Belum sempat Tiffany menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba saja dari arah berlawanan seseorang menabraknya dengan cukup kencang hingga menumpahkan warna kuning jus jeruk itu pada blouse putih yang Tiffany kenakan, menampilkan pakaian dalamnya. Tak hanya Tiffany dan juga Salsha yang terkejut, tapi semua mata memandang yang ada di situ membeliak kaget. Tiffany menggerakkan giginya."Kau buta?! Kau tidak bisa melihat ada orang di sini?!" "A-aku- tidak sengaja. Aku sedang terburu-buru. Ma-maafkan aku, Tiffany." Nampak terlihat jelas raut takut dari gadis berambut pendek ini."Maaf? Mudah sekali kau bicara maaf seperti itu! Kau tidak melihat bajuku sekarang! Kau senang melihat tubuhku di pandang banyak orang?!" "Ma-afkan aku, Tiffany. A-aku akan menggantinya.""Menggantinya?" Tiffany berbalik ke arah Salsha, mengambil paksa minuman si sepupu dan membawanya pada gadis yang tengah berdiri gemetar di depannya. "Kau juga harus merasakannya."Byurr...Sekali lagi, semua orang yang berada di te
Tiffany yang baru saja kembali dari bilik toilet sontak saja terkejut ketika ada banyak sekali kantong belanja yang mengerubungi David yang sedang bersandar seraya memainkan ponselnya."Kau-"David menoleh, tatapan setajam elang itu lagi-lagi Tiffany dapatkan. "Kita pulang sekarang. Kau bawa ini semua." Tiffany menjatuhkan rahangnya yang mengeras, barang sebanyak ini harus ia yang bawa sendiri! Pria itu sungguh gila! Dengan amarah yang menyelubungi rongga dadanya, Tiffany terpaksa mengambil satu persatu kantong belanjaan itu yang dapat di hitung sekitar sepuluh. Hey, ini David Mahesa! Pria satu-satunya yang begitu berani dengannya dan sialnya Tiffany selalu kalah. ***Take A Bit Cafe JakartaCafe ini merupakan salah satu tempat yang menawarkan suasana layaknya berada di dunia Harry Potter yang terletak di kawasan Pluit.Bukan hanya desain arsitekturnya yang kental akan penggambaran dunia Harry Potter, beberapa pilihan menunyapun menggunakan nama-nama ramuan ala Hogwarts. Ada Butter
"Ah, maaf. Aku jadi banyak bicara. Maafkan aku." Tiffany merunduk lalu menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Benaknya berpikir akan satu hal, mengapa ia dengan mudahnya secara gamblang bercerita mengenai kehidupannya dengan David yang jelas-jelas baru ia kenal selama dua hari ini. Lagi-lagi, bersama David, Tiffany seperti bukan dirinya.Tiffany menjatuhkan bokongnya, mengikuti David yang sudah lebih duduk pada bangku panjang yang tersedia di depan sebuah toko kue."Lalu, bagaimana denganmu? Tentu, kau pasti memiliki alasan mengapa memutuskan untuk menetap di sini. Sejujurnya, aku mendengar sesuatu tentang desas-desus keluargamu yang menjadi buronan di Bali. Apa itu benar? Lalu, bagaimana dengan keluargamu di sana?""Memangnya, kau percaya dengan berita itu?""Hm?"David menyunggingkan senyumnya saat melihat Tiffany malah memalingkan wajahnya seraya mengusak rambutnya ke belakang. David tahu, meski nampak angkuh, Tiffany adalah sosok gadis yang selalu mementingkan perasaan orang lain. L
jari tiffany yang sedang bergerak lincah di atas keyboard perlahan mulai berhenti. lagi-lagi, isi pikirannya di penuhi dengan david. sialnya, berapa kali ia memilih untuk menyibukkan diri, bayangan david seolah melekat di pikirannya. namun, kali ini juga terselip perkataan salsha beberapa saat lalu."aku tahu kau bisa menjaga dirimu sendiri. aku juga yakin kau tak akan mungkin semudah itu jatuh ke tangan seorang pria. tapi, bagaimana dengan pak david? ingat, tiffany. kau bahkan tidak tahu siapa pak david sebenarnya. asal-usul pria itu saja masih belum jelas. aku juga tidak habis pikir, bagaimana bisa pak david diterima sebagai seorang ceo di sini."salsha benar. ia bahkan tidak tahu apapun tentang david. ia memang sudah seharusnya berhati-hati. apalagi, pria itu sendiri yang mengatakan bahwa ia pernah masuk penjara akibat kasus pembunuhan. bukankah itu mengerikan? wajar jika banyak orang yang takut dan tak mau berurusan lebih dengan david selain masalah kerajaan. sejarah kehidupan pri
Tiffany terdiam, mengabaikan ucapan Vina yang kini masih meneruskan umpatan kebenciannya. Kedua mata minimalis Tiffany menatap lurus ke arah Zea dengan tatapan menyelidik. Ia mengakui bahwa gadis itu sangat cantik. Dia memiliki rambut panjang bergelombang yang indah, bermata besar, hidung mancung, bibir mungil serta kulit cerah bersih yang menawan. Nampak jelas semua orang yang berteriak di sini menggilai gadis itu. Namun, di hati kecil Tiffany entah bagian mana, ia juga tidak suka dengan Zea. Entah apa artinya itu, hanya saja Tiffany berharap itu bukanlah rasa cemburunya. "A-aku tahu kau telah memiliki kekasih sekarang. Tidak, aku sama sekali tidak bermaksud menganggu hubunganmu. Tapi, aku juga tidak bisa menahan perasaan ini lebih lama lagi, aku bisa gila dibuatnya. A-aku juga tahu, aku pasti masih memiliki kesempatan, 'kan?"David tak menjawab, ia hanya memperhatikan Zea dari atas hingga bawah seraya memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana. Zea yang mendapati itu sontak sa
Di dunia ini, memang tak ada yang sempurna yang ada hanya keberuntungan. Jadi, kehidupan Tiffany yang hampir semuanya terpenuhi dapat di bilang sempurna atau hanya keberuntungan? Siapapun yang melihat Tiffany berasumsi bahwa hidup gadis itu sangat bahagia. Tiffany bahkan tak perlu repot-repot memikirkan bagaimana caranya mengubah penampilan agar lebih terlihat cantik dan menarik dengan berbagai produk kecantikan juga fashion ternama. Atau, tanpa perlu memikirkan bagaimana susahnya mencari uang untuk kebutuhan sehari-hari. Memang, selama hidupnya, Tiffany sama sekali tidak pernah memikirkan itu semua. Dari kecil, bahkan hidupnya sudah lebih dari cukup terpenuhi. Rasanya mencari bahkan tak pernah ia rasakan, apapun yang ia mau akan mudah terpenuhi dalam sekali ucap. Sungguh kesempurnaan yang indah.Namun, kini kesempurnaan itu seolah tercela. Ada banyak sekali cemoohan dan bisikan rasa kasihan yang menyebutkan dirinya semenjak kejadian di loby utama. Menurut Tiffany, ini benar-benar yan
Zea Anastasia, model cantik yang dua tahun belakangan ini sedang naik daun karena sifatnya yang lembut dan ramah tamah. Namun, hampir semua orang tidak tahu bagaimana latar belakang hidup Zea, setiap kali di wawancarai, Zea akan terus mengelak dan mempertegas bahwa itu termasuk privasinya.Tak hanya cantik, Zea juga dikenal dengan gadis yang gemar menolong dan juga pintar. Semasa sekolah dulu, ia pernah menjadi asisten dosen. Setiap hari, ia membantu dosen dalam menyiapkan pelajaran dan tak ayal juga ikut memberikan usul dan tanggapan. Meski begitu, dunianya benar-benar ada di modelling. Zea sungguh layak masuk dalam nominasi menantu idaman para ibu-ibu. Sudah cantik, pintar, pandai bersosialisasi, profesional, lembut, suka menolong. Itulah sebab yang membuat Zea mendapatkan julukan gadis malaikat dari semua orang yang benar-benar merasakan bagaimana Zea yang lembut. "Tiffany Hwang?" Tiffany sontak saja menoleh saat seseorang menyebut namanya dengan begitu lembut. Sungguh menarik,
"Sudahlah, kita ke sini untuk melakukan meeting. Zea adalah sponsor di sini, wajar saja jika ada yang harus dia bahas dengan David. Mungkin, telah terjadi sebuah kesalahan teknis.""Astaga, Tiffany! Kau tahu? Di kantor ini sudah menyediakan bagian yang mengurus segala keperluan sponsor, mulai dari awal hingga akhir dan David tidak terlibat di dalam sana! Lagipula, untuk ukuran orang yang mengeluh pada atasan atau hanya untuk sekedar basa-basi itu terlihat begitu romantis. Aku yakin sekali, dia dengan sengaja melakukan itu hanya untuk berdekatan dengan David. Kau lihat beberapa orang yang memang mengetahui hubunganmu dengan David? Mereka memperhatikanmu seolah-olah senang melihatmu yang dihiraukan dengan David. Meski aku baru mengenalmu, aku benar-benar tidak suka kau diperlakukan seperti itu.""Hentikan." timpal Salsha yang sebelumnya melihat perubahan ekspresi Tiffany saat menatap David dan Zea nampak akrab."Jika saja, tidak ada banyak orang di tempat ini aku pasti sudah menjambak r