Seorang pria misterius mengamati jalannya lalu lintas. Ia melihat ke sekelilingnya, dan itu memang sangat disukainya. Sang pria bisa melakukan itu berjam-jam lamanya, bahkan lebih.
Tidak ada orang yang menyangka apa yang ada di dalam pikiran pria itu. Ia nampak seperti orang kebanyakan.
Seorang anak kecil penjual bunga menawarkan dagangannya kepada orang-orang yang lewat. Namun tidak ada seorang pun yang menanggapinya.
Al Qassar, pria misterius itu, tersenyum dan mendatangi si anak kecil. Ia memberikan sejumlah uang, dan mengambil seluruh dagangan si anak. Si anak menerima uang itu dengan gembira, lalu ia pulang dengan hati yang riang.
Al Qassar beranjak dan membagikan dagangan yang telah dibelinya itu kepada para gelandangan. Kemudian ia menghilang.
Iqbal Anwar tidak pernah membayangkan bahwa dirinya kini sedang berada di Amerika Serikat. Negara yang sebelumnya hanya bisa ada dalam impiannya.Bisa jadi ia memang beruntung karena bisa melewati penjagaan perbatasan. Mungkin juga ia beruntung karena lolos dari kematian akibat perang geng di Tepi Barat. Apa pun itu, sekarang Iqbal berada di sini, di Amerika Serikat.Iqbal adalah seorang anak kurir opium di Tepi Barat. Sejak kecil ia terkenal cerdas, dan ketika beranjak remaja, Iqbal dapat memprediksi bahwa negaranya suatu saat akan terjebak dalam perang jalanan.Ia bisa dengan mudah mendapatkan senjata, bahkan berkali-kali. Bos-bos mafia Arab sangat akrab dengan dirinya.Karena itu ia tumbuh menjadi seorang pengawal mafia. Ia memiliki kemampuan yang sama dengan mafia-mafia lainnya, termasuk soal penyelundupan. Itulah sebabnya Iqbal dengan mudah dapat menyelundupkan dirinya ke Amerika Serikat.Saat ini ia tidak bisa dengan bebas berkeliaran di jala
Banyak orang yang mengalami depresi di kota New York. Tekanan hidup, pekerjaan, politik kantor, dan lain sebagainya membuat hidup sebagian besar penghuni kota ini tidak bahagia.Malcolm Glazer adalah salah satunya.Glazer adalah orang yang mengidap penyakit insomnia. Ia tidak pernah bisa tidur tanpa meminum pil. Entah sudah berapa tahun penderitaannya ini berlangsung. Ia sendiri sudah lupa kapan terakhir kali dirinya tidur dengan nyenyak.Penghasilannya sebagai eksekutif di perusahaan investasi sebenarnya sangat jauh di atas upah rata-rata kota New York. Ia bahkan bisa menerima bonus berkali-kali lipat gaji bulanannya, dua sampai tiga kali dalam setahun.Tapi pekerjaannya telah membuat dirinya kehilangan kemampuan untuk tidur.Glazer sudah mencoba berbagai cara. Bahkan pengobatan alternatif pun telah ia kunjungi setelah obat-obatan farmasi modern tidak berhasil membuatnya beristirahat di malam hari.Namun semuanya nihil.Bahkan Glazer
Kejahatan di kota besar seperti New York bisa jadi merupakan keniscayaan. Penjambretan, pencopetan, dan semacamnya bisa saja terjadi, walaupun mungkin tidak setiap hari. Karena itu ada polisi-polisi tertentu yang memang sehari-harinya bekerja untuk menangani hal demikian.Menjadi istimewa saat yang ditangkap adalah segerombolan teroris. Atau lebih tepatnya, calon teroris.Beberapa orang yang dicurigai sedang mengikuti pengajian radikal telah ditangkap dalam beberapa hari terakhir. Semua itu berdasarkan kepada informasi dari orang misterius.Orang yang hanya menyebut dirinya sebagai “Caliph”.Walaupun demikian, Caliph telah menjadi rahasia umum. Ia juga telah menjadi idola di balik kemisteriusan dirinya. Sejumlah orang telah menjadikannya urban legend.Tapi ada juga yang menjadikannya alat kampanye.“Orang yang menyebut dirinya Caliph ini, siapakah dia? Saya berdiri di sini untuk menawarkan dialog. Apakah dia seoran
Fenomena Caliph yang dibuat oleh Rais Hoetomo telah menampakkan hasilnya. Nyali kelompok-kelompok radikal mulai ciut oleh keberadaan Caliph.Namun efek Caliph belum terlalu besar. Masih banyak orang yang nekat untuk menjadi teroris. Mereka di antaranya terdiri atas orang-orang putus asa yang tidak memiliki pilihan dalam hidupnya, sehingga memilih untuk menjadi teroris.Andy Trunks salah satunya, seorang penyendiri dan penganggur. Ia berkawan dengan beberapa orang lainnya seperti Jarred si petugas keamanan yang terlilit hutang, serta Konnie yang juga penganggur.Mereka berencana membuat onar malam ini, hanya untuk bertemu Caliph.Ya, mereka hanya ingin melihat apakah urban legend itu benar adanya. Karena itu, mereka telah menyiapkan serangkaian bom molotov untuk diledakkan di pusat kota.Tiga sekawan ini bertemu di belakang sebuah gedung tua. Mereka memeriksa kelengkapan alat-alat peledak yang telah dibawa.Di tengah persiapan mereka, datangl
Caliph mendarat di atap gedung.Tempatnya berada bukanlah tempat yang umum untuk dikunjungi orang pada malam hari. Bahkan di siang hari sekalipun, tidak banyak orang beraktivitas di daerah ini.Dapat dikatakan bahwa tempatnya berada adalah daerah terabaikan.Di bawah sana, beberapa van yang telah diintainya mulai menunjukkan aktivitas. Orang-orang di dalamnya telah keluar dan mulai berbincang.Caliph mendengarkan perkataan mereka dengan jelas dengan alat bantu dengarnya.Dari sana nampak Iqbal Anwar. Lalu satu orang lagi keluar dari van. Sosok yang sangat dikenal oleh Caliph.Dr. Frasier Niles alias Al Mahdi.“Karena itu aku mempercayaimu.” Kata Al Mahdi.Iqbal mengangguk tersenyum.Tiba-tiba Al Mahdi menengok ke arah kirinya.“Siapa di sana???” teriak Al Mahdi.Orang-orang di sekitarnya langsung siaga. Mereka mengokang senjatanya masing-masing.“Kau membawa orang lain?&
Andrea Izmaylov sudah beberapa pekan tidak bertemu dengan Caliph. Biasanya mereka menyepakati suatu tempat rahasia untuk berdiskusi. Juga biasanya Caliph yang menghubungi Andrea, dengan metode-metode yang tidak terduga. Entah tiba-tiba ada catatan di bawah gelas Andrea, atau email misterius di komputernya.Bahkan pernah pesan datang di dashboard mobil Andrea. Padahal kunci pintu mobilnya sama sekali tidak rusak, bahkan masih tertutup. Entah bagaimana Caliph melakukan itu semua.Tidak ada jaminan bahwa semua kontak tersebut berasal dari Caliph, tapi setiap kali ia mengikuti petunjuk dalam pesan-pesan tersebut, itu memang benar-benar berasal dari Caliph.Andrea memarkir mobil dan turun untuk masuk ke rumahnya.“Malam.” Sapa sebuah suara berat.Di awal-awal perkenalan mereka, Andrea akan terkejut setengah mati oleh sapaan mendadak seperti itu. Tapi kini ia telah terbiasa.“Lama tidak terlihat.” Kata Andrea.
Aisha Mahmood memarkir mobilnya di tempat parkir khusus direksi perusahaan Hoetomo. Ia lalu menuju arah lift dan menaiki benda yang akan mengarah langsung ke ruangan kerjanya tersebut.Lift pun berhenti di lantai puncak.Aisha memasuki ruangannya dan menyeduh teh herbal seperti biasanya. Hal itu sudah menjadi ritual pagi baginya.Saat ia melakukan tegukan pertamanya, Aisha mendengar suara di ruangan sebelah. Ruangan yang biasa dipakai Rais Hoetomo.Aisha mengetuk pintu.“Ya, masuklah.” Kata suara dari dalam.“Kukira aku yang datang paling pagi.” Kata Aisha sambil memasuki ruangan.Ia mendapati Rais Hoetomo sedang mengakses televisi internet berukuran layar bioskop di ruangan tersebut.“Aku langsung ke sini tadi malam, jadi bisa dibilang, aku tidak benar-benar datang.” Jawab Rais.“Ledakan di pinggiran kota tadi malam itu, kau?”“Ya, dan aku sedang memastikan ba
Sebuah rumah bercat dinding putih di suburban Washington DC terlihat begitu asri. Pekarangannya sangat terawat dan dihiasi bunga-bunga dengan beragam warna. Rumputnya pun dipotong dengan sangat rapi.Cuaca pagi yang cerah membuat Abdul Aziz, penghuni rumah itu, semakin ceria. Ia sedang bersiap untuk berangkat ke kantornya di Capitol Hill. Ia dijadwalkan untuk menghadiri rapat bersama sejumlah anggota senat.Silvester Morran, saingan utamanya, juga akan ada di sana.“Jangan lupa makan siang.” Janna, istri Abdul Aziz, mengingatkan suaminya.“Jangan khawatir.” Abdul Aziz tersenyum.“Hari ini akan pulang larut?”“Kuharap tidak. Tapi memang hari ini akan padat.”“Semua baik-baik saja?”“Kuharap demikian. Doakan aku ya.”“Selalu.”Mereka saling tersenyum.“Kita yang memegang takdir kita sendiri.” Kata Abdul Az