“Mayor Izmaylov, senang bertemu dengan Anda.” Sapa Abdul Aziz.
Rapat terbatas baru saja selesai. Ia memang memiliki janji dengan Andrea Izmaylov pagi ini.
“Senator.” Andrea menyapa balik.
“Saya yakin Anda sudah mendengar kejadian semalam.” Abdul Aziz mempersilakan Andrea memasuki ruangan kerjanya.
“Benar. Saya juga mendapat informasi bahwa Anda mengikuti rapat terbatas tentang hal itu pagi ini?”
“Begitulah. Tapi yang mereka, kepolisian, kirim adalah detektif yang bukan ahlinya.”
“Maksud Anda?”
“Saya memutuskan untuk tidak melanjutkan rapat, karena kurang produktif. Apalagi nara sumber yang ada bukan orang yang tepat. Ia detektif baru yang belum pernah menangani kasus seperti ini sama sekali. Jika bukan ahlinya yang menangani, bersiaplah untuk hancur.”
Andrea tersenyum.
“Anda tahu kenapa kita bertemu di sini, di Washington, pagi ini?
Aisha Mahmood baru saja menyelesaikan rapat yang dipimpinnya bersama anggota direksi Hoetomo yang lain. Siang nanti ia dijadwalkan bertemu dengan para pimpinan anak perusahaan. Baru menjelang malam, Aisha akan melaporkan hasil pertemuannya kepada Rais Hoetomo.Rais, di luar dugaan Aisha, justru menjadi orang yang sangat penting di dalam karirnya. Ia tidak pernah menyangka akan ditempatkan di posisi paling tinggi pada salah satu perusahaan yang menempati Fortune 500.Bahkan ia tidak pernah bertemu Rais sebelumnya. Aisha hanya pernah mendengar nama laki-laki itu. Baginya ketika itu, Rais hanya tokoh dalam cerita.Ketika Rais Hoetomo mendatanginya beberapa tahun silam, yang Aisha menyangka bahwa orang ini hanya anak kaya biasa yang hendak mencari “mainan”. Ternyata dugaannya salah besar.Aisha memang mengetahui bahwa Rais adalah orang jenius. Namun ia belum pernah menyaksikannya hingga saat itu. Justru Rais banyak melontarkan kritik saat mereka b
Islamic Center of Washington adalah sebuah fenomena baru. Di sini adalah tempat berkumpul dan bersosialisasi untuk umat Muslim di Washington, bahkan seluruh Amerika. Sebenarnya tidak hanya Muslim, tapi siapa pun bebas memasuki tempat ini.Tapi yang menjadi fenomena utama bukan itu, melainkan kenyataan bahwa tempat ini membagikan makan malam gratis kepada siapa pun yang datang pada saat pengajian.Rais Hoetomo adalah salah satu donaturnya.Malam ini, Abdul Aziz dan Janna datang ke pengajian yang diadakan di Islamic Center of Washington. Mereka memang mendatangi tempat ini secara rutin, terutama sejak Abdul Aziz menjadi senator.“Aku tidak pernah bosan mendatangi tempat ini.” kata Abdul Aziz.“Ya, aku juga.” Jawab Janna.“Di sini aku tidak merasa berbeda dengan yang lain.”Janna tersenyum.Lalu mereka berdua mendapati seseorang yang datang bersama perempuan berambut cokelat.“Assal
Abdul Aziz memang telah menjadi harapan baru bagi umat Muslim, terutama di Amerika. Ia menjadi senator Muslim pertama di Amerika Serikat. Gebrakan-gebrakannya untuk melawan terorisme sangat menjadi sorotan.Terlebih lagi dengan identitasnya sebagai seorang Muslim.Abdul Aziz banyak menjadi aktor utama dalam lahirnya undang-undang anti terorisme. Justru di saat pandangan dunia sedang skeptis terhadap Islam, seorang Muslim berada di garis depan dalam memerangi stigma negatif tersebut.Latar belakangnya adalah keluarga menengah ke atas. Abdul Aziz lahir di keluarga pedagang. Ayahnya seorang pemilik supermarket yang memiliki sejumlah cabang. Abdul Aziz sendiri memiliki dua adik perempuan.Mereka sekeluarga hidup berkecukupan. Walaupun demikian, Abdul Aziz telah diajari untuk hidup mandiri sejak remaja. Ia diberi kepercayaan menjaga salah satu cabang supermarket ayahnya. Setiap pekan, ia harus melaporkan hasil penjualan dan mendapat pemotongan upah untuk mengg
Waktu telah menunjukkan pukul delapan malam. Abdul Aziz baru saja keluar dari gedung Capitol Hill untuk menuju mobilnya. Hari yang padat telah ia lalui kali ini, seperti halnya hari-hari lainnya.Ia memasuki lahan parkir untuk mulai mengendarai mobilnya. Yang tidak ia sadari adalah sebuah sosok dari balik kegelapan sedang mengamatinya.Sosok itu berada di puncak atap Capitol Hill dan sedang mengarahkan pengintai mikroskopiknya ke arah Abdul Aziz. Dengan alatnya tersebut, ia mengunci telepon genggam Abdul Aziz dengan sinyal yang tidak akan mempengaruhi sinyal telepon Abdul Aziz sama sekali.Namun sejak saat itu, apa pun yang dilakukan Abdul Aziz dapat didengar olehnya.Abdul Aziz menjalankan mobilnya dan pergi meninggalkan Capitol Hill untuk pulang.Sosok gelap di puncak Capitoll Hill itu terbang menuju arah berlawanan.
Tidak ada hal aneh yang ditemukan Rais dari kehidupan Abdul Aziz. Pengintai yang telah ditempatkannya malam itu telah merekam semua lini kehidupan Abdul Aziz.Rais mendapati Abdul Aziz adalah orang yang lurus. Ia merupakan orang yang sangat peduli kepada keluarganya.Satu pekan sudah Rais mengintai Abdul Aziz dan keluarganya. Tidak ada riak berarti dalam kehidupan mereka. Abdul Aziz selalu makan malam bersama keluarganya. Setelah itu, mereka bercengkerama, menonton televisi, atau bermain Playstation bersama.Ia juga menemani putrinya hingga gadis kecil itu terlelap. Lalu Abdul Aziz sendiri pergi ke kamar tidur bersama istrinya.Di pagi hari, Abdul Aziz bangun bersama istrinya untuk salat subuh. Tidak lupa, mereka juga membangunkan Aida dan membiasakannya untuk ikut salat.Kemudian tiba waktu sarapan. Selang satu hari, Abdul Aziz berbagi giliran membuat sarapan dengan Janna. Jika hari ini Janna yang memasak, maka esoknya adalah giliran Abdul Aziz. R
Abdul Aziz juga menjadi fenomena media. Semua kegiatan, bahkan langkahnya selalu menjadi berita. Undangan dari stasiun-stasiun televisi semakin lama semakin banyak berdatangan.Karirnya menjadi sorotan publik. Tindakannya yang berdiri terdepan melawan terorisme adalah hal yang sangat diinginkan publik. Setiap undang-undang yang diperjuangkannya pasti muncul di halaman depan surat kabar.Ia adalah komoditas baru bagi media. Kamera telah menjadi bagian dari kehidupan Abdul Aziz sehari-hari.Sebuah kolom opini di Washington Post dengan gamblang memuat ulasan tentang Abdul Aziz.Senator Abdul Aziz dari California telah membawa wajah baru bagi dunia politik Amerika Serikat. Kita mengingat tiga tahun lalu, seorang Afrika-Amerika juga menjadi fenomena, dan kini ia berhasil menjadi presiden.Apakah ini adalah fenomena semacam itu?Apa pun, semua yang dilakukan Mr. Aziz harus kita apresiasi. Kita semua muak dengan terorism
Jika orang melihat pinggiran Washington, maka akan sangat sedikit bahkan mungkin tidak ada yang memperhatikan sebuah bangunan setengah jadi yang terhimpit bangunan lainnya. Ada rumor yang mengatakan bahwa pemiliknya terlilit utang sehingga tidak memiliki biaya untuk melanjutkan pembangunannya. Ada juga yang mengatakan bahwa bangunan itu habis karena terbakar. Tapi jika demikian, anehnya bangunan lain tidak terdampak.Yang tidak diketahui oleh orang banyak, bangunan itu memiliki lantai lain. Sebuah ruangan bawah tanah yang tidak bisa dimasuki sembarang orang.Di sana, Iqbal Anwar melakukan pertemuan antar kelompok.“Jadi, Anda yang menamakan diri kelompok Muthmainin?” tanya Iqbal.“Ya, memang demikian.” jawab salah satu anggota kelompok yang dihadapinya.Mereka mengitari sebuah meja. Terlihat jelas bahwa di sisi kanan adalah kelompok Iqbal. Sementara sisi lain ditempati kelompok yang menamakan dirinya Muthmainin tersebut.
Di dalam ruang kerjanya, Silvester Morran mengurung diri. Ia telah memerintahkan kepada sekretarisnya untuk mengusir siapa pun yang datang. Morran tidak ingin diganggu oleh siapa pun. Saat ini, yang ada di dalam pikirannya adalah menyelamatkan karir dan bisnisnya.Seseorang bernama Al Qassar telah menemuinya beberapa hari lalu. Orang itu menunjukkan bahwa jaringan milik Morran telah dihabisi oleh Caliph. Semua aliran dana, perdagangan bawah tanah, dan sejenisnya, telah diblokir.Caliph memang benar-benar bukan isapan jempol.Salah seorang anak buah Morran telah mendatangi dirinya kemarin. Orang itu melaporkan tentang terhambatnya aliran dana mereka di Timur Tengah.Lalu muncul Al Qassar.Orang ini menjanjikan kematian Caliph, asalkan Morran bisa menuruti kemauan Al Qassar.Bloody hell, yang kupedulikan saat ini bukan hanya Caliph, tapi juga Abdul Aziz, pikir Morran. Dua orang itu adalah masalah utamanya sekarang. \Ia mulai m
Silvester Morran memasuki ruangan kantornya. Ia telah menyaksikan apa yang terjadi. Walaupun Morran menyatakan turut bersukacita atas apa yang dicapai Abdul Aziz, tapi ia tidak pernah serius mengatakannya.Bagi Morran, saat ini yang penting adalah pencalonan dirinya sebagai Presiden Amerika Serikat semakin memiliki saingan kuat. Dan ia tidak bahagia akan hal itu.“Pagi.” Sebuah suara mengagetkannya.Seseorang telah berada di ruangan kerja Morran sebelum dirinya masuk.“Ka...kau...” Morran tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.“Kejutan, bukan?” tanya orang tersebut.“Dengar, kau tidak seharusnya ada di sini.”“Begitu juga denganmu.”“Apa maksudmu?”“Kau sama sekali tidak layak berada di tempat ini. Tidak sedikit pun.”Orang itu mengokang pistol, membidik ke arah kepala Morran.“Hei, tunggu, ada apa ini?” Morr
Di kantor FBI, Andrea Izmaylov telah menerima pesan dari nomor tidak dikenal mengenai posisi Al Qassar. Walaupun nomor tersebut tidak dikenalnya, ia tahu siapa yang mengirimkan pesan tersebut. Andrea segera memerintahkan mobilisasi.“Cepat, siagakan pasukan dan bergeraklah menuju Gedung Putih!!!” perintahnya.Sementara itu di Gedung Putih, Presiden menyambut Abdul Aziz. Mereka adalah saingan berat pada pemilihan sekarang, namun Presiden merasa perlu untuk menunjukkan wajah hangat Amerika Serikat.Karena itu ia mengundang Abdul Aziz, Janna, dan Fathia, putri mereka. Presiden memandu sendiri tur mereka mengelilingi bagian dalam Gedung Putih. Ia menunjukkan kantor-kantor, sayap Barat dan Timur, bahkan Oval Office.Tidak lupa, Presiden juga menunjukkan area residency.“Ini tempat Presiden Amerika Serikat menjalani kehidupan pribadinya.” Kata Presiden.Abdul Aziz dan Janna mengangguk-a
Penjara Distrik Columbia yang baru saja menerima tamu istimewa semalam tidak terlihat akan mendapat kejutan di hari yang baru ini. Betapa tidak, malam sebelumnya mereka baru saja merayakan keberhasilan gabungan pasukan MPDC, SWAT, dan Garda Nasional dalam meringkus seorang teroris paling berbahaya di Washington.Tapi kini, justru keadaan berbalik. Orang tersebut berjalan dengan bebasnya di area penjara, bahkan tidak ada seorang pun petugas keamanan yang mencegahnya.Al Qassar berdiri di hadapan kepala penjara.Di sekitar mereka, pasukan berseragam petugas penjara berjaga-jaga sambil bersiap dengan senjata masing-masing.“Kau... benar-benar orang gila.” Kata kepala penjara.“Jika kau tidak keberatan, akuilah, bahwa pasukanmu lebih loyal kepadaku dibandingkan bos mereka sendiri.”Si kepala penjara terdiam menahan geram.“Aku tahu kau marah. Aku tahu kau juga sedih. Tapi inilah kenyataan. Kau harus belajar u
Washington Monument, keesokan harinya.Podium telah disiapkan. Tidak ada panggung khusus, hanya podium. Masyarakat Washington telah ramai memenuhi area tersebut. Pers juga tidak tertinggal.Waktu telah menunjukkan pukul sembilan pagi. Abdul Aziz menaiki podium. Janna menyaksikan di antara masyarakat Washington.Sementara dari sisi lain kota, di sebuah griya tawang, Rais Hoetomo menyaksikan CNN yang meliput Abdul Aziz.“Telah banyak tersebar berita dalam beberapa waktu ke belakang ini. Berita-berita yang membahas tentang pencalonan sejumlah nama sebagai Presiden Amerika Serikat. Banyak nama yang beredar, di antaranya nama saya. Tapi hal itu bukan menjadi perhatian saya pada waktu-waktu tersebut.“Perhatian saya tertuju kepada timbulnya kelompok-kelompok ekstremis dan teroris, baik di Amerika Serikat maupun seluruh dunia. Aksi dari kelompok-kelompok tersebut, sejak awal saya percaya, tidak mewakili apa pun di atas muka bumi i
Abdul Aziz telah berada di mobil evakuasi. Sesuai rencana, pasukan SWAT akan segera membawanya pergi sesaat setelah Al Qassar datang.Sasaran mereka adalah Al Qassar. Sejak awal, tidak ada niat dari pasukan SWAT maupun MPDC untuk membiarkan Abdul Aziz menjadi umpan yang akan disantap Al Qassar.Di depan dan belakang mobil yang ditumpangi Abdul Aziz, terdapat masing-masing dua mobil SWAT yang mengawal mereka. Sekilas, mereka tampak aman.Namun itu hanya nampaknya.Mobil pengawal paling belakang tiba-tiba terjungkal. Dari bawahnya terlihat api berkobar.Di belakang mereka, terlihat pasukan Al Qassar.Al Qassar memang bukan orang bodoh. Ia tahu bahwa sejak awal tidak mungkin mereka menempatkan senatornya sebagai tumbal.Karena itu ia menempatkan seorang Al Qassar palsu untuk menyerang Northwest, sementara ia sendiri mengamati ke mana Abdul Aziz akan dibawa pergi.Kini Al Qassar hanya me
Jika dibandingkan dengan peperangan-peperangan yang telah dialaminya, baik di Timur Tengah maupun tempat lain, malam ini bukanlah hal yang aneh bagi Rais. Ia akan berhadapan dengan satu atau sekelompok teroris.Dan ini bukan hal baru baginya.Tapi Rais tahu bahwa ia harus tetap waspada. Al Qassar bukan teroris biasa. Ia adalah seorang mastermind. Bahkan masih belum dapat dipastikan apakah Al Qassar akan memakan umpan Rais.Jika umpan ini berhasil, Al Qassar akan menyerang Abdul Aziz di Northwest. Saat itulah Rais akan beraksi.Rais juga menyadari bahwa Al Qassar tidak akan datang sendirian. Orang ini tidak cukup bodoh untuk menghadapi pasukan MPDC seorang diri. Ia pasti membawa pasukannya.Dalam hatinya Rais berharap semua rencananya bersama Abdul Aziz berhasil. Lalu Al Qassar akan ditangkap dan dipenjarakan dengan keamanan maksimum sebelum menerima hukuman terberat dari pengadilan. Mungkin hukuman mati.Tapi seperti yang telah dika
02.30 am“Saudara sekalian, perubahan di posisi perolehan suara terus terjadi. Fenomena yang terjadi dari detik ke detik semakin tidak terprediksi. Saat ini secara mengejutkan, Massachussets berada di posisi puncak perolehan suara menggeser Washington yang lima belas menit lalu menjadi pendulang suara terbanyak. “Sejumlah netizen yang mengaku sebagai warga Massachussets mengatakan bahwa mereka menduga kuat bahwa warga Washington memveto Massachussets sebanyak mungkin untuk menyelamatkan negara bagian mereka.“Netizen yang mengaku sebagai warga Massachussets ini mulai melakukan provokasi kepada seluruh warga negara bagian lain agar memveto Washington. Mereka bahkan menyebarkan tagar #VoteWashington di Twitter. Hal ini segera ditanggapi oleh sejumlah netizen yang mengaku sebagai warga Washington yang membalas dengan tagar #VoteMassachussets sambil mereka juga membantah tuduhan yang di
01.00 amWarga negara Amerika Serikat terpecah menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah mereka yang berusaha melarikan diri dari negaranya. Mereka mencoba melakukan segala cara untuk menembus perbatasan ke Meksiko dan Kanada.Perdana Menteri Kanada telah membuka perbatasan negaranya untuk mempersilakan orang-orang dari Amerika Serikat yang hendak berlindung di negeri tersebut. Meskipun ada beberapa pemeriksaan oleh petugas, namun semua itu hanya dilakukan sebagai syarat administratif untuk memastikan orang yang mengungsi tidak memiliki catatan criminal apalagi tercatat sebagai teroris.Sementara pemerintah Meksiko memberlakukan kebijakan yang jauh berbeda. Meksiko menutup perbatasan sehingga para pengungsi dari Amerika Serikat menumpuk di daerah batas antara dua negara.Ada belasan ribu orang Amerika yang berada di perbatasan Meksiko dan menunggu pemerintah negara tetangga mereka tersebut membuka perbatasannya dan mengizinkan mereka
Iqbal Anwar membalas tatapan Abdul Aziz. Mereka berdua beradu pandang tanpa berkedip. Iqbal mengeluarkan senyum liciknya. Sementara Abdul Aziz masih bergeming.Abdul Aziz berdiri dan duduk di sisi meja tempat Iqbal duduk.“Aku tidak ingin membuang banyak waktu di sini. Jadi, sebaiknya kau bekerja sama.” Kata Abdul Aziz.Iqbal tersenyum lagi.“Aku tahu kau berusaha mempermainkan kami. Tapi percayalah, di sini bukan tempat kau bisa melakukan itu. Pikirkanlah, berapa lama kau akan bisa bertahan dengan terus bersikap seperti ini.”“Memangnya apa yang akan kau lakukan?”“Itu bukan wewenangku. Bahkan bukan hakku untuk berada di sini dan menginterogasimu. Tapi aku bisa berada di sini, di hadapanmu, tanpa ada satu pun petugas yang mendampingiku. Kau tahu kenapa? Karena mereka sudah muak terhadapmu sehingga harus memintaku untuk turun tangan. Dan kau tahu? Aku tidak memiliki dasar pelatihan interogasi. Karena