Hero Don't Run
"Kamu baru kembali?" tanya Prana dengan ekspresi curiga. Milly tersenyum samar dan mengiyakan. "Acara di bistro sangat padat dan mereka menambah porsi pesanan. Pesta yang dipesan untuk dua puluh orang, berakhir menjadi dua kali lipat." Alasan Milly sangat masuk akal. Prana mengangguk dan berbalik berjalan menuju dapur."Aku akan membuatkan makan malam untuk kita," pamitnya. Milly terkejut. Ini sudah pukul sebelas malam! "Setidaknya camilan untuk mengisi perut kosongmu." Prana memberitahu dengan pertanda bahwa dia mendengar bunyi perutnya. "Nggak usah repot-repot. Aku bisa masak mie," tukas Milly. Prana berhenti lalu berbalik kembali. "Aku mungkin menjadi musuh terburuk untuk Jetro Six, kekasihmu! Tapi percayalah, padamu, aku akan selalu menjadi sosok yang dulu, kemarin dan juga di masa depan seperti ini! Mill, aku adalah Prana. Bukan Sybil atau sang pecundang yang lekat dKali ini, beralasan ingin menemani Gen yang sedang menelusuri latar belakang ibunya, Milly meminta ijin pada Prana untuk pergi selama tiga hari.Walau ada dugaan yang tersimpan dalam hati dokter itu, namun Prana mengiyakan dan merelakan Milly sementara meninggalkan dirinya.Ada goresan yang menyakitkan dalam diri Prana. Menyadari dia tidak mungkin menyentuh Milly dan mendapat kasih sayang darinya seperti dulu.Rupanya Milly bertahan karena ikatan pernikahan yang disesali wanita tersebut. Prana sadar dan mengerti mengenai hal itu.Namun ego juga alasannya untuk terus memiliki Milly Prana merelakan segala konsekuensi rasa sakit serta kecewa yang ia harus telan juga terima.Tindakannya sangat jahat dan keji, tapi Prana tidak akan pernah sanggup dan berpikir untuk menyakiti Milly. Dia akan mencoba menyenangkan Milly serta membahagiakannya jika itu memungkinkan.Terkadang, Prana harus melewati malam dengan batin tersiksa.Jiwa iblisnya mem
Pria berwajah setengah bersisik itu duduk dengan sikap tengil.“Bayaranku, Sybil! Aku mau tunai di muka dan tidak ada tunggakan!” cetusnya dengan seringai yang licik.Prana atau Sybil mengeluarkan tumpukan uang dari laci mejanya dan meletakkan di depan pria tersebut.Tumpukan uang dollar itu terlihat mengiurkan dan membuat mata pria bersisik bersinar ceria.“Sejak kapan aku mencicil bayaranku?” cibir Sybil geram.“Aku tidak perlu menghitungnya, bukan?” tanyanya dengan senyum melebar.Sybil mengeraskan rahangnya dan menyilangkan kaki dengan angkuh.“Tunai seratus ribu dollar, Muller!” cetus Sybil setengah tersinggung.Dengan buru-buru, pria yang bernama Muller tersebut segera memasukkan ke dalam tas pinggangnya.“Apa tugasku?” Muller terlihat sangat puas dan bahagia.Sybil menatap tajam Muller.“Selidiki dan cari tahu apa yang dilakukan istrik
Virgo tidak menemukan alasan yang tepat untuk mengetahui penolakan utama Jetro terhadap cinta Milly.Mungkin inilah penyebab Milly pergi dan bahkan mengkhianati mereka dulu. Setelah memberikan semua hatinya pada Jetro, pria itu justru menarik ulur perasaan Milly hingga wanita itu kecewa dalam penantian.Sepeninggal Milly dan Gen yang harus kembali ke Bali, Virgo berniat mendatangi Jetro di kamar. Minerva terlihat sedang mengganti perban dengan hati-hati, sementara Trey mengoleskan krim yang bisa membantu penyembuhan bekas luka pada setiap goresan panjang jahitan tersebut.Sybil benar-benar berniat menghabisi nyawa kakaknya malam itu.Dengan setia dan sabar, Virgo memperhatikan proses merawat kedua anak buah Jetro yang begitu setia tersebut. Dirinya memang terbilang sebentar jika dibandingkan Minerva.Namun Jetro sangat mempercayai dirinya melebihi siapa pun. Kadang Virgo menyesal dan tidak ingin mengingat bagaimana dirinya telah menin
Wanita cantik dengan rambut hitam legam dan mata berwarna hijau tersebut merupakan penyanyi sebuah club malam yang terpaksa menyambi menjadi wanita penghibur lelaki.Terkadang demi memenuhi kebutuhan hidup yang begitu mahal karena tinggal di kota kecil Liverpool tidaklah murah, wanita menawan tersebut harus menjalani profesi yang mengerikan.Julianne Monet atau dikenal dengan Julie Monet adalah wanita berusia dua puluh tahun yang selalu menjadi idola para pria yang menunggu dengan sabar untuk bisa menidurinya.Setelah lima tahun menjadi imigran dan mendapatkan surat pengesahan resmi penduduk Inggris, Julie menetap di kota yang tidak begitu sibuk, Liverpool selatan.Sayangnya, Julie hanya sanggup menyewa sebuah apartemen kecil berupa kamar dan dapur sempit yang terletak di ujung kota.Julie sedang menabung dengan giat untuk membeli sebuah tanah pertanian yang ia impikan. Walau sebatang kara, Julie selalu memiliki niat yang gigih untuk memperbaiki ku
Ketika Gen mengantar Milly sampai di gerbang, gadis itu menolak untuk masuk.“Dia mungkin nggak bakal nyakitin kamu, tapi belum tentu sama aku,” jawab Gen dengan khawatir.Menyadari kemungkinan menyakiti sebenarnya bisa saja terjadi kapan pun, Milly hanya mengangguk.“Kamu jaga diri, ok?”Gen melambaikan tangan dan melesat dengan motor sportnya.Milly menutup gerbang dan menguncinya. Semua pegawai Prana sudah pulang dan suasana villa mereka sepi.Lampu hampir semua menyala, Milly tahu bahwa Prana ada di dalam. Namun Milly memilih masuk ke pavilion kamarnya dan tidak berniat memasuki bangunan utama villa untuk menyapa suaminya lebih dahulu.Setelah mandi dan merasa lebih segar. Milly harus memasukkan semua baju kotor di mesin cuci. Itu berarti, mau tidak mau dirinya harus menuju ke villa utama. Dengan rasa enggan yang menumpuk, Milly melangkah keluar dan membuka pintu perlahan. Sepi.Mungkin Prana ada di
Hari terus bergulir tanpa bisa dihentikan. Alam tetap menjalankan fungsi masing-masing sesuai kodratnya. Langit masih kokoh menopang dan melindungi penghuni bumi yang beraneka ragam. Semua tidak ada yang berubah.Namun di setiap kehidupan makhluk yang ada di bumi, mereka menjalankan takdir sendiri-sendiri yang tidak sama.Ada yang sedang dalam putaran bahagia dan penuh syukur.Namun tidak sedikit ada yang sedang bergulat dengan maut tiap detiknya.Bahkan untuk melewatkan hari ini tanpa kelaparan pun sangat sulit.Banyak tangis yang terlontar dan ratapan yang bergaung tak terdengar.Sementara ratusan manusia lain yang hidup bergelimangan harta dan kemewahan yang tidak pernah berakhir, perbandingan dengan kemelaratan tidak pernah seimbang.Bagaimanakah Tuhan membuat presentase yang adil? Tidak ada yang pernah tahu.Manusia ditentukan oleh usaha dan nasib dalam menjalani rentang usia mereka. Tidak ada yang bisa mempresiksi sedikit
Jetro merintih pelan sementara Minerva kembali mengganti perban yang melilit hampir semua bagian tubuhnya. Trey mengolesi krim dengan hati-hati.“Bagaimana kondisi lukaku? Ada kemajuan?” tanya Jetro.Minerva menggeleng pelan. Jetro menelan cairan mulut lalu membasahi bibirnya kering dan pecah-pecah.“Lambat dan ini sepertinya membutuhkan pemeriksaan dari Lee lagi,” sahut Minerva.Pria yang terbaring lemah itu mendesah cemas dan tampak letih.“Mungkin aku tidak akan bisa kembali lagi. Percuma semua perawatan ini, Minerva,” keluh Jetro lirih.“Tidak ada yang mustahil dan jangan mulai putus asa seperti itu, Tuan Jetro!” Minerva menyudahi mengganti perban dan semua tampak rapi terbalut.“Aku dan Trey saja tidak pernah surut merawatmu selama ini. Semangat itu penting untuk mendukung kesembuhan,” lanjut Minerva dengan lembut. Ia membetulkan selimut dan merapatkan semua sisi hingga
Pagi baru saja bergeser menuju siang. Milly meraih ponsel dalam sakunya dan memeriksa beberapa pesan dan sapaan teman-teman yang ia kenal sekilas.Baru saja ia hendak menyimpan kembali, sebuah pesan masuk dan ponselnya kembali bergetar.‘Milly, ini bu Ningsih. Kamu apa kabar? Semoga baik-baik saja. Kalo nggak keberatan, bisa minta tolong? Jemput anak-anakku. Suami ibu makin nggak bisa dikendalikan lagi, ibu takut ada apa-apa. Terima kasih, Geulis. Mohon maaf sudah mengganggu.’Milly tertegun dan membaca ulang pesan itu.Dengan gemetar, ia menelepon wanita yang pernah menolongnya dulu.‘Halo,’ sapa Milly ragu.‘Milly?’‘Iya, Bu. Ini Milly.’“Alhamdullilah, kamu sehat-sehat aja kan?’‘Sehat dan baik, Bu. Milly jemput Ibu dan anak-anak sekarang ya?’‘I-iya. Maaf sudah merepotkan. Yang penting anak-anakku bisa selamat dan pergi dari sini. Ib