Gen masih tertegun menatap Milly yang melenggang pergi dan meninggalkan dirinya di lorong hotel. Tidak bisa ia percayai, seorang wanita yang sempat menjadi pribadi rapuh, kini tiba-tiba terlihat menakutkan dalam kilatan dendam pada pria yang menyakitinya.
Milly menolak menjadi wanita lemah dan tertindas.
Mungkin rasa lelah berada dalam situasi yang membuatnya terpojok dan tidak mampu menunjukkan sikap kecewa selama ini. Terkadang binatang sekecil semut pun jika terinjak akhirnya berbalik menggigit.
Meski tidak menentang tindakan Milly saat ini, namun jauh di lubuk hati Gen yang ia khawatirkan bukan karena melibatkan Prana. Gen lebih cemas akan Milly sendiri yang nanti akan mengalami kecewa dan penyesalan di kemudian hari.
Semua kekhawatirannya sepertinya tidak akan terjadi dalam waktu dekat.
Gen sempat merasa kagum akan pesona Milly yang mampu membuat para pria bertekuk lutut di kakinya. Entah ada apa dengan sosok Milly, tapi pria-pria tersebu
Berdalih sedang datang bulan, Milly menghindari tugasnya sebagai istri sah Prana malam itu. Suaminya mengerti dan membiarkan Milly menghabiskan malam dengan Gen dalam kamar terpisah.Bagi Prana, memperistri Milly cukup memberinya kebahagiaan tersendiri. Selebihnya, apa pun itu akan ia hadapi dengan sikap yang santai dan penuh pengertian.“Kamu nggak bisa terus menerus menghindari Prana,” cetus Gen dengan rokok yang terselip di bibirnya.Milly tidak peduli dan terus memilih minuman yang ada di bar kamarnya.“Selalu ada cara, Gen! Aku bukan perempuan bodoh yang tidak memiliki otak untuk berpikir!”Gen tertawa kecil dan membuang abu rokoknya di asbak.Pintu menuju balkoni terbuka lebar, tapi tetap saja asap yang mengepul dari bibir Gen memenuhi kamar president suite tempat mereka menginap.“Lambat laun Prana akan mengetahui dan apa yang akan kau lakukan?” tanya Gen.Milly akhirnya menemukan tequ
Jalanan becek itu terlihat di sepanjang jalan gang sempit di area padat Bandung. Jetro melangkah tanpa ragu dan menapaki dengan sepatu boot panjangnya. Tak lama ia berhenti di depan sebuah rumah yang gelap dan membuka pagar tanpa permisi. Rumputnya yang panjang dan banyak ilalang menunjukkan sepertinya rumah tersebut kosong atau tidak terawatt. Tangannya mengetuk pintu dengan keras. Hanya dua kali ketukan berirama pendek, akhirnya seseorang membukakan untuknya. Pria dengan wajah penuh dengan bopeng dan topi kupluk cokelat kumal memberi isyarat Jetro untuk masuk. Ruang tamu itu hanya ada dua kursi kayu dan meja yang penuh bercak kopi. Asbak yang berisi puntung rokok dan botol minuman yang setengah kosong memenuhinya. “Kau tidak pernah berubah, Ben!” gerutu Jetro dengan suara dalamnya. Ben tersenyum miring dan menyalakan rokok dan mengambil salah satu kursi yang ada di ruangan tersebut. “Kau bukan dari perusahaan properti yang berniat me
Milly terpaksa harus memiliki alasan yang kreatif setiap menghadapi situasi harus menjalani keintiman dengan Prana. Rupanya pria itu memiliki kesabaran yang luar biasa. Apa pun alasan Milly, Prana selalu bisa menerima tanpa protes atau paksaan.Pagi itu, dirinya menerima permintaan Prana untuk menemani suaminya menghadiri pesta tahun baru di kapal pesiar.“Apakah pesta yang akan dihadiri makhluk unik itu?” tanya Milly dengan ekspresi penuh harap jawabannya adalah iya.Wanita tersebut sangat ingin memperlihatkan pada Jetro bahwa dirinya telah bersama dengan Prana. “Iya. Jika kamu tidak keberatan, Mill.”Milly menggelengkan kepala cepat-cepat.“Aku nggak keberatan. Hanya pesta perayaan baru aja, kan?” tanya Milly.Prana mengiyakan.“Aku tidak memiliki baju yang pantas. Mungkin butik langgananku punya koleksi yang bagus,” ucap Milly dengan ringan. Prana terlihat lega karena Mi
Milly mengurung diri di kamar dan tidak beranjak sejak mereka kembali dari kapal tadi malam. Menemukan fakta bahwa Prana adalah makhluk yang abadi seperti Jetro membuat Milly syok dan menyesal tidak menyadari sejak awal.Ketika kembali mengingat bagaimana Jetro dan Virgo berusaha memberitahu dirinya, dan Milly selalu memotong dan memilih tidak mencampuri urusan mereka. Ternyata sosok Sybil yang selalu mereka bicarakan adalah Prana!Betapa naifnya Milly. Tidak menyadari apa pun, padahal dirinya selama ini bersama dengan pria tersebut.Semalam, Prana menandaskan pada Milly dengan kalimat yang cukup tajam padanya.“Kau harus bersamaku untuk saat ini, Mill! Kau sudah berjanji untuk mengenal dan memahamiku. Aku bukan makhluk neraka yang selalu menebar petaka! Ada hal lain yang lebih di balik semua kepribadianku! Bantu aku mendapatkan semua hal baik yang kumiliki dulu!”Milly tidak mempunyai pilihan dan harus bertahan dalam situasi ini sement
Mendapatkan teman yang bisa menemaninya di saat kalut seperti ini adalah anugerah yang terbaik. Gen mendampingi Milly dengan pemikiran yang sama gilanya dengan situasi mereka.Gadis bertattoo itu ternyata bisa menjadi penghibur sekaligus penasehat bijak untuk Milly tetap menjaga kewarasannya.“Aku nggak bisa lupa bagaimana dia diseret dari hadapanku dalam kondisi yang bersimbah darah, Gen.” Milly bergidik sementara bayangan Jetro yang terbantai di depan matanya terus melintas.“Dia adalah immortal, Mill. Mustahil peluru itu membunuhnya.” Gen masih mencoba mengalihkan kekhawatiran Milly.Milly meletakkan kuas yang tadinya ia pegang untuk sekedar menyoretkan sesuatu sebagai pengusir kejenuhan di atas kanvas.“Mau nggak kamu bantu cari tahu? Aku butuh informasi bagaimana kondisi Jetro sekarang,” tanya Milly sembari berbisik. Gen berhenti melukis dan menoleh padanya.“Sebenernya, kamu bisa minta ijin Pra
Milly menyiapkan bistronya yang sempat tutup selama tiga hari. Gen menunjukkan antusias yang sama dan memimpin semua persiapan dapur.Banu yang terlihat kesal karena tidak terlibat dalam kemelut yang dialami Milly dan merasa tersingkir, memberengut sedari pagi.“Menganggap teman, sahabat, tapi sekarang aku diperlakukan seperti orang asing!” rungut Banu terlihat jengkel.Milly memeluk pundak dan meminta maaf karena ini bukan hal yang mudah untuk diungkapkan.“Ini pribadi banget dan aku nggak bisa membuka aibku sendiri,” ucap Milly meminta pengertian Banu.“Terus Gen boleh gitu?”“Gen kebetulan dimintain tolong sama Prana, Gus. Aku nggak bisa bilang enggak.”Setelah Milly terus membujuk dan memberikan alasan yang masuk akal, akhirnya Banu mulai menerima.Mereka kembali akur dan bekerja bersama menyiapkan bistro untuk buka kembali.***Mendung mulai menutupi langit Semi
Sybil Sinister 1Virgo menghela napas panjang sebelum melanjutkan kalimatnya."Ada hal yang seharusnya tidak kusampaikan sekarang karena aku khawatir kamu tidak mampu menangani efek dari berita ini."Milly menggigit bibirnya dan merasa ini akan sangat buruk. Mungkin ada hubungan dengan dirinya."Apa ini ada hubungannya denganku?" tanya Milly memberanikan diri.Virgo melirik pada Maxer."Jika cerita mengenai Sybil, Prana tepatnya, selalu ada hubungannya dengan kamu. Semua bersumber padamu." Virgo menjawab dengan hati-hati.Milly bangkit dan berjalan menuju meja bar dan mencari minuman tequila kesukaannya."Aku butuh penenang sebelum mendengar seluruh ceritamu, Virgo!"Kedua pria menunggu dengan sabar sementara Milly menuang ke gelas sloki kecil untuk mereka. Dengan cepat, Milly juga mengiris jeruk nipis dan melumuri bibir gelas dengan garam terlebih dahulu."Silahkan, aku siap sekarang,"
Sybil Sinister 2Milly harus meninggalkan mimpinya untuk menjadi seorang arsitek. Cita-citanya kandas saat dokter memvonis ayahnya dengan berbagai macam penyakit hingga harus mengamputasi kaki.Mereka sudah menjual rumah, satu-satunya harta yang tersisa.Kini, dengan uang yang kian menipis, Milly dihadapkan pada pilihan yang mengharuskan mengeluarkan biaya tidak sedikit.Kemana lagi dirinya harus mencari uang?Setelah keluar sekolah karena harus menjaga penuh waktu ayahnya, Milly juga mulai berpikir untuk mencari pekerjaan.Ketika mencoba melamar kerja menjadi penjaga toko, gajinya tidak cukup memenuhi biaya yang mereka butuhkan.Belum lagi waktu yang harus ia lewatkan selama sepuluh jam, Milly tidak bisa menjaga ayahnya yang butuh perawatan.Dalam kondisi terjebak, Milly mendengarkan saran ayahnya untuk meminta kerja pada Renzo Mendosa.Manager hotel yang bertampang bengis itu segera mengiyakan.