Ikhwan sekalian, generasi baru mujahidin sama sekali tidak mengecewakanku. Mereka mungkin masih mentah saat ini. Tapi seiring dengan waktu, mereka akan menemukan kematangannya.
Semua pelajaran hidup telah memberikan kebaikan yang tiada tara pada diri mereka, dan terutama untuk diriku. Mereka adalah generasi terhebat yang pernah kutemui. Semua yang mereka lihat, mereka dengar, dan mereka rasakan, dapat menjadi sebuah pelajaran yang mereka manfaatkan untuk menjadi semakin kuat di masa depan. Mereka juga cepat mempelajari suatu hal.
Di samping itu, pemahaman akan sains dan teknologi memberikan keunggulan bagi kualitas diri mereka yang sangat sempurna. Mereka memiliki fisik yang sangat prima dan kuat. Ini adalah contoh manusia modern yang seharusnya menjadi model manusia masa kini. Tubuh mereka tertempa dengan baik, menjadikan mereka akan sanggup menjalani pertarungan yang seperti apa pun.
Aku yakin pasukan ini akan menjadi andalan kita. Saat ini mereka masih perlu
Pagi yang baru telah tiba. Harun dan Rais kini berdiri di atas lapangan luas dan siap berlatih pertempuran. Matahari bersinar cerah menerpa tubuh mereka yang kukuh.Rais telah menceritakan kepada Harun tentang apa yang terjadi di WTC, dan ia puas melihatnya. Rais pun diam untuk sejenak, berusaha menikmati aliran udara pagi. Sekaligus memohon ampun atas kebohongannya.“Apakah kau merasa perlu memiliki andil dalam 9/11?” tanya Harun memecah keheningan alam yang sedang dinikmati Rais.“Aku merasa bersemangat setiap kali mengingatnya,”Harun tersenyum.Ia merasa sangat puas dengan jawaban Rais. Harun lalu mengajak Rais memasuki bangunan utama dari markas rahasia mereka. Di sana telah menunggu kelompok-kelompok tentara, mungkin jumlahnya ratusan, semua sedang berlatih.Mereka bertarung, menembak, memanah, berkelahi, dan latihan fisik lainnya. Sebagian di antara meraka diajari membaca peta. Rais dan Harun berjalan mengelili
“Aku akan mengantarmu menemui Sheikh ‘Iz.”“Sheikh ‘Iz?” Rais teringat Sheikh Akbar yang menyebarkan ajaran ekstrem tempo hari.“Ya, ia adalah seorang guru. Mari.”Mereka pun melanjutkan perjalanan dan mencapai tempat orang yang dimaksud Abdul Aziz.Sheikh ‘Iz adalah seorang moderat. Ia jauh dari bayangan Rais. Kulit putih dan rambut cokelatnya masih basah oleh air wudhu saat menyambut Rais dan Abdul Aziz.Mereka memasuki sebuah rumah yang di tamannya dihiasi pepohonan. Beberapa bagian rumah bergaya Spanyol, sebagian lagi bergaya mediterania. Suasana sejuk menghampiri Rais dan Abdul Aziz di tengah musim panas yang terik di San Diego.Rais belum pernah mendatangi rumah orang yang disebut dengan “ulama”. Karena itu ia tidak tahu pakaian apa yang harus dikenakannya. Ia hanya mengenakan pakaian formal yang biasa dikenakannya setiap hari.Seseorang membuka pintu. Abdul Aziz
Ikhwan sekalian, para Yahudi telah menduduki Palestina untuk waktu yang sangat lama. Para Ulama hanya bisa diam karena ketakutan. Mereka tidak memiliki nyali untuk menghadapi para Yahudi kafir. Inilah yang harus kita berantas.Mujahidin tidak boleh merasa takut. Kita sedang berjihad membela agama Allah. Ganjaran kita akan surga sudah menanti kita. Kita harus membangun keberanian dan ghirah Mujahidin.Ironisnya, telah lama aku mengetahui apa yang akan menjadi senjata utamaku. Orang menjadi kuat dan berani sebenarnya karena mereka takut.Ironis bukan?Ketakutan yang dulu menjadi sesuatu yang harus dihindari, justru kusadari justru menjadi sebuah kekuatan. Banyak orang yang masih menghindari ketakutan.Ia dianggap sebagai musuh utama umat manusia.Bagiku justru ketakutanlah yang menjadi energi utama umat manusia. Karena takut akan miskin, orang berjuang. Takut terbunuh, orang berlatih untuk membela diri. Takut tersingkir, orang berjuang m
Rais mendapati bahwa setahun lebih kehidupan kejam yang ia jalani telah banyak mengubah dirinya. Ia tumbuh dari pemuda jenius yang eksklusif menjadi seorang ksatria berkarakter fisik luar biasa. Otot dari tangan, kaki, leher, dan tubuhnya berkembang pesat. Ia yakin bahwa saat dirinya terkurung di penjara-penjara adalah saat dirinya berubah menjadi lengkap sebagai manusia.Tapi tempat Ibnu Awwad, disadarinya, adalah tempatnya memulai perubahan yang baru. Dipelajarinya berbagai jenis kekuatan, ada yang berasal dari pengetahuan dan keandalan fisik dan ketahanan tubuh yang tak termusnahkan. Selain itu, pemikirannya juga semakin terbuka. Ia menemukan bahwa seseorang mendapatkan keyakinan kuat dari doktrin yang diajarkan sehingga memberikan kekuatan bagi mereka untuk bergerak dan berjuang untuk pemimpinnya.Latihan-latihannya, termasuk fisik dan rohani, adalah suatu hal yang belum pernah dialaminya sebelum ini. Ia tidur bersama pasukan-pasukan Ibnu Awwad, dalam sebuah barak
Ikhwan sekalian, semua mujahidin pasti akan menemukan hal baru di kehidupannya saat ini, di tempat kita. Tentu mereka akan mendapati bahwa apa yang dijalaninya di sini adalah hal yang sangat berbeda dari semua yang pernah dilakukannya.Mujahidin pasti akan segera menemukan makna dari pelatihan selama ini. Semua pelatihan yang mereka jalani adalah untuk meniadakan kepentingan diri dan bertarung untuk umat semata. Itulah yang kulakukan kepada semua orang yang kita rekrut dan pada akhirnya mereka pun memahami tujuan hidup mereka yang sebenarnya.Sekian lama kita berjuang, organisasi kita adalah organisasi yang unik dan tidak dapat ditiru oleh organisasi lain. Kita mencari makna hidup yang begitu dalam dan membangun kekuatan dari kekuatan iman masing-masing orang, baik secara fisik maupun mental.Semua orang di sini akan menggali potensi dirinya dan meningkatkan kekuatan yang berasal dari potensinya masing-masing. Mereka harus mengalahkan kelemahan mereka masing-mas
Setiap harinya ketika memasuki waktu maghrib, Rais bergabung dengan rekan-rekannya untuk makan malam. Biasanya menu makan mereka tidak banyak berubah dari hari ke hari. Tapi nutrisi lengkap selalu tersedia. Hanya beberapa makanan yang mengandung karbohidrat tidak lagi disediakan untuk makan malam. Air minum untuk setiap harinya didapatkan dari sumber air pegunungan.Rais telah merasakan semua restoran mewah yang ada di Amerika Serikat. Bahkan restoran-restoran di luar Amerika pun pernah disinggahinya. Tapi ia sangat menikmati makanan di sini. Lebih karena apa yang ia dapatkan di sini adalah hal yang menjadi hadiah dari perjuangan mereka setiap hari. Di sisi lain, Rais mempelajari bahwa ia harus terus bersyukur untuk semua yang didapatkannya.Betapa tidak, setiap kali makan adalah saat setelah latihan yang berat. Latihan berlari, bertarung, berperang, dan semua dilakukan di bawah terik matahari maupun dinginnya cuaca lembah pegunungan.Selain latihan fisik yang b
Ikhwan sekalian, dari tahun-tahun yang telah berlalu, aku menemukan diriku telah mengalami kemunduran secara fisik. Ini tidak lain, pasti karena usiaku yang sudah tidak lagi muda. Aku salah ketika berpikir bahwa kedigdayaanku adalah selamanya. Meskipun begitu, aku tidak kecewa.Kini aku memiliki para mujahidin yang akan menjadi penerusku. Setiap harinya merela tidak pernah berhenti membuatku kagum. Mereka adalah umat terbaik dari yang terbaik yang pernah aku dapatkan. Sepertinya mereka tidak memiliki batas kekuatan.Semula kupikir bahwa aku harus menjaga diriku dari harapan-harapan palsu. Aku tidak ingin kecewa seperti yang sudah kualami dengan beberapa orang. Dengan pasukanku sekarang, aku yakin tidak akan mengalaminya. Tidak ada orang yang kutemui sejauh ini, yang bisa menyamai semua keunggulan dan potensi mereka. Mereka adalah pengecualian dari umat kebanyakan.Andai saja sejak dulu kutemukan orang seperti mereka, maka aku akan hidup lebih nyaman tanpa rasa k
Terkadang Rais sering bertanya-tanya mengenai keberadaan Ibnu Awwad. Sang penyelamat umat misterius ini hanya sekali-sekali muncul ke permukaan. Ia bahkan belum pasti apakah benar-benar tinggal di tempatnya menempuh latihan atau tidak. Terkadang Ibnu Awwad muncul dan memperhatikan pasukannya berlatih. Terus begitu tanpa bereaksi. Ia jarang berbicara ataupun menimbulkan suara-suara yang tidak perlu. Tapi kehadirannya begitu terasa.Seperti pagi ini, Ibnu Awwad menyaksikan Rais sedang berlatih dengan pakaian lengkap. Rais sedang menghadapi seniornya yang sepantar. Seseorang memanggil Rais dan membuyarkan konsentrasinya. Segera setelah konsentrasinya buyar, lawannya pun menghajar Rais habis-habisan.Rais tumbang.Semula Rais berpikir bahwa yang memanggilnya adalah Ibnu Awwad. Tapi ia segera menepis pikiran itu.Ternyata itu adalah suara dari Harun Bashar.Setelah ia mengetahui asal sumber suara, didapatinya Ibnu Awwad telah pergi.Harun Bashar
Silvester Morran memasuki ruangan kantornya. Ia telah menyaksikan apa yang terjadi. Walaupun Morran menyatakan turut bersukacita atas apa yang dicapai Abdul Aziz, tapi ia tidak pernah serius mengatakannya.Bagi Morran, saat ini yang penting adalah pencalonan dirinya sebagai Presiden Amerika Serikat semakin memiliki saingan kuat. Dan ia tidak bahagia akan hal itu.“Pagi.” Sebuah suara mengagetkannya.Seseorang telah berada di ruangan kerja Morran sebelum dirinya masuk.“Ka...kau...” Morran tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.“Kejutan, bukan?” tanya orang tersebut.“Dengar, kau tidak seharusnya ada di sini.”“Begitu juga denganmu.”“Apa maksudmu?”“Kau sama sekali tidak layak berada di tempat ini. Tidak sedikit pun.”Orang itu mengokang pistol, membidik ke arah kepala Morran.“Hei, tunggu, ada apa ini?” Morr
Di kantor FBI, Andrea Izmaylov telah menerima pesan dari nomor tidak dikenal mengenai posisi Al Qassar. Walaupun nomor tersebut tidak dikenalnya, ia tahu siapa yang mengirimkan pesan tersebut. Andrea segera memerintahkan mobilisasi.“Cepat, siagakan pasukan dan bergeraklah menuju Gedung Putih!!!” perintahnya.Sementara itu di Gedung Putih, Presiden menyambut Abdul Aziz. Mereka adalah saingan berat pada pemilihan sekarang, namun Presiden merasa perlu untuk menunjukkan wajah hangat Amerika Serikat.Karena itu ia mengundang Abdul Aziz, Janna, dan Fathia, putri mereka. Presiden memandu sendiri tur mereka mengelilingi bagian dalam Gedung Putih. Ia menunjukkan kantor-kantor, sayap Barat dan Timur, bahkan Oval Office.Tidak lupa, Presiden juga menunjukkan area residency.“Ini tempat Presiden Amerika Serikat menjalani kehidupan pribadinya.” Kata Presiden.Abdul Aziz dan Janna mengangguk-a
Penjara Distrik Columbia yang baru saja menerima tamu istimewa semalam tidak terlihat akan mendapat kejutan di hari yang baru ini. Betapa tidak, malam sebelumnya mereka baru saja merayakan keberhasilan gabungan pasukan MPDC, SWAT, dan Garda Nasional dalam meringkus seorang teroris paling berbahaya di Washington.Tapi kini, justru keadaan berbalik. Orang tersebut berjalan dengan bebasnya di area penjara, bahkan tidak ada seorang pun petugas keamanan yang mencegahnya.Al Qassar berdiri di hadapan kepala penjara.Di sekitar mereka, pasukan berseragam petugas penjara berjaga-jaga sambil bersiap dengan senjata masing-masing.“Kau... benar-benar orang gila.” Kata kepala penjara.“Jika kau tidak keberatan, akuilah, bahwa pasukanmu lebih loyal kepadaku dibandingkan bos mereka sendiri.”Si kepala penjara terdiam menahan geram.“Aku tahu kau marah. Aku tahu kau juga sedih. Tapi inilah kenyataan. Kau harus belajar u
Washington Monument, keesokan harinya.Podium telah disiapkan. Tidak ada panggung khusus, hanya podium. Masyarakat Washington telah ramai memenuhi area tersebut. Pers juga tidak tertinggal.Waktu telah menunjukkan pukul sembilan pagi. Abdul Aziz menaiki podium. Janna menyaksikan di antara masyarakat Washington.Sementara dari sisi lain kota, di sebuah griya tawang, Rais Hoetomo menyaksikan CNN yang meliput Abdul Aziz.“Telah banyak tersebar berita dalam beberapa waktu ke belakang ini. Berita-berita yang membahas tentang pencalonan sejumlah nama sebagai Presiden Amerika Serikat. Banyak nama yang beredar, di antaranya nama saya. Tapi hal itu bukan menjadi perhatian saya pada waktu-waktu tersebut.“Perhatian saya tertuju kepada timbulnya kelompok-kelompok ekstremis dan teroris, baik di Amerika Serikat maupun seluruh dunia. Aksi dari kelompok-kelompok tersebut, sejak awal saya percaya, tidak mewakili apa pun di atas muka bumi i
Abdul Aziz telah berada di mobil evakuasi. Sesuai rencana, pasukan SWAT akan segera membawanya pergi sesaat setelah Al Qassar datang.Sasaran mereka adalah Al Qassar. Sejak awal, tidak ada niat dari pasukan SWAT maupun MPDC untuk membiarkan Abdul Aziz menjadi umpan yang akan disantap Al Qassar.Di depan dan belakang mobil yang ditumpangi Abdul Aziz, terdapat masing-masing dua mobil SWAT yang mengawal mereka. Sekilas, mereka tampak aman.Namun itu hanya nampaknya.Mobil pengawal paling belakang tiba-tiba terjungkal. Dari bawahnya terlihat api berkobar.Di belakang mereka, terlihat pasukan Al Qassar.Al Qassar memang bukan orang bodoh. Ia tahu bahwa sejak awal tidak mungkin mereka menempatkan senatornya sebagai tumbal.Karena itu ia menempatkan seorang Al Qassar palsu untuk menyerang Northwest, sementara ia sendiri mengamati ke mana Abdul Aziz akan dibawa pergi.Kini Al Qassar hanya me
Jika dibandingkan dengan peperangan-peperangan yang telah dialaminya, baik di Timur Tengah maupun tempat lain, malam ini bukanlah hal yang aneh bagi Rais. Ia akan berhadapan dengan satu atau sekelompok teroris.Dan ini bukan hal baru baginya.Tapi Rais tahu bahwa ia harus tetap waspada. Al Qassar bukan teroris biasa. Ia adalah seorang mastermind. Bahkan masih belum dapat dipastikan apakah Al Qassar akan memakan umpan Rais.Jika umpan ini berhasil, Al Qassar akan menyerang Abdul Aziz di Northwest. Saat itulah Rais akan beraksi.Rais juga menyadari bahwa Al Qassar tidak akan datang sendirian. Orang ini tidak cukup bodoh untuk menghadapi pasukan MPDC seorang diri. Ia pasti membawa pasukannya.Dalam hatinya Rais berharap semua rencananya bersama Abdul Aziz berhasil. Lalu Al Qassar akan ditangkap dan dipenjarakan dengan keamanan maksimum sebelum menerima hukuman terberat dari pengadilan. Mungkin hukuman mati.Tapi seperti yang telah dika
02.30 am“Saudara sekalian, perubahan di posisi perolehan suara terus terjadi. Fenomena yang terjadi dari detik ke detik semakin tidak terprediksi. Saat ini secara mengejutkan, Massachussets berada di posisi puncak perolehan suara menggeser Washington yang lima belas menit lalu menjadi pendulang suara terbanyak. “Sejumlah netizen yang mengaku sebagai warga Massachussets mengatakan bahwa mereka menduga kuat bahwa warga Washington memveto Massachussets sebanyak mungkin untuk menyelamatkan negara bagian mereka.“Netizen yang mengaku sebagai warga Massachussets ini mulai melakukan provokasi kepada seluruh warga negara bagian lain agar memveto Washington. Mereka bahkan menyebarkan tagar #VoteWashington di Twitter. Hal ini segera ditanggapi oleh sejumlah netizen yang mengaku sebagai warga Washington yang membalas dengan tagar #VoteMassachussets sambil mereka juga membantah tuduhan yang di
01.00 amWarga negara Amerika Serikat terpecah menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah mereka yang berusaha melarikan diri dari negaranya. Mereka mencoba melakukan segala cara untuk menembus perbatasan ke Meksiko dan Kanada.Perdana Menteri Kanada telah membuka perbatasan negaranya untuk mempersilakan orang-orang dari Amerika Serikat yang hendak berlindung di negeri tersebut. Meskipun ada beberapa pemeriksaan oleh petugas, namun semua itu hanya dilakukan sebagai syarat administratif untuk memastikan orang yang mengungsi tidak memiliki catatan criminal apalagi tercatat sebagai teroris.Sementara pemerintah Meksiko memberlakukan kebijakan yang jauh berbeda. Meksiko menutup perbatasan sehingga para pengungsi dari Amerika Serikat menumpuk di daerah batas antara dua negara.Ada belasan ribu orang Amerika yang berada di perbatasan Meksiko dan menunggu pemerintah negara tetangga mereka tersebut membuka perbatasannya dan mengizinkan mereka
Iqbal Anwar membalas tatapan Abdul Aziz. Mereka berdua beradu pandang tanpa berkedip. Iqbal mengeluarkan senyum liciknya. Sementara Abdul Aziz masih bergeming.Abdul Aziz berdiri dan duduk di sisi meja tempat Iqbal duduk.“Aku tidak ingin membuang banyak waktu di sini. Jadi, sebaiknya kau bekerja sama.” Kata Abdul Aziz.Iqbal tersenyum lagi.“Aku tahu kau berusaha mempermainkan kami. Tapi percayalah, di sini bukan tempat kau bisa melakukan itu. Pikirkanlah, berapa lama kau akan bisa bertahan dengan terus bersikap seperti ini.”“Memangnya apa yang akan kau lakukan?”“Itu bukan wewenangku. Bahkan bukan hakku untuk berada di sini dan menginterogasimu. Tapi aku bisa berada di sini, di hadapanmu, tanpa ada satu pun petugas yang mendampingiku. Kau tahu kenapa? Karena mereka sudah muak terhadapmu sehingga harus memintaku untuk turun tangan. Dan kau tahu? Aku tidak memiliki dasar pelatihan interogasi. Karena