Milly menyiapkan bistronya yang sempat tutup selama tiga hari. Gen menunjukkan antusias yang sama dan memimpin semua persiapan dapur.
Banu yang terlihat kesal karena tidak terlibat dalam kemelut yang dialami Milly dan merasa tersingkir, memberengut sedari pagi.
“Menganggap teman, sahabat, tapi sekarang aku diperlakukan seperti orang asing!” rungut Banu terlihat jengkel.
Milly memeluk pundak dan meminta maaf karena ini bukan hal yang mudah untuk diungkapkan.
“Ini pribadi banget dan aku nggak bisa membuka aibku sendiri,” ucap Milly meminta pengertian Banu.
“Terus Gen boleh gitu?”
“Gen kebetulan dimintain tolong sama Prana, Gus. Aku nggak bisa bilang enggak.”
Setelah Milly terus membujuk dan memberikan alasan yang masuk akal, akhirnya Banu mulai menerima.
Mereka kembali akur dan bekerja bersama menyiapkan bistro untuk buka kembali.
***
Mendung mulai menutupi langit Semi
Sybil Sinister 1Virgo menghela napas panjang sebelum melanjutkan kalimatnya."Ada hal yang seharusnya tidak kusampaikan sekarang karena aku khawatir kamu tidak mampu menangani efek dari berita ini."Milly menggigit bibirnya dan merasa ini akan sangat buruk. Mungkin ada hubungan dengan dirinya."Apa ini ada hubungannya denganku?" tanya Milly memberanikan diri.Virgo melirik pada Maxer."Jika cerita mengenai Sybil, Prana tepatnya, selalu ada hubungannya dengan kamu. Semua bersumber padamu." Virgo menjawab dengan hati-hati.Milly bangkit dan berjalan menuju meja bar dan mencari minuman tequila kesukaannya."Aku butuh penenang sebelum mendengar seluruh ceritamu, Virgo!"Kedua pria menunggu dengan sabar sementara Milly menuang ke gelas sloki kecil untuk mereka. Dengan cepat, Milly juga mengiris jeruk nipis dan melumuri bibir gelas dengan garam terlebih dahulu."Silahkan, aku siap sekarang,"
Sybil Sinister 2Milly harus meninggalkan mimpinya untuk menjadi seorang arsitek. Cita-citanya kandas saat dokter memvonis ayahnya dengan berbagai macam penyakit hingga harus mengamputasi kaki.Mereka sudah menjual rumah, satu-satunya harta yang tersisa.Kini, dengan uang yang kian menipis, Milly dihadapkan pada pilihan yang mengharuskan mengeluarkan biaya tidak sedikit.Kemana lagi dirinya harus mencari uang?Setelah keluar sekolah karena harus menjaga penuh waktu ayahnya, Milly juga mulai berpikir untuk mencari pekerjaan.Ketika mencoba melamar kerja menjadi penjaga toko, gajinya tidak cukup memenuhi biaya yang mereka butuhkan.Belum lagi waktu yang harus ia lewatkan selama sepuluh jam, Milly tidak bisa menjaga ayahnya yang butuh perawatan.Dalam kondisi terjebak, Milly mendengarkan saran ayahnya untuk meminta kerja pada Renzo Mendosa.Manager hotel yang bertampang bengis itu segera mengiyakan.
Sybil Sinister 3Martin mempercayai sosok pria yang ia kenal saat membawa ayahnya ke IGD malam gawat yang lalu. Tidak pernah terpikir sedikit pun mengenai hal buruk mengenai dia.Setiap saran dan wejangan mengenai ayahnya selalu Martin dengarkan. Terlebih lagi, ayahnya tampak dekat dengan dokter yang akrab Martin sapa dengan panggilan dokter Prana.Hingga satu ketika, Martin tampak kusut dan dalam situasi yang tidak baik, Prana melontarkan kalimat bujukan yang pertama."Anggap ini hadiah kecil dariku. Jangan katakan pada siapa pun. Mereka tidak akan mengerti ini juga penting untuk mengobati batin seseorang."Meratapi hidup yang bergelimangan kisah pedih di sekelilingnya dengan tubuh menggigil, Martin meringkuk di sudut ruangan bekas gudang kosong. Keluarganya meninggalkan dirinya dalam kematian yang ia tidak pernah siap untuk hadapi. Martin menyalahkan Tuhan atas takdirnya."Kenapa tidak Engkau sudahi hidupku saja, Tuhan Allahku?!" ter
Woman's WoundBibir dan tubuh Milly bergetar, usai Virgo mengungkapkan semuanya."Siapa yang tahu, jika Sybil merusak seseorang dengan perlahan hingga hancur tidak tersisa?" gumam Virgo prihatin."Biadab ...," desis Milly penuh rasa dendam yang begitu membara.Maxer mengambil botol tequila dan menuangkan untuk ketiganya."Ini juga membuatku sempat nggak percaya, Mill. Prana alias Sybil, membunuh semua penghalang yang ada di jalannya. Semua cuman buat miliki kamu seutuhnya, Mill." Maxer meneguk tequilanya dan bibirnya mengernyit.Milly masih membeku dan mulutnya tertutup rapat. Tidak pernah ia sangka, yang membuat ayah dan adiknya meninggal adalah Prana!Suasana hening meliputi. Virgo sibuk memilih jenis minuman yang ingin ia nikmati, sementara Maxer mulai menyukai tequila pilihan Milly."Selama ini, aku menyalahkan Jetro sebagai penyebab kematian keluargaku. Bodohnya aku," keluh Milly dengan mata mereb
Mengungkap sesuatu memang tidak mudah awalnya bagi Virgo. Namun berkat dukungan Maxer yang terlalu merasa terganggu akan keberadaan Prana dalam hidup Milly, akhirnya mendorong Virgo untuk mengulik semuanya.Ditambah lagi Ben, detektif swasta, yang menyelidiki segalanya tentang Prana akhirnya menguak lapis demi lapis pria tersebut.Jetro akhirnya mengetahui dari Ben.Atas perintah Virgo yang tidak begitu saja membiarkan Jetro tenggelam dalam kepasrahan terhadap sepak terjang adiknya.Virgo tahu, satu-satunya hal yang membuat Jetro tergerak untuk bangkit berjuang dan tidak menyerah adalah Milly.Setelah memastikan semua fakta adalah benar, mereka mengutus Ben memberitahu Jetro secara tersembunyi.Apa saja akan Jetro lakukan demi wanita yang ia cintai kali ini.Sementara menunggu kesempatan terbaik untuk mencari taktik paripurna, Virgo memutuskan meminta Milly untuk menjadi bagian eksekusi terakhir.
Hero Don't Run"Kamu baru kembali?" tanya Prana dengan ekspresi curiga.Milly tersenyum samar dan mengiyakan."Acara di bistro sangat padat dan mereka menambah porsi pesanan. Pesta yang dipesan untuk dua puluh orang, berakhir menjadi dua kali lipat." Alasan Milly sangat masuk akal.Prana mengangguk dan berbalik berjalan menuju dapur."Aku akan membuatkan makan malam untuk kita," pamitnya.Milly terkejut. Ini sudah pukul sebelas malam!"Setidaknya camilan untuk mengisi perut kosongmu." Prana memberitahu dengan pertanda bahwa dia mendengar bunyi perutnya."Nggak usah repot-repot. Aku bisa masak mie," tukas Milly.Prana berhenti lalu berbalik kembali."Aku mungkin menjadi musuh terburuk untuk Jetro Six, kekasihmu! Tapi percayalah, padamu, aku akan selalu menjadi sosok yang dulu, kemarin dan juga di masa depan seperti ini! Mill, aku adalah Prana. Bukan Sybil atau sang pecundang yang lekat d
Kali ini, beralasan ingin menemani Gen yang sedang menelusuri latar belakang ibunya, Milly meminta ijin pada Prana untuk pergi selama tiga hari.Walau ada dugaan yang tersimpan dalam hati dokter itu, namun Prana mengiyakan dan merelakan Milly sementara meninggalkan dirinya.Ada goresan yang menyakitkan dalam diri Prana. Menyadari dia tidak mungkin menyentuh Milly dan mendapat kasih sayang darinya seperti dulu.Rupanya Milly bertahan karena ikatan pernikahan yang disesali wanita tersebut. Prana sadar dan mengerti mengenai hal itu.Namun ego juga alasannya untuk terus memiliki Milly Prana merelakan segala konsekuensi rasa sakit serta kecewa yang ia harus telan juga terima.Tindakannya sangat jahat dan keji, tapi Prana tidak akan pernah sanggup dan berpikir untuk menyakiti Milly. Dia akan mencoba menyenangkan Milly serta membahagiakannya jika itu memungkinkan.Terkadang, Prana harus melewati malam dengan batin tersiksa.Jiwa iblisnya mem
Pria berwajah setengah bersisik itu duduk dengan sikap tengil.“Bayaranku, Sybil! Aku mau tunai di muka dan tidak ada tunggakan!” cetusnya dengan seringai yang licik.Prana atau Sybil mengeluarkan tumpukan uang dari laci mejanya dan meletakkan di depan pria tersebut.Tumpukan uang dollar itu terlihat mengiurkan dan membuat mata pria bersisik bersinar ceria.“Sejak kapan aku mencicil bayaranku?” cibir Sybil geram.“Aku tidak perlu menghitungnya, bukan?” tanyanya dengan senyum melebar.Sybil mengeraskan rahangnya dan menyilangkan kaki dengan angkuh.“Tunai seratus ribu dollar, Muller!” cetus Sybil setengah tersinggung.Dengan buru-buru, pria yang bernama Muller tersebut segera memasukkan ke dalam tas pinggangnya.“Apa tugasku?” Muller terlihat sangat puas dan bahagia.Sybil menatap tajam Muller.“Selidiki dan cari tahu apa yang dilakukan istrik