Milly terpaksa harus memiliki alasan yang kreatif setiap menghadapi situasi harus menjalani keintiman dengan Prana. Rupanya pria itu memiliki kesabaran yang luar biasa. Apa pun alasan Milly, Prana selalu bisa menerima tanpa protes atau paksaan.
Pagi itu, dirinya menerima permintaan Prana untuk menemani suaminya menghadiri pesta tahun baru di kapal pesiar.
“Apakah pesta yang akan dihadiri makhluk unik itu?” tanya Milly dengan ekspresi penuh harap jawabannya adalah iya.
Wanita tersebut sangat ingin memperlihatkan pada Jetro bahwa dirinya telah bersama dengan Prana.
“Iya. Jika kamu tidak keberatan, Mill.”
Milly menggelengkan kepala cepat-cepat.
“Aku nggak keberatan. Hanya pesta perayaan baru aja, kan?” tanya Milly.
Prana mengiyakan.
“Aku tidak memiliki baju yang pantas. Mungkin butik langgananku punya koleksi yang bagus,” ucap Milly dengan ringan. Prana terlihat lega karena Mi
Milly mengurung diri di kamar dan tidak beranjak sejak mereka kembali dari kapal tadi malam. Menemukan fakta bahwa Prana adalah makhluk yang abadi seperti Jetro membuat Milly syok dan menyesal tidak menyadari sejak awal.Ketika kembali mengingat bagaimana Jetro dan Virgo berusaha memberitahu dirinya, dan Milly selalu memotong dan memilih tidak mencampuri urusan mereka. Ternyata sosok Sybil yang selalu mereka bicarakan adalah Prana!Betapa naifnya Milly. Tidak menyadari apa pun, padahal dirinya selama ini bersama dengan pria tersebut.Semalam, Prana menandaskan pada Milly dengan kalimat yang cukup tajam padanya.“Kau harus bersamaku untuk saat ini, Mill! Kau sudah berjanji untuk mengenal dan memahamiku. Aku bukan makhluk neraka yang selalu menebar petaka! Ada hal lain yang lebih di balik semua kepribadianku! Bantu aku mendapatkan semua hal baik yang kumiliki dulu!”Milly tidak mempunyai pilihan dan harus bertahan dalam situasi ini sement
Mendapatkan teman yang bisa menemaninya di saat kalut seperti ini adalah anugerah yang terbaik. Gen mendampingi Milly dengan pemikiran yang sama gilanya dengan situasi mereka.Gadis bertattoo itu ternyata bisa menjadi penghibur sekaligus penasehat bijak untuk Milly tetap menjaga kewarasannya.“Aku nggak bisa lupa bagaimana dia diseret dari hadapanku dalam kondisi yang bersimbah darah, Gen.” Milly bergidik sementara bayangan Jetro yang terbantai di depan matanya terus melintas.“Dia adalah immortal, Mill. Mustahil peluru itu membunuhnya.” Gen masih mencoba mengalihkan kekhawatiran Milly.Milly meletakkan kuas yang tadinya ia pegang untuk sekedar menyoretkan sesuatu sebagai pengusir kejenuhan di atas kanvas.“Mau nggak kamu bantu cari tahu? Aku butuh informasi bagaimana kondisi Jetro sekarang,” tanya Milly sembari berbisik. Gen berhenti melukis dan menoleh padanya.“Sebenernya, kamu bisa minta ijin Pra
Milly menyiapkan bistronya yang sempat tutup selama tiga hari. Gen menunjukkan antusias yang sama dan memimpin semua persiapan dapur.Banu yang terlihat kesal karena tidak terlibat dalam kemelut yang dialami Milly dan merasa tersingkir, memberengut sedari pagi.“Menganggap teman, sahabat, tapi sekarang aku diperlakukan seperti orang asing!” rungut Banu terlihat jengkel.Milly memeluk pundak dan meminta maaf karena ini bukan hal yang mudah untuk diungkapkan.“Ini pribadi banget dan aku nggak bisa membuka aibku sendiri,” ucap Milly meminta pengertian Banu.“Terus Gen boleh gitu?”“Gen kebetulan dimintain tolong sama Prana, Gus. Aku nggak bisa bilang enggak.”Setelah Milly terus membujuk dan memberikan alasan yang masuk akal, akhirnya Banu mulai menerima.Mereka kembali akur dan bekerja bersama menyiapkan bistro untuk buka kembali.***Mendung mulai menutupi langit Semi
Sybil Sinister 1Virgo menghela napas panjang sebelum melanjutkan kalimatnya."Ada hal yang seharusnya tidak kusampaikan sekarang karena aku khawatir kamu tidak mampu menangani efek dari berita ini."Milly menggigit bibirnya dan merasa ini akan sangat buruk. Mungkin ada hubungan dengan dirinya."Apa ini ada hubungannya denganku?" tanya Milly memberanikan diri.Virgo melirik pada Maxer."Jika cerita mengenai Sybil, Prana tepatnya, selalu ada hubungannya dengan kamu. Semua bersumber padamu." Virgo menjawab dengan hati-hati.Milly bangkit dan berjalan menuju meja bar dan mencari minuman tequila kesukaannya."Aku butuh penenang sebelum mendengar seluruh ceritamu, Virgo!"Kedua pria menunggu dengan sabar sementara Milly menuang ke gelas sloki kecil untuk mereka. Dengan cepat, Milly juga mengiris jeruk nipis dan melumuri bibir gelas dengan garam terlebih dahulu."Silahkan, aku siap sekarang,"
Sybil Sinister 2Milly harus meninggalkan mimpinya untuk menjadi seorang arsitek. Cita-citanya kandas saat dokter memvonis ayahnya dengan berbagai macam penyakit hingga harus mengamputasi kaki.Mereka sudah menjual rumah, satu-satunya harta yang tersisa.Kini, dengan uang yang kian menipis, Milly dihadapkan pada pilihan yang mengharuskan mengeluarkan biaya tidak sedikit.Kemana lagi dirinya harus mencari uang?Setelah keluar sekolah karena harus menjaga penuh waktu ayahnya, Milly juga mulai berpikir untuk mencari pekerjaan.Ketika mencoba melamar kerja menjadi penjaga toko, gajinya tidak cukup memenuhi biaya yang mereka butuhkan.Belum lagi waktu yang harus ia lewatkan selama sepuluh jam, Milly tidak bisa menjaga ayahnya yang butuh perawatan.Dalam kondisi terjebak, Milly mendengarkan saran ayahnya untuk meminta kerja pada Renzo Mendosa.Manager hotel yang bertampang bengis itu segera mengiyakan.
Sybil Sinister 3Martin mempercayai sosok pria yang ia kenal saat membawa ayahnya ke IGD malam gawat yang lalu. Tidak pernah terpikir sedikit pun mengenai hal buruk mengenai dia.Setiap saran dan wejangan mengenai ayahnya selalu Martin dengarkan. Terlebih lagi, ayahnya tampak dekat dengan dokter yang akrab Martin sapa dengan panggilan dokter Prana.Hingga satu ketika, Martin tampak kusut dan dalam situasi yang tidak baik, Prana melontarkan kalimat bujukan yang pertama."Anggap ini hadiah kecil dariku. Jangan katakan pada siapa pun. Mereka tidak akan mengerti ini juga penting untuk mengobati batin seseorang."Meratapi hidup yang bergelimangan kisah pedih di sekelilingnya dengan tubuh menggigil, Martin meringkuk di sudut ruangan bekas gudang kosong. Keluarganya meninggalkan dirinya dalam kematian yang ia tidak pernah siap untuk hadapi. Martin menyalahkan Tuhan atas takdirnya."Kenapa tidak Engkau sudahi hidupku saja, Tuhan Allahku?!" ter
Woman's WoundBibir dan tubuh Milly bergetar, usai Virgo mengungkapkan semuanya."Siapa yang tahu, jika Sybil merusak seseorang dengan perlahan hingga hancur tidak tersisa?" gumam Virgo prihatin."Biadab ...," desis Milly penuh rasa dendam yang begitu membara.Maxer mengambil botol tequila dan menuangkan untuk ketiganya."Ini juga membuatku sempat nggak percaya, Mill. Prana alias Sybil, membunuh semua penghalang yang ada di jalannya. Semua cuman buat miliki kamu seutuhnya, Mill." Maxer meneguk tequilanya dan bibirnya mengernyit.Milly masih membeku dan mulutnya tertutup rapat. Tidak pernah ia sangka, yang membuat ayah dan adiknya meninggal adalah Prana!Suasana hening meliputi. Virgo sibuk memilih jenis minuman yang ingin ia nikmati, sementara Maxer mulai menyukai tequila pilihan Milly."Selama ini, aku menyalahkan Jetro sebagai penyebab kematian keluargaku. Bodohnya aku," keluh Milly dengan mata mereb
Mengungkap sesuatu memang tidak mudah awalnya bagi Virgo. Namun berkat dukungan Maxer yang terlalu merasa terganggu akan keberadaan Prana dalam hidup Milly, akhirnya mendorong Virgo untuk mengulik semuanya.Ditambah lagi Ben, detektif swasta, yang menyelidiki segalanya tentang Prana akhirnya menguak lapis demi lapis pria tersebut.Jetro akhirnya mengetahui dari Ben.Atas perintah Virgo yang tidak begitu saja membiarkan Jetro tenggelam dalam kepasrahan terhadap sepak terjang adiknya.Virgo tahu, satu-satunya hal yang membuat Jetro tergerak untuk bangkit berjuang dan tidak menyerah adalah Milly.Setelah memastikan semua fakta adalah benar, mereka mengutus Ben memberitahu Jetro secara tersembunyi.Apa saja akan Jetro lakukan demi wanita yang ia cintai kali ini.Sementara menunggu kesempatan terbaik untuk mencari taktik paripurna, Virgo memutuskan meminta Milly untuk menjadi bagian eksekusi terakhir.
Kapal pesiar yang sedang menyelenggarakan pesta pernikahan Virgo dan Joya itu tampak dihadiri oleh ratusan, bahkan mungkin ribuan tamu. Semua tampil dengan baju mahal dan elegan. Masing-masing tidak menyembunyikan diri dari wujud aslinya. Para siluman, manusia keturunan iblis, dan juga makhluk unik lainnya menunjukkan diri mereka yang sesungguhnya. Milly duduk dengan mempelai wanita, Joya, Gen, Trey dan Minerva juga Greta. Wanita tambun yang terlihat mulai bisa berbaikan dengan Jetro dan Virgo itu, terlihat ingin mengenal Milly lebih dekat lagi. Hidangan mewah terhidang terus menerus tanpa berhenti. Sementara minuman yang mahal, seperti sampanye dan wine, juga mengalir non-stop. Virgo menyalami satu persatu kawan lama yang sudah lama tidak ia temui. Mereka sangat terkejut ketika melihat Virgo akhirnya menjatuhkan pilihan pada seorang wanita cantik yang sangat eksotis. Ketika pembawa acara mengumumkan mengenai sambutan dari mempelai wanita, Mil
Pagi itu, Milly terbangun dan jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi. Tidak biasanya ia terbangun lambat.Ia menyibakkan selimut yang menutupi tubuhnya dan beringsut turun. Setelah mengingat ingin segera memeriksa kondisi Jetro, ia bergegas menuju kamar mandi.Tadi malam, Milly sempat menengok sebentar sebelum tidur. Betapa batu permata ajaib itu memang bereaksi sangat cepat pada Jetro. Tubuh pria yang tadinya mengalami sakit parah dan tinggal kulit yang membalut tulang, kini mulai mengubah Jetro kembali seperti sebelumnya.Sangat mengesankan!Harapan Milly, semoga pagi ini Jetro sudah pulih seutuhnya. Setelah berganti baju, Milly merapikan tempat tidur. Meski Frey selalu membongkar dan merapikan kembali, tapi Milly tetap merapikan setiap harinya.Sebelum keluar dari kamar, ia mematutkan diri di depan kaca. Pantulan bayangan yang di depannya, membuat Milly tersenyum.Baju terusan sederhana dan sedikit longgar ini, dengan kancing kecil dari
Ketika memasuki ruangan yang tampak terang itu, Milly melihat semua hadir. Bahkan pilot dan sopir Jetro yang tidak pernah nimbrung juga ada di sana.Virgo memberi isyarat pada Minerva untuk mendekat. Jetro dalam posisi duduk menatap Milly dengan wajah pucat. Matanya cekung dan tulang pipinya tampak tirus.Pria gagah yang pernah Milly kenal berubah menjadi mayat hidup, yang tinggal tulang belulang berbalut kulit.Minerva dan Virgo berdiri berhadapan, sementara saling berpegangan tangan. Entah apa yang mereka gumamkan, tapi Milly mendengar dengung halus seperti mantra terlontar dari semuanya. Trey memberikan tabung kaca yang berisi Blood Diamond sebesar bola kelereng itu, lalu memberikan pada Frey.Sementara dalam hati ia terus bertanya dan menebak rentetan pengembalian batu ke dalam tubuh Jetro. Frey mengambil batu tersebut lalu mendekati Jetro yang tersenyum tipis kepadanya.Tidak pernah Milly duga sebelumnya, jika proses tersebut akan begitu memil
Setelah kembali ke pulau pribadi Jetro, Milly hanya duduk termenung dengan wajah melamun. Koper dan semua benda miliknya yang baru saja Maxer letakkan di kamarnya belum tersentuh sedikit pun.‘Kenapa aku menjalani kehidupan ini?’ batin Milly masih tidak mengerti bisa terjebak dalam kehidupan seperti ini.Pikirannya kembali terbayang saat merunut semua perjalanan hidupnya dari pertama bertemu mereka semua.Waktu remaja, bukan ini yang ia cita-citakan untuk terjadi. Bahkan ketika menjalani profesi sebagai pelacur pun, Milly tidak pernah memiliki imajinasi akan berada dalam lingkungan para siluman, monster, bahkan iblis.“Aku adalah manusia yang tidak pernah menginginkan hal besar terjadi dalam hidupku. Aku bukan wanita serakah. Tapi kenapa alur hidup bisa sedemikian rumit?” gumam Milly pada dirinya sendiri.Wajah cantiknya menengadah dan memandang langit-langit kamarnya.Pertama kali ia datang tiba di kamar ini, dirinya
Milly memandang wajah Prana sepuasnya. Mungkin ada sekitar satu jam ia membiarkan dirinya menangis serta mengenang masa lalu mereka.Tidak terpikir dirinya akan menjadi malaikat maut, penjemput jiwa bagi Prana.Tidak juga terbayang jika Prana menyerahkan nyawanya dengan sukarela, tanpa perlawanan.Benarkah masih ada bentuk cinta yang masih sedemikian tulus dan segila ini? Memberikan nyawa demi yang dicintai?Akhirnya pintu terkuak dan Joya masuk lebih dulu.“Mill,” panggil siluman ular yang telah menjadi sahabatnya itu pelan. Joya terlihat prihatin dan tegang.Wanita yang dipanggil namanya menoleh dan kembali menangis. Joya berlari mendekat, lalu bersimpuh di hadapan Milly.“Aku tidak perlu menjadi pembunuhnya secara langsung, Joy. Dia menyerahkan nyawanya tanpa perlawanan,” adunya Milly seperti ingin meluapkan sesal yang menghimpit dadanya.Joya memeluk Milly dan mengusap punggung dengan lembut.
Makan malam yang mungkin menjadi akhir dari hidup Sybil atau Prana, dipenuhi keheningan dan isak tangis pelan yang terlontar dari Milly.“Jadi hatimu lebih memilih Jetro ….” Prana seperti berkata pada dirinya sendiri.Milly masih membisu dalam sedu sedan.“Seharusnya aku sadar dan tidak memaksakan kehendakmu. Maafkan aku, Mill. Telah membuat hidupmu seperti di neraka dunia.” Prana menitikkan air mata pertama dan menatap Milly dengan kesedihan juga penyesalan mendera.“Di luar semua kekejian yang telah kulakukan padamu, satu hal yang ingin aku kembali katakan padamu, Mill Berliana. Aku sangat mencintaimu melebihi nyawaku sendiri. Seandainya untuk membuktikan seberapa besar perasaan ini harus menyerahkan napasku, aku rela.”Milly menutup wajah dengan kedua tangannya.Dengan gerakan perlahan, Prana meraih sendok dan garpu, lalu kembali menyuap makan malam. Kunyahan itu diiringi derai air matanya.
Semua makanan telah terhidang. Sementara menunggu Gen yang sedang mandi, Milly yang terlebih dulu selesai menata piring dibantu oleh Made.“Mbok, kalo mau ikut makan sekalian yuk?”Made buru-buru meminta maaf.“Saya malah nggak enak, karena lupa beli kue ulang tahun buat bapak. Kayaknya, saya pamit duluan deh, Bu,” cetus Made terlihat sungkan.Milly membeku sementara berdiri memegang sendok dan garpu yang akan dia susun.“Ulang tahun Prana?” ulang Milly dengan ekspresi kaget.“Iya. Ibu lupa ya?” goda Made dengan senyum jenaka.“I-iya. Ya udah nggak apa-apa. Kita rayakan dengan makan malam yang ini aja,” tukas Milly dengan senyum kikuk. Rasa bersalah memenuhi benak Milly dan ia menjadi makin salah tingkah. Sesekali ia melirik ke arah makanan dan tampak bingung sekaligus gugup.Tegakah hatinya melakukan ini pada hari ulang tahun Prana? Hari perayaan kelahiran, akan menja
Suasana villa seperti biasa tampak sepi. Milly meminta Gen menemani dirinya dan setelah masuk ke dalam, Made menyapa mereka dengan ramah.Ada beberapa pegawai lain yang sedang membersihkan kolam renang dan juga taman di tengah villa. Milly melemparkan sapaan seperti biasa.“Kamu tunggu aku di sini, masuk aja ke kamar. Nggak dikunci,” ucap Milly.Gen menatap Milly dengan pandangan yang agak khawatir.“Hati-hati,” peringatnya.“Aku akan baik-baik aja.” Milly tersenyum kecut dan mengangguk.Setelah menarik napas, ia melangkah ke arah bangunan utama di mana Prana berada. Mobil merah sport ada di garasi, ini menunjukkan jika Prana ada di rumah .Ketika ia menggeser pintu sliding itu, Prana segera menoleh dari arah meja bar yang jadi satu dengan ruang bersantai mereka.“Milly,” sambut Prana sedikit kaget karena Milly kembali dua hari kemudian. Sebelumnya, ia meminta tiga hari untuk meng
Mendung mengelayuti langit Bali sejak pagi. Hampir keseluruhan langit gelap melingkupi pulau dewata. Prana berdiri menatap ke luar sementara penampilannya kusut. Jendela kamarnya berembun, seperti mata cokelatnya.Pria tampan yang termenung sendiri itu terlihat putus asa. Tidak ada sinar di matanya. Raut wajahnya semendung langit, tanpa cahaya. Entah sudah berapa lama, Prana membiarkan dirinya tersiksa dalam deraan kasih tak sampai.Kilasan peristiwa buruk bergantian mengisi benaknya. Hingga momen bertemu Milly untuk pertama kalinya di halte, Prana masih bisa merasakan debar hatinya yang jatuh cinta pada pandangan perdana. Gadis itu tampil dalam wujud menawan, begitu mempesona. Pipinya yang bersemu merah karena terkena panas, justru menambah kecantikannya.Mata lentik dan bibir mungil penuh yang terbentuk dalam lengkung sempurna itu sangat pas menghiasi wajah ovalnya. Kulit putih halus menawan, tanpa cacat dan noda. Milly adalah makhluk paling sempurna bagi Pran