Pria berwajah setengah bersisik itu duduk dengan sikap tengil.
“Bayaranku, Sybil! Aku mau tunai di muka dan tidak ada tunggakan!” cetusnya dengan seringai yang licik.
Prana atau Sybil mengeluarkan tumpukan uang dari laci mejanya dan meletakkan di depan pria tersebut.
Tumpukan uang dollar itu terlihat mengiurkan dan membuat mata pria bersisik bersinar ceria.
“Sejak kapan aku mencicil bayaranku?” cibir Sybil geram.
“Aku tidak perlu menghitungnya, bukan?” tanyanya dengan senyum melebar.
Sybil mengeraskan rahangnya dan menyilangkan kaki dengan angkuh.
“Tunai seratus ribu dollar, Muller!” cetus Sybil setengah tersinggung.
Dengan buru-buru, pria yang bernama Muller tersebut segera memasukkan ke dalam tas pinggangnya.
“Apa tugasku?” Muller terlihat sangat puas dan bahagia.
Sybil menatap tajam Muller.
“Selidiki dan cari tahu apa yang dilakukan istrik
Virgo tidak menemukan alasan yang tepat untuk mengetahui penolakan utama Jetro terhadap cinta Milly.Mungkin inilah penyebab Milly pergi dan bahkan mengkhianati mereka dulu. Setelah memberikan semua hatinya pada Jetro, pria itu justru menarik ulur perasaan Milly hingga wanita itu kecewa dalam penantian.Sepeninggal Milly dan Gen yang harus kembali ke Bali, Virgo berniat mendatangi Jetro di kamar. Minerva terlihat sedang mengganti perban dengan hati-hati, sementara Trey mengoleskan krim yang bisa membantu penyembuhan bekas luka pada setiap goresan panjang jahitan tersebut.Sybil benar-benar berniat menghabisi nyawa kakaknya malam itu.Dengan setia dan sabar, Virgo memperhatikan proses merawat kedua anak buah Jetro yang begitu setia tersebut. Dirinya memang terbilang sebentar jika dibandingkan Minerva.Namun Jetro sangat mempercayai dirinya melebihi siapa pun. Kadang Virgo menyesal dan tidak ingin mengingat bagaimana dirinya telah menin
Wanita cantik dengan rambut hitam legam dan mata berwarna hijau tersebut merupakan penyanyi sebuah club malam yang terpaksa menyambi menjadi wanita penghibur lelaki.Terkadang demi memenuhi kebutuhan hidup yang begitu mahal karena tinggal di kota kecil Liverpool tidaklah murah, wanita menawan tersebut harus menjalani profesi yang mengerikan.Julianne Monet atau dikenal dengan Julie Monet adalah wanita berusia dua puluh tahun yang selalu menjadi idola para pria yang menunggu dengan sabar untuk bisa menidurinya.Setelah lima tahun menjadi imigran dan mendapatkan surat pengesahan resmi penduduk Inggris, Julie menetap di kota yang tidak begitu sibuk, Liverpool selatan.Sayangnya, Julie hanya sanggup menyewa sebuah apartemen kecil berupa kamar dan dapur sempit yang terletak di ujung kota.Julie sedang menabung dengan giat untuk membeli sebuah tanah pertanian yang ia impikan. Walau sebatang kara, Julie selalu memiliki niat yang gigih untuk memperbaiki ku
Ketika Gen mengantar Milly sampai di gerbang, gadis itu menolak untuk masuk.“Dia mungkin nggak bakal nyakitin kamu, tapi belum tentu sama aku,” jawab Gen dengan khawatir.Menyadari kemungkinan menyakiti sebenarnya bisa saja terjadi kapan pun, Milly hanya mengangguk.“Kamu jaga diri, ok?”Gen melambaikan tangan dan melesat dengan motor sportnya.Milly menutup gerbang dan menguncinya. Semua pegawai Prana sudah pulang dan suasana villa mereka sepi.Lampu hampir semua menyala, Milly tahu bahwa Prana ada di dalam. Namun Milly memilih masuk ke pavilion kamarnya dan tidak berniat memasuki bangunan utama villa untuk menyapa suaminya lebih dahulu.Setelah mandi dan merasa lebih segar. Milly harus memasukkan semua baju kotor di mesin cuci. Itu berarti, mau tidak mau dirinya harus menuju ke villa utama. Dengan rasa enggan yang menumpuk, Milly melangkah keluar dan membuka pintu perlahan. Sepi.Mungkin Prana ada di
Hari terus bergulir tanpa bisa dihentikan. Alam tetap menjalankan fungsi masing-masing sesuai kodratnya. Langit masih kokoh menopang dan melindungi penghuni bumi yang beraneka ragam. Semua tidak ada yang berubah.Namun di setiap kehidupan makhluk yang ada di bumi, mereka menjalankan takdir sendiri-sendiri yang tidak sama.Ada yang sedang dalam putaran bahagia dan penuh syukur.Namun tidak sedikit ada yang sedang bergulat dengan maut tiap detiknya.Bahkan untuk melewatkan hari ini tanpa kelaparan pun sangat sulit.Banyak tangis yang terlontar dan ratapan yang bergaung tak terdengar.Sementara ratusan manusia lain yang hidup bergelimangan harta dan kemewahan yang tidak pernah berakhir, perbandingan dengan kemelaratan tidak pernah seimbang.Bagaimanakah Tuhan membuat presentase yang adil? Tidak ada yang pernah tahu.Manusia ditentukan oleh usaha dan nasib dalam menjalani rentang usia mereka. Tidak ada yang bisa mempresiksi sedikit
Jetro merintih pelan sementara Minerva kembali mengganti perban yang melilit hampir semua bagian tubuhnya. Trey mengolesi krim dengan hati-hati.“Bagaimana kondisi lukaku? Ada kemajuan?” tanya Jetro.Minerva menggeleng pelan. Jetro menelan cairan mulut lalu membasahi bibirnya kering dan pecah-pecah.“Lambat dan ini sepertinya membutuhkan pemeriksaan dari Lee lagi,” sahut Minerva.Pria yang terbaring lemah itu mendesah cemas dan tampak letih.“Mungkin aku tidak akan bisa kembali lagi. Percuma semua perawatan ini, Minerva,” keluh Jetro lirih.“Tidak ada yang mustahil dan jangan mulai putus asa seperti itu, Tuan Jetro!” Minerva menyudahi mengganti perban dan semua tampak rapi terbalut.“Aku dan Trey saja tidak pernah surut merawatmu selama ini. Semangat itu penting untuk mendukung kesembuhan,” lanjut Minerva dengan lembut. Ia membetulkan selimut dan merapatkan semua sisi hingga
Pagi baru saja bergeser menuju siang. Milly meraih ponsel dalam sakunya dan memeriksa beberapa pesan dan sapaan teman-teman yang ia kenal sekilas.Baru saja ia hendak menyimpan kembali, sebuah pesan masuk dan ponselnya kembali bergetar.‘Milly, ini bu Ningsih. Kamu apa kabar? Semoga baik-baik saja. Kalo nggak keberatan, bisa minta tolong? Jemput anak-anakku. Suami ibu makin nggak bisa dikendalikan lagi, ibu takut ada apa-apa. Terima kasih, Geulis. Mohon maaf sudah mengganggu.’Milly tertegun dan membaca ulang pesan itu.Dengan gemetar, ia menelepon wanita yang pernah menolongnya dulu.‘Halo,’ sapa Milly ragu.‘Milly?’‘Iya, Bu. Ini Milly.’“Alhamdullilah, kamu sehat-sehat aja kan?’‘Sehat dan baik, Bu. Milly jemput Ibu dan anak-anak sekarang ya?’‘I-iya. Maaf sudah merepotkan. Yang penting anak-anakku bisa selamat dan pergi dari sini. Ib
Malam semakin larut. Milly lega karena Aldo mau menjaga kedua anak Ningsih serta mengajak untuk tinggal bersamanya sementara waktu.Peran Aldo dalam hal ini memang sangat penting dan Milly bersyukur karena temannya itu mau mendukung penuh. Milly sendiri masih menunggu Ningsih yang dalam perawatan setelah menjalani serangkaian operasi panjang melelahkan.Saat ini Ningsih tidak bisa bergerak. Perawat dan Milly harus membantunya untuk mengubah posisi tidurnya sesekali untuk menghindari lembab di punggungnya. Ningsih mengalami kesulitan bergerak dan mirip dengan lumpuh total dari bagian leher ke bawah.Perban membalut hampir sebagian besar tubuhnya. Beruntung karena Milly memiliki pengalaman selama bertahun-tahun merawat serta menjaga ayahnya dulu. Menghadapi situasi Ningsih, dirinya tidak kikuk sama sekali.Para perawat bahkan takjub akan kesigapan Milly yang terlihat sangat luwes menangani Ningsih sendiri. Sekilas Milly bercerita pada mereka bahwa dulu dia
Kunjungan mengejutkan yang tidak pernah terlintas dalam benak Milly sebelumnya, kini hadir meneror secara nyata. Wanita yang menuntut balas atas kematian adik-adiknya yang telah dibantai Milly, Jetro dan Virgo itu tampak menyimpan kebencian yang membara. “Aku tidak bisa menemukan di mana Jetro dan Virgo. Kurasa, dengan menyandera dan menawanmu, kedua pria itu akan terpancing keluar!” seringainya dengan licik. Milly masih duduk di sofa, sementara siluman wanita itu berdiri dengan jarak yang cukup jauh darinya. “Kau pikir aku dan kedua temanku tahu tentang kelemahan kalian? Yang kami pikirkan adalah selamat dan bisa menemukan Sybil!” bantah Milly tidak mau dipersalahkan begitu saja. “Seharusnya, Jetro dan Virgo memberitahumu! Siluman ular adalah makhluk pendendam dan tidak akan pernah tinggal diam jika keluarga mereka terbantai!” cibir siluman tersebut dengan mata mengerikan menatap Milly tidak berkedip. “Apa yang kamu inginkan? Menyande
Kapal pesiar yang sedang menyelenggarakan pesta pernikahan Virgo dan Joya itu tampak dihadiri oleh ratusan, bahkan mungkin ribuan tamu. Semua tampil dengan baju mahal dan elegan. Masing-masing tidak menyembunyikan diri dari wujud aslinya. Para siluman, manusia keturunan iblis, dan juga makhluk unik lainnya menunjukkan diri mereka yang sesungguhnya. Milly duduk dengan mempelai wanita, Joya, Gen, Trey dan Minerva juga Greta. Wanita tambun yang terlihat mulai bisa berbaikan dengan Jetro dan Virgo itu, terlihat ingin mengenal Milly lebih dekat lagi. Hidangan mewah terhidang terus menerus tanpa berhenti. Sementara minuman yang mahal, seperti sampanye dan wine, juga mengalir non-stop. Virgo menyalami satu persatu kawan lama yang sudah lama tidak ia temui. Mereka sangat terkejut ketika melihat Virgo akhirnya menjatuhkan pilihan pada seorang wanita cantik yang sangat eksotis. Ketika pembawa acara mengumumkan mengenai sambutan dari mempelai wanita, Mil
Pagi itu, Milly terbangun dan jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi. Tidak biasanya ia terbangun lambat.Ia menyibakkan selimut yang menutupi tubuhnya dan beringsut turun. Setelah mengingat ingin segera memeriksa kondisi Jetro, ia bergegas menuju kamar mandi.Tadi malam, Milly sempat menengok sebentar sebelum tidur. Betapa batu permata ajaib itu memang bereaksi sangat cepat pada Jetro. Tubuh pria yang tadinya mengalami sakit parah dan tinggal kulit yang membalut tulang, kini mulai mengubah Jetro kembali seperti sebelumnya.Sangat mengesankan!Harapan Milly, semoga pagi ini Jetro sudah pulih seutuhnya. Setelah berganti baju, Milly merapikan tempat tidur. Meski Frey selalu membongkar dan merapikan kembali, tapi Milly tetap merapikan setiap harinya.Sebelum keluar dari kamar, ia mematutkan diri di depan kaca. Pantulan bayangan yang di depannya, membuat Milly tersenyum.Baju terusan sederhana dan sedikit longgar ini, dengan kancing kecil dari
Ketika memasuki ruangan yang tampak terang itu, Milly melihat semua hadir. Bahkan pilot dan sopir Jetro yang tidak pernah nimbrung juga ada di sana.Virgo memberi isyarat pada Minerva untuk mendekat. Jetro dalam posisi duduk menatap Milly dengan wajah pucat. Matanya cekung dan tulang pipinya tampak tirus.Pria gagah yang pernah Milly kenal berubah menjadi mayat hidup, yang tinggal tulang belulang berbalut kulit.Minerva dan Virgo berdiri berhadapan, sementara saling berpegangan tangan. Entah apa yang mereka gumamkan, tapi Milly mendengar dengung halus seperti mantra terlontar dari semuanya. Trey memberikan tabung kaca yang berisi Blood Diamond sebesar bola kelereng itu, lalu memberikan pada Frey.Sementara dalam hati ia terus bertanya dan menebak rentetan pengembalian batu ke dalam tubuh Jetro. Frey mengambil batu tersebut lalu mendekati Jetro yang tersenyum tipis kepadanya.Tidak pernah Milly duga sebelumnya, jika proses tersebut akan begitu memil
Setelah kembali ke pulau pribadi Jetro, Milly hanya duduk termenung dengan wajah melamun. Koper dan semua benda miliknya yang baru saja Maxer letakkan di kamarnya belum tersentuh sedikit pun.‘Kenapa aku menjalani kehidupan ini?’ batin Milly masih tidak mengerti bisa terjebak dalam kehidupan seperti ini.Pikirannya kembali terbayang saat merunut semua perjalanan hidupnya dari pertama bertemu mereka semua.Waktu remaja, bukan ini yang ia cita-citakan untuk terjadi. Bahkan ketika menjalani profesi sebagai pelacur pun, Milly tidak pernah memiliki imajinasi akan berada dalam lingkungan para siluman, monster, bahkan iblis.“Aku adalah manusia yang tidak pernah menginginkan hal besar terjadi dalam hidupku. Aku bukan wanita serakah. Tapi kenapa alur hidup bisa sedemikian rumit?” gumam Milly pada dirinya sendiri.Wajah cantiknya menengadah dan memandang langit-langit kamarnya.Pertama kali ia datang tiba di kamar ini, dirinya
Milly memandang wajah Prana sepuasnya. Mungkin ada sekitar satu jam ia membiarkan dirinya menangis serta mengenang masa lalu mereka.Tidak terpikir dirinya akan menjadi malaikat maut, penjemput jiwa bagi Prana.Tidak juga terbayang jika Prana menyerahkan nyawanya dengan sukarela, tanpa perlawanan.Benarkah masih ada bentuk cinta yang masih sedemikian tulus dan segila ini? Memberikan nyawa demi yang dicintai?Akhirnya pintu terkuak dan Joya masuk lebih dulu.“Mill,” panggil siluman ular yang telah menjadi sahabatnya itu pelan. Joya terlihat prihatin dan tegang.Wanita yang dipanggil namanya menoleh dan kembali menangis. Joya berlari mendekat, lalu bersimpuh di hadapan Milly.“Aku tidak perlu menjadi pembunuhnya secara langsung, Joy. Dia menyerahkan nyawanya tanpa perlawanan,” adunya Milly seperti ingin meluapkan sesal yang menghimpit dadanya.Joya memeluk Milly dan mengusap punggung dengan lembut.
Makan malam yang mungkin menjadi akhir dari hidup Sybil atau Prana, dipenuhi keheningan dan isak tangis pelan yang terlontar dari Milly.“Jadi hatimu lebih memilih Jetro ….” Prana seperti berkata pada dirinya sendiri.Milly masih membisu dalam sedu sedan.“Seharusnya aku sadar dan tidak memaksakan kehendakmu. Maafkan aku, Mill. Telah membuat hidupmu seperti di neraka dunia.” Prana menitikkan air mata pertama dan menatap Milly dengan kesedihan juga penyesalan mendera.“Di luar semua kekejian yang telah kulakukan padamu, satu hal yang ingin aku kembali katakan padamu, Mill Berliana. Aku sangat mencintaimu melebihi nyawaku sendiri. Seandainya untuk membuktikan seberapa besar perasaan ini harus menyerahkan napasku, aku rela.”Milly menutup wajah dengan kedua tangannya.Dengan gerakan perlahan, Prana meraih sendok dan garpu, lalu kembali menyuap makan malam. Kunyahan itu diiringi derai air matanya.
Semua makanan telah terhidang. Sementara menunggu Gen yang sedang mandi, Milly yang terlebih dulu selesai menata piring dibantu oleh Made.“Mbok, kalo mau ikut makan sekalian yuk?”Made buru-buru meminta maaf.“Saya malah nggak enak, karena lupa beli kue ulang tahun buat bapak. Kayaknya, saya pamit duluan deh, Bu,” cetus Made terlihat sungkan.Milly membeku sementara berdiri memegang sendok dan garpu yang akan dia susun.“Ulang tahun Prana?” ulang Milly dengan ekspresi kaget.“Iya. Ibu lupa ya?” goda Made dengan senyum jenaka.“I-iya. Ya udah nggak apa-apa. Kita rayakan dengan makan malam yang ini aja,” tukas Milly dengan senyum kikuk. Rasa bersalah memenuhi benak Milly dan ia menjadi makin salah tingkah. Sesekali ia melirik ke arah makanan dan tampak bingung sekaligus gugup.Tegakah hatinya melakukan ini pada hari ulang tahun Prana? Hari perayaan kelahiran, akan menja
Suasana villa seperti biasa tampak sepi. Milly meminta Gen menemani dirinya dan setelah masuk ke dalam, Made menyapa mereka dengan ramah.Ada beberapa pegawai lain yang sedang membersihkan kolam renang dan juga taman di tengah villa. Milly melemparkan sapaan seperti biasa.“Kamu tunggu aku di sini, masuk aja ke kamar. Nggak dikunci,” ucap Milly.Gen menatap Milly dengan pandangan yang agak khawatir.“Hati-hati,” peringatnya.“Aku akan baik-baik aja.” Milly tersenyum kecut dan mengangguk.Setelah menarik napas, ia melangkah ke arah bangunan utama di mana Prana berada. Mobil merah sport ada di garasi, ini menunjukkan jika Prana ada di rumah .Ketika ia menggeser pintu sliding itu, Prana segera menoleh dari arah meja bar yang jadi satu dengan ruang bersantai mereka.“Milly,” sambut Prana sedikit kaget karena Milly kembali dua hari kemudian. Sebelumnya, ia meminta tiga hari untuk meng
Mendung mengelayuti langit Bali sejak pagi. Hampir keseluruhan langit gelap melingkupi pulau dewata. Prana berdiri menatap ke luar sementara penampilannya kusut. Jendela kamarnya berembun, seperti mata cokelatnya.Pria tampan yang termenung sendiri itu terlihat putus asa. Tidak ada sinar di matanya. Raut wajahnya semendung langit, tanpa cahaya. Entah sudah berapa lama, Prana membiarkan dirinya tersiksa dalam deraan kasih tak sampai.Kilasan peristiwa buruk bergantian mengisi benaknya. Hingga momen bertemu Milly untuk pertama kalinya di halte, Prana masih bisa merasakan debar hatinya yang jatuh cinta pada pandangan perdana. Gadis itu tampil dalam wujud menawan, begitu mempesona. Pipinya yang bersemu merah karena terkena panas, justru menambah kecantikannya.Mata lentik dan bibir mungil penuh yang terbentuk dalam lengkung sempurna itu sangat pas menghiasi wajah ovalnya. Kulit putih halus menawan, tanpa cacat dan noda. Milly adalah makhluk paling sempurna bagi Pran