Hari terus bergulir tanpa bisa dihentikan. Alam tetap menjalankan fungsi masing-masing sesuai kodratnya. Langit masih kokoh menopang dan melindungi penghuni bumi yang beraneka ragam. Semua tidak ada yang berubah.
Namun di setiap kehidupan makhluk yang ada di bumi, mereka menjalankan takdir sendiri-sendiri yang tidak sama.
Ada yang sedang dalam putaran bahagia dan penuh syukur.
Namun tidak sedikit ada yang sedang bergulat dengan maut tiap detiknya.
Bahkan untuk melewatkan hari ini tanpa kelaparan pun sangat sulit.
Banyak tangis yang terlontar dan ratapan yang bergaung tak terdengar.
Sementara ratusan manusia lain yang hidup bergelimangan harta dan kemewahan yang tidak pernah berakhir, perbandingan dengan kemelaratan tidak pernah seimbang.
Bagaimanakah Tuhan membuat presentase yang adil? Tidak ada yang pernah tahu.
Manusia ditentukan oleh usaha dan nasib dalam menjalani rentang usia mereka. Tidak ada yang bisa mempresiksi sedikit
Jetro merintih pelan sementara Minerva kembali mengganti perban yang melilit hampir semua bagian tubuhnya. Trey mengolesi krim dengan hati-hati.“Bagaimana kondisi lukaku? Ada kemajuan?” tanya Jetro.Minerva menggeleng pelan. Jetro menelan cairan mulut lalu membasahi bibirnya kering dan pecah-pecah.“Lambat dan ini sepertinya membutuhkan pemeriksaan dari Lee lagi,” sahut Minerva.Pria yang terbaring lemah itu mendesah cemas dan tampak letih.“Mungkin aku tidak akan bisa kembali lagi. Percuma semua perawatan ini, Minerva,” keluh Jetro lirih.“Tidak ada yang mustahil dan jangan mulai putus asa seperti itu, Tuan Jetro!” Minerva menyudahi mengganti perban dan semua tampak rapi terbalut.“Aku dan Trey saja tidak pernah surut merawatmu selama ini. Semangat itu penting untuk mendukung kesembuhan,” lanjut Minerva dengan lembut. Ia membetulkan selimut dan merapatkan semua sisi hingga
Pagi baru saja bergeser menuju siang. Milly meraih ponsel dalam sakunya dan memeriksa beberapa pesan dan sapaan teman-teman yang ia kenal sekilas.Baru saja ia hendak menyimpan kembali, sebuah pesan masuk dan ponselnya kembali bergetar.‘Milly, ini bu Ningsih. Kamu apa kabar? Semoga baik-baik saja. Kalo nggak keberatan, bisa minta tolong? Jemput anak-anakku. Suami ibu makin nggak bisa dikendalikan lagi, ibu takut ada apa-apa. Terima kasih, Geulis. Mohon maaf sudah mengganggu.’Milly tertegun dan membaca ulang pesan itu.Dengan gemetar, ia menelepon wanita yang pernah menolongnya dulu.‘Halo,’ sapa Milly ragu.‘Milly?’‘Iya, Bu. Ini Milly.’“Alhamdullilah, kamu sehat-sehat aja kan?’‘Sehat dan baik, Bu. Milly jemput Ibu dan anak-anak sekarang ya?’‘I-iya. Maaf sudah merepotkan. Yang penting anak-anakku bisa selamat dan pergi dari sini. Ib
Malam semakin larut. Milly lega karena Aldo mau menjaga kedua anak Ningsih serta mengajak untuk tinggal bersamanya sementara waktu.Peran Aldo dalam hal ini memang sangat penting dan Milly bersyukur karena temannya itu mau mendukung penuh. Milly sendiri masih menunggu Ningsih yang dalam perawatan setelah menjalani serangkaian operasi panjang melelahkan.Saat ini Ningsih tidak bisa bergerak. Perawat dan Milly harus membantunya untuk mengubah posisi tidurnya sesekali untuk menghindari lembab di punggungnya. Ningsih mengalami kesulitan bergerak dan mirip dengan lumpuh total dari bagian leher ke bawah.Perban membalut hampir sebagian besar tubuhnya. Beruntung karena Milly memiliki pengalaman selama bertahun-tahun merawat serta menjaga ayahnya dulu. Menghadapi situasi Ningsih, dirinya tidak kikuk sama sekali.Para perawat bahkan takjub akan kesigapan Milly yang terlihat sangat luwes menangani Ningsih sendiri. Sekilas Milly bercerita pada mereka bahwa dulu dia
Kunjungan mengejutkan yang tidak pernah terlintas dalam benak Milly sebelumnya, kini hadir meneror secara nyata. Wanita yang menuntut balas atas kematian adik-adiknya yang telah dibantai Milly, Jetro dan Virgo itu tampak menyimpan kebencian yang membara. “Aku tidak bisa menemukan di mana Jetro dan Virgo. Kurasa, dengan menyandera dan menawanmu, kedua pria itu akan terpancing keluar!” seringainya dengan licik. Milly masih duduk di sofa, sementara siluman wanita itu berdiri dengan jarak yang cukup jauh darinya. “Kau pikir aku dan kedua temanku tahu tentang kelemahan kalian? Yang kami pikirkan adalah selamat dan bisa menemukan Sybil!” bantah Milly tidak mau dipersalahkan begitu saja. “Seharusnya, Jetro dan Virgo memberitahumu! Siluman ular adalah makhluk pendendam dan tidak akan pernah tinggal diam jika keluarga mereka terbantai!” cibir siluman tersebut dengan mata mengerikan menatap Milly tidak berkedip. “Apa yang kamu inginkan? Menyande
Betapa berita mengenai kehilangan Milly dengan cepat meluas dan menyebar di hampir seluruh komunitas para makhluk unik dan ‘non-manusia’.Virgo yang mendapat laporan dari Rosco segera terbang dari pulau pribadi Jetro menuju Bandung. Dalam waktu singkat, Virgo mengadakan pertemuan dengan semua makhluk yang ada dalam jaringannya.Ruang pertemuan yang diadakan dihadiri oleh hampir lima puluh lebih makhluk yang berada di bawah komando Jetro dan Virgo. Ben juga Rosco menyambut satu persatu dengan hangat.Bertempat di ruang pertemuan restoran Rosco yang ada di jalan utama Setia Budi, semua mobil mewah parkir teratur. Beberapa dari mereka mengenakan pakaian rapi dan juga mahal.Ben menutup pintu saat tamu terakhir masuk. Rosco memberi isyarat pada Virgo untuk memulai pertemuan malam itu. Virgo bangkit dari tempatnya duduk lalu menebarkan pandangan ke sekeliling.“Terima kasih atas kehadiran kalian malam ini. Tidak kusangka, kesetia
Milly membuka mata dan seketika kegelapan menyelimuti. Kepalanya berdenyut sakit dan dirinya juga merasakan pundaknya pegal.Dengan konsentrasi penuh, Milly mencoba mengumpulkan kesadarannya. Hal pertama yang ia sadari adalah dirinya sedang duduk di kursi dengan tangan dan kaki terikat kuat. Dari sensasi lengket yang terasa perih di tangannya, Milly menduga ikatan tersebut menggunakan lakban.Sesekali Milly meringis. Bulu rambut tangan dan kakinya seperti tertarik dan itu menimbulkan rasa perih juga nyeri.Belum lagi pegal di punggung serta pundaknya.Tidak peduli berapa kali Milly mengerjapkan mata, semua tampak buram dan remang-remang.‘Di mana aku? Kenapa mataku jadi buram begini?’ batin Milly dengan gelisah.Sekuat tenaga dia berusaha melepaskan ikatan tersebut, ternyata hanya membuat kulitnya terasa perih.Apa saja yang ia lewatkan? Milly belum mampu mengumpulkan kenangan terakhirnya. Kakinya terasa keba
Joya meneguk botol vodkanya dan mengecap puas. Wanita itu melirik Milly dan memicingkan mata.“Aku belum memperkenalkan diri. Betapa kurang sopan sekali,” ucap Joya dengan suara pelan namun jernih.“Namaku Joya dan aku adalah sulung dari dua belas bersaudara keturunan dari Bhawani. Nenek moyangku adalah dari Kashmir. Aku dan kedua belas adikku lahir di Indonesia pada abad ke-18. Waktu yang sangat lama untuk hidup bukan?” Joya mengalihkan pandangannya.“Akan kututurkan kisah yang harus kau ketahui siapa dua pria yang kau kenal selama ini. Aku suka sekali mendongengkan kisah menarik pada korbanku. Supaya memori mereka sebelum meninggal sangat indah.” Joya tersenyum dan Milly baru melihat lesung pipit di kedua pipinya.Milly tidak habis, kenapa wanita secantik Joya mau menghabiskan waktu untuk menjalani kehidupan yang gelap juga kelam?“Kau harus mendengarkan dengan seksama. Sebagian memoriku akan menjadi mili
Joya menghela napas dan menjeda ceritanya sejenak. Botol vodkanya telah habis dan wanita itu sibuk mencari botol minuman yang masih ada isinya. Akhirnya, ia menemukan sebotol whiskey dan wajahnya tampak bahagia. Milly menatap Joya sementara benaknya mencerna semua kisah yang barusan ia dengar. “Aku butuh minuman untuk menggali semua memori. Nah, kamu siap mendengar berikutnya?” tanya Joya dengan senyum miring. Milly menarik napas dan membasahi bibirnya yang kering. “Bisakah kau mengendurkan ikatan kakiku? Aku tidak tidak bisa merasakan kakiku sedikit pun. Semua terasa kebas!” pinta Milly. Joya menimbang sebentar dan melirik ke arah kaki Milly. “Jangan curiga! Aku tertarik mendengar semua kisah keluargamu beserta dua pria yang kau sebut sebagai fans aku,” tukas Milly dengan kesal. Joya mendekat dan dengan ujung kukunya, mengiris lakban dengan mudah. Saking cepatnya, kulit Milly turut tergores. Darah setetes mengalir dan Joya dengan ring