Dua bulan kemudian...
Kantor Pusat National Aeronautics and Space Administration (NASA),
Washington DC – Amerika Serikat...
Seorang pria berusia 51 tahun bertubuh tinggi kurus dan berambut pendek memutih memasuki Administrator NASA dengan membawa sebuah map di tangan kanannya. Dia adalah John Whilton, Direktur Penelitian NASA yang sudah bekerja selama lebih dari 20 tahun di lembaga antariksa milik .
Administrator NASA Robert Payton yang tadinya sedang fokus pada layar monitor di meja kerjanya mengalihkan pandangannya pada John.
“Saya sudah dapatkan hasil dari Hubble dan satelit Prometheus. Itu memang benar bintang baru dengan kategori bintang kerdil bertipe K. Tapi saya rasa kategori ini bisa berubah.” Ujar John.
“Oya, bintang kita itu telah mempunyai nama. Alpha Veta,” Pria itu menambahkan.
“Alpha Veta?” Robert mengerutkan keningnya.
“Penemunya yang menamakan demikian.”
“Prof. Peter Gilbert?”
“Prof. Peter Gilbert hanya membantu mengidentifikasi dan mempublikasikan bintang ini pada jurnal ilmiahnya. Yang pertama kali melihatnya adalah seorang mahasiswa Indonesia saat dia sedang mengamati konstelasi bintang Ursa Mayor dan Ursa Minor untuk tugas kuliahnya.” John menjelaskan.
Robert tertegun mendengar ucapan stafnya. Amerika Serikat memiliki lebih dari 500 satelit, dan lebih dari sepertiganya dimiliki NASA untuk eksplorasi luar angkasa. NASA juga memiliki lima super teleskop yang dapat “melihat’ ke jarak yang sangat jauh bahkan hingga ke luar galaksi Bima Sakti. Tapi semuanya tidak dapat mendeteksi adanya bintang baru di sekitar tata surya, dan malah seorang mahasiswa dengan teropong “seadanya” yang lebih dahulu menemukannya. Walau kemudian pemuda itu menyerahkan hasil penemuannya pada NASA untuk diteliti lebih jauh, tetap saja sejarah akan mencatat kalau dia yang pertama kali menemukan bintang baru.
“Ini foto yang diambil dari Hubble dua bulan yang lalu,” John menunjukkan sebuah foto berukuran 10R pada Robert.
Robert melihat foto yang menampilkan gambar cahaya sebuah bintang yang terlihat sangat redup.
“Dan ini foto yang baru saja diterima satu jam yang lalu.” John menyodorkan foto kedua. Obyek pada foto kedua sama dengan obyek foto pertama, tapi dengan pancaran cahaya yang terlihat jauh lebih terang.
“Dua bulan yang lalu, Alpha Veta masih masuk kategori bintang M. Sangat redup dan hampir tidak terlihat. Tapi satu jam lalu, kami menangkap suhu di permukaannya semakin meningkat sehingga sekarang masuk kategori bintang K, hanya dalam waktu dua bulan. Saya cemas jika perubahan suhu yang sangat cepat masih belum berhenti. Jika suhu Alpha Veta terus meningkat kan tipenya naik menjadi tipe G seperti matahari, akan sangat berpengaruh besar pada planet-planet di tata surya kita, terutama bumi. Dan jika suhunya terus meningkat hingga mencapai tipe F, berarti kehancuran bagi tata surya ini, karena massa Alpha Veta lebih besar dari massa matahari.”
Robert terdiam mendengar ucapan John.
Ada beberapa klasifikasi bintang, baik menurut ukurannya, maupun panas yang dihasilkan. Menurut ukuran, Bintang dapat dibagi menjadi beberapa kategori yaitu :
Merupakan bintang terbesar. Yang terbesar yang ditemukan sejauh ini luminositasnya 10 juta kali luminositas Matahari. Jika Matahari sebesar itu, tidak akan ada Bumi karena sudah ‘dilahap’ dan bintang ini masih lebih besar dari itu. Contoh supergiant adalah Betelgeuse (α Ori), Rigel (β Ori), dan μ Cephei.
Mempunyai luminositas (luminositas: intensitas cahaya/energi yang dipancarkan bintang per detik) hingga 1000 kali luminositas Matahari dan bisa 200 kali lebih besar. Contoh giant star adalah Aldebaran, atau α Tauri, bintang tercerah di konstelasi Taurus.
Matahari kita merupakan dwarf. Selama masa hidupnya, bintang mengalami banyak fase. Bila ukurannya seimbang dengan beratnya, bintang itu disebut ‘dwarf’.
Setelah meledak menjadi supernova, bintang yang massanya dua kali massa Matahari akan menjadi bintang neutron. Bintang ini meledak dan menghancurkan atom-atomnya, dan menyatukan proton dan elektron sehingga hanya menyisakan neutron hasil fusi tersebut. Hal ini membuat bintang neutron menjadi sangat mampat/padat. Bintang neutron yang diameternya sekitar 30 km massanya sama dengan massa Matahari. Jika kita bisa memindahkan materi sebanyak satu sendok teh ke Bumi, materi kecil itu akan seberat gunung. Bintang neutron berputar dengan kecepatan sangat tinggi. Beberapa bahkan berputar ratusan kali per detik.
Pulsar, atau ‘pulsating star’, adalah bintang neutron yang memancarkan getaran radiasi yang teratur – biasanya gelombang radio – dari kutub magnetiknya. Contoh pulsar adalah PSR+121 (yang merupakan pulsar radio). Pulsar ini merupakan bintang neutron pertama yang diketahui sebagai pulsar. Radiasi lain yang dipancarkan adalah sinar X dan sinar Gamma.
Magnetar diyakini merupakan bintang neutron yang mempunyai medan magnet jauh lebih kuat.
Sedangkan berdasarkan spektrum dan temperaturnya, bintang dibagi menjadi tujuh tipe:
Alpha Veta sendiri diketahui merupakan bintang tipe dwarf, dengan massa yang sedikit lebih besar dari Massa Matahari. Jika Bintang yang besarnya hampir sama dengan matahari dan berada dekat dengan sistem tata surya mempunyai suhu yang lebih panas dari Matahari, akan sangat berbahaya bagi planet-planet di dalam sistem tata surya, bahkan bagi Matahari itu sendiri. Termasuk juga berbahaya bagi Bumi dan kehidupan di dalamnya.
“Apakah ada kemungkinan umat manusia bisa selamat?” tanya Robert setelah melihat foto-foto yang ditunjukkan John.
“Kita hanya berharap kenaikan suhu ini tidak terus berlanjut. Karena letaknya yang jauh dari Alpha Veta, Bumi bisa bertahan jika bintang ini mencapai suhu tipe F, tapi kehidupan di dalamnya tidak akan bisa bertahan. Bumi akan menjadi planet yang sangat panas dengan suhu permukaan mencapai 500 derajat celcius, dan tidak ada makhluk hidup di Bumi yang bisa bertahan pada suhu sepanas itu.” Jawab John.
Robert menarik napas panjang. Jika ucapan John Whilton benar, berarti umat manusia hanya tinggal menunggu waktu saja menuju kepunahan.
“Siapa saja yang tahu mengenai hal ini?” tanya Robert.
“Saat ini hanya para operator satelit dan teleskop milik NASA, serta beberapa ilmuwan kita. Kami berusaha keras untuk merahasiakan hal ini semaksimal mungkin utuk mencegah kepanikan di masyarakat. Tapi kita tidak bisa mencegah negara-negara lain jika mereka melihat hal yang sama.” Jawab John.
“Kecuali jika kita memberitahu mereka lebih dahulu dan meminta mereka untuk merahasiakan hal ini juga.” Tukas Robert.
“Anda akan memberitahu negara-negara lain?” John balik bertanya.
“Hanya negara yang memiliki teknologi ruang angkasa yang mungkin mampu untuk melihat Alpha Veta saat ini,” jawab Robert.
Robert berdiri dari tempat duduknya.
“Siapkan semua laporan dan dokumen mengenai Alpha Veta secara lengkap. Aku akan mencoba bicara akan presiden!” kata Robert.
“Anda akan bicara dengan Presiden sekarang?”
“Walau kemungkinannya kecil, kita harus menyiapkan sekoci penyelamat untuk mencegah kepunahan umat manusia. Aku mungkin mempunyai satu ide untuk itu, dan Aku butuh dari pemerintah untuk bisa mewujudkannya,” tandas Robert.
14 November 2014 Dua tahun kemudian... 02.34 WS Observatorium Mauna Kea, Hawaii, Dering Ponsel yang berada di samping ranjang membangunkan orang yang tidur di atasnya. Paul Gilbert, kepala observatorium berusia 46 tahun mengangkat Ponselnya dengan setengah hati. “Jika yang menelepon bukan wanita cantik atau tidak membawa berita bagus, kau akan Aku kutuk menjadi seorang insomnia!” Umpat Paul sambil menempelkan Ponsel ke telinga kanannya. Ternyata dari anak buahnya yang berjaga di observatorium. “Pak! Anda harus cepat kemari! Ada sesuatu yang harus Anda lihat!” “Ada apa!?” “Tidak bisa kujelaskan di telpon. Anda harus kemari! Ini penting!” “Baiklah! Ke mana aku harus pergi?” “Keck, Pak!” Beberapa menit kemudian Paul telah berada di dalam
Priska dan Arya pun mulai berbincang-bincang mengobrol mengenai keadaan masing-masing sepanjang perjalanan.“Oya, bagaimana kabar Putri? Kalian masih pacaran kan?” tanya Priska.Pertanyaan Priska itu membuat raut wajah Arya tiba-tiba berubah. Sejenak pemuda tersebut terdiam. Dari raut wajah pemuda itu, Priska seakan telah mendapatkan jawaban atas pertanyaannya. Pasti bukan sesuatu yang menggembirakan.“Kami telah putus. Nggak lama setelah Putri lulus.” Jawab Arya akhirnya.“Putus? Kenapa?” tanya Priska.“Kamu sudah bisa tebak.”“Karena orang ketiga?”Arya mengangguk pelan.“Mungkin ini merupakan cerita klise. Setelah lulus, Sikap Putri mulai berubah. Kami jadi sering bertengkar, bahkan untuk hal-hal kecil sekalipun. Apalagi sejak Putri pulang ke rumah orang tuanya di Sumedang, hubungan kami semakin renggang. Komunikasi semakin jarang. Sampai akhirnya
Menjelang tengah hari, kereta yang membawa Priska dan Arya tiba di Stasiun Gambir, Jakarta. Terlambat sepuluh menit dari jadwal seharusnya. Ketika turun dari gerbong yang ber-AC itulah Priska baru menyadari panasnya udara Jakarta siang ini. “Eh, perasaan Gue atau Jakarta juga makin panas yah?” tanya Priska pada Arya. Arya yang berjalan di sampingnya juga merasakan hal yang sama. Dalam beberapa hari ini suhu udara di Jakarta terasa meningkat. Dan menurut Arya hal itu tidak hanya terjadi di Jakarta saja. Di Bandung dia juga merasakan adanya peningkatan suhu. Mungkin hal ini terjadi di seluruh Indonesia. “Iya, kayaknya akhir-akhir ini udara makin panas aja.” Balas Arya. “Kira-kira kenapa bisa begitu?” tanya Priska. “Apa?” “Lo kan sarjana astronomi. Gue tanya kenapa bisa begitu....” “Mungkin karena musim kemarau yang panjang menyebabkan kelembaban udara menjadi rendah, atau bisa juga pengaruh angin panas di Pasifik. “ jawab A
Arya sedang berada di ruang kerjanya di LAPAN saat ponselnya berbunyi.Dari Priska? Tanyanya heran.“Halo?” sapa Arya.“Lo masih di kantor?” tanya Priska.“Iya. Ada apa?”“Pulang jam berapa?”“Paling jam 3 atau jam 4. Kenapa sih?”“Mau nggak nemenin Gue buka puasa?”Arya tertegun mendengar ucapan Priska.“Nemenin Lo buka puasa?” Pemuda itu balik bertanya.“Iya, sekalian kita lanjutin obrolan kita. Gue masih pengin ngobrol ama Lo,” jawab Priska.“Ngg... itu...”“Lo nggak bisa ya? Udah ada acara?” Tukas Priska“Bukan... bukan...”“Nggak papa kalau Lo ada acara atau nggak bisa,”“Nggak. Gue nggak ada acara kok. Jam berapa?”“Beneran Lo bisa?” tanya
Priska duduk menghadapi meja yang berada di dalam sebuah rumah makan di kawasan Pasar Festival, Kuningan Jakarta selatan. Sudah hampir satu jam dia berada di sana, setelah sebelumnya sengaja datang lebih awal dari waktu buka puasa supaya bisa mendapat tempat di rumah makan. Maklum, menjelang buka puasa, hampir semua rumah makan pasti penuh, apalagi rumah makan yang berada di daerah pemukiman padat penduduk atau perkantoran yang ramai. Terlambat datang sedikit saja, dipastikan tidak akan mendapat tempat makan. Bahkan jika sudah mendapat meja, harus selalu dijaga dan jangan pernah ditinggal walau hanya sebentar, karena pasti langsung diisi oleh orang lain, Bahkan andaikan telah memesan makanan dan minuman dan semuanya telah tersaji di atas meja, tetap tidak boleh ditinggal. Kalau sudah mendekati jam buka puasa memang terkadang suasana menjadi liar, di mana kadang berlaku hukum rimba ; siapa kuat dia yang menang.Waktu buka puasa tinggal lima belas menit
08.33 WS Kantor pusat NASA di Washington DC, Amerika Serikat.Tiga unit helikopter militer mendarat di halaman depan kantor NASA. Beberapa orang prajurit militer turun dari helikopter-helikopter tersebut, mengawal beberapa orang sipil yang berada di antara mereka. Termasuk di antara orang-orang sipil itu adalah Paul Gilbert dan Tracy Austin.Seorang karyawan NASA menyambut kedatangan rombongan yang berasal dari Mauna Kea itu. Dengan dipandu karyawan NASA berpakaian necis tersebut, Paul, Tracy, dan beberapa orang lainnya memasuki gedung di depan mereka dengan dikawal beberapa tentara. Mereka menyusuri koridor menuju ke suatu tempat.Suasana di NASA sangat sibuk seperti biasanya. Banyak orang yang terlihat sibuk, atau menyibukkan diri. Semua orang tampak memiliki pekerjaan masing-masing yang tidak dapat ditinggalkan. Bagi Paul yang pernah berada di lingkungan NASA, hal ini tidak aneh baginya. Tapi bagi Tracy da
International Space Station (ISS) adalah stasiun luar angkasa hasil kerja sama Amerika Serikat dengan sebelas negara termasuk Jepang dan Kanada. ISS yang masih dalam tahap penyelesaian itu selalu mengorbit di atas bumi. Saat ini ada tiga astronaut Amerika Serikat dan seorang kosmonaut Rusia yang kini berada dalam stasiun ruang angkasa tersebut. Mereka sedang mengerjakan proyek dari negaranya masing-masing.“Rusia sialan!” gerutu Daniel Byrd, salah seorang astronaut yang berada dalam ISS. Rekannya, Jose Estevez yang berada di sebelahnya heran mendengar gerutukan Daniel.“Ada apa?” tanya Jose sambil tetap mengerjakan apa yang sedang dikerjakannya, yaitu mengadakan penelitian mengenai kondisi udara dalam ruang hampa.Ruangan dalam stasiun yang tanpa gravitasi membuat tubuh mereka melayang-layang di dalam ruangan. Untung saja para astronaut dan para kosmonaut itu sudah terbiasa hidup dalam kondisi seperti itu.“Bukankah
“Pak Presiden,” John menyalami Presiden.“Selamat datang kembali di Gedung Putih.” sapa Presiden sambil tetap tersenyum. Senyum yang getir mengingat apa yang sedang dihadapinya sekarang.Berturut-turut kemudian orang yang datang bersama John bersalaman dengan Presiden Thomas, termasuk Paul. Presiden memandang Paul dengan pandangan bertanya-tanya karena tidak pernah melihat pria itu sebelumnya. Apalagi melihat pakaian Paul yang berbeda dengan yang lain. Paul memang baru pertama kali masuk ke gedung Putih. Dan karena mendadak, dia tidak sempat mempersiapkan baju yang pantas untuk itu.“Prof. Paul Gilbert, ahli astronomi. Dia dapat membantu Anda dalam konferensi pers nanti.” John menjelaskan.“Oya, selamat datang,”“Terima kasih Pak Presiden,” jawab Paul.“Anda akan mengatakannya sekarang?” kata John.Presiden menatap John.“Menurutmu? Kukira sekar
09.41 WS Hal yang sama terjadi juga pada Jakarta. Seperti juga kota-kota lainnya yang terletak di pinggir pantai, Jakarta hampir rata dengan tanah, tersapu gelombang raksasa yang memorak-porandakan semua infrastruktur di ibukota negara tersebut. Dari puncak bukit, Arya memandang ke bawah, ke kejauhan di mana tadinya terdapat sebuah kota bernama Jakarta. Kini yang terlihat hanya hamparan air membiru yang sangat luas. Walau serangan gelombang telah reda, tapi air tidak segera surut. Hal itu karena Jakarta terletak di dataran yang paling rendah dekat bibir pantai, dan datarannya yang luas relatif sama ketinggiannya sehingga air mengalir lambat kembali ke laut. Hujan sendiri telah mereda, hanya tinggal bintik-bintik air saja yang masih turun. Walau begitu awan tebal masih menggelayut di langit. Berbagai perasaan berkecamuk di dalam hati Arya. Terlebih dia memikirkan nasib Priska yang terakhir kali diketahuinya masih berada di dalam kota.
11.35 WSKota Jayapura yang terletak di pinggir pantai Samudera Pasifik bagaikan lenyap di telan bumi. Gelombang raksasa yang menghantam daratan hingga sejauh beberapa puluh kilometer dari bibir pantai telah menghancurkan segalanya. Bangunan, tumbuhan, dan kehidupan lainnya. Belum lagi adanya arus balik kembali ke laut yang menyeret apa saja yang dilaluinya. Pasca serangan gelombang raksasa yang mendadak itu meninggalkan genangan air setinggi kurang lebih 5-10 meter. Mayat makhluk hidup termasuk binatang dan manusia tampak mengambang. Beberapa orang yang selamat dari gelombang raksasa tersebut tampak mencari tempat yang lebih aman, seperti puncak gedung bertingkat, ataupun perbukitan yang mengelilingi ibukota provinsi paling timur Indonesia itu.Sekitar 8 kilometer sebelah selatan Jayapura, sebuah kompleks perumahan penduduk juga tidak luput dari serangan gelombang raksasa yang mendadak itu. Tapi tidak seperti tempat lainnya, kompleks perumaha
Andi sedang berada di dalam mobil BMWnya, terjebak di tengah kemacetan dan genangan air yang menghambat perjalanannya. Dalam hati dokter muda itu menyesal memakai mobil barunya di tengah hujan lebat yang mengguyur Jakarta sejak pagi. Kini, mobil yang dibelinya dengan sangat mahal itu, yang tadi pagi masih berkilat, telah basah dan dipenuhi lumpur dari genangan air yang dilewatinya sepanjang jalan. Andi juga merutuk karena tidak memperkirakan jalanan bakal semacet ini. Karena kesibukannya, Andi tidak sempat mencari info apa pun mengenai kondisi lalu lintas sebelum pergi. Yang jelas saat ini dia melihat orang-orang yang panik di jalan, sibuk seperti hendak keluar kota. Dokter muda itu hanya menduga mungkin ini karena liburan panjang dan efek arus mudik menjelang Idul Fitri. Tapi di sisi lain, Andi juga sempat melihat beberapa kerumunan massa yang nekat menjebol toko-toko dan menjarah isinya. Ada apa ini? batinnya. Setahu Andi, walau menjelang Idul Fitri terjadi
Markas Kepolisian Daerah Jawa Barat, Bandung. Hujan deras yang mengguyur Bandung sejak dini hari tidak urung membuat Markas Polda Jawa Barat terkena banjir. Apalagi daerah di mana markas itu berdiri adalah dataran yang lebih rendah dari daerah lain, sehingga menjadi tempat berkumpulnya air yang mengalir dari daerah yang lebih tinggi. Sejak pagi para anggota polisi yang berada di Polda sibuk menyelamatkan segala sesuatunya dari banjir, termasuk para tahanan yang berada di sel. Karena sel tahanan yang berada di bagian belakang kompleks Polda termasuk salah satu area yang tergenang air cukup tinggi, maka para tahanan harus dipindahkan ke area yang lebih aman. Dengan diiringi pengawalan para petugas polisi bersenjata, para tahanan pun digiring dari selnya ke bagian depan kompleks. Termasuk di antara para tahanan tersebut adalah Albertus Somata, pemimpin Sekte Hari Kiamat yang menghebohkan akhir-akhir ini, dan baru ditangkap kemarin.
Di dalam toilet, Priska menenangkan dirinya sambil membasuh wajahnya di wastafel. Gadis itu masih tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya, dan di dalam hatinya dia menyangkal hal tersebut. Hari kiamat? Tidak mungkin! Ini tidak mungkin terjadi! Timbul setitik penyesalan di hati Priska. Kenapa dia tidak menuruti kemauan ibunya agar sekali saja bisa pulang ke rumah. Jika saja ketika itu dia pulang, paling tidak jika hari kiamat itu benar-benar terjadi, saat ini dia telah berkumpul bersama keluarganya, bersama orang-orang yang dicintai dan mencintai dirinya. Tiba-tiba seperti teringat sesuatu, Priska merogoh saku bajunya dan mengeluarkan Ponselnya. Dia hendak menelepon ke orang tuanya. Memberitahu semuanya sekaligus permintaan maaf dan penyesalannya. Tidak ada respons dari seberang telepon. Priska mencoba kembali menekan nomor ponsel orang tuanya. Hasilnya sama saja. Berapa kali pun dia mencoba, tetap tidak berhasil. Kenap
Priska tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Hari kiamat? Hal itu tidak pernah dia bayangkan sebelumnya. Lutut gadis itu serasa lemas. Keingintahuan yang begitu besar yang tadi menghinggapi dirinya hilang seketika, berganti dengan perasaan-perasaan lain yang tidak menentu. “Kita harus pergi sebelum segala sesuatunya menjadi buruk.” Kata Peter. “Apa yang menjadi buruk?” tanya Ferry heran. “Tentu saja cuaca ini.” “Maksud Anda?” Peter memandang Ferry sejenak. Dia maklum, sebagai orang awam Ferry memang tidak begitu mengerti tentang ilmu astronomi dan cuaca. “Terus terang saya tidak mengerti. Jika benar ada bintang dekat kita yang sangat panas, kenapa di Jakarta malah hujan. Disertai badai lagi. Ada apa ini?” tanya Ferry lagi. Peter menarik nafas. Dia terpaksa harus menjelaskan semuanya. “Anda tentu tahu tentang penguapan air bukan? Siklus air di alam hingga menghasilkan hujan?” kata Peter. Ferr
Priska tampak duduk di lobi depan bersama Ferry yang menenteng kamera TV. Gadis itu tersenyum melihat kedatangan Arya.“Hai...” sapa Priska.Arya menatap Priska dalam-dalam.“Ada apa Lo kesini? Bukannya Lo sedang tugas?” tanya Arya.“Benar. Tapi ada yang ingin Gue tanyakan ke Lo,”“Tanya apa?”Priska menghela nafasnya sebentar. Rambutnya yang agak basah meneteskan butir-butir air pada baju kerjanya.“Tentang cuaca yang terjadi sekarang, Lo tahu kan penyebabnya?”Arya tertegun. Dia tidak menyangka Priska akan bertanya seperti itu. Seketika itu juga dirinya sadar kalau Priska tidak datang sendiri. Dia membawa seorang juru kamera. Pasti gadis itu sedang mencari berita.Tapi dari mana Priska tahu kalau hujan yang terjadi hari ini bukan hujan biasa? Atau dia hanya menebak-nebak saja?“Kenapa Lo berkesimpulan begitu?” Arya balik bertanya.&ld
Suasana di planetarium menjadi sunyi dan mencekam. Masing-masing sibuk dengan pikirannya masing-masing, memikirkan apa yang akan terjadi pada diri mereka dan orang-orang yang berhubungan dengan mereka, khususnya orang-orang yang mereka sayangi. Dinginnya AC yang terpasang di dalam ruangan membuat suasana mencekam semakin terasa.Peter tercenung di depan layar laptopnya, Mengamati data dari NASA yang terkirim secara online. Hal yang sama dilakukan Arya di. Sementara Sudaryanto tampak mondar-mandir di dalam ruangan. Serasa ada yang mengganjal pikiran pria itu, dan dia ingin mengatakan sesuatu tapi urung dilakukannya.Dering Ponsel memecahkan kesunyian. Sudaryanto mengangkat Ponsel miliknya yang berbunyi.“Iya Pak... baik.. saya mengerti...” demikian ucapan Sudaryanto di telpon. Seluruh pasang mata memandang ke arah Sudaryanto sambil menebak-nebak siapa yang menelepon.“Tadi dari kepala BMKG. Dia sudah berbicara d
07.12 WS Rumah mewah di kompleks perumahan elite di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan itu terlihat begitu lengang. Tentu saja, sebab rumah berukuran besar itu hanya ditempati oleh 4 orang. Rumah itu ditempati oleh dr. Andi Prasetyo beserta istri dan kedua anaknya. Andi adalah dokter muda yang kariernya sangat cemerlang. Di usianya yang baru menginjak 34 tahun, dia telah menjadi seorang dokter spesialis bedah dan tulang nomor satu di Indonesia. Walau secara resmi Andi bekerja di RS Cipto Mangunkusumo, dia juga sering menangani pembedahan di berbagai rumah sakit di seluruh Indonesia, terutama pembedahan yang sangat komplekss dan memerlukan keahlian tinggi. Pria itu juga sering menjadi pembicara di berbagai seminar dan lokakarya, sehingga tidak heran jika penghasilannya sebulan di atas rata-rata dokter lain di Indonesia. Dengan penghasilannya tersebut Andi dapat menghidupi keluarganya lebih dari cukup. “Anak-anak sudah bangun?”