Home / Romansa / The Calendula / Misunderstanding

Share

Misunderstanding

Author: willia ds
last update Last Updated: 2022-07-12 07:39:06

"Halo?"

"Halo, Tiffany? Kau sudah selesai? Atau ingin masih di sana? Aku sudah dalam perjalanan pulang. Kau ingin titip sesuatu?"

Tiffany melirik ke arah jarum jam yang ada ditangannya, "Sudah jam setengah delapan malam, sepertinya aku ingin pulang saja."

"Baiklah. Kalau begitu, apa kau ingin sesuatu?"

"Tidak."

"Baiklah, sebentar lagi aku akan menjemputmu."

Tiffany mengangguk, "Baiklah."

PIP.

Telepon itu terputus, Tiffany memasuki ruangan serba putih itu dengan gugup. Keadaan masih sama, Ayahnya Matthew masih nampak sulit mencerna semua yang telah terjadi.

"Baiklah, berarti sekarang yang aku mengerti bahwa Matthew sudah tidak lagi bersama Tiffany, tapi sudah bersama dengan Salsha, begitu?"

Salsha mengiyakan, "Aku dan Matthew sudah resmi menjadi sepasang kekasih. Aku harap, Paman menyetujui hubungan kita."

Matthew lagi-lagi tak bisa menutupi wajah terkejutnya mendengar perkataan Salsha yang benar-benar membuatnya tidak habis pikir. Ini kali pertamanya, ia mendengar sekaligus melihat S
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • The Calendula   Sold Out

    "Kau ingin sesuatu lagi?" tanyanya seraya melihat ke arah jam yang ada dipergelangan tangannya.Tiffany menggeleng, "Tidak, kopi ini sudah cukup menghangatkan tubuhku."David mengangguk, "Aku rasa, aku ingin membuka kafe baru di sini.""Kafe baru?"David mengangguk, "Ya, di sini yang aku lihat banyak sekali yang ingin mencicipi makanan khas Bali. Bahkan, aku jarang sekali melihat restoran yang menyajikan menu Bali. Aku pikir, itu akan menjadi salah satu pemasaran yang cukup baik. Bagaimana menurutmu?"Tiffany mengangguk antusias, "Aku setuju! Lalu, siapa yang akan mengelolanya juga?""Aku memiliki asisten di Bali. Aku rasa, aku akan meminta bantuannya.""Asisten? Siapa?""Namanya Rosa. Nanti akan aku kenalkan padamu."Tiffany hanya tersenyum lebar mendengarnya. Jika, David membuka restoran di sini, itu tandanya ia akan semakin dekat pula dengan pria itu. Ah, Tiffany benar-benar tidak bisa menutupi rasa bahagianya.***Flip!Ruangan itu menyala, menampilkan seisi apartemen Tiffany. Gad

    Last Updated : 2022-07-13
  • The Calendula   Love by Mistake

    Sebuah tangan besar mencengkram punggung tangan Tiffany. Terkejut? Tentu saja. Sontak. Tiffany menoleh, sebuah rahang tegas milik dari pria Bali bernama belakang Mahesa ini ia dapatkan. Entah terjadi apa dengan jantungnya, setiap berhadapan dengan pria ini ia merasa ada yang aneh dengan detakan jantungnya. Jantungnya bekerja lebih cepat dari biasanya.Tiffany mengambil kesempatan ini, ia menatap lekat lekat kedua mata elang itu. Hembusan nafas segar keluar begitu saja dari hidung mancung David. Jarak mereka cukup dekat hanya terpaut dua cm. Prang!Piring yang sejak tadi Tiffany genggam seketika terhempas ke lantai. Menimbulkan suara yang cukup keras. Ya, Kayara kehilangan keseimbangannya hingga piring yang tidak berdosa itu menjadi korban."Eh. Maaf, aku tak sengaja."Tiffany membungkuk, berniat membersihkan pecahan piring yang berserakan di lantai. David, pria ini menatap Tiffany sejenak. Lalu, ia membungkuk melakukan hal yang sama dengan Tiffany. Tapi...."Ahh!"Tiffany meringis ke

    Last Updated : 2022-07-13
  • The Calendula   Look

    "David! Tunggu aku!" teriak Tiffany yang sudah tertinggal jauh dengan David.Dengan berat hati sekaligus dengan kakinya yang masih sakit Tiffany terpaksa berlari. Mensejajarkan tubuhnya dengan David yang lebih tinggi darinya lima cm."Bisa kita beristirahat sebentar? Aku sudah tidak kuat, kakiku rasanya ingin patah." terdengar sangat menyedihkan suara gadis berkebangsaan indonesia ini."Kau sudah banyak makan dan minum tadi, jadi kau masih punya banyak tenaga untuk berjalan satu jam lagi." sahut David dengan santainya."Aish! Kenapa kau jadi kejam seperti ini? Oh ayolah, aku tahu kau juga sangat lelah."David yang melihat itu terkekeh, Tiffany yang sekarang jauh lebih banyak omong daripada dulu. Meski sedikit membuatnya terkejut, namun ia tetap menyukainya."Baiklah, tunggu sebentar di sini." "Huh?""Huh?" Tiffany memutar bola matanya, malas. Ditatapnya punggung David yang mulai menjauh darinya, melangkah ke salah satu pedagang kaki lima yang ada disekitar mereka.Dengan jalan yang t

    Last Updated : 2022-07-14
  • The Calendula   Baseball

    "Ada apa? Kau menunggu kabar dari Tiffany?"Matthew tersenyum miris, "Aku memang bodoh yang masih berharap dia balik padaku."Salsha yang melihat itu hanya bisa tersenyum simpul, lalu menjulurkan segelas air minum dan obat yang ia bawa. "Minumlah ini dulu. Tubuhmu juga butuh tenaga."Matthew hanya menurut lalu membereskan rambutnya yang sedikit berantakan, matanya masih melirik ke arah ponselnya, "Tidak seperti biasanya.""Mungkin, dia sedang ada urusan jadi tidak bisa datang. Ingatlah, dia juga bekerja sebagai dokter.""Biasanya, dia selalu memberiku kabar, apapun itu. Ah, rasanya aneh sekali." cicitnya seraya mengingat tingkah mereka dulu sebelum semua ini terjadi. "Sudahlah, tidak usah terlalu dipusingkan. Kau tidak boleh berpikir berat dulu saat ini. Ingatlah juga dengan kondisimu."Matthew mengangguk, tak lama disusul dengan suara pintu kamar mandi yang terbuka. Nampak seorang pria paruh baya tengah bersenandung seraya menggosok rambutnya yang masih basah. "Eh, Salsha? Kau data

    Last Updated : 2022-07-14
  • The Calendula   Separate

    "Kau masih tidak ingin tidur?"David menggeleng, "Aku belum mengantuk. Kau tidur duluan saja."Tiffany menggeleng, "Aku tidak mengantuk, aku akan menemanimu di sini."David hanya terdiam lalu tersenyum geli, Tiffany memang tak pandai berbohong. Kedua matanya sangat sayu ditambah lagi dengan gadis itu yang terus menguap. Jelas sekali, jika gadis itu sedang menahan ngantuk. Akhirnya, mereka melanjutkan menonton televisi hingga jam sudah menunjukkan pukul setengah dua malam. David menoleh ke arah sisi kanannya, Tiffany sudah tertidur pulas dengan dengkuran halus. Pria itu terkekeh sejenak sebelum ia membaringkan kepala Tiffany pada pundaknya lalu menciumnya sekilas. David memposisikan tubuhnya agar nyaman dan meletakkan kepalanya pada tumpuan kepala Tiffany. Mereka tertidur di sofa ruang tengah. ***Pagi hari, Tiffany menggeliat dari tidurnya. Tubuh bagian belakangnya terasa sedikit sakit dan juga ngilu. Ia mengedarkan pandangannya ke arah penjuru ruangan. Sepi sekali. Tak ada tanda-ta

    Last Updated : 2022-07-14
  • The Calendula   Jealousy

    "Tiffany, ayo kita pulang. Aku ingin menjemput Rosa di bandara. Dia baru saja sampai."Gadis itu menoleh lalu mengangguk, mengiyakan."Rosa? Kenapa dia datang?" tanya Gilang yang penasaran."Dia sekarang aku tugaskan untuk membantuku di sini. Aku berniat membuka cabang restoran di sekitar Jakarta. Jadi, aku rasa, aku memerlukannya.""Ah, aku sangat ingin menjadi David. Dia selalu dikelilingi oleh gadis-gadis cantik." ucap sok dramatis dari Romeo. Tiffany lagi-lagi hanya bisa terkekeh, ia melirik sekilas ke arah Philip yang malah memainkan gitarnya tanpa berniat ikut campur ke dalam candaan temannya. Pria satu itu memang berbeda, tapi mereka masih bisa bersahabat. Tiffany rasa, Philip lebih cenderung dekat dengan David. Entahlah."Baiklah, kami pamit lebih dulu." ucap Tiffany lalu mengikuti langkah besar David yang sudah jalan lebih dulu."Kau tak keberatan jika aku menjemput Rosa lebih dulu di bandara?" tanya David langsung ketika Tiffany sudah berada di bangku penumpang, disampingny

    Last Updated : 2022-07-14
  • The Calendula   Pounding

    Tiffany memasukkan ponselnya ke dalam tas selempang yang ada pada pangkuannya."Siapa?" tanya David, tanpa menghilangkan fokusnya ke arah jalanan."Salsha, dia menanyakan kenapa aku tidak datang ke rumah sakit dan memberikan kabar bahwa Matthew sudah jauh lebih baik dan bisa pulang secepatnya."David hanya ber-oh ria, Tiffany melirik ke bagian kaca kecil di atas dasbor mobil yang menyorot ke arah belakang, di sana ada Rosa yang sedang memainkan ponselnya dengan sesekali terkekeh. "Kau sudah berapa lama bekerja dengan David?" tanya Tiffany memecah keheningan di antara mereka. "Aku baru dua tahun ini bekerja bersama David." Rosa memamerkan senyumnya. Tiffany tak bohong, gadis itu cantik sekali."Ah, jadi, kau belum terlalu lama, ya?""Bisa dibilang begitu, tapi aku sudah mengenal David dari kecil, kami sering bermain bersama dulu karena rumah kami sangat dekat."Tiffany menoleh ke arah Rosa, "Kalian teman masa kecil?" Lalu, menoleh ke arah David dan diangguki keduanya."Ya, Tiffany. K

    Last Updated : 2022-07-14
  • The Calendula   Laugh

    Hujan deras mengguyur ibu kota dengan derasnya. Suara gemuruh di atas sana terdengar bersahutan menyuarakan kencangnya. Dedaunan dan juga pohon bergerak mengikuti irama angin yang membawanya. Matthew sendiri di ruangan serba putih nan besar itu dengan gitar kesayangannya. Kedua matanya menatap lurus ke arah objek luar sana yang menampilkan jalanan ibu kota yang sangat padat dihiasi oleh gemerlap lampu jalanan dan kendaraan yang mendominasi. "Apa dia pria yang dikatakan oleh Tiffany tadi? Jika, dia adalah pria dari masa lalu Tiffany, seharusnya kau adalah pemenangnya. Kau berhasil meyakinkan Tiffany ke sebuah hubungan baru. Aku rasa, Tiffany juga masih menyimpan rasa padamu, jika tidak, ia tidak mungkin menemui sekaligus menunggumu di sini. Jika, pria masa lalunya itu tidak hadir kembali, aku rasa kau masih bersama Tiffany sekarang. Bukan begitu?"Pikirannya kembali mengarah pada perkataan sang ayah tempo hari. Sebenarnya, ia juga tidak tahu bagaimana posisi yang sebenarnya yang ada

    Last Updated : 2022-07-15

Latest chapter

  • The Calendula   End

    Menunggu sekitar lima belas menit, akhirnya dokter yang menangani Rosa keluar. "Bagaimana keadaannya, Dok?""Rosa baik-baik saja, dia hanya kelelahan saja. Bayinya juga baik-baik saja. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan."Gilang yang mendengar itu, tanpa basa-basi lagi langsung menyerobot masuk ke dalam, ia ingin melihat keadaan Rosa secara langsung. Rupanya, gadis itu sudah sadar, tatapannya nampak kosong, ia hanya menatap datar ke arah Gilang yang kini sedang menatapnya sendu."Aku akan menikahimu, Rosa. Jadi, aku mohon, jangan melakukan hal yang tidak-tidak padanya, dia tidak salah apapun. Bagaimanapun aku ini ayahnya, aku ingin membesarkannya."Samar-samar, Rosa mendengar suara David yang sangat perhatian pada Tiffany, penuh kasih sayang dan sangat lembut. Rosa hanya tersenyum kecil, sedetik kemudian, ia merasa tubuhnya hangat dalam dekapan Gilang.***Satu bulan kemudian...Tiffany sedang menatap hamparan laut biru depannya, sepanjang mata memandang hanya ada keindahan air yang

  • The Calendula   The Truth

    Gilang yang sedang memainkan ponselnya, menanyakan bagaimana kabar Rosa sekarang. Namun, sudah dari setengah jam yang lalu, gadis itu tak kunjung membalas. Detik berikutnya, David kembali ke dalam mobil. Wajahnya kali ini nampak lebih segar dari sebelumnya, dapat ditebak jika sesuatu yang baik baru saja terjadi."Ey, ada apa, nih? Wajahmu sumringah seperti itu. Bagaimana dengan Tiffany tadi?""Tiffany akhirnya percaya padaku, tapi aku harus membuktikan semuanya.""Ya, kau memang harus melakukannya. Kebenaran yang ditutupi juga tidak akan berkunjung baik.""Jadi, apa rencanamu, David?""Aku akan melakukan tes DNA besok. Gilang, kau tolong sampaikan ini pada Rosa."***Saat ini, mereka semua berada di dalam sebuah ruangan VIP yang memang telah disediakan khusus, menunggu hasil pemeriksaan test DNA keluar. Tiffany, David, Zelo, Andre, Mario, Philip, Gilang, dan Rosa tidak ada yang bersuara. Ruangan itu nampak senyap, hanya terdengar suara jarum jam yang beputar. Dari sudut pandangnya,

  • The Calendula   DNA

    "Rosa? Apa ini Rosa?" gumamnya pelan, ia sontak mengeluarkan ponselnya, meyakinkan asumsinya bahwa itu benar Rosa melalui nomor ponsel yang terdaftar di sana, ia ingin mencocokannya.Sedetik kemudian, Tiffany terkejut bukan main bahwa itu benar Rosa, sahabat David yang ia kenal selama ini. Jadi, Rosa hamil? Dengan siapa?Masih terkejut, Tiffany malah mendapati sebuah pesan email masuk dari orang yang tidak ia kenal. Ia mengklik sebuah dokumen di sana. Lagi, napasnya seperti tercekat, pasokan udara terasa menipis di dadanya. Lututnya kembali lemas dan ia terjatuh begitu saja. Ia sungguh terkejut melihat foto David dan Rosa yang berbaring tanpa busana. Jadi, mungkinkah anak yang dikandung Rosa anaknya David?"Tiffany!"Itu, suara Philip. Pria itu berlari mendekat dan mengambil posisi di samping Tiffany. Dari raut wajahnya, jelas memperlihatkan jika gadis itu sudah mengetahuinya."Tiff, kau baik-baik saja?"Tiffany menggeleng, wajahnya pucat pasi. "Philip, apa benar Rosa hamil anaknya Da

  • The Calendula   She Knows

    David mengkliknya dan sontak ia membulatkan kedua matanya. Ia tidak percaya dengan apa yang ia lihat sekarang, di sana terdapat banyak sekali foto yang menampilkan dirinya dengan Rosa yang sedang berbaring tanpa busana. David jelas tahu dimana tempat itu, di sebuah ruangan kecil yang memang ia sediakam untuk beristirahat. Dalam hati, ia meronta-ronta. Sungguh, ia berani bersumpah bahwa ia tidak yakin pernah berbuat sejauh ini dengan gadis itu. Yang ia ingat, ia hanya tertidur di ruangan itu, tidak lebih. Bahkan, ia juga ingat betul jika dirinya sangat bugar dan segar saat bangun, tidak seperti orang yang baru saja mengeluarkan tenaga banyak. Lagipula, ia tidak mengingat apapun. Sekalipun mabuk, ia yakin seratus persen jika ia tidak meminum jenis alkohol apapun saat ini. "David? Kau sudah melihatnya?""Tidak, aku tidak melakukannya. Sungguh, aku tidak pernah melakukannya. Aku harus meluruskannya langsung dengan Rosa.""Kau jangan gegabah. Aku dan yang lainnya sedang menuju ke tempatm

  • The Calendula   File

    Baru saja, saat Tiffany ingin membuka ujung antiseptik, Philip dengan cepat menahan lengannya hingga pergerakannya terhenti secara tiba-tiba."Biar aku saja yang obati." ucap pria itu seraya mengambil alih lagi antiseptik itu. Ia meneteskan antiseptik pada kapas yang sudah dibalut kain kasa."Jangan diulangi lagi, aku tidak mau kau terluka."''Tidak perlu cemas, ini hanyalah luka kecil. Tidak seberapa."Philip tidak menggubris. Ia fokus mengobati bibir tipis Tiffany. Ia terdiam mengamati pemandangan dihadapannya. Bibir merah ranum itu lebih menggiurkan ketika dilihat dengan jarak dekat. Ya, seperti buah persik, atau mungkin rasanya juga sama. Pikir Philip. Ia semakingugup sekarang ketika membayangkan bagaimana tekstur dan rasanya. Namun, dengan cepat ia menepis semua pikiran jeleknya."Sudah. Jangan diulangi lagi."Tiffany tersenyum kecil, "Terima kasih."Tidak sengaja, saat ia hendak membereskan kotak P3K, matanya tidak sengaja melirik ke arah benda pipih yang tergeletak begitu saja

  • The Calendula   Chaotic

    Di dalam mobil, Tiffany tentu mendengar teriakan itu. Ia hanya bisa diam dan sesekali melihat ke arah kaca spion yang masih menampilkan David hingga mereka berbelok di perempatan."Kau sebaiknya beristirahat malam ini. Kau tidak usah masuk dulu besok, aku akan memberitahu staff rumah sakit."Tak ada sahutan, Tiffany hanya diam saja seraya menatap lurus ke luar jendela. Ia sudah tidak menangis lagi, tenaganya sudah habis terkuras tadi. Yang tersisa hanya jejak air mata yang mengering di wajahnya. Philip memaklumi, ia tidak akan banyak omong.***Esok paginya, Tiffany terbangun dengan tubuhnya yang masih terasa lemas, juga wajahnya yang membengkak akibat menangis. Ia berada di apartemennya. Sebenarnya, ia sudah bangun sejak dua jam yang lalu, tapi rasanya ia sangat malas beranjak dari atas kasur. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah dua belas siang. Tidak ada yang ingin ia lakukan hari ini, apalagi mengingat kejadian semalam. Rasanya, seperti mimpi. Ia tidak pernah menyangka jika hub

  • The Calendula   Cheat On Me

    "Tiffany, kau ingin keluar? Aku tidak nyaman berada di tengah-tengah mereka." "Baiklah. Sepertinya, udara di luar lebih sejuk." Tiffany merasakan hal yang sama, bau ruangan itu sudah bukan lagi aroma lezat makanan tapi sudah didominasi aroma minuman alkohol, ia tidak menyukainya.Tanpa berpamitan lagi pada David, Tiffany segera menyusul Rosa yang sudah lebih dulu keluar. Pemandangan pertama yang ia lihat adalah sebuah danau kecil dengan beberapa pohon rindang di pinggirnya, gemerlap lampu yang temaram membuat suasana semakin nyaman dinikmati.Kedua gadis itu terus berjalan hingga mereka akhirnya tiba di sebuah jembatan kecil yang digunakan untuk menyebrangi sungai. Memang, di seberang sana ada kandang kuda dan juga lapangan golf. Besar sekali memang rumah Zelo. "Aroma parfummu sama sepertiku." Tiffany menyeletuk saat ia tidak sengaja mencium bau badan Rosa."Benarkah? Aku memakai parfum Channel no 5.""Benar! Aku juga memakainya, pemberian dari David."Rosa terkekeh, "Sepertinya, it

  • The Calendula   Hair

    "Kau tidak ikut bermain?"Tiffany menoleh, Rosa sudah di sampingnya sedang mengikat rambut. "Tidak, aku tidak bisa bermain baseball.""Oh, benarkah? Padahal, David sangat menyukai permainan olahraga ini. Dari kecil, dia sudah sangat jago dan berlatih setelah pulang sekolah. Aku juga bisa bermain baseball karena David." Rosa berkata dengan senyumannya."Lebih menyenangkan jika kau bisa bermain baseball dengan seseorang yang kau sayangi, bukan?" Rosa melanjutkan dengan nada yang sedikit berbeda, seolah menyudutkan Tiffany.Tidak ada respon apapun yang diberikan Tiffany, ia hanya diam seraya memperhatikan Rosa yang tengah tersenyum miring ke arahnya seraya berjalan menuju sekumpulan pria itu. Di tempatnya, Tiffany hanya bisa memperhatikan mereka yang sedang asik bermain. Meski pandangannya tertuju pada lapangan juga David, tapi pikirannya sedang mengambang, ia kembali mengingat kejadian semalam dengan Salsha. Bukan hal yang tidak mungkin jika Rosa menaruh perasaan pada David, mereka sud

  • The Calendula   Copy

    "Kau masih ingat bagaimana prianya?"Salsha mencoba mengingat kembali, "Sedikit. Aku ingat rambutnya."Tiffany dengan segera mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan sebuah foto yang berisi enam pria yang sedang tersenyum lebar di tengah-tengah lapangan baseball, lengkap dengan pakaian juga sebuah piala di sana."Apa ada di salah satu pria ini?"Salsha mengamatinya dengan teliti hingga ia merasa familiar dengan seorang pria di tengah-tengah, "Ini! Dia orangnya."Itu, Gilang.Setelahnya, Tiffany tidak banyak bicara, ia hanya diam mencoba mencerna apa yang terjadi selama ini. Mendapati hal ini, rasa curiga yang tadi sempat terpendam kini muncul kembali, ia menggali ingatannya dengan beberapa kejadian yang melibat Rosa belakangan ini. Gadis itu memang selalu hadir menjadi topik pertengkaran ia dan David hingga berujung salah paham."Tiffany, jika aku boleh menyarankan, kau harus berhati-hati dengan dia. Kau jangan terlalu percaya padanya. Dia memang sahabat David, tapi dia tetap orang asin

DMCA.com Protection Status