Sudah cukup siang ketika Zev mengajak Mia untuk ke rumah Jeslyn, ibu Zev itu selalu menolak untuk tinggal bersama dengan Zev, Alhasil jika ingin bertemu Zev harus melakukan perjalanan selama hampir satu jam.
Kondisi Jeslyn sudah jauh lebih baik, dua perawat bekerja seperti apa yang seharusnya. Zev sangat bersyukur, melihat senyum di bibir Jeslyn terlihat sangat bahagia dan jelas ibunya kini sudah sehat.
Hal pertama yang Jeslyn lihat adalah Mia, langkah tuanya berjalan cepat pada menantunya sebelum mendekap Mia erat-erat.
“Mom, jaga kesehatanmu. Kau belum sepenuhnya pulih.” tegur Zev.
Mia pasrah di peluk oleh Jeslyn, ia membalas pelukan ibu Zev. Mia tak pernah merasakan kasih sayang orang tua, sejak ia masih bayi ia sudah tinggal di panti tanpa pernah mengenal siapa kedua orang tuanya.
“Ibu senang sekali kau datang, Nak. Semenjak Zev menikahimu, aku merasa punya anak perempuan, dan itu menyenangkan.” Jeslyn mengurai pelukan,
Entah sudah berapa hari Mia tidak bertemu Linda, atau bahkan bertukar pesan dengan Linda maupun Allexin. Zev menyembunyikan ponsel Mia dan memberi Mia ponsel baru, Mia yang tidak suka berpikir jelas tidak mengingat nomor ponsel Linda dan Allexin, nomor ponselnya sendiri saja Mia tidak ingat.Hari ini Zev tidak pergi ke kantor, tapi lelaki itu mengurung diri di dalam ruang kerja melakukan kegiatan entah apalah, mungkin menandatangani dokumen atau mengecek jadwal pekerjaan yang lain.Brakk.!Zev di dalam ruang kerjanya berjengit kaget.“Mia. What’s wrong with you?” ujar Zev.Mia tidak berjalan mundur ataupun berjalan maju, tetap berdiri di depan pintu menatap Zev kesal, Mia berkacak pinggang dan tentu saja berwajah marah.“Hari ini juga, aku memaksamu untuk mengantarku ke Colorado.”“Mia ... C’mon. Untuk apa ke sana?”“Untuk apa katamu? Kau mencuri ponselku,
Hari sudah cukup pagi, Mia memaksa Zev bangun. Mereka tiba di Denver sekitar pukul lima pagi, Zev baru memejamkan mata setidaknya satu setengah jam ketika tidurnya terusik dengan guncangan tangan Mia.“Ayo!”“Mia. Ini masih terlalu pagi, biarkan aku istirahat tanpa harus memikirkan pekerjaan.” Zev berkata dengan mata terpejam.Namun Mia tidak mau penolakan, hari ini ia akan bertemu Linda dan Allexin, Mia sangat merindukan kedua sahabatnya itu. Terlebih Mia punya rencana untuk membuat acara makan-makan di rumah Linda, selain merindukan Linda dan Allexin, Mia juga merindukan masakan Linda.“Zev. Kau harus menemaniku belanja, hari ini aku akan membuatmu menjadi atm berjalanku.” Mia kembali mengguncang Zev membuat lelaki itu terpaksa bangun.“Apa yang harus aku lakukan.”“Mandi. Kau harus mandi lalu mengantarku belanja sebelum pergi ke rumah Linda. Cepatlah, aku tidak mau
“Kapan tepatnya acara Nelvan akan melamar Linda?” tanya Mia sembari melihat Zev yang baru saja keluar dari kamar mandi, tubuhnya hanya separuh tertutupi dan rambutnya masih basah, pupil mata Zev bergerak melihat Mia.“Allexin tidak mengatakan padaku jam berapa acara tersebut di lakukan. Apa kamu punya nomor ponsel lelaki itu?” Zev meraih ponsel yang sedang di isi daya.Mia mengulurkan ponselnya pada Zev. “Aku sudah meminta nomor Linda dan Allexin, tapi aku tidak tau apa yang harus aku katakan pada Allexin saat aku menghubunginya nanti, jangan sampai aku salah menelfon dan menghancurkan hari bahagia yang Nelvan akan tunjukan untuk Linda.Zev menerima ponsel Mia, menyalin nomor Allexin ke ponselnya sendiri kemudian mengembalikan ponsel Mia, setelahnya Zev sudah menghubungi Allexin, berbicara dengan adik Linda dengan santai seperti sudah saling kenal lama walaupun Linda sempat mengatakan jika Allexin nyaris menghajar Zev ketika di ruma
Mia dan Zev berada di Denver hanya sekitar tiga hari, sore harinya di hari ketiga mereka sudah menempuh perjalanan kembali ke Los Angeles, lantas ke esokan paginya Zev langsung berangkat ke Manhattan bersama seorang lelaki bernama Jordan yang Mia tau sebagai asisten Zev.“Kau akan berapa lama di Manhattan?” tanya Mia sebelum Zev benar-benar pergi.Zev sudah menarik koper untuk persiapannya selama di Manhattan, lelaki itu berbalik lagi ke arah Mia, melepaskan gagang koper hanya untuk memeluk Mia.“Sekitar lima hari atau seminggu. Jika kau tidak mau aku tinggalkan di sini, ayo ikut denganku ke Manhattan.” Zev melepaskan pelukan, tangannya membelai rambut pirang Mia yang alami.“Aku tidak bisa pergi jauh, perjalanan jauh membuatku mabuk udara.” tolak Mia.Zev tersenyum, teringat kemarin sore Mia nyaris pingsan gara-gara mabuk udara saat turun dari helikopter. “Baiklah kalau kamu tidak mau ikut denganku, kataka
Sudah tiga hari Zev pergi ke Manhattan, selama itu setiap malam Zev pasti akan menghubungi Mia, tak peduli jika saat itu Mia sedang tidur, Zev akan terus menghubungi sampai Mia menerima panggilan yang ia lakukan bahkan Zev juga tidak peduli jika setelah Mia menerima panggilannya, perempuan itu akan mengomel panjang kali lebar. Karena omelan Mia yang bisa membuat Zev merasa sedikit beban pekerjaan yang ia lakukan berkurang.Ini adalah hari ke empat, dan artinya tinggal satu hari kemungkinan Zev akan pulang. Mia saat ini berada di mobil, melakukan perjalanan ke rumah ibu Zev. Rumah Jeslyn selalu terbuka lebar untuk menyambut kedatangan Mia, ibu Zev sangat ramah dan Mia sangat suka.Rutinitas selama Zev tidak ada, Mia manfaatkan dengan berkunjung ke rumah Jeslyn atau ke restauran. Itu jauh lebih baik ketimbang mendekam di rumah tanpa melakukan apapun.“Keadaan Ibu bagaimana?” tanya Mia.“Aku sudah jauh lebih baik. Hanya perlu beberapa
Mia di bawa oleh Andreas ke rumah sakit tanpa di ketahui oleh Jeslyn, Andreas hanya berpesan pada kasir yang berjaga di depan pintu jika ada seorang ibu mecari anaknya maka katakan Andreas membawanya ke rumah sakit terdekat.Lelaki asing itu menggendong Mia memasuki rumah sakit, para petugas mengarahkan agar Andreas membawa Mia masuk ke dalam ruangan perawatan. Dokter pun datang untuk memeriksa, Andreas hanya berdiri di luar pintu ruangan, ia tidak mengenal perempuan tadi tapi sebagai sesama manusia jelas Andreas tidak akan membiarkan seorang perempuan pingsan di depannya begitu saja.Hanya butuh beberapa menit sampai dokter keluar. “Anda suaminya?”“Bukan, saya bahkan tidak mengenal perempuan itu. Keluarganya akan datang sebentar lagi. Tapi kenapa dia tiba-tiba pingsan?” tanya Andreas balik pada dokter.“Pasien pernah mengalami benturan keras pada kepalanya, kemungkinan obat yang di sarankan oleh dokter tidak di minum secara
Zev membuka mata, kepalanya pusing, tapi seingatnya tadi ia tiak meneguk minuman beralkohol atau apapun yang bisa membuatnya pingsan. Zev bergerak tapi di kejutkan dengan sebuah tangan yang memeluk perutnya erat dengan posisi berbaring.Zev pun menoleh, ia di buat jauh lebih terkejut melihat Gracila yang berbaring di sampingnya. Memejamkan mata di saat pakaian mereka berhamburan di lantai. Zev tidak ingat apapun, seingatnya ia tadi makan siang di restauran lalu entahlah, sepertinya Gracila memasukkan sesuatu ke dalam makananya sampai tak sadarkan.Dengan kasar Zev menghempaskan tangan perempuan itu dari perutnya, semanjak bertemu dengan Gracila lagi perasaan Zev sudah membunyikan alarm jika perempuan itu tak pantas untuk berdekatan dengannya lagi.Zev mencari sumber suara dering ponsel. Beranjak dari tempat tidur, tak peduli jika Zev telah berhasil mengusik tidur lelap Gracila. Perempuan itu menyeringai ketika Zev berdiri membelakanginya hany
Hari sudah siang dan tidak ada kabar dari Zev. Sejak kemarin Mia tidak kembali dapat panggilan, apakah Zev sangat sibuk sampai tak bisa di hubungi atau menyempatkan menghubungi? Mia memutuskan pergi ke restauran, ia lebih bisa bergerak bebas di sana dengan ikut bekerja seperti karyawan lain.Mia sibuk bekerja, tapi tentu saja seragmnya tidak sama dengan para karyawan. Ketika sibuk melayani pengunjung, Mia tidak sadar jika ia kembali bertemu dengan lelaki bernama Andreas.“Kau bekerja di sini?” tanya Andreas.Mia menoleh, melemparkan senyuman untuk lelaki yang sudah pernah menolongnya. “Yah karena tidak ada hal yang aku lakukan selain bekerja di sini.” jawabnya. “Bisa aku catat pesananmu?” tanya Mia balik.“Pilihkan makanan yang menurutmu sangat di rekomendasikan, aku akan mencobanya.”“Baiklah. Tunggu sebentar, aku akan menyiapkan pesananmu.” pamit Mia, Andreas menatap kepergian Mia.