"Jika, kau tidak keberatan dan ingin memilki teman untuk bercerita, aku siap mendengarkan."Tiffany terdiam mendengar penuturan Philip. Ia tidak mungkin menceritakan semuanya tentang dugaannya terhadap David dan Rosa. Bahkan, jika ia pikir-pikir itu adalah hal yang memalukan juga, jelas-jelas jika David dan Rosa adalah sahabatan dari kecil, jadi wajar saja jika mereka sangat dekat seperti ini. Agaknya, ia memang tidak perlu menceritakan soal ini pada siapapun. Toh, ini juga belum terbukti benar atau salah. Ini hanyalah dugaannya yang masih di awang-awang."Tidak, ini hanya urusan biasa saja. Aku hanya meluruskannya sedikit."Philp mengangguk paham lalu menyesap kopinya, "Aku pikir masalah mengenai David."Tiffany secara refleks menoleh pada Philip. Astaga, mengapa Philip mengatakan hal yang seperti itu? Sialnya, omongan Philip tepat sasaran. "Aku tahu jika kau dan David sedang dalam masalah. Tidak, bukan David, tapi ada padamu."Tiffany terdiam mendengar itu, pikirannya kembali berla
Kring!Tiffany terkejut saat ponselnya berbunyi. Ia dapat mendengar gadis itu mengumpat lalu pergi meninggalkan toilet, sepertinya ia tidak menduga jika ada orang lain selain dirinya. "Halo, David?""Kau sedang apa? Kenapa napasmu seperti itu?""Ah, tidak. Aku hanya habis dari toilet, aku kebelet." alibi Tiffany seraya keluar dari biliknya. Benar, gadis itu sudah menghilang."Pulang nanti, aku ingin mengajakmu ke suatu tempat. Kau mau?""Kemana?"David terkekeh, "Jika, aku kasih tau sekarang, itu tidak surprise.""Aish, kau ini. Baiklah, jemput aku di jam seperti biasa, ya?""Ya, kau tinggal kabari aku saja.""Baiklah. Bagaimana pekerjaanmu?""Berjalan lancar seperti biasa. Kau bagaimana?""Ya, sama sepertimu, hanya saja tadi aku harus mengecek keadaan pasien Philip, dia meminta bantuanku karena dia ada urusan mendadak.""Philip?"Tiffany mengangguk seraya menyadarkan tubuhnya di dinding wastafel, "Ya.""Baiklah, semoga pekerjaanmu berjalan lancar.""Ya, aku juga.""Kalau begitu, aku
"Kalian pasti tahu jika Rosa sangat menyukai David."Andre mengangguk, "Jelas sekali terlihat sejak dulu.""Memangnya ada apa?""Akhir-akhir ini, aku sering memperhatikan Tiffany yang mendadak murung di rumah sakit. Tadi siang, aku menebaknya mengenai masalah hubungannya dan sepertinya benar, ada yang sedang tidak beres dengan mereka. Aku hanya takut jika ada sesuatu yang dilakukan Rosa.""Aku juga menyadari sejak kemarin. Rosa seolah sengaja memasak makanan kesukaan David. Padahal, kalian tahu sendiri jika Rosa tidak terlalu suka dengan Ayam Betutu, diantara kita juga tidak terlalu menyukainya. Daripada ayam betutu, kita semua lebih memilih Tum Ayam, lebih praktis.""Benar. Kehadiran Tiffany pasti benar-benar membuat Rosa terpukul.""Maka dari itu, aku hanya takut Rosa melakukan hal yang tidak-tidak pada mereka.""Tapi, yang aku lihat juga David sangat mencintai Tiffany.""Ya, kau benar. Tapi, tidak menutup kemungkinan hubungan mereka hancur karena Rosa. Apalagi, Rosa dan David sanga
"Aku tidak tahu harus bagaimana untuk kelanjutannya. Seperti yang sudah-sudah, Ayahnya Matthew sangat menaruh harapan besar padaku. Aku juga takut jika suatu hari nanti mengecewakannya.""Kau tidak berniat untuk menjelaskan semuanya sekarang?""Aku ingin, tapi aku rasa belum saatnya. Kondisi Ayahnya Matthew sedang dalam keadaan tidak baik.""Ini terlalu sulit. Konteksnya sama saja seperti aku, hanya mengulang kejadian yang sama.""Makanya itu, bahkan ayahnya Matthew menyuruhku untuk memanggil ayah mulai sekarang. Aku harus bagaimana setelah ini?""Benarkah?"Salsha mengangguk, "Ya. Menurutmu apa yang harus aku lakukan?""Hm. Memangnya, kau sama sekali tidak ingin menjalin hubungan yang sesungguhnya dengan Matthew? Toh, kalian juga telah lama mengenal.""Tidak semudah itu, Tiff. Banyak sekali yang harus dikorbankan setelahnya. Apalagi, harus mengorbankan perasaan. Kau tahu? Matthew masih menyukaimu."Tidak ada jawaban, Tiffany sepertinya sedang terdiam tidak tahu harus menjawab apa men
"Aku harus segera bergegas." Lily hanya mengangguk dan mengucapkan hati-hati. Setelahnya, tubuh Salsha menghilang di balik lorong.Namun, saat ia hendak keluar dari lift, tidak sengaja tubuhnya menabrak seseorang dari arah berlawanan yang mengakibatkan barang bawaan pria itu berhamburan di lantai."Maafkan aku, aku tidak sengaja." Gerakan tangan Salsha terhenti saat ia menangkap sebuah objek yang sudah tidak asing lagi, sebuah jus jambu. Jus yang ia rebut paksa dari Matthew. Ah, dia mengingat pria itu lagi."Maaf, itu milikku." Salsha mengerjap, "Ah, ya. Astaga, maafkan aku. Ini." Ia menyerahkan jus itu dan setelahnya mereka berpisah.Salsha menatap Vending Machine yang menampilkan jus jambu di sana. Salsha tersenyum melihat itu. Pikirannya, kembali melayang pada kejadian saat itu. Ah ya, ia sampai lupa, ia belum mengecek kadar gula darahnya sore ini. Dengan segera, ia mencari tempat duduk kosong di loby dan mengeluarkan alat-alat itu. Ia ingin segera agar tidak terlewat.***Tiffany
I spend my weekends tryna get you offMy mind again, but I can't make it stopI'm trying to pretend I'm good, but you can tellSalsha tertegun saat ia beradu pandang dengan Matthew. Pria itu tersenyum ke arahnya sebelum atensinya kembali mengarah pada penonton. I spend my weekends tryna get you offMy mind again, I can't make it stopTryna pretend I'm good, but you can tellMm, I'm notI spend my weekends tryna get you offMy mind again, but I can't make it stopI'm tryna pretend I'm good, but you can tell'Cause you know me, you know me too well Sorak tepuk tangan dari seluruh para gadis yang ada di sana kembali mulai terdengar, mereka terpukau dengan suara Matthew yang seakan menghipnotis mereka, tak hanya bakat bermusiknya saja, wajah tampan Matthew juga menjadi idola banyak gadis, terlebih lagi Matthew memang tidak pernah absen memamerkan pesonanya. Bahkan, Salsha hampir saja ingin menutup telinganya karena teriakan mereka benar-benar sangat kencang. "Enjoy semua! Nikmati makan
Saat ini, ia sedang berjalan menuju apartemen David selepas membeli beberapa bahan makanan yang tidak jauh dari sana. Tiffany memang berniat untuk menginap di apartemen pria itu setelah sepulangnya mereka dari makan malam.Tiffany menggosok gosok hidungnya, hingga meninggalkan seburat merah diujungnya. Dan, sepertinya ia terserang flu ringan."Kau kedinginan?" Tanpa menoleh, Tiffany mengangguk samar."Bertahanlah, sebentar lagi akan sampai." ucap David tanpa melepaskan pandangannya pada Tiffany."Kau benar benar melupakannya." Tiffany sontak menoleh dengan alis yang menyatu."Melupakan apa? Ku rasa, tidak ada yang ku lupakan." Tiffany menatap David dengan tanda tanya."Sebentar," Tiffany tersentak berhenti, mengamati David yang tengah mengeluarkan sesuatu didalam saku mantel tebalnya, "Kau melupakan syalmu." Tiffany menahan nafasnya, saat David melingkarkan syal tebal berwarna merah di lehernya. Lalu, mengikatnya simpul membuat lehernya tertutup tebalnya syal."Setelah sampai, kau har
"Sebentar. Aku sedang berbicara dengan Salsha. Ya, sebentar lagi aku akan masuk ke dalam.""Kau sedang bersama David?""Ya, aku menginap di tempatnya sekarang."Salsha terdiam mendengar itu. Omong-omong soal David, ia menjadi teringat dengan seorang gadis mabuk yang mengatakan jika ia sangat kesal dengan David. Entah kenapa, saat itu perasaannya tidak enak. Ia harap, tidak akan terjadi satu hal yang buruk."Sal?""Ya?""Aish, kau asik melamun saja. Kau pasti sedang memikirkan hari ini.""Astaga, kau ini bisa saja!""Ah ya, apa kau lusa ada waktu kosong di malam hari?""Lusa? Ada, aku hanya ada shift sampai sore. Ada apa?" Salsha membuka jus jambunya lalu meminumnya."Aku ingin mengajakmu pergi ke beauty festival jika kau mau. Aku juga mengajak temanku yang lain, kau bisa berkenalan dengannya.""Beauty festival? Ah, aku tidak terlalu menyukainya.""Oh ayolah, kau ini sudah memiliki kekasih. Kau harus memperhatikan penampilanmu juga. Aku tidak mau tahu, pokoknya kau harus ikut."Salsha