Share

Monster

Penulis: willia ds
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-06 18:39:17

PLAK!

Perkataan Zea sontak terhenti saat sebuah tamparan melayang ke pipinya. Pedas? Sangat! Mengingat suara tepukan itu bahkan terdengar nyaring. Sudah pasti, pipi putih Zea tampak memerah. Tubuh gadis berambut sebahu itu pun bergetar hebat, ini kali pertama ada orang yang berani memukulnya.

"Ada apa?" tanya Tiffany. Aneh,kali ini suaranya benar-benar sangat bergetar. Kedua tangannya semakin mengepal hebat. Zea menatapnya dengan wajah beruraian air mata. la masih tak percaya Tiffany berani menamparnya.

"Kau gila? Kau berani menamparku, huh?"

"Kenapa aku tak berani? Kau bahkan berani menginjak lipstikku."

"Huh? Apa kau tak takut---"

"Tidak! Aku sama sekali tak takut padamu atau siapa pun. Menjijikkan!" Tiffany tersenyum sinis membuat Zea sontak mengepal.

"Gadis malang! Kenapa? Kau iri padaku, huh? Kau harus pergi ke psikiater sekarang juga. Kau memiliki gangguan jiwa! Kau sakit!"

"Apa katamu?"

"Seseorang yang waras tak akan pernah berpikir melakukan hal keji seperti ini. Kau sangat me
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • The Calendula   Pretend

    Vina! Gadis berambut ikal ini berdiri di depan ruang kerja David seakan tengah menunggu seseorang. Kekasihnya? Sepertinya tidak, mengingat Vina sangat mengetahui bahwa kekasihnya itu tak akan datang sepagi ini ke kantor. Gadis itu menatap jarum jam di tangannya, berharap seseorang yang tengah ia tunggu segera terlihat. Dan, doanya terkabul. Gadis dengan pita menghiasi rambutnya itu pun muncul, berjalan dengan senyuman tanpa dosa. Setelah berhasil memerankan pembicara dengan sempurna, ditambah kejadian di ruang hias membuat namanya semakin populer di kantor ini; Zea Anastasia."Apa yang kau lakukan?" tanya Zea saat Vina mencengkeram lengannya."Aku benar-benar tak habis pikir, kau masih dapat menunjukkan wajah licikmu itu di kantor ini dengan tenang. Kenapa kau begitu jahat?""Apa yang kau katakan? Aku tidak mengerti apa maksudmu?""Ah-maksudku? Ini--" Vina sentak mendorong Zea hingga terjatuh, membuat semua orang yang telah datang menatap ke arah mereka."Kau pikir apa yang kau lakuka

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-06
  • The Calendula   Not Fair

    Tiffany berjalan menyusuri lorong kantor dengan banyak bisikan dari orang-orang. Apa ini tentang kejadian di ruang hias itu? Tiffany menghela napas. Menurutnya, mungkin sudah nasibnya menjadi bahan gunjingan orang-orang ini."Apa yang terjadi? Kenapa semua sepertinya ramai sekali?"Salsha menoleh menatap Tiffany yang baru saja meletakkan tas kerjanya ke atas meja. la yakin, ada sesuatu telah terjadi tanpa sepengetahuannya. Lihat saja, tatapan semua orang di sini begitu berbeda mengarah padanya."Ah, apa ini mungkin karena acara kemarin?" Lagi-lagi, Tiffany bertanya, membuat Salsha menatap Vina, lalu menghela napas panjang."Zea Anastasia! Semua orang sudah mengetahui semua rahasia gadis itu. Tentang tak ada penyakit asma yang ia derita, tentang sikapnya padamu, dan juga tentang kepura-puraannya yang membuat semua orang malah berbalik membencinya.""Huh?""Maafkan aku, Tiffany. Aku benar-benar tak tahan akan sikapnya. Dia begitu jahat padamu. Sewaktu kalian bertengkar dan kau mengataka

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-06
  • The Calendula   Wine

    Dengan keadaan kedua kaki ditekuk dan jari yang melingkar bergetar di kedua kakinya, Zea layaknya seseorang yang tengah membutuhkan sebuah rangkulan dan belaian untuk menyemangatinya. Detik demi detik, air mata itu menetes tanpa dapat ia tahan. Ia tak tahu cara menghentikan rasa sakit di hatinya ini? Luka itu merobek, menimbulkan rasa perih yang tak ada obatnya."Aku tidak salah... aku tidak salah!" Zea terus mengucapkan kata itu."Mereka yang jahat, bukan aku! Seharusnya mereka yang saat ini menangis, bukan aku! Kenapa? Lalu, kenapa aku sekarang? jika, kau memang ada maka kau tidak adil, Tuhan! Kenapa aku hidup dengan cara seperti ini? Kenapa orang-orang di sana tak sepertiku? Yang tak mengetahui siapa orang tuanya, yang tak mengetahui apa yang harus kulakukan, yang tak memiliki siapa pun yang mencintainya? Kenapa aku dilahirkan? Apa sebagai pelengkap untuk kebahagiaan orang lain? Lalu, kapan giliranku? Aku juga ingin bahagia seperti mereka yang tersenyum dan tertawa dengan alaminya,

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-06
  • The Calendula   Good Feeling

    Ceklek!Pintu itu terbuka, menampilkan sosok wanita dengan pakaian seksi seperti biasa, tengah duduk di atas meja seraya mencondongkan tubuhnya ke arah seorang pria yang duduk di kursi itu dengan canggung. Sungguh, ia tak berniat untuk bertengkar dengan ibunya. Tubuhnya benar-benar lelah. la ingin istirahat."Kau pulang?" Tiffany menghentikan kedua kakinya, tatkala mendengar lontaran pertanyaan itu. Tanpa ingin berpaling ke arah sumber suara, Tiffany kembali berjalan seakan tak mendengar apa pun."Kau tak ingin menemuinya, Sayang? Sejak tadi kekasihmu ini menunggumu." Kalimat pencegahan dari Sara ini sukses membuat kedua kakinya terhenti. Dengan cepat, kepalanya menoleh ke arah pria yang dimaksud."Kau- kenapa kau kemari?""Kenapa dia kemari? Pertanyaan macam apa itu, Tiffany? Seharusnya, aku yang bertanya padamu kenapa kau pulang dengan darah di bajumu? Apa yang terjadi?""Itu bukan urusanmu!" umpat Tiffany pedas. David yang telah berdiri dari tempat duduknya itu hanya terdiam. Raut

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-06
  • The Calendula   The Feels

    PLAK!Tamparan itu melayang dengan cepat di pipi Tiffany yang saat jni berdiri diam. Tak hanya Tiffany yang terkejut, tetapi juga David. Tubuh Sara gemetar. Dapat ditangkap dengan jelas bagaimana air matanya itu mengalir tanpa permisi."Tutup mulutmu dan pergilah ke kamar!" serak Sara tanpa menoleh ke arah Tiffany yang masih mematung di tempat dengan ke pipi yang memanas."Kau tahu seberapa aku menyayangimu, Bu? Tidak terhitung! Aku bahkan rela meminta Ayah untuk pindah kemari. Apa kau ingin tahu alasannya? Karena aku ingin bersamamu. Aku takut kau sendiri di sini. Aku ingin menemanimu, melayanimu semampu yang kubisa. Tapi, apa yang kau perbuat padaku? Aku melakukan ini karena aku takut kehilanganmu, Tapi kenapa--" Tiffany menutup bibirnya cepat, berharap tangis ini tak bersuara. Namun sayang, gagal.Tubuh Sara berbalik membelakangi Tiffany seraya menahan laju air matanya, Kedua bibirnya tampak sekali bergetar hebat."Aku lelah, Bu. Aku benar-benar lelah terus seperti ini. Tolong, kem

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-06
  • The Calendula   Piece

    Kau ingin tahu apa alasanku datang kemari? Apa tujuanku menerimamu? Jawabannya sederhana, karena kaulah yang dapat membantuku membebaskan kedua orang tuaku. Semua hal yang mubutuhkan selama ini, menyangkut dirimu yang juga harus aku lindungi, seperti aku melindungi kedua orang tuaku.""Ibuku tertangkap, Tiffany. Beliau di penjara...."Entah mengapa, kalimat David tadi malam membuatnya tak dapat tidur. Pikirannya melayang, memikirkan maksud dari ucapan pria itu. Dia yang dapat membantu pembebasan orang tuaya? Bagaimana bisa? Tiffany sama sekali tak pernah merasa ada hubungan apa pun dengan Bali, terutama keluarganya. Bahkan, ia belum pernah pergi ke daerah itu. Hal ini begitu rumit, bahkan membuat kepalanya terasa ingin pecah. la yakin, tak hanya dirinya yang kini merasa begitu, tetapi juga David. Pria itu tentu berada dalam guncangan yang besar. Mengingat, sang ibu yang selama ini ia lindungi mati-matian, kini tertangkap."Kau menginap di sini?" Ucapan parau itu terdengar. Tiffany yan

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-06
  • The Calendula   Hesitant

    "Aku minta maaf, Zea." Terdengar suara Tiffany gemetar. Kedua tangannya mengepal, dengan sedikit tundukan kepala. Entah mengapa, ia sangat ingin menangis. Kalimat itu begitu tulus keluar dari dua bibir mungilnya,"Selama ini, memang akulah yang salah. Aku terlalu kekanak-kanakan, Sikapku bahkan sangat menyebalkan, sampai aku tak sadar telah melukai banyak orang. Aku tak pernah memikirkan terlebih dulu sebelum bertindak.""Tiffany..." parau Zea, la tak menyangka seorang Tiffany Hwang akanbberkata seperti itu padanya. Ia juga sempat berpikir bahwa mati mungkin pilihanya daripada menghadapi semua ini. Bukan masalah itu yang menjadi alasanku untuk berputus asa, tetapi karena perasaan. Sesuatu yang di dalam sini, tidak sanggup untuk menanggungnya. Aku selalu berpikir, jika aku hidup tanpa memiliki perasaanmungkin semua akan menjadi lebih mudah. Rasa itulah yang membuatku menderita! Kau benar! Memang kematianlah yang terpikir saat kita berputus asa. Tapi, ternyata kematian itu lebih menyaki

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-06
  • The Calendula   Last

    "Aku akan menyuruh Salsha, Vina, dan Matthew datang kemari untuk menemanimu. Aku harus pulang dulu dan meminta maaf kepada ibuku. Aku sadar sudah bersikap keterlaluan padanya tadi malam. Aku menyesal. Aku selalu memikirkan bahwa hanya aku yang menderita. Tapi, bisa jadi dia juga menderita.""Kau tak perlu mengkhawatirkan aku lagi, Tiff. Pergilah! Kau harus berbaikan dengan ibumu. Kau tahu? Itu jugalah yang membuatku iri padamu. Kau memiliki seorang ibu.""Tak ada manusia yang tak memiliki ibu. Kau juga memilikinya, tapi mungkin Tuhan tak mengizinkanmu mengetahuinya karena itu jauh lebih baik.""Aku tahu, Aku yakin, di mana pun mereka berada, mereka tetap akan smengingat bahwa aku pernah ada.""Benar. Kau jauh lebih terlihat seperti malaikat jika seperti ini.""Huh? Kau ingin mengejekku lagi?" cibir Zea membuat Tiffany tertawa."Kalau begitu, aku pergi. Jika ada hal yang ingin kau butuhkan, katakan saja pada mereka yang menemanimu. Tenang saja, ia sudah memaafkanmu. Sampai jumpa nanti,

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-06

Bab terbaru

  • The Calendula   End

    Menunggu sekitar lima belas menit, akhirnya dokter yang menangani Rosa keluar. "Bagaimana keadaannya, Dok?""Rosa baik-baik saja, dia hanya kelelahan saja. Bayinya juga baik-baik saja. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan."Gilang yang mendengar itu, tanpa basa-basi lagi langsung menyerobot masuk ke dalam, ia ingin melihat keadaan Rosa secara langsung. Rupanya, gadis itu sudah sadar, tatapannya nampak kosong, ia hanya menatap datar ke arah Gilang yang kini sedang menatapnya sendu."Aku akan menikahimu, Rosa. Jadi, aku mohon, jangan melakukan hal yang tidak-tidak padanya, dia tidak salah apapun. Bagaimanapun aku ini ayahnya, aku ingin membesarkannya."Samar-samar, Rosa mendengar suara David yang sangat perhatian pada Tiffany, penuh kasih sayang dan sangat lembut. Rosa hanya tersenyum kecil, sedetik kemudian, ia merasa tubuhnya hangat dalam dekapan Gilang.***Satu bulan kemudian...Tiffany sedang menatap hamparan laut biru depannya, sepanjang mata memandang hanya ada keindahan air yang

  • The Calendula   The Truth

    Gilang yang sedang memainkan ponselnya, menanyakan bagaimana kabar Rosa sekarang. Namun, sudah dari setengah jam yang lalu, gadis itu tak kunjung membalas. Detik berikutnya, David kembali ke dalam mobil. Wajahnya kali ini nampak lebih segar dari sebelumnya, dapat ditebak jika sesuatu yang baik baru saja terjadi."Ey, ada apa, nih? Wajahmu sumringah seperti itu. Bagaimana dengan Tiffany tadi?""Tiffany akhirnya percaya padaku, tapi aku harus membuktikan semuanya.""Ya, kau memang harus melakukannya. Kebenaran yang ditutupi juga tidak akan berkunjung baik.""Jadi, apa rencanamu, David?""Aku akan melakukan tes DNA besok. Gilang, kau tolong sampaikan ini pada Rosa."***Saat ini, mereka semua berada di dalam sebuah ruangan VIP yang memang telah disediakan khusus, menunggu hasil pemeriksaan test DNA keluar. Tiffany, David, Zelo, Andre, Mario, Philip, Gilang, dan Rosa tidak ada yang bersuara. Ruangan itu nampak senyap, hanya terdengar suara jarum jam yang beputar. Dari sudut pandangnya,

  • The Calendula   DNA

    "Rosa? Apa ini Rosa?" gumamnya pelan, ia sontak mengeluarkan ponselnya, meyakinkan asumsinya bahwa itu benar Rosa melalui nomor ponsel yang terdaftar di sana, ia ingin mencocokannya.Sedetik kemudian, Tiffany terkejut bukan main bahwa itu benar Rosa, sahabat David yang ia kenal selama ini. Jadi, Rosa hamil? Dengan siapa?Masih terkejut, Tiffany malah mendapati sebuah pesan email masuk dari orang yang tidak ia kenal. Ia mengklik sebuah dokumen di sana. Lagi, napasnya seperti tercekat, pasokan udara terasa menipis di dadanya. Lututnya kembali lemas dan ia terjatuh begitu saja. Ia sungguh terkejut melihat foto David dan Rosa yang berbaring tanpa busana. Jadi, mungkinkah anak yang dikandung Rosa anaknya David?"Tiffany!"Itu, suara Philip. Pria itu berlari mendekat dan mengambil posisi di samping Tiffany. Dari raut wajahnya, jelas memperlihatkan jika gadis itu sudah mengetahuinya."Tiff, kau baik-baik saja?"Tiffany menggeleng, wajahnya pucat pasi. "Philip, apa benar Rosa hamil anaknya Da

  • The Calendula   She Knows

    David mengkliknya dan sontak ia membulatkan kedua matanya. Ia tidak percaya dengan apa yang ia lihat sekarang, di sana terdapat banyak sekali foto yang menampilkan dirinya dengan Rosa yang sedang berbaring tanpa busana. David jelas tahu dimana tempat itu, di sebuah ruangan kecil yang memang ia sediakam untuk beristirahat. Dalam hati, ia meronta-ronta. Sungguh, ia berani bersumpah bahwa ia tidak yakin pernah berbuat sejauh ini dengan gadis itu. Yang ia ingat, ia hanya tertidur di ruangan itu, tidak lebih. Bahkan, ia juga ingat betul jika dirinya sangat bugar dan segar saat bangun, tidak seperti orang yang baru saja mengeluarkan tenaga banyak. Lagipula, ia tidak mengingat apapun. Sekalipun mabuk, ia yakin seratus persen jika ia tidak meminum jenis alkohol apapun saat ini. "David? Kau sudah melihatnya?""Tidak, aku tidak melakukannya. Sungguh, aku tidak pernah melakukannya. Aku harus meluruskannya langsung dengan Rosa.""Kau jangan gegabah. Aku dan yang lainnya sedang menuju ke tempatm

  • The Calendula   File

    Baru saja, saat Tiffany ingin membuka ujung antiseptik, Philip dengan cepat menahan lengannya hingga pergerakannya terhenti secara tiba-tiba."Biar aku saja yang obati." ucap pria itu seraya mengambil alih lagi antiseptik itu. Ia meneteskan antiseptik pada kapas yang sudah dibalut kain kasa."Jangan diulangi lagi, aku tidak mau kau terluka."''Tidak perlu cemas, ini hanyalah luka kecil. Tidak seberapa."Philip tidak menggubris. Ia fokus mengobati bibir tipis Tiffany. Ia terdiam mengamati pemandangan dihadapannya. Bibir merah ranum itu lebih menggiurkan ketika dilihat dengan jarak dekat. Ya, seperti buah persik, atau mungkin rasanya juga sama. Pikir Philip. Ia semakingugup sekarang ketika membayangkan bagaimana tekstur dan rasanya. Namun, dengan cepat ia menepis semua pikiran jeleknya."Sudah. Jangan diulangi lagi."Tiffany tersenyum kecil, "Terima kasih."Tidak sengaja, saat ia hendak membereskan kotak P3K, matanya tidak sengaja melirik ke arah benda pipih yang tergeletak begitu saja

  • The Calendula   Chaotic

    Di dalam mobil, Tiffany tentu mendengar teriakan itu. Ia hanya bisa diam dan sesekali melihat ke arah kaca spion yang masih menampilkan David hingga mereka berbelok di perempatan."Kau sebaiknya beristirahat malam ini. Kau tidak usah masuk dulu besok, aku akan memberitahu staff rumah sakit."Tak ada sahutan, Tiffany hanya diam saja seraya menatap lurus ke luar jendela. Ia sudah tidak menangis lagi, tenaganya sudah habis terkuras tadi. Yang tersisa hanya jejak air mata yang mengering di wajahnya. Philip memaklumi, ia tidak akan banyak omong.***Esok paginya, Tiffany terbangun dengan tubuhnya yang masih terasa lemas, juga wajahnya yang membengkak akibat menangis. Ia berada di apartemennya. Sebenarnya, ia sudah bangun sejak dua jam yang lalu, tapi rasanya ia sangat malas beranjak dari atas kasur. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah dua belas siang. Tidak ada yang ingin ia lakukan hari ini, apalagi mengingat kejadian semalam. Rasanya, seperti mimpi. Ia tidak pernah menyangka jika hub

  • The Calendula   Cheat On Me

    "Tiffany, kau ingin keluar? Aku tidak nyaman berada di tengah-tengah mereka." "Baiklah. Sepertinya, udara di luar lebih sejuk." Tiffany merasakan hal yang sama, bau ruangan itu sudah bukan lagi aroma lezat makanan tapi sudah didominasi aroma minuman alkohol, ia tidak menyukainya.Tanpa berpamitan lagi pada David, Tiffany segera menyusul Rosa yang sudah lebih dulu keluar. Pemandangan pertama yang ia lihat adalah sebuah danau kecil dengan beberapa pohon rindang di pinggirnya, gemerlap lampu yang temaram membuat suasana semakin nyaman dinikmati.Kedua gadis itu terus berjalan hingga mereka akhirnya tiba di sebuah jembatan kecil yang digunakan untuk menyebrangi sungai. Memang, di seberang sana ada kandang kuda dan juga lapangan golf. Besar sekali memang rumah Zelo. "Aroma parfummu sama sepertiku." Tiffany menyeletuk saat ia tidak sengaja mencium bau badan Rosa."Benarkah? Aku memakai parfum Channel no 5.""Benar! Aku juga memakainya, pemberian dari David."Rosa terkekeh, "Sepertinya, it

  • The Calendula   Hair

    "Kau tidak ikut bermain?"Tiffany menoleh, Rosa sudah di sampingnya sedang mengikat rambut. "Tidak, aku tidak bisa bermain baseball.""Oh, benarkah? Padahal, David sangat menyukai permainan olahraga ini. Dari kecil, dia sudah sangat jago dan berlatih setelah pulang sekolah. Aku juga bisa bermain baseball karena David." Rosa berkata dengan senyumannya."Lebih menyenangkan jika kau bisa bermain baseball dengan seseorang yang kau sayangi, bukan?" Rosa melanjutkan dengan nada yang sedikit berbeda, seolah menyudutkan Tiffany.Tidak ada respon apapun yang diberikan Tiffany, ia hanya diam seraya memperhatikan Rosa yang tengah tersenyum miring ke arahnya seraya berjalan menuju sekumpulan pria itu. Di tempatnya, Tiffany hanya bisa memperhatikan mereka yang sedang asik bermain. Meski pandangannya tertuju pada lapangan juga David, tapi pikirannya sedang mengambang, ia kembali mengingat kejadian semalam dengan Salsha. Bukan hal yang tidak mungkin jika Rosa menaruh perasaan pada David, mereka sud

  • The Calendula   Copy

    "Kau masih ingat bagaimana prianya?"Salsha mencoba mengingat kembali, "Sedikit. Aku ingat rambutnya."Tiffany dengan segera mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan sebuah foto yang berisi enam pria yang sedang tersenyum lebar di tengah-tengah lapangan baseball, lengkap dengan pakaian juga sebuah piala di sana."Apa ada di salah satu pria ini?"Salsha mengamatinya dengan teliti hingga ia merasa familiar dengan seorang pria di tengah-tengah, "Ini! Dia orangnya."Itu, Gilang.Setelahnya, Tiffany tidak banyak bicara, ia hanya diam mencoba mencerna apa yang terjadi selama ini. Mendapati hal ini, rasa curiga yang tadi sempat terpendam kini muncul kembali, ia menggali ingatannya dengan beberapa kejadian yang melibat Rosa belakangan ini. Gadis itu memang selalu hadir menjadi topik pertengkaran ia dan David hingga berujung salah paham."Tiffany, jika aku boleh menyarankan, kau harus berhati-hati dengan dia. Kau jangan terlalu percaya padanya. Dia memang sahabat David, tapi dia tetap orang asin

DMCA.com Protection Status