Eliora yang masih tercengang, berusaha menenangkan degup jantungnya yang bertalu terlalu cepat seakan memicu dirinya untuk merasa senang atas pernyataan tersebut.
Hanya saja pernyataan mendadak tersebut membuatnya sungguh tak mampu membuka mulut untuk mengeluarkan sepatah katapun.
Sementara dia harus merespon ucapan Morgan yang mungkin menunggu tanggapannya akan seperti apa.
Bagaimana aku harus merespon ucapannya? Hah… bibirku terasa kelu. Haruskah aku mengatakan sesuatu? batin Eliora berkecamuk.
Sementara Morgan… yang merasa telah melakukan hal terbodoh itu, berharap cemas menunggu respon dari Eliora. Wanita di sampingnya itu bahkan tak sedikitpun merubah ekspresi wajahnya yang sangat sulit di tebak karena wajah Eliora sungguh terlihat datar seperti papan tulis milik Hazel di apartemen Eliora.
Berapa lama lagi kau harus berpikir, El? Apa kata-kataku kurang jelas? Apa terlalu sulit untuk kau mengerti maksud dar
—21—Di sepanjang perjalanan yang hanya diisi keheningan antara Morgan dan Eliora. Mereka akhirnya tiba ke apartemen Eliora. Setelah sebelumnya mereka menghubungi Marcus bahwa mereka memilih pulang lebih awal.Morgan menghentikan mobilnya di parkiranbasementapartemen tersebut, dan melirik Eliora yang terdiam seperti memikirkan sesuatu. Memaksa Morgan kembali merendahkan egonya untuk memulai percakapan.“Kita sudah sampai. Kau yakin tak apa-apa? Jika kau masih pusing, aku akan membawamu ke dokter,” niat Morgan.“Tidak, terima kasih Morgan. Aku turun… kau tak perlu mengantarku sampai ke atas,” jawab Eliora. Ia membukaseatbeltlalu hendak keluar dari mobil.“Hm, maaf… sebenarnya tujuanku datang ke apartemenmu tadi adalah untuk kembali mengecek kamar Hazel. Jadi… bolehkah aku kembali ke unit mu untuk melihat kamar itu?” tanya M
—22—"Morgan… berhenti bergurau," ejek Rebecca. Lalu terkekeh seakan Morgan hanya bergurau dengan ucapannya barusan.Namun raut wajah Morgan begitu serius. Dia memilih mengalihkan tatapannya kepada Roseline yang tercengang dengan ucapan anaknya."Mom… kau yang sering menanyakanku bukan?" tanya Morgan. Roseline terlihat hanya mengerutkan keningnya. Wanita paruh baya itu enggan berkomentar sebelum Morgan menyelesaikan ucapannya."Morgan… kumohon, jangan bicara sembarangan kepada ibumu," ujar Eliora berbisik. Pasalnya dia sendiri masih tak tenang dengan suara Rebecca yang terus menghantuinya melalui ucapan sarkas."Tidak, El… bukankah kau sudah merasakannya saat ciuman yang kuberikan sebelum ke sini," ujar Morgan dengan sengaja."Tapi—""Diam dan dengarkan saja, El…," potong Morgan."Sekali lagi ku jelaskan, Mom. Wanita di sampingku ini. Eliora Clareta Gar
—23—Eliora hanya diam saat Morgan menyuruh Autumn yang kembali ke unitnya untuk merias wajah Eliora. Lalu menggunakan pakaian yang juga milik Autumn untuk menghadiri undangan makan malam secara mendadak dari ibunegara.Dikarenakan semuanya dilakukan secara mendadak, maka mereka berempat bersiap dengan pakaian yang ada di dalam lemari Autumn dan Morgan.Autumn yang terbiasa merias diri menggunakan peralatan make up yang lengkap, begitu cekatan memoleskan kuas ke atas bedak dan mengaplikasikannya ke wajah Eliora. Memilihkan warna soft untuk bibir mungil Eliora hingga tampilannya begitu ringan namun terlihat elegan.Autumn juga memilihkan gaun yang begitu indah, untuk kenakan oleh Eliora. Dirinya begitu semangat melakukan semua itu. Dia sama dengan ibunya yang begitu senang saat tahu sang kakak mengungkapkan sebuah hal yang akan mampu membuat seluruh keluarganya tercengang.Sementara kedua pria mereka, sama
—24—"Do you love me, El?"______Untuk kesekian kalinya… Eliora kembali bungkam atas pertanyaan Morgan. Entah bagaimana Morgan berubah begitu membingungkan. Dengan semua sikap dan ucapan serta semua perlakuannya seharian ini.Awalnya Eliora merasa, Morgan hanya berusaha melindunginya dan Hazel dari orang yang berbuat jahat kepadanya. Namun semakin hari… Saat sebuah simpati berubah menjadi perhatian… Seketika semua sikap dan perlakuan Morgan berubah.Dan Eliora merasakannya sejak malam itu… Dimana dia menerima tawaran Morgan untuk melakukan hubungan intim. Merasakan di sudut hatinya yang tersentuh saat Morgan berniat baik membuatkannya makanan dan hendak mengantarnya pulang.Namun waktu itu egonya menolak untuk menerima kebaikan dari pria yang sempat merendahkan harga dirinya. Dan... keadaan saat ini, sungguh sulit untuk dia hindari. Dia memang t
—25—Morgan terpaksa menuruti permintaan pria tua keras kepala tersebut untuk bermalam di mansion. Lantas ia membawa Eliora ke kamar yang dulu di tempatinya.Seakan ikut bernostalgia dengan ruangan yang selama tinggal di sana selalu menjadi tempatnya beristirahat dalam penat.Tanpa banyak perubahan… kamarnya tetap seperti sebelum dia meninggalkannya, namun tetap terlihat bersih dan terawat.Entah sebuah keberuntungan atau kesialan bagi Morgan karena sisa kamar tamu yang kosong mengalami kerusakan pada pendingin ruangannya, dan belum sempat diperbaiki oleh mekanik mansion, yang sayangnya sedang mengurus kelahiran anaknya.Total kamar di mansion mencapai sepuluh dengan ukuran yang cukup besar, sisanya hanya ada kamar untuk paramaid, namun karena Roseline mengundang kedua keluarga dari adik iparnya. Membuat kamar tamu tersebut habis terpakai.Roseline sempat meminta Eliora untuk tidur dengan Au
-26-Pagi harinya... Morgan terbangun lebih awal dan bertahan memandangi wajah lelap Eliora. Setelah semalam ia berusaha meredam hasrat sialan yang tak mendapat pelepasan.Ditambah dengan semalaman dia tetap mendekap Eliora dalam pelukannya walau dia tahu hal tersebut begitu berbahaya bagi kesehatan jantungnya.Namun dia menginginkannya... mendekap wanita itu dalam pelukannya seperti sudah menjadi keinginannya sejak lama.Dan kini... ia harus mampu membiasakan diri untuk menahan imajinasi liarnya setiap kali ia berada sedekat ini dengan Eliora. Karena hanya dengan memandangi wajah Eliora yang terlelap saja, membuat hatinya terasa begitu hangat.Dia bahkan lupa, bahwa Eliora belum mengatakan setuju untuk menerima tekadnya yang ingin menjadikan Eliora miliknya sepenuhnya.Namun sekali lagi yang harus diingat... bahwa Morgan dan keangkuhannya... tak akan menerima penolakan. Dia akan memaksa Eliora sampai wanita itu menerimanya.
—27—Morgan menitipkan Eliora kepada Ibu dan adiknya, selama dia menghampiri Miller yang berada di halaman belakang mansion. Setelah selesai menikmati sarapan, mereka melakukan kegiatan sehat di hari minggu yang cukup cerah untuk Miller menyempatkan diri bermain golf di halaman luas mansionnya.Pukulan bola putih yang dipukul oleh tongkat golf milik Miller tepat memasuki lubang yang sudah di targetkannya. Giliran Morgan yang melakukan pukulan pada bolanya dan hasilnya sama. Mereka menyudahi permainan dan duduk di bangku berwarna putih dan terdapat meja bundar kecil di tengah yang memisahkan jarak duduk antara Miller dan Morgan.Miller menyeruput kopinya lalu meletakannya kembali ke meja. Dia berdeham dan mulai membuka suaranya."Kupikir selama dua tahun pergi dari sini... kau sudah cukup memuaskan egomu dan membuktikan kepadaku akan kemampuanmu untuk hidup mandiri," ujarnya dingin. Namun terselip sebuah pujian dari ucapan Mill
—28—Morgan kembali masuk ke dalam rumah setelah ia melihat Autumn menemui Chase di halaman belakang.Usai menghubungi teman lamanya untuk meminta bantuannya, Morgan begitu semangat untuk memberitahukan kepada Eliora… bahwa ia sedang menyiapkan sebuah kejutan untuk wanita itu.Saat masuk ke dalam ruangan… Dia melihat sang ibu yang sedang membicarakan menu makan siang dengan kepala koki mansion. Lalu Roseline menoleh kepadanya dan menghampiri Morgan yang juga mendekat ke arah ibunya."Kebetulan kau ke sini Morgan… Mom lupa menanyakan Eliora, apa dia memiliki riwayat alergi makanan?""Setahuku tidak, Mom," jawab Morgan."Baguslah… sepertinya kau sudah selesai bicara dengan ayahmu. Sekarang… ajaklah Eliora ke halaman belakang," pinta Roseline.Morgan mengangguk dan melirik kepada suami dari bibinya yang melintas melewatinya hendak ke halaman belakang setelah membawa minuman
-THE END-Eliora terlihat gugup dan memiliki firasat tak enak saat Morgan menunjukkan senyum mencurigakan.Di sepanjang perjalanannya... ia melirik Morgan yang terus menunjukkan senyuman yang bagi Eliora terlihat begitu aneh untuk terus menerus ditunjukan."Kenapa menatapku seperti itu,Sugar? Aku tahu... kadar ketampananku memang melebihi standar rata-rata. Tapi kau tak harus memperhatikannya seperti bukan kau pemilikku," ujar Morgan dengan tetap percaya diri. Yang sepertinya semakin meningkat setiap harinya.Eliora mengalihkan tatapannya menjadi malas. Dia cukup menyesal telah menatap Morgan begitu lekat. Hingga membuat prianya mengeluarkan kata-kata yang membuatnya mual seketika.Bahkan anak yang dikandung Eliora saja, merasa muak mendengar sang penabur benih begitu percaya diri.Morgan meraih tangan kanan Eliora. Dan membawanya ke rahang tegas yang memiliki bulu halus dengan tatanan yang begitu rap
—45—Satu minggu kemudian... setelah Eliora dinyatakan hamil... pemulihan pada memar di tubuhnya dilakukan begitu cepat karena Morgan tak ingin melihat wanitanya terlalu lama menderita.Dan kini... Morgan begitu gencar untuk membawa Eliora pergi ke suatu tempat untuk berlibur sebelum salju turun.Dia sudah mempersiapkan banyak hal untuk membuat wanitanya menikmati hidup yang sebenarnya dengan semua hasil kerja keras yang dikumpulkannya selama ini.Morgan menatap Eliora yang sedang berpamitan dengan Hazel. Anaknya kali ini lebih memilih pergi bersama Roseline dan Miller yang akan mengajaknya ke acara akhir tahun di disneyland.Tentu saja semua itu adalah ide Morgan yang meminta ayah dan ibunya untuk membantu membawa cucu mereka bermain demi melancarkan rencana Morgan membawa Eliora berlibur.Eliora menghampiri Morgan yang sudah siap menaiki pesawat pribadinya dan berniat terbang ke Eropa. Membawa wanita itu mengun
—44—"El, awas!" teriak Jasmine._____Eliora berbalik dan berniat melindungi diri namun tenaga pria itu jelas lebih kuat. Dengan cepat pria tersebut memukul wajah Eliora hingga membuat Eliora tersungkur ke lantai."Argh!" Eliora menyentuh sudut bibirnya yang terasa mengeluarkan darah.Eliora melihat darah yang diusapkan ke ibu jarinya... lalu ia juga melirik Jasmine yang kehilangan keseimbangannya."Apa yang kau lakukan padamy queen?!" tukas pria yang sempat dilihat oleh Eliora saat pesta pertunangannya berlangsung."Bukankah kau...." Eliora menjeda kalimatnya mengingat dengan siapa pria yang sedang mendekatinya itu duduk saat dipestanya tadi."El... pergi dari sini! Selamatkan dirimu!" teriak Jasmine.Kursi yang dijadikan pijakan oleh Jasmine seketika bergoyang, hampir membuat Jasmine kehilangan pijakannya.Hal tersebut membuat pria it
—43—Morgan mempercepat laju kendaraannya sambil sesekali terus menghubungi Jasmine, dan Mickael. Namun keduanya tak ada satupun yang menjawab panggilan teleponnya.Di sepanjang perjalanannya... Morgan terus merutuki dirinya yang menyikapi Barbara hanya sebagai gertakan. Namun dia sungguh tak memperhitungkan masalah itu membuat wanita seperti Barbara malah menggila.Hingga terjadi masalah saat dirinya selangkah lagi akan mendapatkan kebahagiaan bersama Eliora."Sial… Dimana Jasmine dan Mickael?! Disaat dibutuhkan seperti ini, mereka malah sulit dihubungi. Aku harus mencari tahu data Barbara dimana dia tinggal sekarang!" tukas Morgan.Morgan akhirnya membelokkan mobilnya untuk kembali ke mansion. Berharap Mickael belum membawa pulang Jasmine.Namun sebuah panggilan telepon masuk dan menampilkan nama Mickael di sana.Morgan menjawab panggilan tersebut."Hallo, Mick… apa Jasmine ada bersa
—42—"Mungkinkah?"______"Apa yang kalian bicarakan?" tanya Morgan.Membuat Eliora dan Autumn terkejut lalu menoleh secara perlahan."Katakan El... Apa yang kau ketahui?!" tukas Morgan menyelidik."Ehm, Morgan... aku akan bicarakan semuanya padamu nanti. Kita antar Hazel pulang dulu, agar dia bisa beristirahat," pinta Eliora.Dengan wajah panik Eliora mengusap lengan Morgan yang menatapnya tajam. Berusaha menenangkan prianya agar Hazel tak melihat kemarahannya.Namun Morgan terlalu emosi ketika mengetahui, Eliora menyembunyikan sesuatu darinya."Kau baru akan mengatakannya setelah aku mendengar sesuatu?! Apa yang kau sembunyikan, El?!" desis Morgan.Melangkah mendekati Eliora dengan tatapan yang begitu mengintimidasi."Morgan... Ada Hazel. Dia bisa—""Kenapa kau tak menceritakannya langsung? Apa kau akan tetap diam jika aku tak men
—41—Morgan yang hendak menyusul Eliora dengan sedikit tertatih, harus terhenti saat sebuah panggilan menyapanya begitu akrab."Morgan…," sapa Mickael.Ia menoleh dan mendapati sepupunya Mickael bersama seorang wanita yang selama ini cukup dekat dengannya dalam urusan pekerjaan."Hai Mick and… Jasmine?" Morgan menyapa sambil mengerutkan keningnya."Iya ini aku, Morgan. Apa kau tak mengingat asistenmu sendiri?" sapa Jasmine bergurau.Bukan Morgan tak mengingat asisten handalnya itu… namun gestur tubuh sepupunya kepada sang asisten begitu….Dekat.Tangan Mickael yang melingkar sempurna di pinggang Jasmine seolah menandakan ada sesuatu antara mereka. Hal tersebutlah yang membuat Morgan mengerutkan keningnya cukup dalam.Walau dia turut senang melihat Jasmine akhirnya mau menjalin hubungan serius dengan seorang pria. Dan pria yang dipilihnya adalah sepupunya sen
-40-Autumn menutup mulutnya saat melihat surat ancaman tersebut. Dia hendak merebut surat ancaman itu, namun dengan sigap Eliora menjauhkannya dari Autumn."Kau harus mengatakannya kepada Morgan, El!" seru Autumn setelah gagal merebut surat ancaman dari tangan Eliora."Tidak, Autumn... Kumohon, aku tak ingin merusak kebahagiaannya saat ini. Apa kau tak melihat betapa bahagianya kakakmu? Selama ini dia sudah cukup memikirkan banyak kasus," sanggah Eliora.Tak ingin membuat Morgan semakin pusing dengan keadaan saat ini. Eliora hanya tak ingin merusak moment yang dinantikan Morgan cukup lama. Dan dia akan berusaha menyelesaikan kasus surat ancaman tersebut tanpa bantuan Morgan.Bukankah sudah cukup semua perlakuan Morgan selama ia tak bisa melihat. Pria itu mengusir semua peneror yang datang ke apartemennya. Dan bahkan sampai melakukan konferensi pers karena kasus tersebut tak ingin diperpanjang Morgan.Dan jika kasus serupa i
—39—Keesokan harinya…. Morgan pulang dengan keadaan yang sudah sangat baik di bagian hatinya.Bagaimana tidak? Mendapat jawabanyesdari Eliora, yang dikatakannya sebagai obat termanjur untuk menyembuhkan semua lukanya. Rasanya tak sia-sia dia terluka demi menyelamatkan si tuan santa.Menggunakan limosin berwarna hitam yang dikirim oleh Miller untuk menjemput mereka di rumah sakit. Mereka -Morgan dan Eliora- bersama Chase dan Autumn yang akhirnya menyusul datang pada malam hari bersama ibunya dan uncle Matthew serta Hazel. Autumn berkeras untuk bermalam di rumah sakit menemani Chase yang juga mendapat perawatan.Morgan yang sempat mendapat ejekan dari Chase mengenai boneka santa tersebut, memamerkan kepada Chase, tulisan yang terdapat di dalamnya.Seperti kembali kepada masa kecilnya, ia seolah sedang memamerkan mainan baru kepada teman yang sempat mengejeknya.Chase hanya terkekeh saat
—38—Suara ambulan terdengar samar-samar di pendengaran Morgan. Walau matanya masih terpejam, dan kesadarannya sempat hilang.Namun ia kembali berusaha untuk terjaga, sekalipun matanya sulit untuk terbuka. Dan kepalanya yang masih terasa pusing mendominasi keadaannya saat ini.Morgan bahkan masih mendengar suara Chase yang memberikan keterangan terhadap kecelakaan tersebut. Lalu tersaruh suara dari kejauhan wanita yang dirindukannya.El… kaukah itu?benaknya bertanya.Namun lambat laun kesadarannya semakin hilang dan dia benar-benar tak tahu lagi apa yang terjadi selanjutnya.***Sebuah ruangan di rumah sakit yang terasa sunyi… terdapat seorang wanita yang duduk memandangi seorang pria yang terbaring dengan perban yang dililit di kepalanya. Dan beberapa luka gores terlihat sudah tertutupi dengan rapi.Ruangan yang terlalu besar untuk dihuni oleh satu pasien itu terl