Setelah hening beberapa saat, Sagara mulai membuka suaranya kembali.
"Ken, bagaimana keadaan Tante Amanda? Apakah dia baik-baik saja?"
"Bunda Amanda keadaannya masih sama seperti dulu. Masih sering menangis jika teringat dengan insiden hilangnya Arabella." sahut Sekretaris Ken sendu. "Mungkin jika Adikku bisa ditemukan kembali, Bundaku sepertinya bisa normal kembali kejiwaannya."
"Bagaimana perkembangan dari hasil penyelidikan Detektif yang kamu sewa? Apakah sudah menemukan titik terang?"
"Belum, Tuan. Keberadaan Adikku seolah-olah terhalangi oleh kabut hitam yang sangat pekat. Sampai-sampai secuil informasi tentangnya pun belum berhasil ditemukan oleh Detektif yang aku sewa."
"Semoga Adikmu segera ditemukan ya." harap Sagara.
"Aamiin, mudah-mudahan, Tuan." angguk Sekretaris Ken.
"Ngomong-ngomong, Adikmu tahun ini kira-kira sudah sebesar apa ya? Em, maksudku usianya."
"Harusnya dia sudah kuliah semester pertama."
"Woah, ternyata dia sudah besar juga ya."
"Iya, Tuan."
"Sepertinya Adikmu sama cantiknya dengan Tante Amanda."
"Sudah barang tentu, Tuan. Bunda selalu berkata kalau Adikku adalah anak yang sangat cantik sekali."
"Aku percaya ucapan Bundamu, Ken. Beliau saja cantiknya tidak terkira, apalagi anak perempuannya."
"Tapi Tuan jangan ngarep jadi Suami Adikku ya! Aku nggak mau punya Adik Ipar kayak kamu, Tuan."
"Why? Aku tampan, mapan, dan juga terkenal."
"Aku tidak mau kalau Adikku mendapatkan pasangan yang hanya tertarik dengan kecantikannya saja."
"Uhuk, uhuk," Sagara terbatuk.
"You know lah,"
"I see," angguk Sagara. "Aku memang lebih suka dengan wanita cantik. Apa salahnya coba?"
"Ya memang nggak salah. Tapi aku pengen punya Adik Ipar yang mencintai pasangannya bukan karena memandang rupa, Tuan."
"Oke, terserahlah. Lagipula belum tentu juga aku jatuh cinta dengan Adikmu. Hahaha," kekeh Sagara.
"Awas saja ya kalau Tuan jatuh cinta pada Adikku. Aku nggak akan merestuinya, hahaha," gelak Sekretaris Ken.
***
Di meja lain, Awan saat ini sedang dilendoti oleh Istrinya yang bernama Yunita.
"Sayang, tadi kamu kemana? Kok tiba-tiba mobil kamu memisahkan diri dari rombongan?"
"Tadi aku ada urusan mendadak, Sayang."
"Kamu nggak lagi bohong kan?"
"Kamu nggak percaya sama aku, hm?"
"Tentu saja aku percaya."
Bagus. Kamu memang wanita yang paling pengertian, Sayang." puji Awan kepada Yunita.
"Oh iya, nanti malam kamu jangan minum wine terlalu banyak ya! Aku ingin kita ...," bisik Yunita.
"Iya, Sayang. Aku tidak akan minum terlalu banyak. Tenang saja, nanti malam aku akan ...," balas Awan berbisik di kuping Istrinya.
"Hahaha, kamu bisa aja ah," ucap Yunita sambil menepuk ringan paha Awan.
"Aku tidak sabar menantikan malam segera datang." bisik Awan.
Pasangan suami-istri itu masih terus saling berbisik-bisik mesra satu sama lain. Sampai-sampai membuat iri para wanita yang berada di sekitar mereka.
"Eh, lihat deh Tuan Awan dan Nyonya Yunita," bisik mereka sambil menunjuk dengan dagunya ke arah pasangan pasutri itu.
"Ih, mesra banget." iri mereka. "Pengen deh aku jadi istrinya Tuan Awan juga. Udah ganteng, baik, pinter, romantis lagi."
"Iya, betul."
Sekretaris Diana yang masih bisa mendengar bisikan iri para wanita itu hanya tersenyum kecil.
'Aku juga beruntung karena akulah satu-satunya wanita yang dicintai oleh Tuan Awan.' batin Sekretaris Diana.
Saat ini Sekretaris Diana sedang duduk berhadap-hadapan dengan Awan dan Yunita di meja yang sama.
Wanita itu tersenyum melihat kemesraan yang ditampilkan oleh Awan dan Yunita.
Bukan senyum mengagumi, akan tetapi senyuman Sekretaris Diana adalah senyum mengejek Yunita yang mudah dibodohi oleh suaminya sendiri.
Di bawah meja, kaki Awan dan kakinya Sekretaris Diana sedang bermain saling senggol meski di permukaan mereka terlihat seolah acuh satu sama lain.
Awan dan Sekretarisnya kini mulai saling bertatapan dan mulai memberikan sinyal-sinyal kode satu sama lain.
Jika lelaki tampan itu sedang memberikan sebuah kode bahwa hanya Diana lah satu-satunya wanita yang dia cintai.
Sedangkan Sekretaris Diana sedang memberikan kode bahwa dia tidak apa-apa menyaksikan kemesraan sepasang suami istri itu.
***
Di tempat lain.
Viona saat ini sedang didandani oleh seorang make up artist. Namun sang make up artist itu dibuat jengkel oleh tingkahnya Viona yang selalu merebut alat make up dari tangannya.
"Non cantik, tolong diem dulu ya. Biar eke aja yang dandanin yey, Oceh."
"Maaf ya, Mas cantik. Vio tuh nggak cocok kalau didandani sama orang lain. Nanti wajah cantiknya Vio jadi jelek lagi."
"Ya amplop, Non. Tenang aja keles. Eke ini paling top markotop soal dunia per make up-an."
"Tapi bagi Vio, hasil rias Mas cantik ini nggak bagus. Nih harusnya pipi Vio dipakein banyak blush on kayak gini nih." tunjuk Viona yang saat ini tengah membubuhkan banyak blush on ke pipinya dengan media kuas.
"Ya amplop, eke pusiang kalo caranya kayak begindang." ucap sang make up artist itu sambil memegangi kepalanya.
"Cantik kan kan kan?" tanya Viona yang saat ini tengah memperlihatkan hasil make up ciptaannya yang begitu cetar membahana dan fenomenal sejagat dunia per make up-an."
"Tak cantik pun. No, no, no, no, ya. Hasilnya jadi jelek buingits."
"Huaaaa!" Viona langsung menangis kejer saat dibilang hasil make up-nya jelek oleh sang make up artist.
"Aduh, ya amplop, jangan nangis dong Non cantik!" bujuk make up artist itu. "Cip, cip, cip, cip, eh, cup, cup, cup, cup. Jangan nangis Non! Cup, cup, cup,"
"Huaaaa!" Viona masih terus menangis.
"Haduh, eke pusiang kalau begindang terus. Ya sutralah eke manut aja apa kata yey. Make up Non Vio udah bagus kok. Non Vio cantik pakai b, g, t." puji sang make up artist sambil memberikan dua jempolnya.
"Beneran?" tanya Viona yang kini mulai reda tangisnya.
"Yes,"
"Cihuy!" sorak gadis itu riang.
Saat ini Viona mulai menghapus air matanya dan mulai memperbaiki hasil make up-nya kembali yang jadi berantakan karena tangisnya.
"Bedaknya harus ditambahin lagi nih. Blush on-nya juga. Eye shadow-nya juga. Em bagusnya warna hijau terang kayak gini aja apa ya?"
Sang make up artist hanya bisa pasrah melihat kelakuan Viona yang kini dandanannya makin tidak karuan.
Tidak lama kemudian masuklah Tuan Sofyan dan Nyonya Nadira ke ruang tunggu ini.
"Mas C, Viona sudah selesai belum didandaninnya?"
"Sudah, Jeng." jawabnya lesu.
"Taraaaa! Lihat, Ma! Vio jadi makin cantik kan?" tanya Viona dengan kedua kelopak matanya yang mengedip-ngedip genit berkali-kali.
"Wow, anak Mama cantik banget." puji Nyonya Nadira natural. Padahal dalam hatinya dia merutuki tingkah polah anak bungsunya itu yang dandanannya selalu aneh.
"Woh iya, anak Papa kok jadi cantik banget ya." puji Tuan Sofyan yang tidak mau kalah dalam memuji anak bungsunya.
Sedari kecil Viona memang selalu diperlakukan dengan sangat istimewa karena gadis itu disebut-sebut oleh Cenayang langganan Tuan Sofyan dan Nyonya Nadira sebagai jimat pembawa keberuntungan dan bisa menangkal semua hal-hal negatif.
Kadang sikap berlebihan Tuan Sofyan dan Nyonya Nadira kepada Viona membuat iri anak pertamanya yaitu Viola, yang selalu cemburu saat melihat Viona lebih diistimewakan daripada dirinya sendiri.
***
Pembawa acara pernikahan Sagara dan Viona di Gedung B ini mulai mengumumkan bahwa prosesi akad nikah antara mempelai laki-laki dan mempelai perempuan akan segera dimulai."Akhirnya acara akad nikahnya dimulai juga." seru pada tamu undangan yang bersorak senang karena setelah ini mereka bisa cepat-cepat pulang ke rumah masing-masing."Berarti Viola sudah ditemukan ya?" bisik mereka bertanya-tanya."Nggak tahu juga tuh. Tapi tadi aku sempet denger katanya Tuan Muda Saga mau dinikahkan dengan Viona.""What! Hahaha," kikik mereka semua yang merasa bahwa fenomena ini sangat lucu."Kalau Tuan Muda Saga yang lumpuh itu nikah sama Viona si gadis jelek dan bodoh itu, sungguh cocok sekali. Aku setuju sih kalau ini beneran terjadi." kikik mereka."Iya, Jeng. Aku juga setuju banget."***"Ma
"Ayo Vio antar!" Viona bersikeras."Ken, Ken!" Sagara segera memanggil Sekretaris-nya agar segera mendekat. "Aku sama Ken aja." tolak Sagara kepada Viona."Yah," ucap Viona kecewa."Sudah, kamu di sini aja temenin para tamu!" perintah Sagara kepada Viona. "Ayo, Ken!" ajak Sagara kepada Sekretaris-nya itu."Baik, Tuan." jawab Sekretaris Ken.Sekretaris Ken mulai memindahkan Sagara ke atas kursi rodanya dan segera mendorong kursi roda itu ke arah ruang kamar mandi di gedung ini."Permisi, Nona." pamit Sekretaris Ken kepada Viona.Viona hanya bisa mengangguk saja.***Di sepanjang perjalanan Sagara mual-mual parah. Dengan sekuat tenaga pemuda itu menahan dirinya agar mulutnya tetap tertutup rapat."Tahan, Tuan!" ucap Sekretaris Ken.Saat ini Sagara dan Sekretaris Ken sudah berada di dalam kamar mandi dan mereka mulai masuk ke dalam salah satu bilik yang lumayan luas.Sagara langsung bangkit dari duduknya dan la
Di gedung B, kedua orang tuanya Viola sedang panik setelah mendapatkan telepon dari penculik itu. Meski hati mereka merasa lega karena tahu keberadaan Viola, namun dengan keadaannya saat ini malah semakin membuat waswas kedua hati orang tua itu."Gimana ini, Pah?" tanya Nyonya Nadira panik."Tenang, Ma! Kita pasti bisa nyelametin anak kita, Ma.""Itu Viola sampai nangis-nangis gitu, Pah. Ayo cepetan kita selametin dia dan bawa uang seratus juta buat tebusannya." guncang Nyonya Nadira yang sudah tidak sabar untuk bertemu dengan putrinya lagi."Tidak bisa sekarang, Ma. Kita hanya bisa bertemu sesuai jadwal yang diatur oleh para penculik itu. Salah, salah, malah nanti Viola yang akan jadi korban karena kita dikira berniat memberontak."Sagara dan Sekretaris Ken yang baru saja kembali dari toilet mendengar percakapan antara Tuan Sofyan dan Nyonya Nadira yang tengah panik karena Viola diculik."Hah, diculik!" ucap Sagara yang volume suaranya bisa diden
Saat ini Sagara sudah duduk kembali di kursi pelaminan. Untuk sejenak pemuda tampan itu memang duduk di kursi itu. Dia baru bisa pergi meninggalkan kursi pelaminan saat Sekretaris Ken telah selesai mengurus pekerjaan yang tadi dia perintahkan."Suamiku," ucap Viona yang saat ini tengah memeluk lengan Sagara di kursi pelaminan.Sagara merasa risih saat dipeluk lengannya dan tubuhnya disenderi oleh Viona. Beberapa kali Sagara melepaskan pelukan lengan Viona dari tubuhnya yang dibarengi dengan senyum yang kaku, namun Viona selalu nemplok kembali bak kumbang yang hinggap di sebuah bunga yang harum nan menawan."Vio, tolong lepaskan pelukanmu itu! Aku sedang kegerahan." ucap Sagara."Wokeh, Suamiku. Kamu mau sekalian dikipasin nggak?" tanya Viona antusias."Nggak usah."Viona tidak menggubris penolakan dari Sagara, gadis itu tetap mengambil kipas dan mengipaskannya kuat-kuat ke arah Sagara sampai membuat bulu mata laki-laki itu melengkung-melengkung ka
Petugas Polisi yang sudah selesai memintai keterangan dari Viola segera pergi dari Rumah Sakit Citra Husada. Viola memandangi punggung Pak Polisi itu yang kini mulai menjauh dari tempatnya berdiri.Viola tersenyum sinis. 'Tidak akan aku biarkan penabrak mobil itu ditemukan. Jika pengemudi mobil itu ditemukan maka aku pasti akan terkena getahnya juga.'Viola sadar betul bahwa di setiap mobil kemungkinan ada dashboard camera yang terpasang di dalamnya, yang berfungsi untuk merekam kondisi jalanan yang mereka lalui. Tidak menutup kemungkinan di camera itu terekam saat Viola mendorong Viona ke tengah jalan. Untungnya di sekitar daerah itu tidak ada CCTV yang terpasang, sehingga Viola bisa bernapas lega.Perihal Viona, Viola yakin bahwa Adiknya itu pasti mengalami kerusakan yang parah pada bagian otaknya, mengingat banyak darah yang keluar dari bagian kepala Viona.Lagipula jika Viona masih ingat betul tentang peristiwa tadi siang, Viola akan dengan mudah me
Sagara yang tidak nyaman dengan perilaku Viona langsung menjauhkan tangan gadis itu dari dadanya dan menyentak kasar tubuh Viona dengan tangannya."Ma-maaf," ucap Sagara kepada Viona yang kini telah nyungsep ke ujung kursi pelaminan itu.Beberapa pasang mata memperhatikan kejadian itu, namun Sagara memilih untuk cuek saja."Suamiku, kok kamu seksi banget sih kalau sedang kasar kayak gitu." ucap Viona dengan kedua matanya yang berbinar.Viona segera mendekat lagi ke arah Sagara dan langsung nemplok ke tubuh laki-laki itu, mirip seperti uler keket yang nemplok ke sebuah dahan kecil di pepohonan."Huft," Sagara hanya bisa menghela napas lelahnya saat ditemploki lagi seperti ini oleh gadis jelek itu.'Ken kemana sih? Kenapa lama banget ngurus masalah itu.' batin Sagara.Sarmila yang ada di dekat mereka berdua juga hanya menghela napas panjangnya saat melihat tingkah Viona yang tidak merasa sakit hati sedikit pun dengan sikap kasar Sagara.
Di Aula utama gedung ini Sekretaris Ken mulai menjelaskan keadaan yang sebenarnya."Para hadirin tamu undangan semuanya yang sangat saya hormati, saya Kenzo selaku Sekretaris dari Tuan Muda Sagara Bhumi Saputra ingin menyampaikan bahwa calon pengantin Tuan Muda Sagara yang sebelumnya, yang bernama Viola bukan melarikan diri, melainkan diculik oleh orang-orang jahat. Berikut cuplikan video yang dikirimkan oleh para penculik untuk memeras kedua orang tua dari gadis yang tidak berdosa itu."Tangan Sekretaris Ken sudah menunjuk layar besar dengan lengannya namun layar itu tetap saja hitam dan belum ada tanda-tanda ada video yang terputar.Di ruangan khusus, tangan Sekretaris Diana sedang menahan tangan orang yang tadi dimintai tolong oleh Sekretaris Ken."Nona, kenapa Anda menahan tangan saya?" tanya orang itu."Apakah itu video tentang Viola yang diculik?" tanya Sekretaris Diana yang tidak mengindahkan pertanyaan dari laki-laki itu."Iya,"Deng
Semua orang langsung tegang saat mendapati layar besar di dalam gedung itu mulai mengerjap-ngerjap.Blub blub blub."Patrick, kenapa kau taruh semua bawang di dalam krapie pati?""Biar makin tambah enak, Spongebob.""Cepat taruh kembali bawang-bawang itu ke piring dan ganti dengan tomat dan selada, Patrick!""Tidak mau, Spongebob.""Hahaha!" suara ledakan tawa kembali memenuhi seisi ruangan gedung ini karena video yang ditampilkan di dalam layar besar adalah cuplikan video dari film kartun yang ternama bukan video tentang Viola yang diculik."Oh, jadi ini video tentang keadaan Viola yang diculik ya, Tuan Ken, hahaha!" celetuk seseorang.Sagara menggenggam erat tangannya karena sangat kesal dengan tingkah orang itu yang sedari tadi selalu mengolok-olok-nya. Sagara juga sangat kesal dengan tawa semua or
Adegan dibuka dengan gerakan slow motion dari Bunda Amanda dan Asisten pribadinya Saga yang saat ini sedang ingin melerai sepasang suami istri di ruangan kamar rawat inap ini yang sedang terhanyut dalam suasana yang romantic.Grep!Ternyata Asisten pribadinya Saga bukannya melerai malah menghentikan langkah Bunda Amanda yang ingin merusak suasana romantis yang sedang terjalin diantara Saga dan Viona anaknya."Tuan ayo cepat! Saya siap mengabdikan diri supaya anda bahagia," batin Asisten pribadinya Saga yang pengertian sekali kepada majikannya itu."Lepas!" pinta Bunda Amanda yang saat ini sedang berontak agar bisa bebas."Jan
"Cepet buka!" ucap Saga yang masih tidak sabaran."Iya, sabar, Tuan!"Ceklek!Pintu kamar rawat inap VIP milik Viona dibuka oleh Asisten pribadinya Saga.Seketika Saga dan Viona saling berpandangan sesaat setelah pintu kamar itu terbuka."Suamiku," gumam Viona menyebut nama Saga."Di ... di ... di-a," ucap Saga dengan jari telunjuknya yang mengarah ke Viona dan kedua bola matanya yang membulat melihat sosok gadis di depannya.Napas Saga mulai memburu dan tanpa sadar tangannya bergerak mencekik
"Kakak mau kemana?" tanya Viona yang saat ini sudah kembali ke ruang kamar rawat inapnya sendiri.Sekretaris Ken yang saat ini sedang bersiap-siap pergi menyempatkan diri untuk menjawab pertanyaan dari Adiknya itu."Tuan Batari dan keluarganya sedang dalam masalah. Kakak harus segera menjemput mereka. Kasihan, mereka sudah tidak punya tempat bernaung lagi."Bunda Amanda yang memang tidak tahu menahu tentang keluarganya Yunita langsung mengerutkan keningnya."Mereka siapa, Ken? Kok Bunda baru dengar kamu punya kenalan yang namanya Batari," tanya Bunda Amanda."Itu temannya Kenzo, Bun. Memang jarang yang tahu sih kalau aku ini
Tuan Batari, Nyonya Sherina, dan Yunita anak perempuan mereka saat ini sedang kebingungan di depan pintu gerbang rumah mereka yang telah diambil paksa oleh Awan dan Sekretaris Diana."Beh, nasib kita gimana ini?" tanya Nyonya Sherina panik sambil mengguncang-guncangkan tubuh lelaki tua itu."Babeh juga nggak tahu, Ma. Babeh buntu," sahut Tuan Batari yang saat ini sedang memegangi kepala plontosnya yang masih ada sisa-sisa sedikit helaian rambut di beberapa area.Yunita yang tidak ingin mereka terlunta-lunta seperti ini mulai menyuarakan apa yang ada di dalam pikirannya saat ini."Beh, coba Babeh telepon teman-teman Babeh buat bantuin Babeh agar bisa keluar dari masalah ini!" pinta Yunita."Babeh nggak bisa hubungin mereka, Teh. Ponsel Babeh ketinggalan di dalam rumah," jawab Tuan Batari lesu."Pakai ponsel Teh Yun aja, Beh! Inih!" ulur Yunita memberikan ponsel yang saat ini sudah dia ambil dari saku celananya.Beruntung sekali tadi Yu
Nyonya Dania dan Saga sudah berpindah tempat.Saat ini keduanya sedang duduk di dekat jendela kantor Saga sambil meminum teh hangat yang tadi diantarkan oleh salah satu Office Boy di perusahaan ini."Ma,""Hm,""Mama kok tahu kalau Saga kemarin sudah menikah? Tahu dari siapa?" tanya pemuda itu dengan pandangan menyelidik."Tahu dari temen yang datang ke resepsi pernikahan kamu," sahut Nyonya Dania enteng."Siapa?" kening Saga kini saling bertautan kerutannya."Rahasia," jawab Nyonya Dania sambil memelekan lidahnya ke arah Saga."Cih, sok rahasia-rahasiaan," gumam Saga tidak suka."Biarin." Nyonya Dania tidak peduli dan terus melanjutkan memakan snack yang ada di atas meja."Oh iya, besok kamu sama Arra datang ya ke rumah Mama," lanjut Nyonya Dania yang keceplosan bicara."Arra siapa, Ma?" tanya Saga tidak mengerti.'Aduh, mampus aku. Kalau Saga curiga, bisa-bisa aku diomelin sama Kenzo, nih,' b
Nyonya Dania telah sampai di kantor Samudra Group, meski langkahnya di hadang oleh para staf yang bertugas berjaga di kantornya Sagara, namun mereka tidak bisa berbuat banyak karena mereka tahu bahwa Nyonya Dania adalah Ibu kandungnya Awan dan Sagara, selain itu posisinya yang merupakan Istri dari pemilik Perusahaan pesaing Perusahaan ini semakin menambah ciut nyali mereka."Saga!" pekik Nyonya Dania yang kini telah berhasil masuk ke dalam ruangan kantor anaknya."Ngapain kamu ke sini?" tanya Saga dengan nada yang sinis.Asisten pribadinya Sagara yang sedang menggantikan posisi Sekretaris Ken hanya bisa meremas kedua jemari tangannya karena dia telah gagal mencegah Nyonya Dania masuk."Ngapain katamu?!" ucap Nyonya Dania bertanya balik dengan raut wajah yang marah.Saga kini memberikan kode kepada Asisten pribadinya agar pergi meninggalkan ruangan ini dengan gerakan tangannya.Asisten itu pun undur diri dari ruangan ini dan menutup rapat pin
Namun yang tidak diketahui oleh Nyonya Helena adalah kenyataan bahwa bayi perempuannya telah ditukar kembali oleh perawat lain yang bernama Alia sesaat setelah perawat bayaran Nyonya Helena berlalu dari ruangan khusus bayi.Alia yang merupakan sahabat Bunda Amanda tidak rela jika anak temannya dicurangi oleh orang lain. Perempuan itu pun mengadukan hal ini kepada Bunda Amanda, tapi Bunda Amanda tidak ingin melabrak Nyonya Helena.Justru yang Bunda Amanda lakukan adalah membiarkannya berjalan seperti air, mengalir saja, dan hal seperti ini bisa dia gunakan di masa-masa mendatang agar Arrabella-nya tidak diambil paksa oleh mantan suami kejamnya itu.Tentu saja dengan menumbalkan anaknya Nyonya Helena untuk menggantikan posisinya Arrabella yang asli di sisi Tuan Smith.Persetan dengan semua harta yang dimiliki oleh mantan suaminya, jika hanya kesakitan yang dia rasakan.Sekretaris Ken saat ini langsung ditarik oleh Bunda Amanda agar berlindung di bali
Bunda Amanda menarik putra lelakinya untuk segera keluar dari ruang rawat adiknya karena dia telah mengatakan hal-hal yang menurut wanita tua itu tidak pantas dikatakan."Bunda apa-apaan sih? Kok tarik-tarik aku keluar?" protes Sekretaris Ken kepada Ibundanya."Lha kamu yang apa-apaan? Udah tahu adikmu itu masih kecil dan masih polos, pake bilang bekas-bekas segala tentang Saga," sahut Bunda Amanda seraya memukul lengan pemuda di depannya."Ih, nyatanya Tuan Muda Saga itu udah bekas kok. Ken nggak rela ya kalau Adiknya Ken nikah sama laki-laki modelan kayak Tuan Muda Saga," sungut Sekretaris Ken sambil memajukan bibirnya tanda bahwa ia tidak terima."Lah, bukannya Saga itu sahabat kamu? Bunda juga lihatnya Nak Saga itu baik, pengertian. Bunda meski dulu dalam keadaan tidak waras tapi masih ingat dengan jelas ya gimana kebaikannya Nak Saga sama Bunda," bela Bunda Amanda yang tidak terima Saganya dijelek-jelekkan."Itu kan sama Bunda. Kalau sama oran
POV VionaAku senang karena akhirnya aku bisa berkumpul kembali dengan Bundaku dan juga bisa bertemu dengan kakak laki-lakiku yang ternyata adalah kak Kenzo, Sekretaris pribadinya suamiku Sagara.Aku bersyukur karena memiliki kakak laki-laki seperti dia, yang tidak pernah memandang orang lain dari fisiknya semata.Dan saat ini aku sesungguhnya kecewa dengan suamiku, dia ternyata tipe laki-laki yang hanya peduli dengan penampilan fisik seseorang saja.Mungkin, jika aku masih Viona yang berpola pikir aneh seperti dulu, aku tidak terlalu mempermasalahkannya, tapi saat ini aku sudah normal, sudah bisa berpikir dengan jernih, dan kak Sagara bukan orang yang pantas untuk disukai.Aku masih ingat dengan jelas tatapan menjijikkannya kepadaku saat aku berdandan norak dengan make up yang sangat menor.Ugh, rasanya pengen kucakar saja wajah Kak Saga.Akan tetapi, entah kenapa aku masih suka sama dia, terlepas dari semua kelakuan buruknya.