แชร์

TUJUH

ผู้เขียน: Luna Torashyngu
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2021-10-26 07:49:44

Priska duduk menghadapi meja yang berada di dalam sebuah rumah makan di kawasan Pasar Festival, Kuningan  Jakarta selatan. Sudah hampir satu jam dia berada di sana, setelah sebelumnya sengaja datang lebih awal dari waktu buka puasa supaya bisa mendapat tempat di rumah makan. Maklum, menjelang buka puasa, hampir semua rumah makan pasti penuh, apalagi rumah makan yang berada di daerah pemukiman padat penduduk atau perkantoran yang ramai. Terlambat datang sedikit saja, dipastikan tidak akan mendapat tempat makan. Bahkan jika sudah mendapat meja, harus selalu dijaga  dan jangan pernah ditinggal walau hanya sebentar, karena pasti langsung diisi oleh orang lain, Bahkan andaikan  telah memesan makanan dan minuman dan semuanya telah tersaji di atas meja, tetap tidak boleh ditinggal. Kalau sudah mendekati jam buka puasa memang terkadang suasana menjadi liar, di mana  kadang berlaku hukum rimba ; siapa kuat dia yang menang.

Waktu buka puasa tinggal lima belas menit lagi, tapi Arya belum juga kelihatan batang hidungnya. Priska sudah beberapa kali menelepon pemuda itu, tapi ponselnya selalu tidak aktif.

Ke mana sih tuh orang! Gerutu Priska.

Seorang pelayan rumah makan menghampiri Priska.

“Sudah mau pesan sekarang, Bu?” tanya si pelayan.

“Nanti aja deh, Mbak. Tunggu teman saya datang.” Jawab Priska.

“Maaf, Bu. Kalau Ibu tidak memesan makanan sekarang, kuatirnya nanti saat jam buka makanan Ibu belum siap, karena banyak pesanan makanan kami, Makanan pesanan Ibu bisa lama jadinya,” ujar si pelayan.

“Gitu ya, Mbak?” tanya Priska.

“Iya, Bu,”

“Ya udah. Mana daftar menunya,”

Jarum jam hampir mendekati pukul tujuh malam saat Priska keluar dari rumah makan.

“Priska!!”

Priska menoleh, dan begitu tahu siapa yang memanggilnya, dia kembali melanjutkan langkahnya, seolah-olah tidak mendengar panggilan tersebut.

Arya berlari mengejar Priska dan berhasil menghadang gadis itu.

“Sorry, Gue terlambat. Tadi Gue...”

“Gue nggak mau dengar alasan apa pun dari Lo,” tukas Priska sambil terus berjalan.

“Tapi ini penting,”

Priska tetap berjalan.

“Dunia akan berakhir. Bumi akan terbakar dalam waktu tidak lama lagi,” kata Arya.

Ucapan terakhir pemuda itu ternyata mampu menghentikan langkah Priska.

Gadis itu menoleh pada Arya.

“Lo emang seorang astronom. Tapi pleasee... jangan pakai profesi Lo sebagai alasan untuk keterlambatan Lo,” kata Priska.

“Gue tidak cari alasan apa pun. Alasan Gue terlambat datang karena Gue ada pertemuan penting dengan ahli astronomi dari Amerika Serikat. Pertemuan yang membahas alasan kenapa suhu udara menjadi panas akhir-akhir Ini.” kata Arya.

“Oke. Lalu kenapa hape Lo nggak aktif?” tanya Priska.

“Itu karena Peter meminta semua hape dimatikan, agar tidak terjadi intervensi gelombang pada alat yang dibawanya.” Jawab Arya.

“Peter?”

“Peter Gilbert, ahli astronomi itu. Dia mencoba meretas data rahasia dari satelit NASA. Data yang disembunyikan NASA dalam beberapa bulan terakhir ini.” Arya melihat ke sekelilingnya untuk memastikan tidak ada yang mendengarkan pembicaraan mereka.

“Gue belum cerita ke lo kalau Gue menemukan sebuah bintang dekat tata surya kita...”

“Cukup!” tukas Priska lagi.

“Jangan ngomong ngaco lagi. Hari udah malam dan subuh besok Gue sudah harus pergi ke Merak. Gue mau istirahat,” lanjutnya.

“Gue antar,” kata Arya.

“Nggak usah. Gue naik  bus aja,”

“Priska...”

Tapi Priska terus berjalan.

“Bintang itu namanya Alpha Veta, lebih besar dari matahari dan suhunya terus meningkat sehingga mempengaruhi suhu di Bumi. Jika suhu Alpha Veta terus naik, Bumi akan terbakar dan kita semua akan tewas,” kata Arya.

Priska tetap tidak mau mendengarkan ucapan Arya. Dia tetap berjalan. Tujuannya adalah halte bus Transjakarta yang berjarak tidak jauh dari situ.

“Priska!”

Arya menghela napas. Sebetulnya dia sudah tahu sifat Priska yang satu ini. gadis itu memang ceria, dan mudah bergaul, tapi jangan sekali-sekali membohongi dia. Priska paling tidak suka kalau dibohongi, dan itu bisa membuat dirinya marah hingga waktu yang tidak bisa ditentukan. Saat kuliah dulu, Arya pernah lupa akan janjinya untuk makan siang bareng Priska seusai kuliah, dan dia tidak bisa bicara dengan gadis itu selama hampir satu bulan. Priska baru mau memaafkan Arya ketika dia terpaksa harus minta bantuan pemuda itu saat ada kegiatan di kampus.

Sekarang peristiwa yang hampir sama terulang lagi. Arya tidak tahu kapan Priska akan mau memaafkannya, karena dia tidak yakin kalau gadis itu akan membutuhkan bantuannya dalam waktu dekat ini.

Di dalam Bus Transjakarta, Priska membuka ponselnya. Dia mencoba mencari tahu kebenaran kata-kata Arya.

Priska mengetik kata kunci “Alpha Veta” di kolom pencarian.

Beberapa detik kemudian...

Arya nggak bohong! Dia emang menemukan bintang baru! Batin Priska.

Tiba-tiba gadis itu teringat dengan ucapan Arya,

“Bintang itu namanya Alpha Veta, lebih besar dari matahari dan suhunya terus meningkat sehingga mempengaruhi suhu di Bumi. Jika suhu Alpha Veta terus naik, Bumi akan terbakar dan kita semua akan tewas,”

Tidak mungkin! Tidak mungkin itu terjadi! Batin Priska.

Dia kembali mengetik kata kunci “suhu Alpha Veta”

Alpha Veta masuk kategori bintang M. Sahayanya sangat redup dan suhunya sangat rendah, sehingga tidak memengaruhi sebagian besar planet-planet di dalam Tata Surya. Tapi kenapa Arya bilang suhu Alpha Veta sangat panas dan bisa membakar Bumi? Apa mungkin suhu bintang bisa berubah dengan cepat? Batin Priska.

Tiba-tiba Priska ingat kalau dia pernah mewawancarai seorang astronom Indonesia. Mungkin si astronom itu bisa memantu menjelaskan padanya mengenai apa yang dikatakan Arya.

Mudah-mudahan Gue masih menyimpan nomor teleponnya! Batin Priska sambil menelusuri daftar kontak di ponselnya. Beberapa detik kemudian wajahnya berubah menjadi ceria. Priska menekan salah satu kontak.

Markas Kepolisian Daerah Jawa Barat, Bandung

Menjelang malam, suasana di markas Polda Jawa Barat masih terlihat ramai. Beberapa orang masih terlihat berkerumun baik di depan kantor maupun di dalam. Kasus Sekte Hari Kiamat memang telah menyita perhatian orang dan menjadi berita utama di berbagai media selain kesibukan menjelang hari raya Idul Fitri. Berbagai media masa nasional berkumpul untuk mendapat berita terbaru, terutama mengenai pemeriksaan Albertus. Pemeriksaan terhadap pemimpin Sekte Hari Kiamat itu sendiri sedang dihentikan sementara saat buka puasa dan belum tahu jam berapa akan dilanjutkan kembali.

Albertus berada di sel tahanan yang terletak di bagian markas Polda. Selama pemeriksaan, sel tersebut akan menjadi tempat tinggalnya sementara. Pria seorang diri menempati sel berukuran 4 x 3 meter itu, sementara 8 pengurus lainnya menempati sel yang terpisah. Hal itu untuk memutus komunikasi di antara mereka sehingga akan memudahkan pemeriksaan.

Tapi saat ini Albertus tidak sendiri, karena masih ada pengacaranya yang mendampingi dirinya

“Kabarnya hari ini adalah pemeriksaan yang terakhir. Pemeriksaan selanjutnya akan dilanjutkan setelah Idul Fitri. Tim pemeriksa besok akan cuti.” Johan Santoso, pengacara Albertus membuka pembicaraan setelah polisi yang selama ini menjaga di dekat sel pergi karena akan berbuka puasa.

“Oya?” Albertus duduk di tepi ranjang dalam selnya.

“Kalau ada hari esok...” lanjut pria berusia 55 tahun itu dengan suara datar.

“Maksud Anda?”

Albertus menatap tajam ke arah pengacaranya.

“Kau sudah lihat sendiri. Inilah tanda-tandanya. Kiamat akan datang besok! Sesuai dengan apa yang Tuhan janjikan. Ini adalah permulaan kiamat, permulaan hari yang baru.”

“Pak Albertus, Anda harus tahu posisi Anda...”

“Apa kau ingin masuk surga? Kalau begitu belum terlambat. Bergabunglah, dan jiwamu akan selalu damai...” tukas Albertus.

Pria itu lalu mengeluarkan secarik kertas dari balik saku jas yang dipakainya.

“Punya pulpen?” tanyanya.

Johan mengeluarkan pulpennya dan memberikannya pada Albertus. Dengan pulpen pemberian Johan itu Albertus menulis sesuatu di kertas yang dipegangnya.

“Johan, berapa lama kau mengenalku?” tanya Albertus.

Johan tertegun sejenak. Pengacara muda berusia 27 tahun itu mencoba mengingat.

“Sejak saya kecil. Anda adalah kawan papa.” Jawab Johan.

“Aku bisa mempercayaimu bukan?”

Johan tidak mengerti apa arah pembicaraan kliennya. Albertus menyerahkan secarik kertas yang tadi ditulisnya.

“Besok pagi pergilah ke alamat ini. Temui seseorang bernama Gunawan  Budianto. Katakan padanya; Hari itu telah datang, bawa mereka ke tempat yang telah dijanjikan. Dia akan mengerti.” Kata Albertus.

Johan menerima kertas yang disodorkan Albertus dengan ragu-ragu.

“Pak Albertus, saya di sini sebagai pengacara Anda...”

“Lakukan saja. Aku memintamu bukan sebagai pengacaraku, tapi sebagai seseorang yang telah lama kukenal dan bisa kupercayai. Tolonglah...” tukas Albertus setengah memohon.

Melihat wajah Albertus yang sedang memohon, Johan tidak tega.

Apa salahnya aku menolongnya, toh hanya menyampaikan pesan pada seseorang, dan  tidak melanggar hukum! Pikir Johan.

Akhirnya pengacara muda itu menganggukkan kepalanya. Albertus tersenyum lega.

“Jika kau ingin selamat, kau pun dapat bergabung. Bilang saja pada Gunawan kalau aku telah menerimamu. Dan ingat, pesan ini harus kau sampaikan secepat mungkin. Jangan sampai terlambat, karena jika itu sampai terjadi, tidak akan ada yang dapat menolongmu, menolong kita semua...” tegas Albertus dengan keyakinan yang tegas.

บทที่เกี่ยวข้อง

  • The Heart Between Stars   DELAPAN

    08.33 WS Kantor pusat NASA di Washington DC, Amerika Serikat.Tiga unit helikopter militer mendarat di halaman depan kantor NASA. Beberapa orang prajurit militer turun dari helikopter-helikopter tersebut, mengawal beberapa orang sipil yang berada di antara mereka. Termasuk di antara orang-orang sipil itu adalah Paul Gilbert dan Tracy Austin.Seorang karyawan NASA menyambut kedatangan rombongan yang berasal dari Mauna Kea itu. Dengan dipandu karyawan NASA berpakaian necis tersebut, Paul, Tracy, dan beberapa orang lainnya memasuki gedung di depan mereka dengan dikawal beberapa tentara. Mereka menyusuri koridor menuju ke suatu tempat.Suasana di NASA sangat sibuk seperti biasanya. Banyak orang yang terlihat sibuk, atau menyibukkan diri. Semua orang tampak memiliki pekerjaan masing-masing yang tidak dapat ditinggalkan. Bagi Paul yang pernah berada di lingkungan NASA, hal ini tidak aneh baginya. Tapi bagi Tracy da

    ปรับปรุงล่าสุด : 2021-10-26
  • The Heart Between Stars   SEMBILAN

    International Space Station (ISS) adalah stasiun luar angkasa hasil kerja sama Amerika Serikat dengan sebelas negara termasuk Jepang dan Kanada. ISS yang masih dalam tahap penyelesaian itu selalu mengorbit di atas bumi. Saat ini ada tiga astronaut Amerika Serikat dan seorang kosmonaut Rusia yang kini berada dalam stasiun ruang angkasa tersebut. Mereka sedang mengerjakan proyek dari negaranya masing-masing.“Rusia sialan!” gerutu Daniel Byrd, salah seorang astronaut yang berada dalam ISS. Rekannya, Jose Estevez yang berada di sebelahnya heran mendengar gerutukan Daniel.“Ada apa?” tanya Jose sambil tetap mengerjakan apa yang sedang dikerjakannya, yaitu mengadakan penelitian mengenai kondisi udara dalam ruang hampa.Ruangan dalam stasiun yang tanpa gravitasi membuat tubuh mereka melayang-layang di dalam ruangan. Untung saja para astronaut dan para kosmonaut itu sudah terbiasa hidup dalam kondisi seperti itu.“Bukankah

    ปรับปรุงล่าสุด : 2021-10-26
  • The Heart Between Stars   SEPULUH

    “Pak Presiden,” John menyalami Presiden.“Selamat datang kembali di Gedung Putih.” sapa Presiden sambil tetap tersenyum. Senyum yang getir mengingat apa yang sedang dihadapinya sekarang.Berturut-turut kemudian orang yang datang bersama John bersalaman dengan Presiden Thomas, termasuk Paul. Presiden memandang Paul dengan pandangan bertanya-tanya karena tidak pernah melihat pria itu sebelumnya. Apalagi melihat pakaian Paul yang berbeda dengan yang lain. Paul memang baru pertama kali masuk ke gedung Putih. Dan karena mendadak, dia tidak sempat mempersiapkan baju yang pantas untuk itu.“Prof. Paul Gilbert, ahli astronomi. Dia dapat membantu Anda dalam konferensi pers nanti.” John menjelaskan.“Oya, selamat datang,”“Terima kasih Pak Presiden,” jawab Paul.“Anda akan mengatakannya sekarang?” kata John.Presiden menatap John.“Menurutmu? Kukira sekar

    ปรับปรุงล่าสุด : 2021-10-26
  • The Heart Between Stars   SEBELAS

    15 November 201404.46 WSLembaga Pemasyarakatan Cipinang, JakartaAli Fachruddin berjalan pelan menelusuri lorong Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) dengan dikawal dua orang petugas. Sesampainya di depan salah satu sel yang kosong, salah sorang petugas membuka pintu sel dan Ali masuk ke dalamnya.“Terima kasih” ujar Ali.Kedua petugas Lapas itu tidak menjawab.Setelah mengunci kembali pintu sel, keduanya pun beranjak pergi. Ali kemudian menghampiri sebuah tas yang tergeletak di samping ranjang. Pria berusia 28 tahun itu mengambil sebuah buku yang berada di dalam tas besar miliknya yang juga berisi berbagai keperluan pribadi selama berada di penjara terbesar di Indonesia sepuluh hari yang lalu.Saat mulai membaca, suara lirih dari arah ranjangnya membuatnya terhenti sejenak dan menoleh.“Jangan berisik! Gue masih mau tidur!&r

    ปรับปรุงล่าสุด : 2021-10-26
  • The Heart Between Stars   DUA BELAS

    07.12 WS Rumah mewah di kompleks perumahan elite di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan itu terlihat begitu lengang. Tentu saja, sebab rumah berukuran besar itu hanya ditempati oleh 4 orang. Rumah itu ditempati oleh dr. Andi Prasetyo beserta istri dan kedua anaknya. Andi adalah dokter muda yang kariernya sangat cemerlang. Di usianya yang baru menginjak 34 tahun, dia telah menjadi seorang dokter spesialis bedah dan tulang nomor satu di Indonesia. Walau secara resmi Andi bekerja di RS Cipto Mangunkusumo, dia juga sering menangani pembedahan di berbagai rumah sakit di seluruh Indonesia, terutama pembedahan yang sangat komplekss dan memerlukan keahlian tinggi. Pria itu juga sering menjadi pembicara di berbagai seminar dan lokakarya, sehingga tidak heran jika penghasilannya sebulan di atas rata-rata dokter lain di Indonesia. Dengan penghasilannya tersebut Andi dapat menghidupi keluarganya lebih dari cukup. “Anak-anak sudah bangun?”

    ปรับปรุงล่าสุด : 2021-10-28
  • The Heart Between Stars   TIGA BELAS

    Suasana di planetarium menjadi sunyi dan mencekam. Masing-masing sibuk dengan pikirannya masing-masing, memikirkan apa yang akan terjadi pada diri mereka dan orang-orang yang berhubungan dengan mereka, khususnya orang-orang yang mereka sayangi. Dinginnya AC yang terpasang di dalam ruangan membuat suasana mencekam semakin terasa.Peter tercenung di depan layar laptopnya, Mengamati data dari NASA yang terkirim secara online. Hal yang sama dilakukan Arya di. Sementara Sudaryanto tampak mondar-mandir di dalam ruangan. Serasa ada yang mengganjal pikiran pria itu, dan dia ingin mengatakan sesuatu tapi urung dilakukannya.Dering Ponsel memecahkan kesunyian. Sudaryanto mengangkat Ponsel miliknya yang berbunyi.“Iya Pak... baik.. saya mengerti...” demikian ucapan Sudaryanto di telpon. Seluruh pasang mata memandang ke arah Sudaryanto sambil menebak-nebak siapa yang menelepon.“Tadi dari kepala BMKG. Dia sudah berbicara d

    ปรับปรุงล่าสุด : 2021-11-02
  • The Heart Between Stars   EMPAT BELAS

    Priska tampak duduk di lobi depan bersama Ferry yang menenteng kamera TV. Gadis itu tersenyum melihat kedatangan Arya.“Hai...” sapa Priska.Arya menatap Priska dalam-dalam.“Ada apa Lo kesini? Bukannya Lo sedang tugas?” tanya Arya.“Benar. Tapi ada yang ingin Gue tanyakan ke Lo,”“Tanya apa?”Priska menghela nafasnya sebentar. Rambutnya yang agak basah meneteskan butir-butir air pada baju kerjanya.“Tentang cuaca yang terjadi sekarang, Lo tahu kan penyebabnya?”Arya tertegun. Dia tidak menyangka Priska akan bertanya seperti itu. Seketika itu juga dirinya sadar kalau Priska tidak datang sendiri. Dia membawa seorang juru kamera. Pasti gadis itu sedang mencari berita.Tapi dari mana Priska tahu kalau hujan yang terjadi hari ini bukan hujan biasa? Atau dia hanya menebak-nebak saja?“Kenapa Lo berkesimpulan begitu?” Arya balik bertanya.&ld

    ปรับปรุงล่าสุด : 2021-11-02
  • The Heart Between Stars   LIMA BELAS

    Priska tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Hari kiamat? Hal itu tidak pernah dia bayangkan sebelumnya. Lutut gadis itu serasa lemas. Keingintahuan yang begitu besar yang tadi menghinggapi dirinya hilang seketika, berganti dengan perasaan-perasaan lain yang tidak menentu. “Kita harus pergi sebelum segala sesuatunya menjadi buruk.” Kata Peter. “Apa yang menjadi buruk?” tanya Ferry heran. “Tentu saja cuaca ini.” “Maksud Anda?” Peter memandang Ferry sejenak. Dia maklum, sebagai orang awam Ferry memang tidak begitu mengerti tentang ilmu astronomi dan cuaca. “Terus terang saya tidak mengerti. Jika benar ada bintang dekat kita yang sangat panas, kenapa di Jakarta malah hujan. Disertai badai lagi. Ada apa ini?” tanya Ferry lagi. Peter menarik nafas. Dia terpaksa harus menjelaskan semuanya. “Anda tentu tahu tentang penguapan air bukan? Siklus air di alam hingga menghasilkan hujan?” kata Peter. Ferr

    ปรับปรุงล่าสุด : 2021-11-15

บทล่าสุด

  • The Heart Between Stars   DUA PULUH

    09.41 WS Hal yang sama terjadi juga pada Jakarta. Seperti juga kota-kota lainnya yang terletak di pinggir pantai, Jakarta hampir rata dengan tanah, tersapu gelombang raksasa yang memorak-porandakan semua infrastruktur di ibukota negara tersebut. Dari puncak bukit, Arya memandang ke bawah, ke kejauhan di mana tadinya terdapat sebuah kota bernama Jakarta. Kini yang terlihat hanya hamparan air membiru yang sangat luas. Walau serangan gelombang telah reda, tapi air tidak segera surut. Hal itu karena Jakarta terletak di dataran yang paling rendah dekat bibir pantai, dan datarannya yang luas relatif sama ketinggiannya sehingga air mengalir lambat kembali ke laut. Hujan sendiri telah mereda, hanya tinggal bintik-bintik air saja yang masih turun. Walau begitu awan tebal masih menggelayut di langit. Berbagai perasaan berkecamuk di dalam hati Arya. Terlebih dia memikirkan nasib Priska yang terakhir kali diketahuinya masih berada di dalam kota.

  • The Heart Between Stars   SEMBILAN BELAS

    11.35 WSKota Jayapura yang terletak di pinggir pantai Samudera Pasifik bagaikan lenyap di telan bumi. Gelombang raksasa yang menghantam daratan hingga sejauh beberapa puluh kilometer dari bibir pantai telah menghancurkan segalanya. Bangunan, tumbuhan, dan kehidupan lainnya. Belum lagi adanya arus balik kembali ke laut yang menyeret apa saja yang dilaluinya. Pasca serangan gelombang raksasa yang mendadak itu meninggalkan genangan air setinggi kurang lebih 5-10 meter. Mayat makhluk hidup termasuk binatang dan manusia tampak mengambang. Beberapa orang yang selamat dari gelombang raksasa tersebut tampak mencari tempat yang lebih aman, seperti puncak gedung bertingkat, ataupun perbukitan yang mengelilingi ibukota provinsi paling timur Indonesia itu.Sekitar 8 kilometer sebelah selatan Jayapura, sebuah kompleks perumahan penduduk juga tidak luput dari serangan gelombang raksasa yang mendadak itu. Tapi tidak seperti tempat lainnya, kompleks perumaha

  • The Heart Between Stars   DELAPAN BELAS

    Andi sedang berada di dalam mobil BMWnya, terjebak di tengah kemacetan dan genangan air yang menghambat perjalanannya. Dalam hati dokter muda itu menyesal memakai mobil barunya di tengah hujan lebat yang mengguyur Jakarta sejak pagi. Kini, mobil yang dibelinya dengan sangat mahal itu, yang tadi pagi masih berkilat, telah basah dan dipenuhi lumpur dari genangan air yang dilewatinya sepanjang jalan. Andi juga merutuk karena tidak memperkirakan jalanan bakal semacet ini. Karena kesibukannya, Andi tidak sempat mencari info apa pun mengenai kondisi lalu lintas sebelum pergi. Yang jelas saat ini dia melihat orang-orang yang panik di jalan, sibuk seperti hendak keluar kota. Dokter muda itu hanya menduga mungkin ini karena liburan panjang dan efek arus mudik menjelang Idul Fitri. Tapi di sisi lain, Andi juga sempat melihat beberapa kerumunan massa yang nekat menjebol toko-toko dan menjarah isinya. Ada apa ini? batinnya. Setahu Andi, walau menjelang Idul Fitri terjadi

  • The Heart Between Stars   TUJUH BELAS

    Markas Kepolisian Daerah Jawa Barat, Bandung. Hujan deras yang mengguyur Bandung sejak dini hari tidak urung membuat Markas Polda Jawa Barat terkena banjir. Apalagi daerah di mana markas itu berdiri adalah dataran yang lebih rendah dari daerah lain, sehingga menjadi tempat berkumpulnya air yang mengalir dari daerah yang lebih tinggi. Sejak pagi para anggota polisi yang berada di Polda sibuk menyelamatkan segala sesuatunya dari banjir, termasuk para tahanan yang berada di sel. Karena sel tahanan yang berada di bagian belakang kompleks Polda termasuk salah satu area yang tergenang air cukup tinggi, maka para tahanan harus dipindahkan ke area yang lebih aman. Dengan diiringi pengawalan para petugas polisi bersenjata, para tahanan pun digiring dari selnya ke bagian depan kompleks. Termasuk di antara para tahanan tersebut adalah Albertus Somata, pemimpin Sekte Hari Kiamat yang menghebohkan akhir-akhir ini, dan baru ditangkap kemarin.

  • The Heart Between Stars   ENAM BELAS

    Di dalam toilet, Priska menenangkan dirinya sambil membasuh wajahnya di wastafel. Gadis itu masih tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya, dan di dalam hatinya dia menyangkal hal tersebut. Hari kiamat? Tidak mungkin! Ini tidak mungkin terjadi! Timbul setitik penyesalan di hati Priska. Kenapa dia tidak menuruti kemauan ibunya agar sekali saja bisa pulang ke rumah. Jika saja ketika itu dia pulang, paling tidak jika hari kiamat itu benar-benar terjadi, saat ini dia telah berkumpul bersama keluarganya, bersama orang-orang yang dicintai dan mencintai dirinya. Tiba-tiba seperti teringat sesuatu, Priska merogoh saku bajunya dan mengeluarkan Ponselnya. Dia hendak menelepon ke orang tuanya. Memberitahu semuanya sekaligus permintaan maaf dan penyesalannya. Tidak ada respons dari seberang telepon. Priska mencoba kembali menekan nomor ponsel orang tuanya. Hasilnya sama saja. Berapa kali pun dia mencoba, tetap tidak berhasil. Kenap

  • The Heart Between Stars   LIMA BELAS

    Priska tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Hari kiamat? Hal itu tidak pernah dia bayangkan sebelumnya. Lutut gadis itu serasa lemas. Keingintahuan yang begitu besar yang tadi menghinggapi dirinya hilang seketika, berganti dengan perasaan-perasaan lain yang tidak menentu. “Kita harus pergi sebelum segala sesuatunya menjadi buruk.” Kata Peter. “Apa yang menjadi buruk?” tanya Ferry heran. “Tentu saja cuaca ini.” “Maksud Anda?” Peter memandang Ferry sejenak. Dia maklum, sebagai orang awam Ferry memang tidak begitu mengerti tentang ilmu astronomi dan cuaca. “Terus terang saya tidak mengerti. Jika benar ada bintang dekat kita yang sangat panas, kenapa di Jakarta malah hujan. Disertai badai lagi. Ada apa ini?” tanya Ferry lagi. Peter menarik nafas. Dia terpaksa harus menjelaskan semuanya. “Anda tentu tahu tentang penguapan air bukan? Siklus air di alam hingga menghasilkan hujan?” kata Peter. Ferr

  • The Heart Between Stars   EMPAT BELAS

    Priska tampak duduk di lobi depan bersama Ferry yang menenteng kamera TV. Gadis itu tersenyum melihat kedatangan Arya.“Hai...” sapa Priska.Arya menatap Priska dalam-dalam.“Ada apa Lo kesini? Bukannya Lo sedang tugas?” tanya Arya.“Benar. Tapi ada yang ingin Gue tanyakan ke Lo,”“Tanya apa?”Priska menghela nafasnya sebentar. Rambutnya yang agak basah meneteskan butir-butir air pada baju kerjanya.“Tentang cuaca yang terjadi sekarang, Lo tahu kan penyebabnya?”Arya tertegun. Dia tidak menyangka Priska akan bertanya seperti itu. Seketika itu juga dirinya sadar kalau Priska tidak datang sendiri. Dia membawa seorang juru kamera. Pasti gadis itu sedang mencari berita.Tapi dari mana Priska tahu kalau hujan yang terjadi hari ini bukan hujan biasa? Atau dia hanya menebak-nebak saja?“Kenapa Lo berkesimpulan begitu?” Arya balik bertanya.&ld

  • The Heart Between Stars   TIGA BELAS

    Suasana di planetarium menjadi sunyi dan mencekam. Masing-masing sibuk dengan pikirannya masing-masing, memikirkan apa yang akan terjadi pada diri mereka dan orang-orang yang berhubungan dengan mereka, khususnya orang-orang yang mereka sayangi. Dinginnya AC yang terpasang di dalam ruangan membuat suasana mencekam semakin terasa.Peter tercenung di depan layar laptopnya, Mengamati data dari NASA yang terkirim secara online. Hal yang sama dilakukan Arya di. Sementara Sudaryanto tampak mondar-mandir di dalam ruangan. Serasa ada yang mengganjal pikiran pria itu, dan dia ingin mengatakan sesuatu tapi urung dilakukannya.Dering Ponsel memecahkan kesunyian. Sudaryanto mengangkat Ponsel miliknya yang berbunyi.“Iya Pak... baik.. saya mengerti...” demikian ucapan Sudaryanto di telpon. Seluruh pasang mata memandang ke arah Sudaryanto sambil menebak-nebak siapa yang menelepon.“Tadi dari kepala BMKG. Dia sudah berbicara d

  • The Heart Between Stars   DUA BELAS

    07.12 WS Rumah mewah di kompleks perumahan elite di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan itu terlihat begitu lengang. Tentu saja, sebab rumah berukuran besar itu hanya ditempati oleh 4 orang. Rumah itu ditempati oleh dr. Andi Prasetyo beserta istri dan kedua anaknya. Andi adalah dokter muda yang kariernya sangat cemerlang. Di usianya yang baru menginjak 34 tahun, dia telah menjadi seorang dokter spesialis bedah dan tulang nomor satu di Indonesia. Walau secara resmi Andi bekerja di RS Cipto Mangunkusumo, dia juga sering menangani pembedahan di berbagai rumah sakit di seluruh Indonesia, terutama pembedahan yang sangat komplekss dan memerlukan keahlian tinggi. Pria itu juga sering menjadi pembicara di berbagai seminar dan lokakarya, sehingga tidak heran jika penghasilannya sebulan di atas rata-rata dokter lain di Indonesia. Dengan penghasilannya tersebut Andi dapat menghidupi keluarganya lebih dari cukup. “Anak-anak sudah bangun?”

DMCA.com Protection Status