Beranda / Fantasi / The Guardian of Tunlansia / Volume I Chapter 3 - Epilog

Share

Volume I Chapter 3 - Epilog

Penulis: Pilus_99
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

...

(10 Tahun Kemudian ...)

Kalender Dunia Manusia tahun 1520,

Malam Hari hujan turun dengan lebatnya, membasahi Seluruh Distrik kecil yg terlihat tampak begitu Sepi Dan Sunyi akan pengunjung dimalam itu. Hingga Tak Terlihat satupun orang yg Berlalu lalang disana, Hanya nampak beberapa lampu2 kuning yg tampak redup menyala. Menerangi setiap pintu dari rumah2 yg terbuat dari kayu-kayu berwarna coklat gelap yg Ada disekitarnya.

Tring!

Suara lonceng bel yg tergantung diatas pintu,

Tak lama Terlihat 3 orang bertudung hitam Keluar dari dalam sebuah toko kecil yg terletak dibagian paling pojok sudut jalanan. Dengan bertuliskan sebuah papan nama "Heaven Feel" diatas pintu masuknya.

"Hati-hati Nona ..." Ucap salah satunya setelah membukakan pintu.

Dan dengan sopannya mempersilahlan kedua Rekannya untuk terlebih dahulu keluar dari toko tersebut. Disisi lain Dari arah luar jalanan toko, terlihat 2 orang Pria dengan Tudung Hijau menutupi kepalanya berjalan dengan tergesa-gesanya.

"Ayo cepat jalan sialann!!" Seru salah Satu pria Yg berjalan dipaling depan dengan kumis tipis runcing keatas berpakaian ala bangsawan diabad pertengahan. Dengan didominasi corak Abu2 gelap, serta memakai sepatu boot berwarna hitam.

Pria tersebut terus berjalan Sambil menarik tali tambang berukuran sedang dibelakangnya, yg terlihat mengikat dirantai leher dari 4 orang Wanita bertelinga Segitiga hitam dan berekor, yg hanya berbalut kain tipis kecoklatan yg tampak lusuh Serta Kotor. Diguyur derasnya air hujan bercampur angin malam Yg terasa menusuk raga ditubuh wanita ber-Ras Panther tersebut.

"B-baik ..!" Jawab lirih dari para wanita yg terus mengekor dibelakang Pria itu, Yg tampak pasrah Saat Tali yg mengikat dileher mereka ditarik kencang oleh Pria tersebut. Sambil menahan rasa perih dan sakit dileher mereka, Saat Rantai besi berwarna hitam itu menggesek kulit2nya.

Tapi ternyata pria itu tidak datang sendirian, Seorang Pengawal berarmor besi dengan pedang besinya Terus mengawalnya dibarisan paling belakang. Hingga tidak sengaja dari mereka menyenggol, salah Satu bahu Dari 3 orang bertudung hitam yg tadi sedang berjalan keluar Dan tengah menuruni beberapa anak tangga dibangunan toko tersebut.

"K-kya!!" Pekiknya kaget dan hampir membuatnya terjatuh Dari anak tangga, tapi untung ditahan salah Satu dari temannya yg tadi berjalan lebih dulu didepannya.

"Hei!!" Seru marah tidak terima dari salah satu orang bertudung hitam yg berjalan dibagian paling belakang. Yg langsung menoleh kebelakang, Seraya memegang bahu Pria berkumis yg sudah menabrak salah Satu Temannya tadi.Tapi bukannya meminta maaf, tapi pria berkumis itu malah menolehnya Dengan tatapan marahnya.

"A-apa-apaan kau huh? Perhatikan langkah kakimu!" Jawabnya ketus saat bahunya tiba2 ditarik kebelakang oleh laki2 bertudung itu,

"Kau tadi menabrak Salah Satu temanku tuan!" Balasnya Dengan suara berat dan sedikit geramnya, yg tak lama tindakannya tersebut langsung dihentikan oleh gadis yg tadi ditabrak oleh Pria berkumis itu Dengan tenangnya. 

"Huh siapa kau brengsek!? Berani sekali kau cari Masalah denganku!?" Omelnya Marah, sambil menepis kasar tangan laki2 yg tadi menarik bahunya.

"Orang ini-!" Tapi Saat Pria bertudung ingin membalasnya, lagi2 Ia ditahan oleh gadis mungil bertudung disampingnya.

"S-sudahlah, biarkan saja ..." Ucap gadis itu, Sambil menarik lengannya tapi ditepisnya pelan.

"Tapi Nona orang ini sudah-"

"Ah tolong M-maafkan kami tuan ..."

Tiba-tiba suara laki2 yg terdengar pelan dan lembut, mulai terdengar ditelinga ke3 bertudung hitam Yg berdiri membelakanginya.

Dan Saat Pria itu menoleh kebelakang seorang laki2 muncul sambil membuka Tudung Yg sebelumnya sempat menutupi separuh dari wajahnya, hingga memperlihatkan rambut Pirang pendeknya. Dengan tubuh luarnya yg terbalut armor besi serta pedang tipis dipunggungnya, yg juga tadi datang bersama pria tersebut. Dan lagi laki2 muda ini memiliki Luka goresan Yg cukup besar dari Alis hingga kepipi kanannya, mungkin dia seorang Kesatria Pengawal.

Dengan wajah menunduk gugup, laki2 yg tampak masih berusia sangat muda kembali berkata dengan nada memohon padanya.

"S-sepertinya dia tidak sengaja melakukannya tadi ... Dan lagi tadi Kami juga sedang terburu2 tuan ... J-jadi maklum saja kalau dia tidak memperhatikan langkah kakinya dengan benar ..."

"T-Tolong maafkan kesalahan Dari temanku ini tuan!" Ujarnya Yg Terus menunduk memohon kepada 3 orang bertudung hitam didepannya. Melihat sikap dari temannya yg sangat sopan Dan baik, membuat laki2 bertudung hitam itu menghela napasnya,

"Lain Kali berhati-hatilah kawan. Karna bisa saja kecerobohan dari "temanmu itu" malah akan membahayakan Keselamatan orang lain dimasa depan!" Katanya Dengan suara penuh penekanan Sambil menatap tajam Kearah Pria berkumis Yg berdiri disamping pintu Dengan ekspresi kesalnya.

Tapi bukannya merasa bersalah dia malah memalingkan wajahnya dan langsung berjalan masuk kedalam toko tersebut,

"Cih!"

"Apa yg Kalian lihat huh?! Ayo cepat masuk bodoh!" Geramnya, sambil terus menarik dengan kasar tali yg mengikat leher ke-4 wanita itu masuk bersamanya.

"B-baik tuan ... Akan Saya ingat pesan anda ini ..." jawab laki2 muda itu, yg kemudian sekali lagi membungkuk meminta maaf kepada ke-3 orang bertudung didepannya dengan hormatnya.

"Kalau begitu Saya permisi tuan"

Dan pergi menyusul salah Satu temannya, yg sudah lebih dulu memasuki toko khusus yg menjual Peralatan senjata Dan juga Item-item Sihir lainnya. Dan mereka ber-3 pun kembali melanjutkan perjalanannya yg sempat tertunda karna sebuah pertikaian kecil Yg membuat waktu mereka terbuang Dengan percuma. 

Hingga ketiga orang bertudung hitam itu berjalan ditengah-tengah derasnya air hujan Yg turun dikota kecil Yg tampak sepi tersebut. Dan disaat langkah kaki mereka mulai melewati sebuah lorong jalan yg tampak gelap, Dan redup akan Cahaya lampu Yg meneranginya. Tiba2,

"Kya!! T-tolong ..!!"

Terdengar suara jeritan seorang Wanita, yg berasal dari arah dalam lorong disamping kiri mereka. Mendengar itu membuat salah Satu dari 3 orang bertudung yg tengah berjalan melewatinya. Seketika berhenti, Dan menoleh kebelakang,

"Siapapun t-tolong aku!!!" Jerit wanita itu kembali Dengan suara Yg terdengar ketakutan Dan paniknya. Yg langsung disahuti suara gertakan beberapa laki2 yg juga berasal dari dalam lorong tersebut,

"Kubilang diam jalang!!!?" Seru Pria Dengan marahnya,

Dan kemudian terdengar suara pukulan keras hingga beberapa kali, bercampur dengan suara jeritan dari wanita Yg terdengar menahan sakitnya.

Bugh! Bugh!

"T-to ... Long ... Aku ..." Lirihnya Yg Kini suaranya terdengar semakin pelan Dan parau.

"Hahaha! Mampus Kau jalang!" Gelak tawa dari salah satu pria Didalam lorong diikuti tawa dari teman Pria lainnya Yg tampak puas.

"Ugh!" Dan saat salah satu orang bertudung hitam itu ingin pergi mendekat kearah Lorong yg Ada dibelakangnya, sambil menarik pedang besi dari saku kirinya.

Tangannya langsung ditahan Salah Satu rekannya yg tadi berjalan dibelakangnya.

"Nona Tidak." Katanya setelah berhasil mengentikan langkah kaki dari temannya, yg ingin pergi Kearah lorong Dengan pedang Yg sudah ia cabut dari sarungnya.

"T-tapi Kita harus-" Jawab wanita bertubuh lebih kecil dari pada kedua rekannya tersebut. Tapi saat ini lengannya tampak ditahan oleh teman wanitanya, sambil ia berkata Dengan suara Yg terdengar berat dan Khawatirnya.

"Kumohon ... Apapun itu lebih baik Jangan Nona." 

Dengan perbedaan postur tubuh antar keduanya, Ia bisa melihat Dengan jelas dahi dari teman wanitanya Yg tampak berkerut didepan wajahnya Saat ini. Wanita berposture tinggi berkulit putih Dengan separuh wajahnya Yg tertutup poni, berwarna Hijau tua bagai warna daun.

"Benar nona. Lebih baik Kita lanjutkan perjalanan Kita ..." Saut teman Prianya yg sedari tadi berjalan melindunginya dari depan. Kini ia sudah berdiri tepat disebalahnya.

Dan bisa terlihat dari jubah hitam Yg sedang ia pakai Saat ini bisa Terlihat Dengan jelas lekukan dari tubuh kekarnya Yg basah karna tetesan air hujan Yg menembus masuk kesela2 jubah hitamnya.

"Dan lagi Kita harus cepat pergi dari Kota ini" Ujarnya. Mendengar itu wanita bertubuh mungi itu hanya bisa menggenggam erat gagang pedang besinya, serta suara gertakan gigi yg dari saling beradu dari wanita itu, yg sedang menahan rasa kesalnya Saat ini.

Tapi tak lama setelah helaan dari napas panjangnya beberapa kali, ia mulai mengangguk pelan mengiyakan permintaan dari rekan-rekannya saat itu. Tanpa sepatah katapun keluar dari mulutnya wanita mungil itu langsung melangkahkan kakinya pergi lebih dulu meninggalkan 2 rekan lainnya yg masih terdiam dibelakangnya.

Hingga keduanya hanya bisa mendesah pelan, dan tak lama mulai ikut melangkahkan kakinya mengekori wanita itu pergi dari tempat sepi dan sunyi disana. Terlebih disaat derasnya guyuran air hujan Yg masih membasahi seisi Kota terpecil tersebut.

***

Keesokan Harinya ...

Chip-Chip!

Disebuah reruntuhan bangunan Kastil, yg sudah ditutupi akar2 pepohonan yg menjalar disetiap bangunan yg tampak kuno, Terlihat sinar dari Matahari pagi ygYg tamp Menyinari separuh dari bangunan reruntuhan, Yg sudah ditutupi akar2 besar, dari tanaman rambat Yg saling melilit Dan tumbuh disekitarnya.

Tak lama dari kejauhan tepatnya dari arah semak2 belukar datang 2 Orang Bertudung Coklat, berjalan Masuk kedalam reruntuhan bangunan kuno itu. Setelah keduanya berhasil melewati sebuah jembatan kecil Yg Terbuat dari Batu2 berukuran 1 setengah meter Dengan penuh hati-hatinya. Walau Sambil membawa 1 Peti besar yg mereka bawa Dan gotong secara bersamaan, kedua orang itu berhasil menyebranginya tanpa sedikitpun masalah.

Karna kalau saja mereka salah dalam melangkah, mereka bisa langsung terjun bebas kebawah Jurang Yg sangat dalam dibawah kakinya.

"Kalian terlambat! Dari Mana saja huh?!" Seru Seorang laki2 bertubuh kekar Dengan tudung hitamnya yg tiba2 muncul dari balik Pilar dan berdiri menghadang keduanya, Tepat didepan pintu Masuk dari reruntuhan bangunan disana.

Dan Brak!

Setelah Keduanya Meletakan peti besar berwarna coklat Gelap tepat dibawah anak tangga, Mereka Dengan gugupnya langsung berbaris memanjang Dengan wajah tertunduknya,

"M-maaf ... tadi kami Ada sedikit Masalah dengan para penjaga perbatasan disana ..." Jawab salah Satu Pria yg membawa peti besar dipaling depan.

"B-benar! Tapi untunglah Kita berhasil Lolos dari pengawasannya tuanku ..." Saut laki2 disebelahnya yg juga terlihat sama gugupnya, Dan terus menunduk Tak berani Menatap kearah laki2 bertubuh besar yg tengah berdiri beberapa meter dari mereka.

Dengan tatapan tajamnya seraya melipat kedua tangannya didadanya, Pria itu mencibir pelan.

"Tsk. Sudah Cepat bawa masuk!"

"Gara-gara keterlambatan kalian, Ritualnya jadi tertunda selama beberapa jam!" Gerutunya Yg langsung disahutinya serentak oleh keduanya.

"B-Baik tuan ...!" 

Dan 2 orang bertudung coklat yg tadi membawa peti kayu berukuran besar, kembali membawanya kedalam reruntuhan bangunan. Diikuti laki2 bertudung hitam Yg Yg Terus mengamatinya dari belakang, Hingga keduanya terlihat memasuki sebuah pintu persegi berukuran besar Dengan penuh ukiran2 Disetiap dindingnya.

Dan Brak!

Pintu Batu itu langsung tertutup secara otomatis Setelah Pria bertubuh besar Yg mengekor, dibelakang kedua Pria Yg tengah membawa Peti kayu berwarna coklat gelap yg juga ikut memasuki Pintu Batu tersebut.

***

Didalam reruntuhan bangunan, Tampak 3 orang berjubah hitam sudah berada Didalam Reruntuhan dari Kastil kuno tersebut, Dan masing2nya Terlihat sangat sibuk dengan urusannya masing2. Satu orang tengah mengukir Lantai Batu yg berada diatas Altar berbentuk lingkaran dengan jari Telunjuk kanannya, dengan didepannya sudah berdiri 2 batu besar berukuran separuh dari tubuh Pria berambut Coklat Terang tersebut.

Dan 2 wanita lainnya tengah sibuk berdiskusi dibawah altar dengan Kedua buku tebal ditangan keduanya.

"Nona mereka sudah datang" Ujar pelan laki2 bertudung hitam dengan Postur tubuh besarnya Yg baru memasuki Pintu masuk dibelakangnya. Dan kemudian berjalan mendekat kearah 2 orang wanita Yg masih tampak mengobrol disamping tangga Altar,

"Benarkah?! Syukurlah akhirnya mereka datang juga ..." Kata wanita berambut merah Burgundy Yg menoleh kearah Pria tersebut dengan Ekspresi leganya.

"Terlambat beberapa jam sih, Tapi Kita masih bisa melakukannya kok nona. Tapi kita harus cepat sebelum waktu tengah hari tiba ..." Balas Wanita berambut hijau berkuncir kuda dengan Poni menutupi kedua alisnya.

"Kau benar. Kita Harus cepat melaksanakan ..."

Dan wanita berambut panjang sepunggung berwarna merah burgundy, menoleh keatas Altar Sambil berteriak dengan penuh semangatnya.

"Kak! Semuanya sudah siap, Mari Kita mulai Ritualnya~!"

Tak lama Pria berambut Coklat terang yg tengah mengukir sesuatu diatas tanah dan langsung menyahuti panggilan dari bawah.

"Ya. Aku juga sudah selesai disini!" Balas Laki-laki bermata biru tersebut Sambil mengelap dahinya Yg sedikit berkeringat.

...

Beberapa menit kemudian ...

Tepatnya diatas sebuah Altar Batu berukir Dan bercat putih dilantai batunya, yg berukuran besar dan berbentuk lingkaran. Dengan Terlihat 2 Batu berukuran separuh badan manusia, Berdiri tepat didepan altar batu tersebut.

Laki2 berambut Coklat terang itu, mulai mengiris telapak tangannya dengan sebuah pisau kecil, Yg ia ambil diatas nampan berlapis Kain Merah tua. Yg sedang dipegang wanita berambut hijau daun disamping kanannya. Terlihat darah mulai mengalir dan menetes kebawah, hingga membasahi garis dari pola Lingkaran Sihir berwarna Putih yg ada dibawah kakinya. Diikuti sebuah rapalan dari mantra sihirnya,

Sambil disaksikan oleh 5 orang lainnya Yg sudah berpakaian serba hitam. Dengan Tudung kepala Yg juga menutupi separuh dari masing2 wajah mereka, yg berdiri berjajar dibawah Altar sambil menyaksikan Proses berjalannya Ritual suci tersebut.

"Bumi berputar, kehidupan pun terputar ..."

Sambil melangkahkan kakinya Laki2 itu kembali berkata,

"2 dunia menjadi gerbang antar pemisah diri! "

"Wahai roh2 suci Dan agung, yg bersemayam didalam pedang suci ini ..."

Ucap laki-laki tersebut. Dan kemudian selangkah demi selangkah kakinya terus mengitari garis demi garis, dari Pola lingkaran Sihir berwarna putih yg terukir dibawah kakinya. Sambil terus mengalirkan tetesan darahnya, Hingga mengarah tepat kearah 2 Batu besar yg Ada didepan Altar tersebut.

"Serta Jiwa2 yg terikat oleh Satu garis Takdir kehidupan!"

"Kemalangan, kegelapan Dan kebatilan akan tersucikan oleh air pemurnian ..."

Dan dari belakang seseorang bertudung hitam Yg diketahui adalah wanita berambut hijau, Mulai Berjalan mendekat saat laki2 itu sudah selesai mengitari seluruh garis Dari pola lingkaran putih dibawah kakinya. Sambil tangannya membuka sebuah peti hitam besar Dan panjang, Yg didalamnya sudah terbalut sarung pedang yg terbuat kayu Yg tampak usang berwarna coklat muda, Dengan nampak ukiran berwarna hitam keabu-abuan tergambar jelas mawar berduri. Menghiasi setiap sudutnya,

Tak lama Laki2 itu mulai mengambilnya Dan membawanya tepat diantara 2 Batu besar yg Ada didepannya Saat ini.Dan disaat Yg bersamaan wanita itu ikut mundur Dan keluar dari Altar, Dan kembali berdiri disamping ke-5 orang lainnya Yg menyaksikannya dari bawah Altar setelah Laki2 itu menaruh pedang Yg terbalut sarung kayu berukirkan mawar hitam, ia kemudian mundur Kembali dan berdiri tepat ditengah2 pola garis lingkaran sihir yg semua garisnya mengarah tepat kebawah kakinya,

Kemudian ia melanjutkan Rapalannya kembali,

"Wahai 2 gerbang kehidupan yang abadi ..."

"Tempat terbukanya jiwa2 yg bersih nan Suci tanpa setitikpun dosa!"

Terlihat pola lingkaran yg Ada dibawah kakinya yg semula berwarna Putih, Dan berukuran kecil.

"Dengarkanlah panggilan kami ..."

Kini pola itu berubah menjadi besar serta berwarna merah darah yg menyala terang, dibawah kaki Laki-laki Berambut Coklat terang tersebut.

"Anak cucumu tengah mengalami kemalangan diri, wahai kekuatan yg terpendam Dan terkucilkan jauh didalam tanah Dan bumi ini ..."

Suara Gema dari rapalan mantra sihirnya Yg semakin terdengar nyaring Dan keras diruangan tersebut. Diikuti dengan suara dari rantai-rantai berwarna merah Yg tiba2 keluar dan bermunculan satu persatu, Dari dalam pola lingkaran sihir yg ada di bawah kakinya yg perlahan-lahan mulai mengikat Kedua tangan Dan kakinya semakin kencang Dan semakin membilat dengan sangat kuat dikedua tangan Dan kakinya.

"A-ahh!"

Terdengar beberapa kali suara rintihan Dari mulut Laki2 tersebut, dengan jubah hitam menutupi seluruh tubuhnya Saat ini. Hingga suara rintihannya terdengar semakin kesakitan saat rantai-rantai Merah itu mulai perlahan-lahan menggores seluruh kulitnya hingga berdarah.

Mendengar suara jeritan dan rintihan kesakitan dari temannya, Membuat ke-5 temannya langsung menjadi khawatirnya dan tegang secara bersamaan termasuk gadis berambut merah Burgundy yg mulai ketakutan Saat Melihat laki2 tersebut Yg Tak lain merupakan kakak kandungnya sendiri tak henti-hentinya terus menjerit kesakitan.

"K-kakak ...!!"

Hingga membuatnya ingin berjalan mendekatinya, tapi seketika langsung dicegah Salah satu Rekannya bertubuh besar yg berdiri disebalahnya saat ini. Membuat wanita muda itu tidak bisa berbuat apa2, selain hanya bisa diam ditempat dan terus menyaksikan berlangsungnya upacara dari Ritual suci Yg tengah kakaknya lakukan Saat ini.

Dengan raut wajah menahan rasa sakitnya, Laki2 itu tidak berhenti merapalkan mantra sihirnya. Walau dengan kondisi kedua tangan dan kakinya Yg sudah berdarah akibat kuatnya rantai-rantai merah yg mengikatnya saat ini.

"J-Ja ...wablah! Panggilan .... kesakitanku ini!!"

Serunya. Dan lagi-lagi ia menjerit disertai kedua air matanya Yg tampak basah serta berair akibat menahan rasa sakit disekujur tubuhnya saat Rantai2 berwarna merah itu terus bergerak keatas hingga menjeratnya kuat keatas lehernya.

Membuatnya lama-kelamaan kesulitan untuk bernapas karna kencangnya ikatan dari rantai2 yg mengikatnya saat ini yg seakan-akan menghentikan aliran oksigen dan darah diseluruh tubuhnya. Tapi Laki2 itu masih belum menyerah,

"T-tangan .... d-diba... las ... tangan!"

" ... H-Hingga .... jantung I-ini ... Berhenti ..... b-berdetak!"

Suaranya terdengar semakin terbata-bata penuh susah payah ia berusaha untuk merapalkan mantra sihir dari mulutnya, belum lagi waut wajahnya yg kian semakin bertambah pucat disertai keringat dinginnya.

"A...agh ..!"

***

Greek! Greek!

Suara gemuruh seluruh Dinding dari reruntuhan bangunan Kastil diruangan itu yg perlahan-lahan mulai bergetar hingga terlihat retakan hingga mengarah ke-2 Batu besar yg Ada didepan mereka. Tempat dimana semula pria itu menaruh Pedang bersarung kayu kecoklatan diantara 2 batu disana.

Kini guncangan itu semakin bergetar hebat, hingga secara mengejutkan membuat pedang bersarung kayu itu ikut melayang Terbang keatas. Hingga perlahan2 membakar hangus pedang kayu, Yg entah muncul dari Mana api2 itu. Dan dengan cepat merubahnya menjadi butiran abu2 Yg saling beterbangan diudara.

"D-da ... tanglah!!"

Dan Saat suara rapalan mantra sihir dari mulut Laki2 tersebut mulai terdengar kembali,

Woooshh!

Seketika angin kencang langsung berhembus Dan dengan sekejam mata saja butiran2 debu dari pedang berbalut kayu Yg tadi sudah terbakar hangus Tak bersisa. Kembali utuh saling menyatu satu sama lain, Disertai dengan kilatan2 listrik berwarna Biru tua Yg juga muncul ditengah2 kencangnya angin. Yg langsung berubah menjadi angin badai berwarna abu2 pekat yg berhembus kuat Disekitar area altar,

Membuat Ke-5 orang yg tengah menyaksikan Ritual suci itu langsung menutupi wajahnya dengan sebelah tangannya. Karna didepannya, angin mulai bertiup sangat kencang hingga menghalangi jarang pandang mereka, bahkan berhasil melepaskan tudung2 Yg menutupi kepala mereka Saat ini.

Dan lama kelamaan membentuk sebuah pusaran angin yg sangat besar, yg semakin menyeret tubuh mereka hingga mengarah kedalam pusaran Yg muncul ditengah2 altar diatasnya.

"S-segera aktifkan sihir pertahanan diri kalian!!" Teriak laki2 bertubuh besar yg Dengan cepat mengeluarkan sebuah Perisai Baja bergambar naga Yg ia taruh dibelakang punggungnya.

"B-baik!!" Saut ke-4 orang didekatnya. Dan sesuai aba2, mereka mulai membalut tubuh mereka dengan sebuah sihir Perisai pertahanan diri ditubuh masing2.

Tapi tidak dengan gadis berambut merah burgundy Yg masih diam ketakutan Dengan seluruh pandangannya terfokuskan kepada kakaknya Yg sudah hilang ditelan pusaran badai Yg semakin membesar.

"Kya!! T-Tolong aku Gil!!"Teriaknya Saat tubuhnya mulai tertarik maju kearah pusaran angin didepannya.

Tapi dengan cepat lengannya ditarik oleh Pria bertubuh besar dengan sebuah Perisai berbentuk naga hitam Yg masih tertancap ditanah, tubuh mungilnya langsung dipeluknya erat2 Saat disekelilingnya tampak batu2 besar ikut melayang terbang terbawa kedalam pusaran angin disekitarnya.

"Dan ... j-awablah .... P-panggil Suci ini .... "

"W-wahai jiwa2 .... penyelamat kami !!!!"  Seru pria itu dengan suara yg lantang.

Seru laki2 yg masih bertahan ditengah2 pusaran badai karna jeratan dari rantai2 Merah Yg masih mengikat seluruh tubuhnya Saat ini. Membuat raut wajah dari wanita mungil itu berubah menjadi senang, karna kakaknya ternyata masih hidup Dan bisa bertahan ditengah2 badai Yg tiba2 muncul entah dari Mana datangnya.

"K-kakak!!!" 

Dan ta lama BOooomM!.

Suara Ledakan dari pusaran angin yg sangat kencang langsung mendorong tubuh ke-5 orang itu, Hingga terpental jauh menabrak tiang2 bangunan reruntuhan diruangan yg berubah seperti kapal pecah tersebut.

"K-kakak ..." Rintih gadis itu yg sudah terbaring tengkurap ditanah Yg juga ikut terlempar dari pelukan Pria bertubuh besar Yg tadi sempat melindunginya. Ia terlihat mencoba untuk meraih kakaknya yg masih ditelan pusaran angin badai ditengah2 Altar diatasnya,

Hingga tak lama ruangan dari bangunan reruntuhan disana perlahan2 mulai berguncang dan satu persatu mulai runtuh berjatuhan kebawah. Menimpa semua orang yg Ada didalam sana, termasuk gadis berambut merah burgundy Yg sudah kehilangan kesadarannya Saat sebuah reruntuhan bangunan Kastil menimpa tubuh mungilnya tersebut.

Tapi sebelum bangunan Dari reruntuhan disana mulai menimpa tubuh dari wanita mungil itu, Sekilas dari kedua matanya ia melihat ditengah2 Pusaran angin badai bercampur kilatan-Kilatan biru yg menyala Terang ditengah2 kabut hitam yg memenuhi seluruh bangunan ruangan tersebut, Tepatnya diatas 2 batu yg Ada didepan altar.

Sebuah Pedang yg semula terbuat Dari kayu kecoklatan, Kini sudah berubah bentuk menjadi sebuah Pedang berwarna hitam kebiru-biruan. Dengan lekukan tajam dibawah Mata pedangnya Yg semakin menambah kesan Mistis Dan Gelap dari pedangnya. Disertai sambaran dari kilatan2 Petir Yg masih muncul disekeliling Pedang hitam tersebut, dengan diikuti sebuah Pola lingkaran sihir yg menyala terang dibalik pedang tersebut.

"I-indah sekali ...." Ucap gadis itu pelan dengan penuh decak kagumnya, Saat ia melihat kearah Pedang yg berhasil kakaknya panggil dari sebuah ritual suci, memperlihatkan betapa indahnya pedang yg sedang melayang dihadapannya saat ini.

Hingga tak lama pandangannya pun mulai kabur, Dan gadis itu pun langsung Tak sadarkan diri, saat seluruh tubuhnya mulai tertimpa reruntuhan bangunan didalam sana.

***

==>>NEXT

Pilus_99

Ha! Akhirnya selesai juga untuk Chapter 3 Khusus bagian Epilognya :)). Cukup panjang sih, Tapi Semoga kalian suka Dengan Alur cerita yg kubuat ini. Karna ini termasuk bagian penting dari cerita kedepannya *upps! Pokoknya Terimakasih kepada para pembaca Ceritaku siapapun itu ... Ditunggu Feedbacknya Dan jangan lupa Komen Dan Like ya!! ❤️. #loveyourself Guys!

| Sukai

Bab terkait

  • The Guardian of Tunlansia   Volume I Chapter 4 - Rebirth

    ... "YOO ALVISTI DURANT ..." "YOO ALVISTI DURANT ..." "APA KAU BAHAGIADENGAN KEHIDUPAN YG TELAH TUHAN TAKDIRKAN DAN BERIKAN KEPADAMU?" "DAN JIKA KAU DILAHIRKAN KEMBALI MENJADI

  • The Guardian of Tunlansia   Volume I Chapter 5

    (Beberapa jam yg lalu) Aku terbangun ditengah2 hutan belantara dengan pemandangan Sekitarku hanya Ada pohon-pohon besar serta Rumput2 hijau, Yg terlihat seperti jenis rumput liar ilalang. Hanya saja bentuk daunnya sedikit lebar walau begitu teksture dari daunnya juga sangat empuk seperti busa. Ini aneh sih ... belum lagi dirumput2 itu juga terdapat bunga2 kecil berwarna warni yg tumbuh diantara cabang2nya. Aku belum pernah melihat Ada jenis rumput seindah ini sebelumnya, atau mungkin aku saja Yg baru Tau?. Hm sepertinya pengetahuanku masih kurang, aku Harus lebih banyak lagi belajar tentang lingkungan sekitarku. Termasuk pengetahuanku tentang Alam. Tapi Tidak Ada siapapun orang disini Selain diriku itu benar, karna sudah hampir sejam lebih aku menelusuri area dip

  • The Guardian of Tunlansia   Volume I Chapter 6

    ... Dengan berbekal pisau bilah bergerigi tactical hitam milikku, dengan bermata pisau panjang. Aku mengambil Dan memotong ranting2 kering dari pohon disana, Untuk kemudian kujadikan bara Api untuk membakar 2 ikan salmon yg baru saja tadi kutangkap. "Hmm, enak sekali~" "Walau tanpa bumbu sekalipun, ikannya masih terasa Gurih Dan begitu lezat!" Gumamku dengan mulut penuh terisi makanan, Dan aku terus saja melahap ikan yg sudah berwarna kecoklatan Diatas tungku api yg kubuat dari Batu2 yg kuambil dari dalam sungai tersebut. Serta aku juga sempat membuat penyangga ikan dari ranting2 pohon berukuran sedang Yg kupotong rata kurang lebih 30 centimeter, Yg kemudian kususun memanjang Dan saling bersilang diatas tungku Batu itu. Saat aku melakukan semua itu, aku Tidak merasa kesulitan ataupun kebingungan sama sekali. Mungkin ini semua karna aku Anggota dari Pasukan Khusus Yg dilatih secara mental Dan fisik unt

  • The Guardian of Tunlansia   Volume I Chapter 7

    *** Slash! Slash! "Yuran ..." Sayup-sayup terdengar suara pelan dibelakangnya, Tapi sangking fokusnya Yuran membabat habis semak2 didepannya. Yuran Tidak bisa mendengarnya dengan jelas, Kedua bilah pisau Yuran terus saja menebas semak2 tersebut tanpa henti, Hingga beberapa menit kemudian ia berhasil membuat Jalan setapak berukuran 1 meter setengah diantara semak-semak tersebut. "Yoo Alvisti Durant!" Suara itu kembali terdengar ditelinganya, hingga sekilas Yuran menghentikan gerakan tangannya Yg ingin membabat kembali semak2 Yg masih menghalangi jalannya. "Hm? S-seseorang memanggil namaku?!" Ujarnya Yg langsung diam membeku ditempat setelah ia menyadari suara seseorang Yg memanggil namanya dari arah belakangnya Saat ini. T

  • The Guardian of Tunlansia   Volume I Chapter 8 - Welcome

    Slash-Slash! Tebasan beruntun berhasil Yuran balas kepada Monster Raksasa tersebut, hingga membuat sebelah Matanya tergores akibat Serangan dari bilah pisau ditangan Kanannya. "Guahhh!" "Ha ... Ha ... Ha ...!" Dengan sedikit terengah-engah Sambil ia mengisi kembali Oksigen diparu-parunya. Tapi saat Yuran ingin kembali memasuki Danau tersebut, Tak disangka-sangka dari bawah kakinya Sang monster ganas itu mengigitnya dan Dengan Cepat menyeretnya masuk kedalam air. Membuatnya langsung merintih kesakitan, "Argh!!" Teriaknya hingga Tak sengaja melepaskan satu pisau bilahnya ditangan Kanannya, akibat Serangan tiba-tiba dari Sang Monster Anglerfish. Gigi tajamnya mulai mencapitnya erat hingga terlihat kaki kirinya yg Mulai berdarah hebat akibat gigitan dari Monster ikan tersebut. Tapi Yuran Tidak pasrah begitu saja dengan Sekuat tenaganya ia berusaha untuk Mela

  • The Guardian of Tunlansia   Volume I Chapter 9

    "ugh! Ini aneh sekali ...P-perasaan aneh apa Yg sedang kurasakan saat ini!" Tanyaku Yg bingung Dan shok atas apa yg sedang kurasakan saat ini. Karna rasanya entah kenapa sama seperti ... Saat aku kehilangan kedua orang tuaku dulu!. Hingga beberapa menit aku menangis seperti Anak kecil Yg baru saja kehilangan permennya, berdiri terdiam didepan pintu itu. Dan Seketika isak tangisku berhenti Saat kedua mataku melihat kearah kedipan lampu hijau Yg menyala terang, diatas Pintu Baja berganda didepanku. Warna lampu yg semula berwarna hijau kini berubah warna menjadi merah menyala, tepat dibawah tulisan besar Yg juga terpasang diatas Pintu Baja tersebut. "U-UGD?!" Ujarku Yg terbata2 Saat aku mengeja pelan sebuah tulisan berkapital berwarna putih tebal, Yg terpampang jelas diatas kepalaku. . . .

  • The Guardian of Tunlansia   Volume I Chapter 10

    Tapi Hal yg sungguh mengerikan benar2 terjadi padaku, Bagaikan tersambar kilatan petir yg menyambar langsung kearah tubuhku Saat itu juga. Adelicia malah berlari melewatiku begitu saja dan terlihat mengabaikan keberadaanku yg Saat ini jelas-jelas tengah berdiri Dihadapkannya. Membuat langkah kakiku tiba2 berhenti ditempat. "Eh!!?" Pekikku kaget dengan tangan Kanan Yg kuangkat keatas untuk menyapanya. Dan hal yg lebih gilanya lagi didepan mataku sendiri, 2 orang laki2 berjas putih yg sedang mengejar Adel dari belakang langsung menembus tubuhku dengan mudahnya. "Yuran!!" Membuat kakiku lemas seketika dengan mulut terbuka, aku Tidak bisa berkata apapun lagi. Tiba2 tenggorokanku menadi kering, "T-tidak .... mungkin ..." Lirihku pelan dengan mulut gemetaran. Lelucon macam apa ini sebenarnya huh!?

  • The Guardian of Tunlansia   Volume I Chapter 11

    Masih berlokasi Di Rumah Sakit, tepatnya dilorong ruangan UGD. "Apa Kau sudah siap?" Tanya Sang dewi yg kemudian mengulurkan tangannya kearah Yuran. Dengan sedikit gugup ia mengangguk pelan Kearahnya, Tapi Saat tangan kanannya ingin menyambut uluran tangan wanita bergaun hitam yg berdiri didepannya. Pandangan Yuran terus mencari-cari keberadaan 2 teman dekat lainnya diujung lorong disana, Tapi masih tidak tampak Siapapun selain dirinya Dan juga Sang dewi. Ayolah ... Dimana kalian berdua huh?! Yuran tampak sedikit kesal Saat dilihatnya kedua temannya itu masih belum menunjukan tanda2 kemuncul diri mereka. Hingga membuat sang dewi Yg melihat tingkah laku Yuran yg terus menoleh kesana-kemari, sedik

Bab terbaru

  • The Guardian of Tunlansia   Volume II Chapter 33

    "Kalau kaian sudah selesai, segera kembali ke posisi masing-masing. Bos akan segera tiba kurang dari 1 setengah jam lagi, Jadi diam dan jangan membicarakan hal yg akan memicu kemarahannya?" Ujarnya, dan tepat sebelum wanita itu menghilang dibalik pintu. Ia kembali berkata dengan ekspresi wajah datarnya,"Satu lagi kau Aidil, hari ini kau yg akan menjaga bocah setengah sekarat itu. Pastikan dia masih bernafas sampai esok pagi, atau kau yg akan kubuat tidak bernapas lagi."Ucapan sekilas tapi meninggalkan bekas pada kedua pria itu, yg serentak bulu kuduknya ikut berdiri setelah mendengar kata-kata penuh ancaman yg keluar dari mulut wanita bernama "Risa Pisauleth" tersebut."Aghh! Yg benar saja ... Kenapa aku harus terjebak diantara orang-orang gila ini!" Tapi tidak dengan pria bernama Aidil yg hanya menghela napasnya, memijit pelan pangkal hidungnya yg terasa pusing. Mendengar keluhannya itu, sontak saja langsung membuat kedua rekan lainnya tidak bisa menahan tawanya disana.Terlebih di

  • The Guardian of Tunlansia   Volume II Chapter 32

    Potion ketiga dan keempat yg sama2 memiliki bentuk botol bulat cembung, dengan penyumbat seperti spon coklat dengan diikat tali rami tambahan pada penutup atasnya.【 Potion of Fire Breath 】,【 Potion of Ice Blade 】. Berbeda dari sebelumnya, kedua ramuan ini justru merupakan ramuan berjenis serangan hingga bahkan mampu menciptakan sebuah ledakan api yg sangat besar. Ataupun salah satunya merupakan sebuah serangan dari puluhan pedang yg terbuat dari es, Jika seseorang menyemburkannya langsung kearah lawan mereka.Tapi walaupun begitu ramuan sihir ini bersifat instan dan hanya bisa digunakan sekali disetiap 1 botol pemakaiannya, Bukankah semua khasiat itu terdengar sangat menarik?Apalagi untuk orang yg tidak mahir dalam menggunakan pedangnya, karna selama ini yg bisa ia lakukan hanya berupa serangan langsung. Baik itu menggunakan seni beladirinya ataupun menggunakan senjatanya dahulu.Dan Sekedar info saja Yuran membeli kedua potion tersebut masing2 hingga 4 botol lebih. Walaupun ia masi

  • The Guardian of Tunlansia   Volume II Chapter 31 - Hari Yang Panas

    "Cih! Keluar kau jalang sialan! Sipelacur wanita GreenEarth, Zizi Lishabeto!" Tepat setelah teriakan penuh kebencian dari pria demi human itu, tak lama seorang wanita mulai muncul dari kejauhan. Tepatnya dari arah belakang mereka saat itu dengan diikuti suara tawanya,"Wah-wah kupikir ada anjing liar yg sedang bermain dengan keponakan lucuku itu, hingga tanpa sadar ia kehilangan jalan pulangnya. Tapi lihat apa yg sedang kutemukan disini?" Wanita muda itu tampak berdiri dengan santainya, sambil ditemani beberapa kesatria dengan anak panah mereka tepat dikedua sisinya disana. Bisa terlihat juga 2 pedang berwarna hijau sedang melayang-layang diatas kepalanya disana,"Rupanya hanya 3 ekor anjing kampung yg sedang tersesat diwilayah kami ya hahaha!" Ledek wanita tersebut yg juga langsung disahutinya kembali."Benarkah? Kupikir bukan hanya kami seorang yg tersesat disini, melainkan bocah kecil itu juga~ Tapi jangan khawatir, sekarang keponakanmu itu sedang berada ditangan yg tepat ..."Me

  • The Guardian of Tunlansia   Volume II Chapter 30

    "Huuu ... Ibu, ayah ... Kalian ada dimana!? D-disini menyeramkan sekali hiks... Nenek tolong aku!!"Dengan ekspresi wajah semakin ketakutannya, bocah itu pun kembali menangis sejadi-jadinya. Berteriak memanggil-manggil nama kakak serta anggota keluarganya, yg masih tidak kunjung datang kepadanya. Berjalan tidak tentu arah, hanya bisa mengikuti kemana kakinya melangkah saat ini. Berjalan semakin dalam masuk kearah hutan lebat yang tidak bisa bocah itu kenali lagi. Dimana dia sekarang? Dan kenapa dia bisa berakhir ditempat itu?Tidak ada lagi yang bisa ia mintai pertolongan, menangis pun sudah percuma sekarang. Bocah itu sudah benar-benar jauh dari jejak kakak maupun orang tuanya saat ini. Dengan kata lain, ia sudah tersesat sekarang. Siapapun tolong aku! Hingga tak lama terdengar didekatnya saat itu juga, suara berupa auman yg ia ketahui kalau itu berasal dari seekor monster iblis diarea hutan dibelakangnya saat itu. Yg juga diikuti suara kicauan dari beberapa burung-burung yg mulai b

  • The Guardian of Tunlansia   Volume II Chapter 29 - Hilangnya Dua Kakak Beradik!

    3 jam sebelum penculikan itu terjadi ...Siang itu disuatu rumah hunian besar bergaya alami, dengan didominasi warna coklat pada struktur bangunan yg sepenuhnya terbuat dari kayu-kayu pohon yg kokoh disetiap sudutnya. Tak lupa juga warna pendukung abu-abu yg berfungsi sebagai garis penghias dibagian luar dari rumah yg terletak ditengah2 sebuah hutan disana.Hingga tak lama disela-sela ketenangannya tersebut, seorang bocah perempuan tengah berlari keluar tanpa menggunakan alas kaki. Menuruni beberapa anak tangga dengan riangnya,"Ayo-ayo cepat kejar Kin! Yg lambat akan diberi hukuman loh~!" Serunya yg juga langsung disahuti suara lelaki dari dalam rumah tersebut, "Ayolah kin, ini bukan waktunya untuk kita bermain... Atau Nenek akan memarahiku lagi, jika aku belum mengerjakan semua tugas yg telah ia berikan hari ini ...!" Jawabnya sambil menenteng sepasang sendal kayu ditangan kirinya,Tapi bukannya berniat untuk mengikuti laju dari bocah perempuan yg masih berlari beberapa meter didep

  • The Guardian of Tunlansia   Volume II Chapter 28

    "Hmmm!! Hmm!!" Suara jeritan dari salah satu sandranya yg tampak berusaha untuk berontak, melepaskan tali yg tengah mengikat tubuhnya saat itu juga. Walaupun mulut dari keduanya sudah tersumpal kain, tapi tidak membuat orang itu menyerah dan pasrah begitu saja dengan kondisi yg sedang menimpa mereka."Untuk itu kau atur saja nanti deh bagaimana baiknya. Mau kau pisahkan satu-satu, atau kau juga boleh menaruhnya sekaligus disatu tempat. Pokoknya aku tidak peduli~" Jawab pria bertopi koboi dengan malasnya. Tapi tak lama kemudian ia segera menoleh kebelakang. Menatap tajam kearah anak buahnya disana, "Tapi ingat tetap waspada dan perketat lagi keamanannya menjadi dua kali lipat, khusus pada malam ini. Apa kalian mengerti?!" "Baik boss!" Jawabnya serentak sebelum salah satu dari anak buahnya tersebut mulai menghilang dibalik pintu masuk. Dan dua lainnya langsung bersiaga disudut ruangan,Dan pria bertopi koboi itu kemudian berjalan mendekat kearah 2 sandranya yg sudah tertelungkup tida

  • The Guardian of Tunlansia   Volume II Chapter 27

    Hingga tak lama bisa terlihat ekspresi sipenjual yg mulai berubah panik saat ia melihat Yuran yg hanya diam mengepalkan tangannya, tidak merespon kembali ucapannya barusan. Setelah rasa keengganan untuk mengakui kondisi dari barang yg ia jajalkan dilapaknya saat itu, terbilang memanglah tidak layak untuk dijual kembali. Dan sekali lagi ia mencoba untuk mempertahankan egonya,Karna bagaimana juga ia ingin bisa membawa hasil yg bagus untuk ia berikan pada keluarga kecilnya."...69 koin Will! Aku tidak bisa lagi menurunkan harganya nona ... A-atau, lebih baik nona pergi saja dari lapakku ini! Jika memang tidak sanggup untuk membelinya ..." Serunya yg tiba-tiba saja mulai meninggikan suaranya, membentak Yuran tepat disampingnya saat itu.Yg seketika langsung merubah raut wajahnya semakin muram mendengarnya,Orang ini benar-benar ...!!Dan tanpa banyak bicara lagi Yuran mulai membalikan badannya, segera menjauh dari lapak sipenjual pakaian loak tersebut. "E-eh!!!?" Pekiknya kaget melihat

  • The Guardian of Tunlansia   Volume II Chapter 26

    Dan selagi ia menunggu disana Yuran sesekali tampak menghampiri toko-toko lain yg ada didekatnya saat itu, untuk sekedar menghilangkan rasa jenuhnya. Terlebih toko yg ia datangi saat ini merupakan penjual dari pakaian-pakaian yg memiliki desain yg sangat unik, adapun warna dari coraknya yg terbilang sangatlah ketinggalan jaman untuk seukuran manusia yg datang dari dunia penuh teknologi yg sangatlah maju."Ah maaf permisi tuan, berapa harga untuk pakaian yg ada disana?"Melihat kehadiran Yuran kelapaknya, sontak saja membuat sipenjual pakaian itu langsung bersemangat melihatnya."Oh! Apakah nona tertarik ingin membeli kaos hitam berlengan panjang yg ada disana!? Tidak mahal kok, hanya seharga 100 koin Will saja!"Wow 100 koin Will katanya tadi!? I-itu berarti senilai hampir 100 koin Perak?? Yg benar aja! Apa dia sengaja ingin memeras petualang baru sepertiku?! Omel Yuran yg menggerutu diam2 didalam hatinya."Wah kenapa mahal sekali tuan? 50 Koin Will, aku akan langsung mengambilnya. At

  • The Guardian of Tunlansia   Volume II Chapter 25 - Buron Yg Hilang

    [[ Kabar Surat Terbaru - GreenNews Harian! ]]Itulah barisan kata pertama pada highlight tulisan pembuka artikel diawal berita. Yg barusaja diterbitkan dan diedarkan kepada penduduk kerajaan. Tapi yg menjadi pusat perhatian bukanlah berada pada halaman surat pertama pada lembar berita tersebut, melainkan semua perhatian langsung terpusat pada lembar halaman terakhirnya. Tepatnya berada dibawah kolom kedua, dibagian kanan atas surat kabar. Yg sering kali merupakan halaman untuk memberikan informasi dari sang jurnalis, mengenai daftar dari pencarian orang atau yg biasa disebut dengan "Buron". Yg saat itu tengah dicari keberadaanya oleh pihak keamanan internal kerajaan setempat.Dan inilah informasi detailnya,...{{ Selamat Pagi, Salam sejahtera untuk semua penduduk Kerajaan Crimson dimanapun kalian berada. Semoga dewa Zeus selalu melindungi kita semua dari nilai-nilai penyimpangan sosial, serta selalu menjunjung tinggi nilai keadilan. Pagi ini secara mengejutkan laporan datang dari s

DMCA.com Protection Status