia tajam.Kedua The Devil itu menundukkan kepalanya ia terlalu patuh terhadap perintah Alfonzo yang akhirnya membuat ia diam tak berkutik dan hanya bisa menjaga Gia tetap aman. "Kami tak bisa lepaskan Nyonya apapun yang terjadi sesuai dengan perintah Tuan," ucap salah satu The Devil yang mencekal lengan Gia.Gia menggelengkan kepalanya. "Dasar bodoh!" sentak Gia.Sementara Alfonzo, pria itu sudah tak bisa lagi untuk fokus. Telinganya berdenging dan pandangannya memburam ia tak bisa melih

  • The Heaven Jail   BAB 49 || WOUND

    "Welcome, Al." Suara berat seseorang terdengar membuat Alfonzo mengalihkan pandangannya yang semula tertuju pada Theodore kini menatap asal suara."Xavier?""Ya, i am," jawab Xavier dengan senyum tipisnya.Alfonzo mengepalkan kedua telapak tangannya erat saat pria itu semakin menodongkan ujung pistolnya di kepala anaknya. "Jangan sakiti dia, Xavier. Atau aku akan menbunuhmu saat ini juga," desis Alfonzo tajam."Nyatanya kau tak bisa melindungi istri dan anakmu, sama seperti istrimu yang dulu."Alfonzo mengetatkan rahangnya lalu mendekati Xavier. "Kau pelakunya? Kau yang membunuh Agatha?!" sentak Alfonzo tajam.Tawa Xavier menggelegar setelah mendengar sentakan dari Alfonzo, pria itu melepaskan ujung pistolnya dari kepala Theodore lalu melemparkan anak itu ke salah satu anak buahnya. "JANGAN SAKITI DIA BRENGSEK!" teriak Alfonzo menahan marah.Xavier menganggukkan kepalanya kemudian mendekati Alfonzo ia menatap pria itu dengan smirk di ujung bibirnya. "Aku tak akan mengincar garis ketur

  • The Heaven Jail   BAB 48 || ABDUCTION

    Gia semakin mengeratkam pelukannya pada Theodore sesaat setelah mendengar bunyi tembakan dari jarak dekat apalagi kini bisa Gia lihat perlahan pintu terbuka sedikit demi sedikit menampilkan sepatu hitam dengan langkah kaki perlahan dari seseorang. Gia paham betul itu bukan Alfonzo oleh karena itu tubuhnya tidak berhenti menggigil. "Hai," sapa orang itu dengan suara rendahnya. Gia semakin mengertakan pelukannya pada Theodore mencoba melindungi anak itu di dalam dekapannya.Tak lama langkah kaki dari beberapa orang terdengar dan kini gerombolan orang terlihat, mereka menatap Gia dan Theodore saling bergantian. "Bring them," ujarnya membuat Gia kalut dan menatap sosok di hadapannya pria itu memakai topi yang menutupi setengah wajahnya hingga Gia tidak terlalu jelas melihat wajah pria itu.Akhirnya pelukan Gia di lepas secara paksa oleh orang-orang tadi, ia berusaha menggapai Theodore kembali tapi orang-orang tadi terlalu kencang meremas tangannya dan Gia tak tau lagi harus bagaimana meny

  • The Heaven Jail   BAB 47 || RETURN OF THE ENEMY

    Alfonzo seakan tersadar dari sisi gelapnya, ia menatap wajah lelah Gia lalu mengalihkan tatapannya menatap punggung Theodore yang bergetar karena menangis saat ini. "Hentikan, kalian membuatnya takut. Tolong biarkan kami pergi dan silahkan saling membunuh aku tak perduli" lirih Gia dengan meremas jas yang Alfonzo pakai."Gia aku tak mendengar mu, maaf," ucap Alfonzo dibalas gelengan pelan dari Gia.Wanita itu membalikkan tubuhnya menatap Maxime kemudian.Plak!"Jika kau datang hanya untuk membuat kerusuhan dan membuat hidupku bertambah sakit, lebih baik kau pergi karena kau berhasil. Dan tolong Max, berhenti mengganggu hidupku dan putraku. Hanya ia yang tersisa diantara harapanku, jangan membuatku bertindak di luar logis saat kau mengambilnya karena aku tak akan izinkan. Pergilah jika kau sudah puas menyiksaku," lirih Gia dengan kesedihan di matanya.Maxime menggelengkan kepalanya tak membenarkan ucapan Gia. "Jangan berkata seperti itu, Gia. Aku tak bermaksud untuk mengacaukan hidupmu

DMCA.com Protection Status