Home / Fantasi / The Deadly Wish / 1. Kenyataan Yang Menyakitkan.

Share

1. Kenyataan Yang Menyakitkan.

last update Last Updated: 2022-01-08 15:33:02

Hujan di malam itu membuat kegaduhan dari kediaman keluarga Draven sedikit teredam. Pasalnya sepasang suami istri sedang terlibat pertengkaran yang sangat hebat.

"Karena kau adalah lelaki yang tidak bertanggung jawab, Adonis!" bentak Kaira kemudian mengacak-acak semua hidangan yang ada di atas meja makan. "Aku menyesal sudah menikah dengan lelaki sepertimu!"

"Tapi, Kaira …, selama ini aku berusaha untuk menafkahimu! Aku selalu berusaha memberikan yang terbaik! Aku sadar, sekarang aku miskin dan dengan pekerjaanku yang sekarang pun aku tidak bisa memberimu lebih, tapi tak pernah sedikitpun aku melupakan kewajibanku sebagai seorang suami," ujar Adonis. Matanya berkaca-kaca, air matanya hampir jatuh.

"Apa katamu? Memenuhi semua kebutuhanku? Selama ini kau hanya mampu membelikanku makanan dan baju bekas dari thrift shop temanmu itu! Itu semua memang bermerek, tapi aku tahu membedakan mana yang baru dan mana yang bekas!"

"Maafkan aku, sayang …, tapi setidaknya baju-baju itu masih sangat bagus dan masih layak untuk kau pakai, kan?"

"Belum lagi dengan peralatan make-up, vitaminku, ponsel pun tak ada gunanya lagi di sini karena beberapa bulan yang lalu wifi-nya sudah dicabut karena menunggak berbulan-bulan! Untung saja aku punya simpanan untuk membeli paket data," seru Kaira dengan tatapan sinis yang menakutkan seraya duduk dengan anggunnya di sofa, lantas ia berkata, "sejak hampir setahun belakangan apa kau pernah mengajakku liburan? Kau hanya mampu mengajakku ke pasar untuk berbelanja kebutuhan makanan, itu pun selalu tidak cukup karena uangnya terlalu sedikit!"

Emosi menyulut amarah Adonis yang tidak menyangka Kaira tega membuang kata-kata yang menyakitkan seperti itu. Lalu ia berkata, "dasar kau tidak pernah bersyukur!" ujarnya dengan penuh kemarahan, matanya melotot dengan tajamnya seraya mengangkat tangan kirinya berniat melayangkan tamparan.

Kaira terkejut dengan reaksi Adonis. Seketika dia langsung beranjak dari sofa dan berkata, "ayo pukul! Pukul aku jika kau ingin berakhir di penjara. Kau pikir ayahku akan membiarkan putri kesayangannya ini dianiaya pria miskin sepertimu?"

Adonis terdiam. Tangannya masih terangkat, nafasnya menderu dengan hebat karena menahan amarah. Tapi, sekalipun Adonis marah, ia tidak pernah sampai hati memukul istri yang sangat dicintainya itu.

"Hmm, aku tahu kau tidak akan pernah berani melakukan itu padaku, selama ini kau hanya bisa menggertak dengan gayamu yang sok kuat itu," sindir Kaira dengan sombongnya sambil berkacak pinggang dengan tawa sinis.

"Sombongnya dirimu, Kaira Harrison! Harusnya kau malu karena di saat aku sedang bersusah payah mengumpulkan uang untuk memenuhi semua kebutuhanmu, kau malah pergi dengan lelaki lain!

Raut wajah Kaira yang tadinya terlihat bangga karena merasa telah memenangkan argumen, tiba-tiba memucat. Dia tersentak mendengar perkataan suaminya tadi.

"Be-beraninya kau memfitnahku! Ternyata pandai juga kau mengarang cerita." Kaira beralibi. Ia terbata namun berusaha tetap terlihat tenang.

Adonis meraih ponsel yang ada di sakunya kemudian membuka folder galeri. Beberapa kali dia menggeser-geser gambar-gambar mencoba mencari sesuatu yang sepertinya ingin ditunjukkan kepada Kaira.

"Ini apa?" kata Adonis sambil mengulurkan tangannya yang memegang ponsel ke wajah Kaira. "Lalu ini, ini, ini dan ini! Semuanya ada tanggal dan jamnya, Kaira!" ujarnya sambil menahan tangis yang sudah berada di ujung mulut.

"Dari mana kau mendapatkan itu semua?"

"Kau tidak perlu repot-repot mencari tahu dari mana aku mendapatkan ini. Sudah sejak beberapa bulan yang lalu aku selalu membuntuti dan memantau semua gerak-gerikmu itu. Kau pikir aku bodoh?" berangnya dengan penuh emosi. Katanya, "tapi, memang aku bodoh karena tetap mencintaimu walaupun mungkin tubuhmu sudah disentuh lelaki lain."

Kaira yang sudah merasa kalah hanya duduk berpangku kaki mencoba menutupi kegelisahannya dan berusaha menciptakan kesan kalem.

"Syukurlah, akhirnya aku juga tidak perlu lagi repot-repot menyembunyikannya," ucap Kaira. "Jadi ku anggap sekarang kita resmi berpisah, oke!"

"Apa! Berpisah? Kau tahu sendiri aku selalu memaafkanmu, Kaira. Asal kau berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Semua orang berhak mendapatkan kesempatan kedua, kan?"

Kaira terkekeh mendengar ucapan Adonis barusan. Kemudian ia berkata, "apa katamu tadi, kesempatan kedua? Sayangnya aku tidak berminat dengan kesempatan keduamu itu. Kesempatan kedua untuk hidup susah lagi maksudmu? Maaf, terimakasih!" Kaira menyeringai seakan bangga dengan perkataanya tadi.

"La-lalu, bagaimana dengan nasib bayi kita yang ada di dalam kandunganmu itu? Empat bulan lagi kau akan melahirkan, Kaira!"

Sudut kanan bibir Kaira terangkat. Dia memandang Adonis dengan penuh keangkuhan. Adonis hanya tersungkur berlutut di hadapan Kaira dengan tatapan penuh harapan.

"Harusnya kau tahu diri dulu sebelum berkata seperti itu, Adonis."

"Apa maksudmu, Kaira?"

"Ternyata memang benar kau bodoh, tepat seperti kata-katamu tadi."

"Aku makin tidak mengerti, Kaira. Kumohon berhentilah bersikap seperti ini. Kita masih bisa memperbaiki ini demi anak kita. Dan lihat …," kata Adonis yang kemudian berjalan dengan cepat ke arah tas ransel yang tergeletak di samping pintu bermaksud mengambil sesuatu untuk ditunjukkan. Ia berkata, "lihatlah ini, aku membelinya tadi. Ini baju untuk anak kita nanti, warnanya biru seperti warna kesukaanmu," ujarnya dengan sangat gembira sembari menghapus air mata yang jatuh di pipinya tadi. Matanya melebar memancarkan kebahagiaan yang tak dapat diungkapkannya dengan kata-kata.

Kaira yang sedang duduk di atas sofa hanya memandang datar apa yang sedang diperlihatkan Adonis seperti tidak tertarik.

"Bersenang-senanglah dengan belanjaanmu itu. Simpanlah! Aku tidak membutuhkannya!"

"Maksudmu apa? Ini sudah kubelikan untuknya. Aku membelinya dengan gaji dari pekerjaan sampinganku sebagai tukang cuci piring selama dua minggu, ditambah dengan gaji sisa dari mengangkut barang di pelabuhan. Memang tidak seberapa, setidaknya aku bisa membelikannya untuk anakku tercinta."

"Kenapa kau begitu polos, Adonis? Kau terlihat sangat percaya diri kalau anak yang ku kandung ini adalah anakmu!"

Adonis terdiam, otot di rahangnya bergerak. Dia mengernyitkan dahi sambil menunduk dan berpikir. Wajahnya memucat karena akhirnya merasa menyadari sesuatu.

"Ini bukan anakmu, Adonis. Ini adalah anak Harrold Walker, pria yang ada di dalam foto yang kau tunjukkan tadi."

Seketika Adonis berdiri dari tumpuan lututnya. Pandangan matanya kosong, ia berjalan ke arah kulkas dan meraih botol air minum. Dia meminum seluruh isi yang ada di dalam botol kaca transparan itu dengan sangat cepat seperti seseorang yang tengah kehausan di gurun pasir, kemudian duduk di kursi meja makan. Air mata menggenang di mata Adonis.

"Apa kau tidak pernah bertanya-tanya semua baju-baju baruku, makan malam mewah yang selalu ku hidangkan setiap sabtu malam, bahkan biaya rumah sakit ibumu beberapa bulan yang lalu itu dari mana asalnya?" tanya Kaira.

"Ku pikir itu semua bantuan dari ayahmu, maka dari itu tak pernah tersirat di benakku untuk mencari tahu dari mana datangnya semua uang itu," jawab Adonis.

Kaira beranjak dari posisi duduknya dan menghampiri Adonis yang hanya terdiam duduk di meja makan dengan tatapan hampa. Kaira menghampiri Adonis dan duduk tepat di depannya kemudian Kaira berkata, "aku lelah hidup miskin seperti ini. Semua serba kekurangan. Ini tidak seperti ekspektasiku, Adonis. Lagipula, kenapa kau harus menjadi miskin seperti ini? Karena kebodohanmu itulah makanya kau bisa sampai ditipu!" ujarnya sambil bersandar di kursi dan memeluk dada dengan pandangan sinis.

Related chapters

  • The Deadly Wish   2. Aku Capek Hidup Miskin!

    "Tapi, aku bahagia denganmu," ucapnya dengan nada lirih."Aku sudah tidak bahagia lagi denganmu, Adonis. Aku menderita!"Adonis tetap terdiam. Tak ada satupun emosi yang keluar wajahnya, hanya tangannya saja yang terlihat sedikit gemetar saat mendengar omongan Kaira tadi."Kurasa ini saat yang tepat untuk kita berpisah, Adonis."Kemudian Adonis meraih sepotong roti yang jatuh ke lantai yang tadi dibuang Kaira. Diraihnya juga selai kacang yang tumpah di lantai dan mengoleskannya di atas roti lalu memakannya secara perlahan."Hey, apa kau tuli? Aku sudah muak hidup bersamamu!"

    Last Updated : 2022-01-08
  • The Deadly Wish   3. I Swear To God!

    Dengan bertelanjang kaki ia berlari menghampiri kendaraan yang sudah siap untuk berangkat itu. Beberapa kali Adonis menggedor kaca mobil mewah yang berwarna transparan itu. Katanya, "aku bersumpah demi mendiang kedua orang tuaku, akan ku balas perbuatan kalian hari ini, ingat itu!"Tiba-tiba kaca mobilnya turun dan dengan lantang Harrold berseru, "dengan senang hati, aku tunggu pembalasanmu." Harrold menutup perkataannya dengan memberi seringai sinis sambil memainkan pedal gas mobil.Mobil hitam super mewah itu pun melaju dengan cepat, meninggalkan jejak yang sangat menyakitkan dan akan terus membekas di hati pria malang yang tertunduk sambil berlutut di pinggir jalan rumahnya. Padahal hari ini adalah hari yang sangat dinantikannya sejak lama. Entah kesialan atau memang takdir yang sedang dialaminya sekarang. Dengan segenap tenaga ya

    Last Updated : 2022-01-08
  • The Deadly Wish   4. Leave Me Alone!

    Sementara itu di rumah Adonis, ia masih duduk terdiam di sofa ruang tamu sambil merokok. Matanya sembab, tatapannya kosong, tak ada lagi sukacita seperti biasa yang menghiasi wajah tampannya itu. Dengan berjalan sempoyongan, Adonis menghampiri gramophone tua milik ayahnya yang ada di atas meja kecil di samping lemari buku, berniat untuk menyalakan musik.Suara musik opera klasik mengalun dengan indahnya. Adonis memang senang mendengar lagu-lagu klasik jika dia sedang lelah atau banyak pikiran. Setidaknya itu bisa membuat suasana hatinya sedikit lebih tenteram. Dia kembali duduk di sofa, masih memegangi rokok di tangannya kemudian meletakkan kedua kaki yang masih berlumuran lumpur di atas meja. Ia menatap langit-langit rumah yang sebagian catnya sudah sedikit terkelupas, lantas perlahan menutup mata. Ia masih memikirkan Kaira. Air mata pun jatuh kembali dan mengucur dengan deras mengalir

    Last Updated : 2022-01-08
  • The Deadly Wish   5. Sosok Misterius Dibalik Pintu.

    Saat tengah mengamati kobaran api tersebut, tiba-tiba pandangan mata Adonis mulai kabur. Tubuhnya terasa lemas dan berat. Ia mencoba berjalan beberapa langkah ke arah pintu belakang dapur sambil memegangi kepalanya.Bruukk!Adonis terjatuh dan tidak sadarkan diri ketika sedang berusaha melangkahkan kaki ke dalam rumah.Keesokan harinya Adonis terbangun dengan penuh rasa kebingungan sambil menatap ke setiap penjuru ruangan yang berwarna putih bersih itu. Pandangan matanya sedikit buram, sayup-sayup ia mendengar suara seorang wanita memanggil namanya."Adonis …," ujar Ben sembari melambai-lambaikan tangan di depan wajah Adonis. "Connor! Kemarilah! Adonis sudah sadar!" teriaknya sambil berlari keluar kamar mengh

    Last Updated : 2022-01-08
  • The Deadly Wish   6. Survive

    Keesokan harinya."Hey, hati-hati!" celetuk Connor kepada Adonis yang hendak membuka pintu mobil untuk keluar. "Ben! Tolong kau pegangi Adonis! Jangan sampai dia jatuh karena masih pusing.""Astaga, kenapa kalian sangat berlebihan seperti ini? Aku sudah sembuh dan tidak merasa pusing sama sekali. Jadi tenang saja, ya!" jawab Adonis.Mereka tiba di rumah Adonis tepat pukul sepuluh pagi. Suasana di rumah Adonis terlihat sepi karena memang sudah kosong. Ketika membuka pintu rumahnya, Adonis merasakan getaran yang masih tersisa dari kenangan-kenangannya dengan Kaira. Ia mencoba menampik semua ingatan yang muncul dibalik tempurung kepalanya ketika melangkah masuk ke dalam rumah."Ayo kita makan!" ujar Ben sembari mengawa

    Last Updated : 2022-02-02
  • The Deadly Wish   7. There's Something Outside The Window.

    Malam itu, Adonis termenung duduk di tangga depan rumahnya. Pikirannya sedang tidak menentu. Entah sudah berapa batang rokok yang ia habiskan sejak tadi. Sesekali ia menatap langit sambil mencoba berpikir apa yang harus dilakukannya agar bisa bertahan hidup selama beberapa bulan kedepan. Uang simpanannya pun sudah hampir terkuras, belum lagi sekarang ia sering sekali membeli minuman keras.Sejenak ia sempat berpikir untuk menggunakan cek dari Harrold untuk dijadikan modal usahanya. Namun itu terbilang akan sangat miris, karena bagaimana mungkin ia menggunakan uang dari lelaki yang merebut istrinya sendiri? Sedikit demi sedikit Adonis meneguk wine murah yang tadi dibelinya sepulang dari toko Connor. Ini adalah botol kedua dan sekarang Adonis sudah mulai merasa mabuk.Sekarang ia sedang merogoh kantong celananya, mencoba meraih ponsel

    Last Updated : 2022-02-04
  • The Deadly Wish   8. Makhluk Aneh Di Mimpiku

    Ketika Adonis hendak berdiri untuk meraih tongkat tersebut, tahu-tahu pintu kamarnya sudah terbuka. Wajah Adonis memucat, alisnya tersentak bersamaan sambil membelalakkan mata. Sosok pria dengan postur tubuh tinggi besar, memakai jubah hitam sedang berdiri tegak di depan pintu. Wajahnya menunduk, terhalang oleh kerudung hitam bergaris emas di tepiannya. Adonis menatap pria tersebut dari ujung kaki hingga ke ujung kepala. Pria tersebut masih berdiri dengan tatapan lurus ke bawah.Tangan kiri Adonis sudah hampir menyentuh tongkat baseball tadi. Namun, belum sempat ia menggenggam tongkat kayu itu, pria dengan kerudung hitam itu menengadahkan wajahnya ke arah Adonis. Adonis tersentak ketika mendongakkan kepalanya. Bibirnya terkatup, badannya terasa sangat kaku ketika bertatapan dengan sosok misterius itu. Entah

    Last Updated : 2022-02-06
  • The Deadly Wish   9. Suicidal

    Sore itu matahari masih menyinari Northstone Ville dengan sangat terik. "Ya Tuhan, kesialan apalagi ini?!" Adonis bergumam dalam hati sesaat ketika seseorang menabraknya."Maaf, aku tidak sengaja," ujar seorang wanita yang mengejar anaknya yang berlarian di tengah padatnya orang yang lalu-lalang.Kopi yang tadi ada di genggaman tangan Adonis tumpah membasahi kemeja putih yang dikenakannya. Adonis hanya terdiam sambil tersenyum meratapi kesialan yang terjadi padanya. Dengan langkah berat, ia menyeret kedua kakinya masuk ke dalam toko Connor yang saat itu tengah sepi."Hey, lihat siapa yang datang hari ini?" ujar Connor menyambut Adonis dengan pelukan namun terhenti ketika ia sadar dengan baju Adonis yang kotor. "Kenapa bajumu?"

    Last Updated : 2022-02-16

Latest chapter

  • The Deadly Wish   10. Biarkan Aku Mati!

    Sementara itu di jalan setapak yang dekat dengan rumah Adonis, nampak Connor dan Ben sedang berjalan beriringan. Mereka berdua terlihat begitu senang sambil bercanda di sepanjang perjalanan. Ben terlihat menenteng sebotol anggur merah di tangan kirinya.Ketika tiba dan menapaki tangga depan rumah Adonis, Connor dan Ben langsung berteriak sekeras mungkin karena kebetulan pintu depan rumah sahabatnya terbuka lebar."Adonis! Dimana kau?" teriak Connor."Hey, kawan …, kita akan mabuk malam ini!"Kedua pria itu saling bertatapan ketika masuk dan melihat seisi rumah Adonis yang sudah acak-acakan."Ada apa ini?" Ben cemas.

  • The Deadly Wish   9. Suicidal

    Sore itu matahari masih menyinari Northstone Ville dengan sangat terik. "Ya Tuhan, kesialan apalagi ini?!" Adonis bergumam dalam hati sesaat ketika seseorang menabraknya."Maaf, aku tidak sengaja," ujar seorang wanita yang mengejar anaknya yang berlarian di tengah padatnya orang yang lalu-lalang.Kopi yang tadi ada di genggaman tangan Adonis tumpah membasahi kemeja putih yang dikenakannya. Adonis hanya terdiam sambil tersenyum meratapi kesialan yang terjadi padanya. Dengan langkah berat, ia menyeret kedua kakinya masuk ke dalam toko Connor yang saat itu tengah sepi."Hey, lihat siapa yang datang hari ini?" ujar Connor menyambut Adonis dengan pelukan namun terhenti ketika ia sadar dengan baju Adonis yang kotor. "Kenapa bajumu?"

  • The Deadly Wish   8. Makhluk Aneh Di Mimpiku

    Ketika Adonis hendak berdiri untuk meraih tongkat tersebut, tahu-tahu pintu kamarnya sudah terbuka. Wajah Adonis memucat, alisnya tersentak bersamaan sambil membelalakkan mata. Sosok pria dengan postur tubuh tinggi besar, memakai jubah hitam sedang berdiri tegak di depan pintu. Wajahnya menunduk, terhalang oleh kerudung hitam bergaris emas di tepiannya. Adonis menatap pria tersebut dari ujung kaki hingga ke ujung kepala. Pria tersebut masih berdiri dengan tatapan lurus ke bawah.Tangan kiri Adonis sudah hampir menyentuh tongkat baseball tadi. Namun, belum sempat ia menggenggam tongkat kayu itu, pria dengan kerudung hitam itu menengadahkan wajahnya ke arah Adonis. Adonis tersentak ketika mendongakkan kepalanya. Bibirnya terkatup, badannya terasa sangat kaku ketika bertatapan dengan sosok misterius itu. Entah

  • The Deadly Wish   7. There's Something Outside The Window.

    Malam itu, Adonis termenung duduk di tangga depan rumahnya. Pikirannya sedang tidak menentu. Entah sudah berapa batang rokok yang ia habiskan sejak tadi. Sesekali ia menatap langit sambil mencoba berpikir apa yang harus dilakukannya agar bisa bertahan hidup selama beberapa bulan kedepan. Uang simpanannya pun sudah hampir terkuras, belum lagi sekarang ia sering sekali membeli minuman keras.Sejenak ia sempat berpikir untuk menggunakan cek dari Harrold untuk dijadikan modal usahanya. Namun itu terbilang akan sangat miris, karena bagaimana mungkin ia menggunakan uang dari lelaki yang merebut istrinya sendiri? Sedikit demi sedikit Adonis meneguk wine murah yang tadi dibelinya sepulang dari toko Connor. Ini adalah botol kedua dan sekarang Adonis sudah mulai merasa mabuk.Sekarang ia sedang merogoh kantong celananya, mencoba meraih ponsel

  • The Deadly Wish   6. Survive

    Keesokan harinya."Hey, hati-hati!" celetuk Connor kepada Adonis yang hendak membuka pintu mobil untuk keluar. "Ben! Tolong kau pegangi Adonis! Jangan sampai dia jatuh karena masih pusing.""Astaga, kenapa kalian sangat berlebihan seperti ini? Aku sudah sembuh dan tidak merasa pusing sama sekali. Jadi tenang saja, ya!" jawab Adonis.Mereka tiba di rumah Adonis tepat pukul sepuluh pagi. Suasana di rumah Adonis terlihat sepi karena memang sudah kosong. Ketika membuka pintu rumahnya, Adonis merasakan getaran yang masih tersisa dari kenangan-kenangannya dengan Kaira. Ia mencoba menampik semua ingatan yang muncul dibalik tempurung kepalanya ketika melangkah masuk ke dalam rumah."Ayo kita makan!" ujar Ben sembari mengawa

  • The Deadly Wish   5. Sosok Misterius Dibalik Pintu.

    Saat tengah mengamati kobaran api tersebut, tiba-tiba pandangan mata Adonis mulai kabur. Tubuhnya terasa lemas dan berat. Ia mencoba berjalan beberapa langkah ke arah pintu belakang dapur sambil memegangi kepalanya.Bruukk!Adonis terjatuh dan tidak sadarkan diri ketika sedang berusaha melangkahkan kaki ke dalam rumah.Keesokan harinya Adonis terbangun dengan penuh rasa kebingungan sambil menatap ke setiap penjuru ruangan yang berwarna putih bersih itu. Pandangan matanya sedikit buram, sayup-sayup ia mendengar suara seorang wanita memanggil namanya."Adonis …," ujar Ben sembari melambai-lambaikan tangan di depan wajah Adonis. "Connor! Kemarilah! Adonis sudah sadar!" teriaknya sambil berlari keluar kamar mengh

  • The Deadly Wish   4. Leave Me Alone!

    Sementara itu di rumah Adonis, ia masih duduk terdiam di sofa ruang tamu sambil merokok. Matanya sembab, tatapannya kosong, tak ada lagi sukacita seperti biasa yang menghiasi wajah tampannya itu. Dengan berjalan sempoyongan, Adonis menghampiri gramophone tua milik ayahnya yang ada di atas meja kecil di samping lemari buku, berniat untuk menyalakan musik.Suara musik opera klasik mengalun dengan indahnya. Adonis memang senang mendengar lagu-lagu klasik jika dia sedang lelah atau banyak pikiran. Setidaknya itu bisa membuat suasana hatinya sedikit lebih tenteram. Dia kembali duduk di sofa, masih memegangi rokok di tangannya kemudian meletakkan kedua kaki yang masih berlumuran lumpur di atas meja. Ia menatap langit-langit rumah yang sebagian catnya sudah sedikit terkelupas, lantas perlahan menutup mata. Ia masih memikirkan Kaira. Air mata pun jatuh kembali dan mengucur dengan deras mengalir

  • The Deadly Wish   3. I Swear To God!

    Dengan bertelanjang kaki ia berlari menghampiri kendaraan yang sudah siap untuk berangkat itu. Beberapa kali Adonis menggedor kaca mobil mewah yang berwarna transparan itu. Katanya, "aku bersumpah demi mendiang kedua orang tuaku, akan ku balas perbuatan kalian hari ini, ingat itu!"Tiba-tiba kaca mobilnya turun dan dengan lantang Harrold berseru, "dengan senang hati, aku tunggu pembalasanmu." Harrold menutup perkataannya dengan memberi seringai sinis sambil memainkan pedal gas mobil.Mobil hitam super mewah itu pun melaju dengan cepat, meninggalkan jejak yang sangat menyakitkan dan akan terus membekas di hati pria malang yang tertunduk sambil berlutut di pinggir jalan rumahnya. Padahal hari ini adalah hari yang sangat dinantikannya sejak lama. Entah kesialan atau memang takdir yang sedang dialaminya sekarang. Dengan segenap tenaga ya

  • The Deadly Wish   2. Aku Capek Hidup Miskin!

    "Tapi, aku bahagia denganmu," ucapnya dengan nada lirih."Aku sudah tidak bahagia lagi denganmu, Adonis. Aku menderita!"Adonis tetap terdiam. Tak ada satupun emosi yang keluar wajahnya, hanya tangannya saja yang terlihat sedikit gemetar saat mendengar omongan Kaira tadi."Kurasa ini saat yang tepat untuk kita berpisah, Adonis."Kemudian Adonis meraih sepotong roti yang jatuh ke lantai yang tadi dibuang Kaira. Diraihnya juga selai kacang yang tumpah di lantai dan mengoleskannya di atas roti lalu memakannya secara perlahan."Hey, apa kau tuli? Aku sudah muak hidup bersamamu!"

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status