Lima belas menit perjalanan dari apartemen Eliora di jalan 515 W 52nd St, menuju ke Central Park Zoo, yang berada di East 64th Street.
Eliora yang pada akhirnya ikut pergi ke kebun binatang bersama Morgan dalam satu mobil. Dan Hazel bersama dengan kakek dan neneknya dalam satu mobil.
Morgan dan Marcus menghentikan mobil mereka tepat di depan pintu masuk Central Park Zoo. Menurunkan Eliora bersama Debora dan Hazel.
Karena jarak parkir mobil cukup jauh, membuat mereka memilih alternatif seperti itu. Sementara kedua pria tersebut memarkirkan mobilnya, Eliora dan Debora berjalan menuju tiket pembelian karcis masuk.
Lalu lalang orang-orang sekitar membuat Eliora bingung menentukan arah jalan yang benar untuk mengikuti Debora dan Hazel, dia hanya menggunakan indera pendengarannya melalui suara Hazel yang berceloteh menunjuk beberapa hewan yang terlihat dari depan.
"Hazel... lihat-lah... beberapa unggas sudah terlihat dari sini," ujar Debora.
Denga
Eliora yang masih tercengang, berusaha menenangkan degup jantungnya yang bertalu terlalu cepat seakan memicu dirinya untuk merasa senang atas pernyataan tersebut.Hanya saja pernyataan mendadak tersebut membuatnya sungguh tak mampu membuka mulut untuk mengeluarkan sepatah katapun.Sementara dia harus merespon ucapan Morgan yang mungkin menunggu tanggapannya akan seperti apa.Bagaimana aku harus merespon ucapannya? Hah… bibirku terasa kelu. Haruskah aku mengatakan sesuatu?batin Eliora berkecamuk.Sementara Morgan… yang merasa telah melakukan hal terbodoh itu, berharap cemas menunggu respon dari Eliora. Wanita di sampingnya itu bahkan tak sedikitpun merubah ekspresi wajahnya yang sangat sulit di tebak karena wajah Eliora sungguh terlihat datar seperti papan tulis milik Hazel di apartemen Eliora.Berapa lama lagi kau harus berpikir, El? Apa kata-kataku kurang jelas? Apa terlalu sulit untuk kau mengerti maksud dar
—21—Di sepanjang perjalanan yang hanya diisi keheningan antara Morgan dan Eliora. Mereka akhirnya tiba ke apartemen Eliora. Setelah sebelumnya mereka menghubungi Marcus bahwa mereka memilih pulang lebih awal.Morgan menghentikan mobilnya di parkiranbasementapartemen tersebut, dan melirik Eliora yang terdiam seperti memikirkan sesuatu. Memaksa Morgan kembali merendahkan egonya untuk memulai percakapan.“Kita sudah sampai. Kau yakin tak apa-apa? Jika kau masih pusing, aku akan membawamu ke dokter,” niat Morgan.“Tidak, terima kasih Morgan. Aku turun… kau tak perlu mengantarku sampai ke atas,” jawab Eliora. Ia membukaseatbeltlalu hendak keluar dari mobil.“Hm, maaf… sebenarnya tujuanku datang ke apartemenmu tadi adalah untuk kembali mengecek kamar Hazel. Jadi… bolehkah aku kembali ke unit mu untuk melihat kamar itu?” tanya M
—22—"Morgan… berhenti bergurau," ejek Rebecca. Lalu terkekeh seakan Morgan hanya bergurau dengan ucapannya barusan.Namun raut wajah Morgan begitu serius. Dia memilih mengalihkan tatapannya kepada Roseline yang tercengang dengan ucapan anaknya."Mom… kau yang sering menanyakanku bukan?" tanya Morgan. Roseline terlihat hanya mengerutkan keningnya. Wanita paruh baya itu enggan berkomentar sebelum Morgan menyelesaikan ucapannya."Morgan… kumohon, jangan bicara sembarangan kepada ibumu," ujar Eliora berbisik. Pasalnya dia sendiri masih tak tenang dengan suara Rebecca yang terus menghantuinya melalui ucapan sarkas."Tidak, El… bukankah kau sudah merasakannya saat ciuman yang kuberikan sebelum ke sini," ujar Morgan dengan sengaja."Tapi—""Diam dan dengarkan saja, El…," potong Morgan."Sekali lagi ku jelaskan, Mom. Wanita di sampingku ini. Eliora Clareta Gar
—23—Eliora hanya diam saat Morgan menyuruh Autumn yang kembali ke unitnya untuk merias wajah Eliora. Lalu menggunakan pakaian yang juga milik Autumn untuk menghadiri undangan makan malam secara mendadak dari ibunegara.Dikarenakan semuanya dilakukan secara mendadak, maka mereka berempat bersiap dengan pakaian yang ada di dalam lemari Autumn dan Morgan.Autumn yang terbiasa merias diri menggunakan peralatan make up yang lengkap, begitu cekatan memoleskan kuas ke atas bedak dan mengaplikasikannya ke wajah Eliora. Memilihkan warna soft untuk bibir mungil Eliora hingga tampilannya begitu ringan namun terlihat elegan.Autumn juga memilihkan gaun yang begitu indah, untuk kenakan oleh Eliora. Dirinya begitu semangat melakukan semua itu. Dia sama dengan ibunya yang begitu senang saat tahu sang kakak mengungkapkan sebuah hal yang akan mampu membuat seluruh keluarganya tercengang.Sementara kedua pria mereka, sama
—24—"Do you love me, El?"______Untuk kesekian kalinya… Eliora kembali bungkam atas pertanyaan Morgan. Entah bagaimana Morgan berubah begitu membingungkan. Dengan semua sikap dan ucapan serta semua perlakuannya seharian ini.Awalnya Eliora merasa, Morgan hanya berusaha melindunginya dan Hazel dari orang yang berbuat jahat kepadanya. Namun semakin hari… Saat sebuah simpati berubah menjadi perhatian… Seketika semua sikap dan perlakuan Morgan berubah.Dan Eliora merasakannya sejak malam itu… Dimana dia menerima tawaran Morgan untuk melakukan hubungan intim. Merasakan di sudut hatinya yang tersentuh saat Morgan berniat baik membuatkannya makanan dan hendak mengantarnya pulang.Namun waktu itu egonya menolak untuk menerima kebaikan dari pria yang sempat merendahkan harga dirinya. Dan... keadaan saat ini, sungguh sulit untuk dia hindari. Dia memang t
—25—Morgan terpaksa menuruti permintaan pria tua keras kepala tersebut untuk bermalam di mansion. Lantas ia membawa Eliora ke kamar yang dulu di tempatinya.Seakan ikut bernostalgia dengan ruangan yang selama tinggal di sana selalu menjadi tempatnya beristirahat dalam penat.Tanpa banyak perubahan… kamarnya tetap seperti sebelum dia meninggalkannya, namun tetap terlihat bersih dan terawat.Entah sebuah keberuntungan atau kesialan bagi Morgan karena sisa kamar tamu yang kosong mengalami kerusakan pada pendingin ruangannya, dan belum sempat diperbaiki oleh mekanik mansion, yang sayangnya sedang mengurus kelahiran anaknya.Total kamar di mansion mencapai sepuluh dengan ukuran yang cukup besar, sisanya hanya ada kamar untuk paramaid, namun karena Roseline mengundang kedua keluarga dari adik iparnya. Membuat kamar tamu tersebut habis terpakai.Roseline sempat meminta Eliora untuk tidur dengan Au
-26-Pagi harinya... Morgan terbangun lebih awal dan bertahan memandangi wajah lelap Eliora. Setelah semalam ia berusaha meredam hasrat sialan yang tak mendapat pelepasan.Ditambah dengan semalaman dia tetap mendekap Eliora dalam pelukannya walau dia tahu hal tersebut begitu berbahaya bagi kesehatan jantungnya.Namun dia menginginkannya... mendekap wanita itu dalam pelukannya seperti sudah menjadi keinginannya sejak lama.Dan kini... ia harus mampu membiasakan diri untuk menahan imajinasi liarnya setiap kali ia berada sedekat ini dengan Eliora. Karena hanya dengan memandangi wajah Eliora yang terlelap saja, membuat hatinya terasa begitu hangat.Dia bahkan lupa, bahwa Eliora belum mengatakan setuju untuk menerima tekadnya yang ingin menjadikan Eliora miliknya sepenuhnya.Namun sekali lagi yang harus diingat... bahwa Morgan dan keangkuhannya... tak akan menerima penolakan. Dia akan memaksa Eliora sampai wanita itu menerimanya.
—27—Morgan menitipkan Eliora kepada Ibu dan adiknya, selama dia menghampiri Miller yang berada di halaman belakang mansion. Setelah selesai menikmati sarapan, mereka melakukan kegiatan sehat di hari minggu yang cukup cerah untuk Miller menyempatkan diri bermain golf di halaman luas mansionnya.Pukulan bola putih yang dipukul oleh tongkat golf milik Miller tepat memasuki lubang yang sudah di targetkannya. Giliran Morgan yang melakukan pukulan pada bolanya dan hasilnya sama. Mereka menyudahi permainan dan duduk di bangku berwarna putih dan terdapat meja bundar kecil di tengah yang memisahkan jarak duduk antara Miller dan Morgan.Miller menyeruput kopinya lalu meletakannya kembali ke meja. Dia berdeham dan mulai membuka suaranya."Kupikir selama dua tahun pergi dari sini... kau sudah cukup memuaskan egomu dan membuktikan kepadaku akan kemampuanmu untuk hidup mandiri," ujarnya dingin. Namun terselip sebuah pujian dari ucapan Mill