"Hanya segitu?" tanya Darren dengan sombong.
Darren yang semula tidak pernah berniat untuk menyombongkan dirinya, akhirnya terpancing.Dia begitu kesal melihat keangkuhan Shara, yang seolah-olah tidak ada orang yang bisa menandinginya.Daffa yang berada di sebelah Darren tersenyum puas mendengar pertanyaan Darren kepada Shara. Dan baginya itu cukup membuat Shara emosi."Kenapa kau tertawa?!" bentak Shara kepada Daffa."Tidak ada larangan tertawa di cafe ini," jawab Daffa dengan santai.Shara mencebik, baginya dua orang miskin di depannya ini sama-sama mengesalkan, belagu sok kaya dengan penampilan yang seperti orang hebat. Padahal hanyalah orang miskin yang tidak punya apa-apa."Hei! Tadi kau bilang apa? Hanya?" tanya Shara kepada Darren."Iya, aku tanya apakah hutang Renata yang kau maksud itu hanya lima puluh juta?" tanya Darren lagi.Shara menggelengkan kepalanya. "Hahaha."Tidak berapa lamaDarren menghela nafas berat mendengar tantangan yang diberikan oleh Shara."Sungguh kampungan! Memangnya gak ada yang lain?" gerutu Darren pelan. Namun, ternyata apa yang Darren katakan itu masih bisa didengar oleh Shara. "Jangan banyak protes! Sanggup gak?" desak Shara kepada Darren.Daripada membuang waktu lama dan wanita ini semakin menjadi-jadi, Darren dengan tegas menjawab; "Deal!"Daffa tersenyum, karena dia tahu uang sebanyak itu bukanlah masalah bagi Darren. "Tinggal bilang 'deal' aja lama banget, dasar miskin tapi belagu!" hina Shara lagi dan terlihat sedang menuliskan nomor rekeningnya pada kertas yang disodorkan oleh Daffa."Tapi, kalau aku bisa membayar hutang itu apa yang akan kau lakukan?" tanya Darren menelisik wajah Shara dengan sebuah senyuman.Pastinya Darren tidak mau hanya dia sepihak yang ditantang. Perempuan sombong itu juga harus diberikan pelajaran.Dengan wajah congkak, Shara menatap Darren sinis; "Kau boleh menikmati tubuhku sepuasnya malam ini!" "Wow!"Se
"Memang tidak ada dana masuk!" jawab Shara mengelak.Darren menunjukan ponselnya ke hadapan Shara bukti transaksi dari mobile bankingnya. "Ini apa? Kenapa? Mau alasan ponsel kau error? Atau mau bilang kalau ini hanya tipuan?"Darren benar-benar dibuat kesal dengan wanita ular itu, bukan karena dia mau meniduri Shara. Namun, Darren hanya ingin Shara yang sejak tadi koar-koar itu tersadar, kalau tidak selamanya yang dia pikirkan itu benar. "Apaan sih ini?" tanya temannya Shara yang mengaku bernama Cindy itu.Dan kali ini Cindy yang terkejut, dia menutup mulut dengan kedua tangannya. Dia tidak menyangka kalau Darren menunjukkan bukti transfernya."Coba lihat yang di HP kamu, Shar," ujar Cindy menarik tangan Shara dan merebut ponselnya."Bagaimana bisa kau memiliki uang sebanyak itu untuk membayar hutang Renata?" tanya Cindy ke arah Darren hingga membuat semua orang terkejut.Semua mata tertuju kepada Renata, mereka akan melihat apakah Renata menepati janjinya. "Jaid, dia yang menang ta
"Perjanjiannya tidak seperti itu!" teriak Shara tidak terima saat Darren mengatakan kalau akan digantikan oleh Yoga.Darren yang sudah melangkah akan kembali ke ruangannya kembali berbalik. "Ada apa? Sebegitu inginnya kau tidur denganku?"Shara mendelik saat mendengar Darren membalikkan pertanyaan itu untuknya. "Kau terlalu percaya diri!""Tidak ada perjanjian kita kalau harus aku yang memenuhi tantangan itu. Dan kebetulan aku memang ingin memberikan hadiah kepada Yoga, inilah waktu yang tepat. Hadiah yang sangat spesial," jawab Darren kemudian sambil tersenyum ke arah Yoga. "Terima kasih, Pak. Bapak memang baik," ujar Yoga tersenyum lebar dan membuat Shara semakin jijik dan ketakutan. Dia tidak menyangka kalau harus menjadi seperti ini. Semua diluar kendali ya.Wuss!"Cindy aku pulang naik taksi saja!"Shara segera berlari keluar dari cafe, sebelumnya dia melepaskan sepatu high heelsnya agar bisa berlari lebih kencang. Shara memilih kabur.Daffa ingin mengejar Shara, rasanya dia ing
“Aku memiliki informasi mengenai Renata,” jawab Cindy masih dengan senyum jahatnya.Darren tetap diam, dia memperhatikan wajah Cindy, dan Darren tidak percaya dengan Cindy sama halnya seperti Shara. Darren yakin kalau Cindy pastinya memiliki tujuan tertentu.“Sebenarnya aku tidak perlu tahu lagi tentang Renata. Sebab, kau pasti sudah tahu kalau aku dan Renata sudah lama bercerai. Jadi, untuk apa aku mau tahu informasi mengenai Renata?” tanya Darren kepada Cindy.Darren melihat gelagat Cindy yang tidak baik, dia pastinya akan tujuan. “Jangan-jangan ini hanyalah akal-akalan mereka untuk menguras uangku.”“Dan seperti yang kau ketahui kalau Renata sama seperti kalian, dia tidak mau dengan orang yang miskin sepertiku. Dia menceraikan aku sehingga aku tidak ada pilihan lain. Kalau kemarin aku mampu membayar hutang Renata, itu karena kebetulan saja aku memiliki uang sebanyak itu,” lanjut Darren yang mencoba untuk terus memahami raut dan ekspresi dari Cindy.Sementara itu, Daffa yang masih d
“Hahaha.”Cindy yang melihat Darren semakin emosi, malah tertawa terbahak-bahak. Dia merasa berhasil mempermainkan emosi Darren yang sejak tadi seolah tidak terpancing dengan apa yang dia sampaikan.“Tadi kau bilang kau tidak akan peduli dengan apa yang dialami oleh Renata. Dan sekarang kau malah marah-marah. Aku sudah mau pergi dari sini, karena aku rasa juga percuma aku disini tidak akan mendapatkan solusinya,” jawab Cindy meraih tas kecil yang tadi diletakkan diatas meja.Darren menghela nafas berat, dia kesal diperlakukan seperti itu oleh Cindy. “Katakan saja, apa maumu sebenarnya? Setelah itu jangan ganggu hidupku dengan membawa-bawa nama Renata. Padahal mungkin dia tidak pernah mengharapkan lagi kalian hadir dalam hidupnya!”&ldq
“Aa-aanu!”Cindy tampak tergagap mendengar pertanyaan yang diberikan oleh Darren. Dia tidak menyangka kalau Darren masih bertanya mengenai keberadaan Renata.“Kok kau gugup? Tinggal sebutkan saja dimana keberadaan Renata, tenang saja aku tidak akan menyusul kesana kok. Aku masih waras dan tahu diri, tidak mungkin aku menyusul kesana sedangkan aku sudah diceraikan,” ujar Darren kemudian.“Kamu yakin gak kesana? Soalnya Renata tidak mau ada banyak orang tahu keberadaannya. Dia sangat malu dengan kondisinya yang seperti ini,” tanya Cindy kepada Darren.Pastiya Cindy memastikan bahwa Darren memang tidak berniat untuk mencari Renata di kota yang akan dia sebutkan, karena dia juga tidak pernah tahu Renta berada dimana. Jangankan bertemu, sal
“Kau mau kemana?” tanya Darren kepada Cindy yang berusaha untuk membuka pintu ruangan itu.Namun, dia tidak akan bisa melakukannya, karena kunci pintu itu sudah diambil oleh Daffa. Dan Cindy tidak akan bisa untuk lari seperti yang dilakukan oleh Shara.“Maaf, aku tidak tahu kalau kau memang memberikan Renata uang. Aku hanya berusaha membantu Renata, sebab aku pikir kau juga pasti merasa kasihan kepada Renata kalau tahu keadaannya seperti itu. Maafkan aku,” jawab Cindy yang merasa ketakutan.Cindy berdiri di depan pintu dan memegang tasnya. Dia tidak pernah menyangka kalau ternyata dia bisa masuk ke dalam jebakan Darren. Lelaki yang dulu mereka tahu adalah lelaki lemah yang tidak diandalkan, ternyata sekarang sudah berbeda. Aura kepemimpinan tergambar jelas di wajah Darren.
"Siapa? Dan ada apa?" tanya Darren dalam hatinya.Darren merasa tidak mengenal nomor tersebut. "Aku coba telepon. Siapa orang yang tiba-tiba mengajak bertemu seperti ini."Namun, berkali-kali Darren mencoba menghubungi nomor tersebut tetap tidak bisa di hubungi. "Apa yang dia inginkan? Menga0a aku harus menemuinya?" Akhirnya Darren mengabaikannya, karena nomor itu juga tidak bisa dihubungi.Darren tidak akan pernah peduli, dan dia juga merasa tidak membutuhkan orang itu. "Kalau dia butuh denganku, seharusnya dia tidak membatasi nomor ponselnya. Aku tidak butuh dengannya, dan tidak akan aku menemuinya."Darren menyimpan kembali ponselnya, dan saat ini Amina sudah pergi, seperti biasa Amina akan mengajak Noah bermain."Tanpa terasa waktu tiga tahun berlalu, semua yang aku rencanakan juga beberapa diantaranya sudah terwujud. Tapi, entah mengapa satu hal yang tetap tidak bisa aku lakukan, yaitu melupakan Renata," gumam Darren pelan
Seorang dari mobil putih tersebut melepaskan tembakannya ke arah mobil Darren. Braaaak! Jedaaaar! Setelah suara tembakan yang bergema di tengah malam itu, sebuah ledakan yang kali ini terdengar. Darren tidak bisa mengelak, karena memang dia pergi tanpa pengawal. Dan juga sepertinya pelakunya adalah penembak jitu, peluru yang dilepaskan tidak meleset. "Papa, mama…," hanya suara memanggil kedua orang tuanya yang keluar dari mulut Darren sebelum semuanya menggelap. Ternyata, peluru tepat mengenai kepala Darren, sehingga mobil dengan kecepatan tinggi tersebut kehilangan kendali dan akhirnya menabrak pembatas jalan dengan keras dan mobil b guling-guling beberapa puluh meter yang akhirnya meledak. "Tolong ada kecelakaan!" teriak orang-orang yang melihat kejadian sehingga dalam beberapa menit saja tempat kejadian dikerumuni dengan orang-orang yang berusaha menolong Darren memadamkan api dan mengeluarkan Darren dari dalam mobilnya. Sementara itu, mobil putih pelaku penembakan terhadap D
"Jadi, mama kamu melihat?" tanya Darren penasaran.Renata menggelengkan kepalanya. "Beruntungnya aku melihat kedatangan mama dan rombongan lebih dulu. Jadi, aku meminta kepada semua karyawan untuk mengatakan kalau pemiliknya gak ada jika ada yang bertanya."Darren mengelus lembut rambut sebahu Renata, dia sangat merasa takut kalau suatu saat Gia datang lagi ke butik dan bertemu dengan Renata secara langsung.“Kamu jangan terlalu sering muncul, karena suatu saat tetap akan terjadi lagi seperti ini. Aku bukannya melarang kamu bertemu dengan mamamu, tapi ini belum waktunya,” ujar Darren kepada Renata.Lambat laun, Renata dan Gia pasti akan bertemu. Sebab, usaha yang Renata geluti saat ini sasarannya adalah orang-orang kaya dengan gaya hidup mewah. Dan sudah pasti Gia termasuk di dalam sana. Dan seperti yang diketahui kalau kelompok Gia tersebut sangat senang kalau memakai pakaian buatan luar negeri.“Kalau Gina sudah kembali, pastinya aku akan lebih banyak di dalam ruanganku kok. Ini kar
"Astaga, Bu. Membuat aku terkejut saja," ujar Darren sembari memegang dadanya karena kaget."Jangan banyak alasan! Semalam kamu nginap tempat Renata? Kenapa telepon dan pesan dari ibu tidak mau gubris?" tanya Amina lagi dengan tegas.Darren tidak menjawab, dia hanya tersenyum dan memegang pundak Amina dengan lembut."Aku menginap di hotel, Bu. Rasanya malas banget nyetir karena sudah malam, akhirnya aku memilih untuk menginap di hotel saja," jawab Darren kepada Amina.Darren sengaja tidak mengakui kepada Amina dimana dia menginap. Karena sudah pasti akan memancing keributan, dan Amina akan menasehatinya sepanjang hari."Jangan berbohong!" bentak Amina. Sebab Amina begitu mengenal Darren, dan Amina juga sudah menganggap Darren adalah anak kandungnya. Dia tidak mau kalau Darren jatuh ke dalam kesalahan."Serius, Bu," jawab Darren mencoba membela diri.Sementara itu, Alisa yang mendekat ke arah Amina dan Darren tampak memberikan Darren kode dengan mengedipkan matanya dan memegang leher.
Mungkin kerinduan mereka yang memuncak, atau karena terbawa suasana malam yang dingin, keduanya saat ini sudah saling berhadapan, dan tidak tahu siapa yang memulai, keduanya saat itu sudah bercumbu dengan lembut dan berbagi oksigen."Terima kasih," ucap Darren sambil terus merapatkan tubuhnya kepada tubuh Renata. Dan tangan keduanya saat ini sudah saling meraba satu sama lain.Malam yang semakin dingin, keduanya masih berpagutan dan melupakan makanan hangat yang sudah dimasak oleh Renata. Karena saat ini keduanya masih saling menghangatkan.Renata menggigit bibirnya karena menahan suara panas yang akan terlepas dari bibirnya, karena tidak mampu menahan sentuhan tiap sentuhan yang lembut dari Darren."Lepaskan saja, sayang. Hanya aku yang mendengarnya," bisik Darren sembari berusaha melepaskan pengait yang berada di punggung Renata. Sedangkan baju yang menutupi tubuh Renata sudah terlepas sejak tadi.Akhirnya Renata benar-benar mengeluarkan suara desahannya kala Darren mulai mencapai t
"Apaan sih?" tanya Renata sambil mendelik ke arah Darren. Sebab dia tahu kalau Darren sedang menggodanya."Aku serius. Aku datang kesini untuk melihat kamu bukan untuk belanja di butik," jawab Darren santai dan mengedipkan matanya.Renata melengos, Darren benar-benar berhasil membuatnya salah tingkah. Sebab, walaupun dia terlihat kesal kepada Darren. Tapi, di dalam hatinya merasa begitu senang saat tahu kalau Darren masih peduli dan datang menemuinya."Aku sibuk. Banyak pelanggan, Darren," jawab Renata kemudian."Aku akan menunggu sampai butik kamu tutup," jawab Darren santai."Dimana?" tanya Renata kemudian."Dimana saja boleh, yang penting kamu izinkan," jawab Darren.Renata menghela nafas berat, Darren mulai kumat keras kepalanya. Dan seperti biasanya, tidak akan ada orang yang bisa menyuruhnya pergi."Kamu tunggu di atas aja ya, soalnya saat ini Gina gak ada. Jadi, aku akan membantu melayani pelanggan. Karena banyak barang baru masuk, jadi pelanggan pada rebutan mau koleksi terbar
“Gapapa,” jawab Alisa tergelak.“Hei, kamu pasti tahu sesuatu. Memangnya ada apa kalau aku mau ke rumah Renata mala mini. Kan kebetulan sekarang aku sudah pulang kerja, dan besok kan hari libur. Gak salah kan kalau aku ke rumahnya?” tanya Darren membela diri.Darren tidak mau terlihat kalau dia sangat antusias untuk bertemu Renata, namun Darren juga tidak bisa membohongi dirinya sendiri kalau dia sangat senang saat mengetahui kalau Renata cemburu kepadanya.“Iya, kan sekalian malam mingguan. Padahal tadinya aku mau ikut, tapi saat ingat ini adalah malam minggu sepertinya aku harus mengurungkan diri kesana, apalagi dalam suasana yang syahdu. Gina juga saat ini sedang tidak ada di rumah,” kekeh Alisa yang kemudian segera berlari meninggalkan Darren dan menemui Noah yang tampak sedang asyik bermain dengan Amina dan pengasuhnya.“Sekarang main sama Aunty, ya,” ujar Alisa kepada Noah. Karena Alisa melihat kalau Amina dan pengasuhnya sudah sangat kewalahan mengajak Noah bermain bola dan ber
Alisa tersentak mendengar apa yang dikatakan oleh Darren. Sebab, dia baru sadar kalau dia juga tidak lebih baik dari Renata."Iya, aku salah. Tapi, rasanya aku tidak rela saja kalau sampai orang sebaik kamu mendapatkan istri seperti Renata," jawab Alisa menunduk."Renata sangat baik, bahkan dia lebih baik dariku. Bisa jadi awalnya dia tidak baik, tapi sekarang dia sudah berubah," ujar Darren menjelaskan kepada Alisa.Alisa menganggukkan kepalanya. "Semoga kalian kuat, karena aku yakin akan banyak sekali halangan dan rintangannya kalau kalian memilih untuk kembali bersama."Darren tergelak mendengar apa yang disampaikan oleh sang adik. Sebab, saat mengatakan demikian Alisa terlihat sangat dewasa. "Kenapa tertawa?" tanya Alisa merengut."Kamu yang membuat aku merasa lucu. Kamu seperti seorang yang sangat dewasa dan berpengalaman dalam hidup. Kalau gak lihat orangnya, maka gak bakal tahu kalau yang baru saja berbicara adalah anak umur dua puluh tahun," kekeh Darren."Ejek aja terus!" ke
“Astaga, ibuku ini masih belum percaya. Semuanya hanya untuk berjaga-jaga, Bu,” jawab Darren tersenyum dan kali ini tangannya memegang tangan Amina yang sudah mulai keriput. Namun, sangat terawatt.“Kamu itu adalah orang yang paling tidak bisa berbohong kepada ibu, sejak kecil kamu tidak pernah berbohong. Saat kamu mulai mau berbohong, telinga memerah dan matamu tidak pernah bisa menatapku,” jawab Amina.Dari jawaban yang Amina berikan itu membuat Alisa tampak sangat bersemangat memeriksa telinga Darren, sehingga membuat Darren tergelak dan Amina hanya bisa menahan tawanya. Saat ini Amina memiliki dua orang anak yang sama kocaknya.“Bu, lihatlah telinganya memerah. Ini artinya dia memang sedang berbohong!” teriak Alisa kepala Amina.&l
“Iya, Pak. Komandan kami yang membawa mereka kesini dan mengantarkan ke rumah pak Darren sekalian mereka di daftarkan disini sebagai penghuni perumahan sini,” jawab pak Danny serius.Bahkan pak Danny merasa keheranan ketika melihat ekspresi wajah Darren yang tampak terkejut saat mengetahui pengawalnya sudah terdata disana.“Pastinya kami percaya kalau komandan kami yang bawa. Jadi, mereka sudah aman pak. Keluar masuk kompleks sini sudah terdaftar,” lanjut Danny tersenyum.“Okelah kalau begitu, tadinya aku tidak tahu kalau langsung didaftarkan disini,” jawab Darren pelan.“Semuanya, terima kasih ya. Saya lanjut pulang,” ujar Darren kemudian berpamitan kepada para penjaga keamanan tersebut.